• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sosiologi Ekonomi makalah (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Sosiologi Ekonomi makalah (2)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Sosiologi Ekonomi

Judul

: Kondisi Negara Indonesia

Tema

: Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia di Tahun 2013 s/d 2016

Kelas

: 3 AKM 2

Anggota

: Harffin Erbiyakto

3201150199

Hary Yudi Saputra

3201150186

Laila Fadhilah

3201150208

Rian Pangestu

3201150212

Tomy Aranda Siregar

3201150215

(2)

Daftar isi

I

... Kata Pengantar

II

... Bab I Pendahuluan

III

... Bab II Pembahasan

III.1 Sosial dan Kependudukan

Kemiskinan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Pendidikan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Kesehatan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

III.2 Pertanian dan Pertambangan

Lahan Pertanian Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Pertambangan Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton), 2013 – 2016

III.3 Ekonomi dan Perdagangan

Volume Ekspor dan Impor Menurut Golongan SITC (Berat bersih: ribu ton), 2013-2016

Distribusi Pendapatan Nasional di Indonesia Tahun 2013 s/d 2016

III.4 Penutup

III.5 Kesimpulan

(3)

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat Jasmani maupun Rohani

terhadap kita semua dan serta atas Ridha-Nya kami mampu menyelesaikan tugas

Makalah Sosiologi

Ekonomi

yang ber-Tema

Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia di Tahun 2013 s/d 2016.

Harapan kami kedepan, dengan semakin banyak nya tanggung jawab yang diberikan oleh Dosen

diperkuliahan, semakin banyak pula ilmu yang kami dapatkan. Terutama untuk mengetahui

informasi-informasi di Negara kita sendiri yaitu, INDONESIA.

Dengan mengetahui kelemahan yang terdapat di Negara Indonesia, maka kita sebagai generasi

penerus bangsa wajib untuk memperbaiki agar kelemahan itu dapat menjadi kuat. Begitupun

sebaliknya, apa yang menjadi menjadi kelebihan di Negara Indonesia, semaksimal mungkin kita harus

mempertahankan nya agar tidak terperosot jauh menjadi hal negative untu Negara kita sendiri.

(4)

Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi di Indonesia tingkat Provinsi selama 4 ( Empat ) tahun

terakhir,yang meliputi ;

1. Sosial dan Kependudukan

Kemiskinan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Pendidikan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Kesehatan Penduduk Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

2. Pertanian dan Pertambangan

Lahan Pertanian Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Pertambangan Indonesia Tingkat Provinsi Tahun 2013 s/d 2016

Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton), 2013 – 2016

3. Ekonomi dan Perdagangan

Volume Ekspor dan Impor Menurut Golongan SITC (Berat bersih: ribu ton), 2013-2016

Distribusi Tahun 2013 s/d 2016

Dan Kami telah menyusunnya berdasarkan sumber sumber data yang terpecaya yang terdapat

dalam Internet.

(5)

KEMISKINAN PENDUDUK INDONESIA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2013 – 2016

KEP. BANGKA BELITUNG 0.31 0.30 0.28 0.28

KEP. RIAU 0.36 0.40 0.36 0.35

NUSA TENGGARA BARAT 0.36 0.38 0.37 0.36

NUSA TENGGARA TIMUR 0.35 0.36 0.34 0.34

KALIMANTAN BARAT 0.40 0.39 0.33 0.34

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 28 juta orang pada Maret 2016 menjadi 27,76 juta orang pada September 2016. Ada sejumlah faktor yang mendorong penurunan tingkat kemiskinan ini. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, faktor pertama yaitu tingkat inflasi yang rendah. Selama periode Maret – September 2016, inflasi umum relatif rendah yaitu sebesar 1.34 %

(6)

Kemudian rata-rata harga cabai merah mengalami penurunan sebesar 14.06%, dari Rp. 45.554 per Kg d Maret menjadi Rp. 39.151 per Kg pada September 2016.

“adapun cabai rawit mengalami penurunan sebsar 13.77% dan telur ayam ras mengalami penurunan sebesar 0.56%. “ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (3-Jan-2017)

Faktor ketiga, nominal rat-rata upah buruh tani per hari pada September 2016 naik sebesar 1.42% dibandigkan per Maret 2016 yaitu dari Rp. 47.559 menjadi Rp. 48.235.

Selain itu, rat-rata upah buruh bangunan per hari pada September 2016 juga naik sebesar 1.23% dibandingkan upah pada Maret 2016 yaitu dari Rp. 81.481 menjadi Rp. 82.480 .

