• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia sebagai Makhluk sosial dan Indiv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manusia sebagai Makhluk sosial dan Indiv"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN

MAKHLUK SOSIAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Disusun Oleh:

Dimas Triyuda Kusamah (142151221) Dini Nur Hanifah (142151233) Mutiara Sandra (142151208) Rizki Ashgi (142151220) Ronar Rizki Meisa (142151239) 2014 F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan hidayahnya penulis telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.” Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai mahluk sosial? Apa saja tugas dan fungsi manusia sebagai makhluk sosial? Apa saja hak-hak dan kewajiban individu? Bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminatif akibat interaksi sosial? Hal inilah yang akan penulis bahas daam makalah ini.

Harapan penulis, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan pengalaman, dan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih.

Makalah ini penulis akui masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga bermanfaat.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2 D. Manfaat Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Anggota Masyarakat 3

B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial 7 C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial11

D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan 12 E. Hak-hak dan Kewajiban Individu 15

F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka yang Berakibat adanya Diskriminasi 21

G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi 26 BAB III PENUTUP

A. Simpulan 29 B. Saran 29

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

(4)

A.

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.

Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.

Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.

Untuk itu, perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat? 2. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai makhluk

sosial?

(5)

4. Bagaimana peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan?

5. Apa saja hak-hak dan kewajiban individu?

6. Bagaimana interaksi sosial bisa memunculkan berbagai corak stereotip dan prasangka yang berakibat adanya diskriminasi?

7. Bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi? C. Tujuan Penulisan

1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. 2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat maasyarakat dan makna manusia

sebagai makhluk social.

3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk social. 4. Untuk mengetahui bagaimana peran manusia sebagai individu dan

makhluk sosial dalam bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan. 5. Untuk mengetahui apa saja hak-hak dan kewajiban individu.

6. Untuk mengetahui bagaimana cara interaksi sosial bisa memunculkan berbagai corak stereotip dan prasangka yang berakibat adanya diskriminasi.

7. Untuk mengetahui bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi.

D. Manfaat Penulisan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia sebagai Individu dan Anggota Masyarakat

Manusia adalah makhluk individu. Sebagai makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya. Kata "individu" berasal dari kata latin individuum, artinya tidak terbagi. Jadi, kata itu mengandung pengertian sebagai suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu bukan berarti menusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan, (Soelaeman, 2001:113).

Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu ke-utuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial kebersamaan. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, keguncangan pada satu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya (Soelaeman, 2001:114).

(7)

dilahirkan, ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya. Menurut Sigmund Freud, super ego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat manusia berumur 56 tahun (Gerungan, 1980:29).

Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku masa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai menjadi dirinya sendiri disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Individu dibebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Individu dalam bertingkah laku menurut pribadinya ada tiga kemungkinan: menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya atau takhluk terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku (sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang senantiasa berubah, memberi konotasi "matang" atau "dewasa" dalam konteks sosial. Sebutan "baik" atau "tidak baik" pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif (Soelaeman, 2001:114). Bertolak dari proses penjabaran individualisasi manusia dalam masyarakat tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki perilaku yang didorong oleh aspek individu dan aspek sosial.

(8)

memiliki unsur-unsur jasmani dan rohani atau fisik dan psikis, atau jiwa dan raga yang utuh menyatu.

Meskipun semua manusia sebagai individu memiliki unsur jiwa dan raga yang menyatu, tetapi antara satu orang dengan orang yang lainnya memiliki perbedaan dan kekhasannya baik secara fisik dan psikis. Secara fisik misalnya, ada yang berambut ikal tetapi juga ada yang berambut lurus, ada yang gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, dan seterusnya. Secara psikis juga ada perbedaan, misalnya ada yang pemalu, pemarah, penyabar, periang, dan lain-lain. Dengan kata lain, individu dapat dikenali dengan mudah melalui aspek fisik maupun psikisnya.

Manusia selaku makhluk individu di samping memiliki keinginan-keinginan atau motif-motif juga memiliki kebutuhan-kebutuhan secara pribadi. Motif-motif yang melatarbelakangi manusia selaku individu berbuat sesuatu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bisa bersifat majemuk, berubah-ubah, dan berbeda-beda, atau bahkan bisa jadi tidak disadari oleh individu. Adapun manusia selaku individu juga membutuhkan berbagai kebutuhan, antara lain: kebutuhan fisiologis (pakaian, pangan, tempat, seks, dan kesejahteraan individu), yang kemudian disebut sebagai kebutuhan primer; kebutuhan rasa aman; kebutuhan akan rasa afeksi (yaitu kebutuhan untuk menjalin hubungan atau keakraban dengan orang lain); kebutuhan akan harga diri (esteem needs); kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (need to know and understand); kebutuhan rasa estetika (aesthetic needs); kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization); kebutuhan transendence, yaitu kebutuhan untuk mengetahui dan menyelami dunia di luar dirinya seperti spiritualitas dan rasa religiusitas (berkeyakinan akan keberadaan Tuhan).

(9)

melakukan aktivitasnya. Motivasi atau dorongan perilaku tersebut memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Berbagai bentuk motivasi individu tersebut berupa: kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain (achievement);

kebutuhan untuk memuji, menyesuaikan diri, dan mengikuti pendapat orang lain (defence); kebutuhan untuk membuat rencana secara teratur (order);

kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain dan berusaha menjadi pusat perhatian (exhibition); kebutuhan untuk mandiri, tidak mau tergantung orang lain dan tidak mau diperintah orang lain (autonomy); kebutuhan untuk menjalin persahabatan dengan orang lain, kesetiaan, berpartisipasi

(affiliation); kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah laku orang lain (intraception); kebutuhan untuk mendapatkan simpati, bantuan, dan kasih sayang orang lain (succorance); kebutuhan untuk bertahan pada pendapatnya, menguasai, memimpin, menasehati orang lain

(dominance); kebutuhan akan rasa berdosa, salah, perlu diberi hukuman

(abasement); kebutuhan untuk membantu, menolong, dan simpati kepada orang lain (nurturance); kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan, tidak menyukai rutinitas (channge); kebutuhan untuk bertahan pada suatu pekerjaan; tidak suka diganggu (endurance); kebutuhan untuk aktivitas sosial individu dalam mendekati lawan jenis, mencintai lawan jenis

(10)

Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam alQur'an, Surat al-Fatihah, ayat 5 dan 6; al-Baqarah, ayat 21, 152, dan 153, dan seterunya.

Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia (individu) yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

Syarat-syarat suatu masyarakat:

1. Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak.

2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.

3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Menurut Ellwood, faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia hidup bersama adalah:

1. Dorongan untuk mencari makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri terutama pada keadaan tertentu. 3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.

B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial 1. Masyarakat

a. Pengertian masyarakat

Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society,yang berarti kumpulan orang yang sudah lama terbentuk,memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri dan memiliki kepercayaan,sikap,dan perilaku yang dimiliki bersama.

Menurut Paul B. Horton & Hunt, Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia.

Unsur-unsur masyarakat antara lain: 1) Kumpulan orang

(11)

3) Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri

4) Memiliki kepercayaan(nilai), siap dan perilaku yang dimiliki bersama

5) Adanya kesinambungan dan dan pertahanan diri 6) Memiliki kebudayaan

b. Hakikat nilai, moral dalam kehidupan di masyarakat

Dalam masyarakat ini.. manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Mereka hidup berinteraksi dengan orang lain.dalam interaksi itulah. manusia harusnya memiliki suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Nilai erat hubungannya dengan masyarakat,baik dalam bidang etika yang mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang objektif,apabila ia memandang nilai itu ada tanpa ada yang menilainya,tetapi ada sebagian sesuatu yang ada dan menuntun manusia dan kehidupannya.jadi nilai nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilaian.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilaian.

c. Interaksi sosial dan pelapisan sosial

Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut orang perorangan dengan sekelompok manusia.Apabila dua orang bertemu interaksi sosial dimulai,pada saat itu mereka saling menegur,berjabat tangan bahkan mungkin ada yang berkelahi.