Factor keempat, yaitu nilai tukar petani (NTP) nasional pada September 2016 sebesar 102.02 atau naik 0.69% dibandingkan NTP Maret 2016 yang sebesr 101.32 .

(7)
(8)

1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 4,112.2 4,166.3 4,196.5 4,196.3 2 SUMATERA UTARA 13,217.6 13,923.6 14,549.6 15,059.3 3 SUMATERA BARAT 4,535.3 4,693.4 4,785.4 4,846.0

4 RIAU 7,469.4 8,997.7 10,692.8 12,571.3

5 JAMBI 2,911.7 3,164.8 3,409.0 3,636.8

6 SUMATERA SELATAN 7,306.3 7,840.1 8,369.6 8,875.8

7 BENGKULU 1,784.5 1,955.4 2,125.8 2,291.6

8 LAMPUNG 7,843.0 8,377.4 8,881.0 9,330.0

9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1,044.7 1,116.4 1,183.0 1,240.0

10 DKI JAKARTA 8,981.2 9,168.5 9,262.6 9,259.9

11 JAWA BARAT 42,555.3 46,073.8 49,512.1 52,740.8 12 JAWA TENGAH 32,451.6 32,882.7 33,138.9 33,152.8 13 D I YOGYAKARTA 3,439.0 3,580.3 3,694.7 3,776.5 14 JAWA TIMUR 36,269.5 36,840.4 37,183.0 37,194.5

15 BANTEN 10,661.1 12,140.0 13,717.6 15,343.5

16 B A L I 3,596.7 3,792.6 3,967.7 4,122.1

17 NUSA TENGGARA BARAT 4,701.1 5,040.8 5,367.7 5,671.6 18 NUSA TENGGARA TIMUR 4,417.6 4,694.9 4,957.6 5,194.8 19 KALIMANTAN BARAT 4,771.5 5,142.5 5,493.6 5,809.1 20 KALIMANTAN TENGAH 2,439.9 2,757.2 3,085.8 3,414.4 21 KALIMANTAN SELATAN 3,503.3 3,767.8 4,023.9 4,258.0 22 KALIMANTAN TIMUR 3,191.0 3,587.9 3,995.6 4,400.4 23 SULAWESI UTARA 2,277.2 2,402.8 2,517.2 2,615.5 24 SULAWESI TENGAH 2,640.5 2,884.2 3,131.2 3,372.2 25 SULAWESI SELATAN 8,926.6 9,339.9 9,715.1 10,023.6 26 SULAWESI TENGGARA 2,363.9 2,653.0 2,949.6 3,246.5

27 GORONTALO 906.9 937.5 962.4 979.4

28 M A L U K U 1,369.4 1,478.3 1,589.7 1,698.8

29 MALUKU UTARA 969.5 1,052.7 1,135.5 1,215.2

30 PAPUA 2,819.9 3,119.5 3,410.8 3,682.5

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per

1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.

(9)

tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk (Tabel 1).

Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.

Tabel 2. memperlihatkan dua provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini kemungkinan akibat dari asumsi migrasi yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut umur selama periode proyeksi dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000, terutama untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pola net migrasi provinsi ini pada periode 1995-2000 adalah minus di atas 10 persen, jauh lebih tinggi dari provinsi-provinsi pengirim migran lainnya.

Indonesia masih masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia berada di nomor 4 bersaing dengan Brasil di posisi ke-5.Mengutip data Departemen Perdagangan AS, melalui Biro Sensusnya, Kamis (6/3/2014), China masih menguasai dunia dengan jumlah populasi terbanyak.China menempati posisi pertama dengan jumlah populasi yang mencapai 1,355 miliar. Berada di nomor dua, India memiliki jumlah penduduk yang tak kalah dengan China yakni mencapai 1,236 miliar.AS masih berada di posisi ke-3 dari peringkat negara dengan jumlah penduduk terbanyak. Populasi penduduk di AS mencapai 318.892 juta. Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk mencapai 253,60

PENDIDIKAN PENDUDUK INDONESIA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2013 – 2016

Provinsi 2013 2014 2015 2016

07-Des 07-Des 07-Des 07-Des

(10)

SUMATERA UTARA 98.60 99.03 99.26 99.35

KEP. BANGKA BELITUNG 97.72 98.13 99.16 99.22

KEP. RIAU 98.44 98.63 99.12 99.34

NUSA TENGGARA BARAT 98.18 98.20 99.11 99.48

NUSA TENGGARA TIMUR 96.15 97.34 97.99 98.13

KALIMANTAN BARAT 96.66 96.91 98.18 98.27

(11)
(12)

memperkuat kompetensi kepala sekolah, guru, dan pemangku kepentingan lainnya; meningkatkan kualitas dan akses; dan meningkatkan efektivitas birokrasi pendidikan dan pelibatan publik dalam penyelesaian persoalan pendidikan.