1) Interaksi sosial

(12)

satu dengan yang lain.Ada beberapa pengertian interaksi yang ada di masyarakat, di antaranya:

Menurut H. Booner, merumuskan interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih,di mana kelakuan individu yang satu memengaruhi,mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya

Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara orang-orang secara individu,antar kelompok dan orang perorangan dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu, antar kelompok dengan kelompok, antar individu dengan kelompok.

Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan

Ada pun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu:

a) Faktor imitasi

Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial.Salah satu segi positifnya yaitu imitasi dapat membawa kaidah-kaidah yang berlaku.

b) Faktor sugesti

Yang dimaksud sugesti di sini yaitu pengaruh psikis,baik yang datang dari dirinya maupun dari orang lain,yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik

c) Faktor identifikasi

Identifikasi dalam fisiologi berarti dorongan untuk menjadi identik(sama) dengan orang lain.

d) Faktor simpati

(13)

tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya.

2. Makna Manusia sebagai makhluk sosial

Artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial

b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah

manusia

e. Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkungan hidup

Hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham, yaitu paham determinisme, paham posibilisme, dan paham optimisme

(14)

C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk bermasyarakat. Dalam bentuk konkretnya, manusia bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

1. Fungsi Manusia dalam Masyarakat

Dalam kehidupan masyarakat yang dinamis dan selalu berkembang menuju kemajuan, individu-individu yang bergabung di dalamnya mampu mengembangkan potensi dan kemampuan berkreasi serta menemukan inovasi yang tidak sama antara satu sama lain.

2. Tugas Manusia dalam Masyarakat

Manusia di masyarakat bertugas sebagai pembentuk, pelaku, dan pemakai masyarakat itu sendiri.

3. Masyarakat sebagai Wadah Pemanusiaan Individu

Di masyarakat, individu akan menjadi makhluk sosial. Jika individu tidak hidup di masyarakat, dia tidak akan mengenali bahwa dirinya makhluk sosial yang sangat bergantung pada orang lain.

4. Tugas Keluarga Membina Individu sebagai Makhluk Sosial

Keluarga bertugas menjadikan anak-anaknya sebagai wahana atau tempat pembentuk kepribadian individu. Keluarga juga bertugas mentransfer kebudayaan yang ada di masyarakat untuk diberikan kepada keluarga. Sehingga individu-individu yang ada di keluarga tahu budaya atau peraturan apa saja yang ada di masyarakat.

5. Individu sebagai Anggota Keluarga

Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi.

6. Individu sebagai Anggota Masyarakat

(15)

D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan

Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan yang Meliputi Jenis-Jenis Tatanan Hidup Berkelompok

1. Konsep Kelompok Sosial Budaya

a. Lingkungan Sosial Budaya adalah sejumlah manusia yang hidup berkelompok dan saling berinteraksi secara teratur guna memenuhi kepentingan bersama.

b. Bentuk Sosial Budaya artinya setiap kelompok sosial budaya mempunyai batas-batas yang telah ditentukan.

c. Cara Hidup Sosial Budaya artinya sikap, perbuatan, dan tjuan serta pencapaiannya sudah dipolakan oleh organisasi kelompok dalam seperangkat tuntunan atau pedoman tertulis yang disebut Anggaran Dasar dan Kode Etik.

d. Tujuan Sosial Budaya adalah setiap kelompok sosial budaya mempunyai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar dan kode etik kelompok sosial budaya.

2. Kebutuhan Manusia

Sebagai makhluk budaya, manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang bervariasi. Kebutuhan manusia pada dasarnya meliputi tiga jenis kebutuhan:

a. Kebutuhan Jasmani atau Fisik b. Kebutuhan Rohani atau Kejiwaan c. Kebutuhan Biologis

d. Pemenuhan Kebutuhan adalah apabila tiga kebutuhan diatas dapat dipenuhi melalui masyarakat, berlakulah bahwa manusia adalah makhluk sosial.

(16)

1. Norma Kesopanan yaitu Peraturan yang bersumber dari pergaulan hidup dalam sekelompok manusia.

2. Norma Kesusilaan yaitu Peraturan yang bersumber dari suara batin / hati nurani manusia yang diyakinin sebagai pedoman hidupnya.

3. Norma Agama yaitu Serangkaian peraturan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.

4. Norma Hukum yaitu Aturan yang dibuat oleh Negara ercantum secara jelas dalam perundang – undangan.

Maka dari itu sebagai masyarakat kita wajib mentaati norma-norma tersebut yang nantinya akan dibawa ke dalam sebuah Kelompok / bermasyarakat .

Adat Istiadat yaitu dimana setiap orang mempunyai adat istiadat yang berbeda – beda dari cara pelaksaannya maupun agama itu sendiri. Maka dari itu setiap orang harus mempunyai sifat toleransi , saling menghormati, tidak saling mencela, menjelek-jelekan satu sama lainnya karena kalau kita tidak mempunyai sifat seperti itu maka dalam membangun sebuah kelompok akan sangat sulit, akan cepat terpecah belah dan cepat diadu domba.

Kebiasaan yaitu Tata cara hidup yang dianut oleh setiap masyarakat dalam waktu yang lama dan memberi pedoman bagi setiap masyarakat yang bersangkutan untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya.

Adapun Ciri-Ciri Kelompok Sosial : Adanya kesadaran pada tiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

Kelompok Sosial dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu :

(17)

Kelompok Sosial Sekunder, Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan sebagai Kelompok Sosial yang bersifat impersonal dan besar.

Kelompok Sosial In-Group dan Out-Group, Kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kami atau kamu, kita atau mereka. “In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu adalah mereka.

o Sikap Individu Setiap Tatanan Kelompok ü Toleransi sebagai Nilai dan Norma

Toleransi dalam pengertian yang telah disampaikan, yang merupakan keyakinan pokok (akidah) dalam beragama, dapat kita jadikan sebagai nilai dan norma. Kita katakan sebagai nilai karena toleransi merupakan gambaran mengenai apa yang kita inginkan, yang pantas, yang berharga, yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Dan nilai (toleransi) akan sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat. Demikian juga toleransi, dapat kita jadikan suatu norma, yaitu suatu patokan perilaku dalam suatu kelompok

tertentu. Norma memungkinkan seseorang menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.

ü Toleran dan Prinsip Hidup

(18)

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktur maupun fungsional. Banyak muncul pengertian – pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Ciri – ciri Kepemimpinan yang ideal yaitu :

1. Memiliki pengetahuan umum yang luas 2. Kemampuan bertumbuh dan berkembang 3. Memiliki sifat Inkuisitif / Rasa ingin tahu 4. Memiliki Kemampuan Analitik

5. Memiliki daya ingat yang kuat

6. Keterampilan mendidik memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilaku dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.

7. Bertindak secara Objektive Pemimpin Visioner Kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang ditujukan untuk member arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama – sama oleh para anggota perusahaan dengan cara member arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas

E. Hak-hak dan Kewajiban Individu

1. Hak

Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.

Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

(19)

Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut.

Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji yang rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama dengan pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini melaksanakan hak legal yang dimilikinya tapi dengan melanggar hak moral para wanita yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama dengan hak moral.

T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun moral hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati bersama. Hak konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung pada aturan yang telah disepakati bersama anggota yang lainnya. Dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena tidak tercantum dalam sistem hukum.

b. Hak Khusus dan Hak Umum

Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp. 10.000 dari orang lain dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang lain mendapat hak yang dimiliki orang lain.

(20)

semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”.

c. Hak Individual dan Hak Sosial

Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative.

Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan. Hak-hak ini bersifat positif.

2. Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada hal-hal tertentu misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right).

(21)

3. Hak dan Kewajiban Pada Pasal 27 Sampai 34 UUD 1945

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Pasal pasal itu diantaranya :

a. Hak dan kewajiban dalam bidang politik

Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu:

1) Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

2) Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya adalah: 1) Hak berserikat dan berkumpul.

2) Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

3) Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan aturan-aturan lainnya, di antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula bertanggung jawab dan sebagainya)

b. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya

Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

(22)

Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.

Arti pesan yang terkandung adalah:

1) Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun kejuruan.

2) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.

3) Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.

4) Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.

5) Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.

6) Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.

Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah:

7) Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya, sehingga di samping kehidupan materiil juga kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.

8) Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. c. Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam

Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Arti pesannya: o bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan negara.

d. Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi

(23)

Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.

Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Arti pesannya adalah:

1) Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat.

2) Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.

3) Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber daya alam.

4) Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan kekeluargaan, tidak merugikan kepentingan orang lain. 5) Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya

membayar pajak tepat waktu.

Penjabaran lanjut mengenai hak dan kewajiban warga negara dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Contoh hal dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan pada pasal 31 dijabarkan kedalam UU No 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas. Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara , dalam UUD 1945 hasil amandemen I telah dicantumkan adanya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia yaitu pada pasal 28 I – J UUD 1945.

(24)

hak asasi warga negara , kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah. Beberapa contoh hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan untuk kepentingan rakyat

F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka yang Berakibat adanya Diskriminasi

Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidak dapat lepas dari apa yang disebut sebagai prasangka dan stereotipe. Prasangka menurut Mar' at (1984) adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif, namun dapat pula dugaan tersebut bersifat positif. Dugaan tersebut umumnya mengarah pada penilaian negatif yang diwarnai oleh perasaan yang muncul sesaat. Di dalam interaksi sosial, prasangka memiliki relevansi dengan komponen afektif yang bersifat negatif terutama bila dihubungkan dengan kelompok minoritas dan kelompok etnis (Mar'at, 1984). Menurut Wolf (dalam Mar' at, 1984) proses terbentuknya prasangka merupakan prasangka sosial yang memiliki konotasi negara dalam hubungannya antara mayoritas dan minoritas.

Oleh karena itu, Mar' at (1984) menjabarkan beberapa faktor penentu prasangka, yaitu antara lain:

1. Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan minoritas 2. Fakta tentang perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas 3. Fakta mengenai kesempatan usaha pada mayoritas dan minoritas

4. Fakta mengenai unsur geografis, dimana keluarga minoritas menduduki daerah-daerah tertentu

(25)

6. Potensi energi eksistensi dari kelompok minoritas dalam mempertahankan hidupnya

Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya prasangka antara lain adalah:

1. Adanya ketegangan situasi yang senantiasa relatif dan bersifat individual atau kelompok sentris

2. Dalam tiap-tiap kelompok akan selalu terdapat minoritas 3. Adanya persaingan yang menimbulkan prasangka

Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap suatu objek yang tidak dapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995), yang sifatnya terlalu umum dan seringkali keliru(Atkinson dkk., 1993). Dalam membahas baik prasangka maupun stereotipe, kita tidak dapat lepas dari mentalset dan konsep interaksi sosial. Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan menjadidua, yaitu: image dan sikap (Mar' at, 1984) .Image menyangkut persepsisosial sehingga tiap hubungan antar manusia, Antar kelompok, dan antar bangsa telah ada suatu mental set tersendiri tentang opini, sistem nilai, norma, konsep tertentu. Hubungan ini akan mengarah kepada komponen emosional yang relevan dengan hubungan interaksi ini. Sikap terhadap pengertian pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapat diidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi sosial. Di samping prasangkatersebut dapat pula disamakan dengan opini atau kepercayaan (belief).

o Gejolak Diskriminasi Dalam Interasi Sosial

(26)

perguruan tinggi, maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya perlu berusaha menemukan cara-cara yang lebih tepat dalam mengelola keaneka-ragaman masyarakat ini.

Di samping faktor politik, ekonomi, dan paham keagamaan, perbedaan latar belakang etnik merupakan faktor yang sering mewarnai berbagai kerusuhan selama ini, sebagaimana tercermin pada kerusuhan di Pontianak (etnik Dayak melawan etnik Madura), Jakarta (etnik Jawa/Sunda melawan etnik Cina), dan Surakarta (etnik Jawa melawan etnik Cina dan Arab). Dalam beberapa kasus kerusuhan, factor faktor tersebut teranyam satu sama lain sedemikian rupa, sehingga faktor yang satu sulit dipisahkan dari faktor lainnya. Meskipun faktor perbedaan etnik sering dinafikan dalam berbagai pernyataan resmi, kenyataan menunjukkan bahwa terdapat suatu kelompok etnik tertentu yang menjadi sasaran dan sekaligus korban dominan di dalam kerusuhan-kerusuhan tersebut.