Yogyakarta, 1 Januari 2017

http://www.kompasiana.com/marsigit/keadaan-pendidikan-saat-ini_5535b99c6ea834f62ada42f6

KESEHATAN PENDUDUK INDONESIA TINGKAT PEROVINSI TAHUN 2013-2016

Provinsi

Ratio

2013 2014 2015 2016

(13)

SUMATERA UTARA 73.09 74.49 75.30 61.93

KEP. BANGKA BELITUNG 76.18 79.66 79.80 76.78

KEP. RIAU 80.80 83.04 78.19 79.19

NUSA TENGGARA BARAT 82.86 82.45 85.26 78.48

NUSA TENGGARA TIMUR 79.93 80.04 80.04 74.07

KALIMANTAN BARAT 73.44 72.68 73.31 64.58

Sehat adalah suatu kondisi dimana kita dalam posisi keadaan baik. Kondisi baik melingkup kondisi fisik, mental dan sosial yang tidak terganggu sehingga daapat melakukan aktivitas sehari-hari. Jikasalah satu dari bagian anggota tubuh kita tidak dalam keadaan baik, maka kita disebut tidak sehat. Tentunya masalah kesehatan dapat terjadi dalam lingkungan masyarakat kita saat ini.

(14)

Masalah kesehatan di Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia diantaranya adalah pengaruh urbanisasi penduduk, kondisi tempat pembuangan limbah, faktor tingkat pendidikan, faktor lingkungan, faktor oleh petugas kesehatan, faktor pelayanan kesehatan, dan budaya.

1. Urbanisasi salah satu yang sangat sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat Indonesia. Pengertian urbanisasi adalah perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota. Faktor ini mengakibatkan banyak masalah baru di ibu kota terutama dalam hal kesehatan masyarakat kota. Masalah ini akibat ketidak adaan skill atau keahlian khusus dari warga yang pindah ke kota sehingga menimbulkan penganggur atau pengemis dan masalah lainnya. penduduk yang pindah itu terkadang pindah tampa memiliki tempat tinggal tetap sehingg menciptakan lingkungan kumuh dll.

2. Kondisi tempat pembuangan limbah dapat menjadi masalah untuk kesehatan di lingkungan tempat pembuangan sampah.

3. Masalah lingkungan itu timbul dari limbah rumah tangga, yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Masalah besar yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga tersebut adalah pencemaran air, tanah, udara serta air sungai yang menjadikan tempat berkembangbiaknya penyakit agens dan vektor penyakit menular.

4. Pendidikan juga menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pendidikan sangat mempengaruhi prilaku masyarakat, kurangnya pendidik mengakibatkan kurang nya kesadaran untuk menghargai kesehatan.

5. Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan, lingkunganlah yang membuat kita berinteraksi. Jadi situasi lingkungan yang jelek sangat berpengaruh terhadap status kesehatan.

6. Lingkungan pemukiman khususnya rumah tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.

Untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ada di Indonesia ini dilakukanlah berbagai cara guna mengatasi masalah tersebut dengan meningkatkan kesehatan di Indonesia, diantaranya:

 Melakukan edukasi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan  Peningkatan pembangunan jumlah serta meningkatkan kualitas Puskesmas.

 Peningkatan kualitas dan kuantitas dari tenaga kesehatan itu sendiri

 Peningkatan tingkat pendidikan kesehatan pada lingkungan masyarakat sejak usia dini  Peningkatan sistem jaminan kesehatan terutama untuk penduduk miskin.

Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini salah satunya adalah masalah gizi masyaraka. Masalah gizi masyarakat Indonesia saat ini belum mendekati normal, ini bermakna bahwa angka kecukupan gizi di masyarakat Indonesia sangat rendah. Kondisi ini khususnya terjadi di daerah pedesaan. Di pedesaan yang ekonomi masyarakatnya menengah ke bawah sering terjadi kekurangan gizi.

LAHAN PERTANIAN INDONESIA TINGKAT PROVUNSI TAHUN 2013-2016

(15)
(16)

84 18 67 82 64 515 .734

Papua Barat7 .652 1 .676 2 .849 1 .844 1 .291 2 0313 1 2.054 1

Papua10 .815 7 .755 7 .961 5 .739 4 .116 4 0.387 3 7.124 3

Indonesia 9.917 2 7.399 2 7.687 2 8.897 2 5.525 1 24.023 1 29.425 1

Catatan: r = Angka diperbaiki

1 Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Serta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)

2 SK Penunjukan masih berdasarkan TGHK

3 Belum ada SK Penunjukan, data masih bergabung dengan provinsi induk

4 Perhitungan ulang secara digital setelah dikurangi Provinsi Jawa Barat

5 Perhitungan ulang secara digital setelah dikurangi Provinsi Bangka Belitung

6 Perhitungan ulang secara digital setelah dikurangi Provinsi Gorontalo

7 Perhitungan ulang secara digital setelah dikurangi Provinsi Papua

8 Perhitungan ulang secara digital setelah dikurangi Provinsi Maluku Utara

9 SK Persetujuan Perubahan

10 SK Penunjukan Baru

11 Perhitungan luas berdasarkan SK TGHK Prov Riau dikurangi SK Perubahan Prov Kepri

Sumber: Kementerian Kehutanan

Sampai tahun 2016 lauas lahan perkapita masyarakat hanya mencapai 0.25 hektar perkapita per tahun. Luas ini kalah jauh di banding dengan Negara ASEAN lainnya, yakni Thailand, Vietnam dan Malaysia yang rata-rata mmencapai 3.5 Hektar perkapita.

Hingga akhir tahun 2016 luas lahan pertanian di Indonesia baru mencapai 8.1 juta hektar dimana tingkat alih fungsi lahan mencapai 100 ribu hektar per tahunnya. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sekitar 1.6% pertahun, lahan yang sawah yang diperlukan mencukupi kebutuhan pangan masyarakat adalah minimal 10 juta hektar.

Untuk mencapai target peroduksi pertanian tahun 2017, yang terdiri antara lain padi 75.13 juta ton, gula 3.07 juta ton, kedelai 1.5 juta ton serta jagung 21.35 juta ton, maka mau tidak mau perluasan lahan pertanian harus dilakukan.

Undang – Undang (UU) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) yang bertujuan untuk mencegah penyusutan lahan pertanian, adalah payung hukum untuk mencapai target pertanian tersebut.

(17)

Dalam aplikasinya, UU PLP2B telah diturunkan menjadi Peraturan Daerah (PERDA) diberbagai provinsi Indonesia. Namun secara keseluruhan masih belu diintegrasikan dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di level Kabupaten serta belum diwujudkan menjadi Peraturan Bupati (PERBUB). Tanpa integrasi, penentuan mana saja lahan yang akan dilindungi di wilayah kabupaten tidak bisa dilakukan.

Sektor pertanian Indonesia akan lebih sulit bersain dengan Negara-negara ASEAN yang bergabung dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), bila lahan pertanain terus berkurang dari waktu ke waktu.

PERTAMBANGAN INDONESIA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2013-2016

Jenis Bahan Galian Volume Produksi Pertambangan Bahan Galian (M3)

2013 2014 2015 2016

Pasir 252.746.435 309.448.774 261.691.048 302.439.255

Batu 83.668.562 89.590.918 84.113.959 104.276.218

Andesit 5.980.898 15.614.556 15.726.758 13.864.769

Kerikil 18.460.348 16.436.700 30.091.653 37.508.536

Batu Kapur 12.391.563 5.067.234 7.835.405 13.317.839

Pasir Kwarsa 1.145.262 1.217.808 1.828.492 2.446.715

Marmer 865.409 678.610 754.696 707.163

Tanah Liat 5.643.143 9.867.236 8.545.141 7.729.717

Tanah 40.036.033 19.105.218 21.730.810 27.335.816

Batu Lain 19.457.199 7.784.140 15.007.423 12.332.312

Batu Apung 169.338 105.732 433.010 689.208

Feldspar 676.504 285.745 588.685 566.979

Trass 402.909 2.589.600 726.189 2.267.872

Kaolin 254.592 239.724 284.583 706.297

Zeolite 114.098 130.592 116.600 102.000

(18)
(19)