Dalam kasus kerusuhan Mei 1988 di Jakarta dan Surakarta, misalnya, pemicu-nya adalah faktor politik tetapi kemudian berkembang menjadi sentimen etnik. Sementara itu, kerusuhan di Surakarta pada tahun 1980, pemicunya adalah kecelakaan lalu-lintas antara dua pemuda, tetapi kemudian berkembang menjadi kerusuhan anti-Cina. Kenyataan ini menyiratkan bahwa perbedaan latar belakang etnik potensial untuk memicu kerusuhan, mengubah inti persoalan kerusuhan, atau meningkatkan eskalasi kerusuhan. Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki keanekaragaman etnik dan agama serta memiliki sejarah kerusuhan yang berulang-ulang, sejak sebelum kemerdekaan hingga akhir abad ke-20 dengan faktor pemicu yang berbeda-beda.

(27)

berubah menjadi konflik manifes karena adanya bentuk-bentuk bias dalam relasi antaretnik, baik dalam bentuk streotip (pendapat atau pandangan yang menggeneralisasikan ciri-ciri seseorang atau sekelompok orang berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok tertentu), prasangka (atau sikap negatif pada orang atau kelompok yang dicitrakan dalam streotip tertentu dalam diskriminasi (perilaku nyata yang membedakan orang/kelompok secara tidak adil) yang terlestarikan, baik secara sadar atau tak sadar, dalam kehidupan nyata sehari-hari sebagian besar masyarakat Surakarta.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya rekayasa sosial yang mampu mengeliminasi proses pelestarian stereotip, prasangka, dan diskriminasi tersebut.Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengeliminasi kesalahpahaman antar etnik di Surakarta, terutama antara masyarakat keturunan Jawa dan masyarakat keturunanCina, melalui berbagai forum semacam yang telah dilakukan oleh PWS (PaguyubanWong Solo) dan PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta). Akan tetapi, inisiatif-inisiatif tersebut bisa dikatakan kurang memiliki agenda-agenda yang berkelanjutan, hanya melibatkan orang-orang dewasa yang sibuk dan telah memiliki status sosial ekonomi mapan, serta sebagian besar di antaranya adalah kaum pria.

(28)

mempunyai kontribusi pada pelestarian bentuk-bentuk stereotip dan prasangka antaretnik, sehingga perlu upaya-upaya terpadu yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan bentuk-bentuk bias relasi sosial tersebut.

Sebagaimana halnya keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan yang ada di Indonesia, keberadaan kelompok etnik Cina di Indonesia juga menjadi kontroversi dalam integrasi bangsa Indonesia. Kehadiran pemukim Cina di Indonesia pertama kali diperkirakan terjadi pada abad V (Sa’dun, ed., 1999: 56; Taher, 1997a: 31). Para pemukim Cina pertama tersebut melakukan perdagangan dengan membawa keramik, sutera, dan benang sutera; ketika pulang mereka membawa kayu cendana, sarang burung, emas, dan lain sebagainya (Sa’dun, ed., 1999: 56).Migrasi orang-orang Cina dalam jumlah besar diperkirakan terjadi pada abadXVII, bersamaan denganmasuknya bangsa Barat ke Nusantara, dan pada awalabad XX, setelah Perang Dunia I, ketika orang-orang Cina tidak hanya datang ke Indonesia tetapi juga ke negara-negara Asia Tenggara lainnya (Sa’dun, ed., 1999:56-61; Taher, 1997: 3169; Skinner, 1957: 28-29).

Di antara faktor penting penyebab kedua gelombang migrasi tersebut adalah situasi dalam negeri Cina. Pada abad XVII, orang-orang Cina banyak keluar dari negaranya karena negeri Cina sedang dilanda peperangan, kekacauan, dan kelaparan yang disebabkan oleh pergolakan politik dalam negeri, ketika Dinasti Ming runtuh dan digantikan oleh Dinasti Qing Manchu (Sa’dun, ed., 1999: 57; Sukisman, 1992: 2-20). Begitu pula, migrasi orang-orang Cina pada awal abad XX juga banyak disebabkan oleh kekacauan dalam negeri Cina, ketika kaum nasionalis Cina di bawah kepemimpinan Sun Yat Sen melakukan revolusi untuk meruntuhkan Dinasti Qing Manchu (Sa’dun, ed., 1999: 61; Sukisman, 1992: 118-131; Clubb, 1964: 36-43).