kuda tanpa mempertimbangkan dampak negatif dari pelaksanaan peraturan – peraturan tersebut dan juga umum diketahui oleh para pelaku di industri pertambangan bahwa pelaksanaan peraturan – peraturan tersebut cenderung pilih kasih dan bersikap tebang pilih serta beraroma politis, dikarenakan para pemilik, investor atau petinggi perusahaan tambang besar adalah para pengusaha kakap (lokal dan internasional), para politisi/petinggi partai, para birokrat berpengaruh, para aparat berbintang, yang mana mereka semua memiliki kekuatan untuk mempengaruhi atau memanipulasi setiap kebijakan pemerintah. Saat ini situasi perekonomian sedang mengalami situasi yang tidak normal, pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk menstabilkan dan menyelamatkan perekonomian Indonesia, tentu saja segala kebijakan tersebut harus kita dukung dan laksanakan, peran serta media dan masyarakat sebagai pengawas sangat penting agar kebijakan – kebijakan tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Salah satu upaya pemerintah yang merevisi Permen Minerba Nomor 7 Tahun 2012, menunjukkan sedikit banyak industri pertambangan berperan serta dalam upaya menyelamatkan perekonomian negara, dalam hal ini para pelaku usaha dan pekerja di sektor usaha pertambangan yang selama ini di anggap tidak nasionalis karena turut andil dalam menjual tanah air dapat sedikit berbangga diri dan menyatakan bahwa industri pertambangan menyelamatkan Indonesia. Salam

Bumi (BTH – MC)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/muhammad_cobain/industri-pertambangan-menyelamatkan-indonesia_552a2684f17e61ae63d623b4

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR MENURUT JENIS TANAMAN, INDONESIA (Ton), 2013 - 2016

Tahun KeringKaret MinyakSawit SawitBiji Coklat Kopi Teh KulitKina Tebu Gula1) Tembakau 1)

2013 30,40 6 5198,05 1 446,04 3 7,54 6 2,22 2 5,10 9 ,43 0 244,15 2 ,37 2

1) Termasuk produksi yang menggunakan bahan mentah dari perkebunan rakyat

2) r) Angka Direvisi

3) *) Angka sementara

Karet

Pohon karet memerlukan suhu tinggi yang konstan (26-32 derajat Celsius) dan lingkungan yang lembab supaya dapat berproduksi maksimal. Kondisi-kondisi ini ada di Asia Tenggara tempat sebagian besar karet dunia diproduksi. Sekitar 70% dari produksi karet global berasal dari Thailand, Indonesia dan Malaysia.

Memerlukan waktu tujuh tahun untuk sebatang pohon karet mencapai usia produksinya. Setelah itu, pohon karet tersebut dapat berproduksi sampai berumur 25 tahun. Karena siklus yang panjang dari pohon ini, penyesuaian suplai jangka pendek tidak bisa dilakukan.

(20)

Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia, jumlah suplai karet Indonesia penting untuk pasar global. Sejak tahun 1980an, industri karet Indonesia telah mengalami pertumbuhan produksi yang stabil. Kebanyakan hasil produksi karet negara ini - kira-kira 80% - diproduksi oleh para petani kecil. Oleh karena itu, perkebunan Pemerintah dan swasta memiliki peran yang kecil dalam industri karet domestik.

Kebanyakan produksi karet Indonesia berasal dari provinsi-provinsi berikut:

1. Sumatra Selatan

2. Sumatra Utara

3. Riau

4. Jambi

5. Kalimantan Barat

Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama satu dekade terakhir. Di tahun 2015, perkebunan karet di negara ini mencapai luas total 3,65 juta hektar. Karena prospek industri karet positif, telah ada peralihan dari perkebunan-perkebunan komoditi seperti kakao, kopi dan teh, menjadi perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet. Jumlah perkebunan karet milik petani kecil telah meningkat, sementara perkebunan Pemerintah dan swasta telah agak berkurang, kemungkinan karena perpindahan fokus ke kelapa sawit.

Sekitar 85% dari produksi karet Indonesia diekspor. Hampir setengah dari karet yang diekspor ini dikirimkan ke negara-negara Asia lain, diikuti oleh negara-negara di Amerika Utara dan Eropa. Lima negara yang paling banyak mengimpor karet dari Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, Singapura, dan Brazil. Konsumsi karet domestik kebanyakan diserap oleh industri-industri manufaktur Indonesia (terutama sektor otomotif).

Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki level produktivitas per hektar yang rendah. Hal ini ikut disebabkan oleh fakta bahwa usia pohon-pohon karet di Indonesia umumnya sudah tua dikombinasikan dengan kemampian investasi yang rendah dari para petani kecil, sehingga mengurangi hasil panen. Sementara Thailand memproduksi 1.800 kilogram (kg) karet per hektar per tahun, Indonesia hanya berhasil memproduksi 1.080 kg/ha. Baik Vietnam (1.720 kg/ha) maupun Malaysia (1.510 kg/ha) memiliki produktivitas karet yang lebih tinggi.

Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor produk-produk karet olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya industri manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar 85% dari hasil produksi karetnya. Kendati begitu, di beberapa tahun terakhir tampak ada perubahan (walaupun lambat) karena jumlah ekspor sedikit menurun akibat meningkatnya konsumsi domestik. Sekitar setengah dari karet alam yang diserap secara domestik digunakan oleh industri manufaktur ban, diikuti oleh sarung tangan karet, benang karet, alas kaki, ban vulkanisir, sarung tangan medis dan alat-alat lain.

Sebagai importir karet terbesar di dunia, kebijakan-kebijakan RRT bisa memiliki dampak sangat luas bagi industri karet dunia. Di akhir tahun 2014, Pemerintah RRT memutuskan untuk menyetujui standar baru untuk impor senyawa karet. Kandungan karet mentah yang diizinkan dalam senyawa karet yang diimpor dikurangi dari 95-99,5% menjadi 88%, mengimplikasikan bahwa impor senyawa karet ke RRT dikenai beacukai impor 20% (tarif yang sama dengan beacukai impor karet alam). Kebijakan RRT yang baru ini adalah pukulan bagi para suplier karet dari Indonesia karena menyebabkan penurunan penggunaan senyawa karet di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

(21)

dipindahkan dari daftar sistem ini karena AS meyakini bahwa industri ban Indonesia sudah cukup kompetitif. Ini berarti ekspor ban ke AS kini dikenai pajak impor 5%.

Seperti kebanyakan komoditi lain, harga karet internasional telah melemah sejak awal 2011 karena rendahnya permintaan global. Harga karet diprediksi akan tetap rendah di masa mendatang yang dekat karena laju pertumbuhan RRT diprediksi akan semakin menurun di tahun-tahun mendatang.

Kelapa Sawit

Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki sumber daya alam yang tak terhingga. Keuntungan ini memang karena letaknya yang dilewati garis khatulistiwa sehingga banyak tumbuhan yang bisa hidup di tanah yang cukup subur ini. Salah satu dari banyaknya tumbuhan tersebut ialah sawit. Sawit ini merupakan komoditas utama di Indonesia. Hasil olahannya yang memiliki banyak manfaat, membuat banyak pihak yang juga ingin meraup keuntungan dari hasil olahannya berupa minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).

Di Indonesia, persebaran perkebunan bisa dilihat dari Sumatera hingga ke Sulawesi. Perkebunan ini dikelola terus untuk diambil hasil produksinya. Dari sejumlah daerah penghasil sawit, Provinsi Riau adalah salah satu yang terbesar. Hampir setiap tahun terjadi kasus kebakaran hutan salah satu penyebabnya adalah pembukaan lahan perkebunan. Pada pertengahan Juni tahun 2015 lalu, sejumlah titik api muncul di Pekanbaru, Riau, yang pada akhirnya ditumbuhi sawit-sawit di lahan yang sudah terbakar tadi. Meskipun

image kebakaran ini melekat pada provinsi yang lebih dikenal karena industri pengolahan CPO ini, hal ini tidak menurunkan produksi dan tetap menjadikan provinsi ini menjadi yang terbanyak perkebunannya.

Sebagai salah satu provinsi yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia, Kalimantan memiliki potensi yang besar untuk ditanami jenis tanaman palem ini. Ada banyak perusahaan perkebunan di Kalimantan yang awalnya dimulai dari perkebunan rakyat. Lalu seiring meningkatnya permintaan dunia akan produksi Crude Palm Oil dan didukung dengan keberadaan lahan yang masih luas, maka Kalimantan menjadi salah satu provinsi dengan produksi tumbuhan ini sebagai yang terbanyak.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga terdapat pada Pulau Sumatera dan salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Salah satu perusahaan perkebunan tanaman ini yang terbesar dimiliki oleh perusahaan milik negara yaitu PTPN yang luasnya mencapai lebih dari 300.000 ha dan luas areal perkebunan milik rakyat ada lebih dari 400.000 ha. Perkebunan di Pulau Sumatera mampu memproduksi CPO hingga mencapai 14 juta ton pada tahun 2012 dan meningkat setiap tahunnya. Nilai ekspor Crude Palm Oil di Sumatera Utara mengalami kenaikan 2,05 persen karena besarnya permintaan dunia akan kebutuhan CPO yang dipicu oleh kekhawatiran akan kekeringan yang terjadi di lahan budidaya tanaman palma ini.