(29)

hubungan antar-etnik tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua arus paham utama, yaitu: “integrasi” dan “asimilasi”.

Paham “integrasi”, yang dipelopori oleh Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), berpandangan bahwa persoalan hubungan antaretnik dapat diatasi dengan memberikan pengakuan sepenuhnya pada kelompok etnik Cina sebagai salah satu suku bangsa, sebagaimana Jawa, Sunda, Dayak, dan suku-suku lain-lain di Indonesia (Coppel, 1994: 91; Taher, 1997a: 124).

Sedangkan paham “asimilasi”, yang dipelopori oleh LPKB (Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa) dan Bakom-PKB (Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa) berpandangan bahwa persoalan hubungan anteretnis dapat diatasi bila kelompok keturunan Cina membaur dan mencairkan diri dengan masyarakat lokal (Coppel, 1994: 93; Taher, 1997a: 125). Salah satu bentuk pendidikan yang menyajikan pengalaman berkehidupan bersama dan menghargai berbagai perbedaan adalah yang selama ini disebut dengan pendidikan multikultural, atau pendidikan toleransi, atau pendidikan perdamaian.

G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi 1. Stereotipe:

a. Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak perlu disamakan dengan individu yang lain apalagi kelompok.

(30)

dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya.

2. Prasangka:

a. Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatik.

b. Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii)

extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok

out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.

c. Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari

in-group.

(31)

BAB III

PENUTUP

(32)

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Kita sebagai manusia tidak dapat hidup sendiri karena kita membutuhkan satu sama lain. satu sama lain.

B. Saran

Kita sebagai manusia memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakukan dengan baik. Dalam Interaksi sosial pasti akan selalu muncul yang namanya streotip, prasangka dan diskriminasi. Oleh karena itu kita sebagai manusia harus bisa meminimalisirkan hal tersebut agar tidak terjadi konflik diantara manusia

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Andika. (2014). Menghindari Sikap Diskriminasi. [Online]. Tersedia: http://sikapdiskriminasi.blogspot.co.id/2014/05/menghindari-sikap

(33)

Avianti, Annisa. (2010). Prasangka Penyebab Dampak dan Cara Mengatasinya. [Online].Tersedia:https://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/27/prasangk a-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya/. [27 September 2015]

Setiyawat, Rina. (2013). Stereotipe dan Prasangka. [Online]. Tersedia:

http://klinikbk.blogspot.co.id/2013/07/.html. [27 September 2015]

Pratama, Rey. (2012). Fungsi Dan Peran Manusia Sebagai Individu Dan Mahkluk Sosial. [Online]. Tersedia: http://freedomrez.blogspot.co.id/2012/04/fungsi-dan-peran-manusia-sebagai.html. [27 September 2015]

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi potensi pembangunan daerah turut diperhitungkan, dan dengan motto Gertak Saburai Sikep

Walaupun terdapat berbagai konsep lain dalam ekonomi politik internasional seperti regionalisme ekonomi 2 , Revolusi Industri 4.0 3 , kemiskinan 4 , lingkungan 5

Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran dan komunukasi, selainitu dapat dilihat dari perilaku konsumen dalam

Menjelaskan tentang siklus dan tahapan tiap siklus serta Indikator keberhasilan tindakan yang akan dicapai. 1) Perencanaan: merupakan kegiatan merancang secara rinci

Berdasarkan uraian diatas dapat dianalisis bahwa beberapa hal yang terkait upaya non penal terhadap penyimpangan seksual sesama jenis oleh warga binaan pemasyarakatan di

Pada tanaman kacang hijau, volume curah hujan bulan Mei sangat mempengaruhi produktivitas kacang hijau yang ditanam pada musim tanam ke dua (MT) di

Sıralarsak; temel, kolon, döşeme, kiriş, merdiven, perde duvar ve betonarme çatılara kalıp yapılmalıdır..

(3) Dalam hal bukti biaya transportasi tidak disediakan oleh penyedia jasa transportasi, maka Pelaku Perjalanan Dinas membuat daftar pengeluaran riil yang disetujui