Selanjutnya, provinsi yang kebagian rejeki tumbuhan ini adalah Sumatera Barat. Terletak pada pesisir pantai barat Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, Sumatera Barat memiliki potensi alam yang kaya dan tidak menutup kemungkinan untuk membudidayakan tanaman ini. Sawit yang dibudidayakan di ranah Minang sendiri bisa dikatakan baru, mengingat bahwa ekspansi agribisnis ini masuk sekitar tahun 1990-an dan terdiri dari 35.000 ha lebih.

Sampai sekarang, Indonesia terus berusaha dan tetap optimis untuk tetap menjaga produksi Crude Palm Oil

dan terus meningkatkan ekspor ke negara-negara yang sudah menjadi langganan tetap. Sektor industri agribisnis terbesar ini sudah menyelamatkan perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun.

Cokelat

(22)

ketiga dunia. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementrian Pertanian, Gamal Nasir, mengatakan Gernas Kakao merupakan salah satu upaya dalam mempercepat peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan mengoptimalkan seluruh potensi pemangku kepeningan dan sumber daya yang ada. Selain itu, Gernas Kakao juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu hasil. Gamal mengungkapkan, dari luas areal tanaman kakao di Indonesia yang mencapai 1.732.641 hektare (Ha) didominasi perkebunan rakyat (94%) dengan petani yang terlibat secara langsung sebanyak 1.626.816 KK. Dari luas areal kakao itu dibagi menjadi 873.785 Ha Tamanan Menghasilkan (TM), dan 690.859 Ha Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), dan 167.998 Ha Tanaman Tidak

Menghasilkan/Tua Rusak (TTM/TR).

(23)

menghasilkan hingga 750-1100 Kg/Ha. Menurut Gamal, dampak produksi dari program Gernas Kakao untuk kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi akan mulai bernilai positif pada 2013. Namun peningkayan produksi masih kecil yaitu 39.965 ton. “Nilai tersebut akan terus meningkat dan diprediksi pada tahun 2015 akan mencapai 104.964 ton,” ujarnya. Selain itu, lanjut Gamal, program Gernas Kakao juga berdampak pada perubahan social petani. Hal ini dapat dilihat dari interaksi dalam kelompok tani sebagai lembaga organisasi produksi dan bisnis petani. “Interaksi ini akan menentukan keberhasilan dalam membangun kelembagaan petani,” tukasnya. Gamal mengatakan, perubahan social terkait dengan jiwa gotong-royong meningkat saat program Gernas berlangsung. Karena sifatnya gerakan maka peserta gerakan berusaha untuk melakukan kegiatan bersama, yang tentunya menumbuhkan interaksi yang lebih sering dalam kehidupan. Hanya saja, interaksi itu mulai memudar setelah tahun kedua dan seterusnya setelah Gernas berakhir. Meski begitu program Gernas telah mampu meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kakao yang benar. Sedangkan perubahan perilaku menyangkut etos bisnis berkebun coklat belum terlihat perubahan. Hal ini karena kelembagaan petani (kelompok tani) belum berfungsi secara optimal. Namun di sisi lain, Gernas Kakao telah membantu petani untuk memperbaiki sistem drainese dan pengelolaan air hujan, juga melakukan pemangkasan pohon pelindung dan pembersihan kebun.

Volume Ekspor dan Impor Menurut Golongan SITC (Berat bersih: ribu ton), 2013-2016

SIT

C Golongan Barang

Ekspor/Exports Impor/Imports

2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016

0 Bahan makanan danbinatang hidup 7.795 8.596 9.380 9.832 16.655 22.566 21.226 22.056

1 Minuman dan tembakau 199 244 206 237 160 185 247 259

2 Bahan-bahan mentah, tidak untuk

(24)

Catatan:

r Angka diperbaiki

[Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB)]

Setiap negara tak pernah terlepas dari kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa setiap negara memiliki karakteristik sumber daya masing-masing dan tentunya karakteristik tersebut berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Untuk melengkapi dan mengisi perbedaan karakteristik tersebutlah, kegiatan ekspor impor dilakukan. Penting pula untuk diketahui, secara tidak langsung, kegiatan ekspor dan impor mempunyai andil yang cukup penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara. Berdasarkan data yang diambil dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, ekspor impor juga termasuk dalam indikator ekonomi Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya. Akan tetapi, apakah hal tersebut mampu menutup kemungkinan nilai impor Indonesia lebih mendominasi dibandingkan nilai ekspornya?

Ekspor

Menurut KBBI, pengertian ekspor adalah pengiriman barang dagangan ke luar negeri. Barang dagangan yang dimaksud bisa berupa barang secara fisik ataupun jasa. Ekspor merupakan salah satu tolak ukur penting untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Dari kegiatan ekspor ini maka dapat terjamin kegiatan bisnis di sektor riil semakin terjaga. Produksi barang tidak hanya berputar di dalam negeri saja akan tetapi juga berputar di perdagangan Internasional. Oleh sebab itulah, dalam jangka panjang kegiatan ekspor dapat menjadi pahlawan devisa bagi pertumbuhan ekonomi negara.

Namun, menurut data yang didapat, perkembangan ekspor Indonesia mulai tahun 2011-2015 tidak mengalami peningkatan malah sebaliknya. Berdasarkan grafik di bawah ini, dalam kurun waktu 2011-2015, nilai ekspor Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya dari 203.496,60 juta US$ menjadi 150.252,50 juta US$ pada tahun 2015 yang lalu. Dapat disimpulkan, mulai dari tahun 2011-2015, penurunan nilai ekspor adalah sebesar 26,16%.

Impor

(25)

DISTRIBUSI PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA TAHUN 2013-2016

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.

Distribusi pendapatan nasional menggambarkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Distribusi pendapatan nasional akan menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi akan mampu menciptakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum.

Ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan salah satu permasalahana pembangunan sebab pertumbuhan ekonomi tidak banyak bermanfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat apabila distribusi hasil pembangunan tidak merata. Terdapat 8 (delapan) penyebab ketidakmerataan distribusi pendapatan, diantaranya: pertumbuhan penduduk yang tinggi, inflasi, pembangunan daerah tidak merata, penggangguran tinggi, mobilitas sosial rendah, memburuknya nilai tukar produk NSB, dan hancurnya industri kerajinan rakyat.

Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk.

TH

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan 40% 40% 20% 40% 40% 20% 40% 40% 20%

(26)
(27)

Daftar Pustaka

1. http://www.kompasiana.com/marsigit/keadaan-pendidikan-saat-ini_5535b99c6ea834f62ada42f6

2.

http://www.kompasiana.com/rambu/hasil-hasil-pertanian-di-indonesia_55005ffca3331159735107d2

3.

http://www.kompasiana.com/muhammad_cobain/industri-pertambangan-menyelamatkan-indonesia_552a2684f17e61ae63d623b4

4.

http://www.kompasiana.com/marsigit/keadaan-pendidikan-saat-ini_5535b99c6ea834f62ada42f6

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Anda, apakah ikan teri yang Anda beli di lokasi tersebut aman untuk dikonsumsi (tidak mengandung bahan pengawet seperti formalin, dan sebagainya).. Jawab : (

Terkait dengan pertanyaan studi tersebut,.. maka hipotesis yang perlu diuji dalam studi ini adalah sebagai berikut. Dikarenakan faktor- faktor: 1) divided government sebagai

Adalah peserta yang telah mengikuti pelatihan dasar dialisis dan aktif bekerja diruang HD atau telah bbekerja di ruang dialisis dengan persyaratan sebagai berikut :.. Memiliki

Pengembangan karir dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang terencana, terorganisir, terdiri dari aktivitas atau proses yang terstruktur yang menghasilkan upaya saling

How do information systems support the activities of managers and management decision making?. • How do business intelligence and business analytics support

Melalui proses internalisasi, misi, visi, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi dapat tertanam di dalam diri seluruh personel menjadi shared mission, shared vision, shared

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan media pembelajaran, yaitu mikroskop cahaya (eksperimen 1) dan microcam (eksperimen 2) terhadap

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dari 131 responden penelitian berdasarkan tingkat motivasi belajar kelas X dan XI di SMA muhammadiyah 1 Semarang