• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENGANIAYAAN YANG DI LAKUKAN OLEH PENAGIH HUTANG (DEBT COLLECTOR) (Studi Wilayah Hukum Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENGANIAYAAN YANG DI LAKUKAN OLEH PENAGIH HUTANG (DEBT COLLECTOR) (Studi Wilayah Hukum Bandar Lampung)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH PENAGIH HUTANG (DEBT COLLECTOR)

(STUDI KASUS DI WILAYAH HUKUM BANDAR LAMPUNG)

Oleh

Fabiyola Natasya Tobing, Sunarto, Firganefi Email : natasyafabiyola@gmail. com

Penganiayaan sebagai salah satu bentuk kejahatan merupakan masalah sosial yang sulit dihilangkan dalam masyarakat, salah satu bentuk kepentingan yang menjadi titik awal terjadinya kejahatan kekerasan atau penganiayaan adalah masalah penagihan hutang terhadap debitur oleh kreditur dengan memakai penagih hutang (debt collector). Permasalah adalah apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penganiayaan dan bagaimana upaya penanggulangan. Pendekatan masalah dalam penelitian iniadalah menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan adalah primer yang diperoleh dengan cara wawancara, serta data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian yaitu, faktor penyebab kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh debt collectordi wilayah Hukum Bandar Lampung adalah faktor individu yaitu daya emosional, rendahnya mental, faktor psikologis yaitu timbul karena adanya suatu dorongan atau tekanan yang dapat berasal dari masalah kebutuhan yang dihadapi. lingkungan yaitu faktor yang menciptakan suatu keadaan peluang atau kesempatan. faktor kurangnya kesadaran debitur mengakibatkan kejahatan penganiayaan karena debitur tidak menunjukan itikad baik, faktor ekonomi tingkat kesejahteraan yang rendah mengakibatkan terjadinya kejahatan penganiayaan, faktor agama kurangnya keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upaya penanggulangan kejahatan penganiayaan yangdilakukan oleh debt collectordilakukan dengan Upaya nonpenal (preventif) dengan memberikan penyuluhan hukum terhadap masyarakat dan instansi terkait, sedangkan upaya penal (represif) yang ditempuh adalah dengan memberikan sanksi pidana. Saran sebaiknya debt collector mematuhi peraturan mengenai tata cara penagihan hutang dalam perjanjian yang telah sah disepakati agar tidak terjadi hal-hal yang nantinya akan merugikan kedua belah pihak.

(2)

ABSTRACT

CRIMINOLOGICAL ANALYSIS AGAINST PERSECUTION CRIME COMMITTED BY DEBT COLLECTORS

(A Case Study In Bandar Lampung Jurisdiction)

By

Fabiyola Natasya Tobing, Sunarto, Firganefi Email : natasyafabiyola@gmail. com

Persecution as a form of crimes is one of social problems that is hard to eliminate in the society. One of the stimulators of persecution or ill-treatment is the issue of debt collection subjected to the debtors by the creditors by using debt collectors. The problems in this research are formulated as follows: what kind of factors might cause persecution and how to overcome the persecution crime. The approaches used in this research were normative and empirical approaches, the data collection consisted of primary data which were obtained through interviews, and the secondary data which were obtained through literature study. The result of the research showed that among the factors causing maltreatment done by debt collectors in Bandar Lampung jurisdiction, included: individual factor like emotional power and low mentality, psychological factor might arise when impulse or pressure pushed problems of fulfilling daily basic, environmental factor which might provide an opportunity to commit a crime, lack of awareness of the debtors also made the persecution happened because the debtors did not show any good intentions, the economic factor of the low level of welfare resulted in the crime of persecution, the religious factor of the lack of faith in God. Among the measures to overcome the crime of maltreatment done by debt collections has been done through nonpenal (preventive) effort by providing legal counseling to society and related institution, while penal effort (repressive) was pursued by giving criminal sanction. It is suggested that the debt collectors should comply with regulations concerning the procedure of debt billing in agreement which has been legitimately agreed to prevent the same crime which will harm both parties.

(3)

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Hukum tersebut harus ditegakkan demi tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana yang

dirumuskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Didalam kehidupan masyarakat mengalami perubahan kehidupan yang membawa masyarakat itu kedalam suatu kondisi yang tidak menentu. Persaingan kehidupan yang ketat, berubahnya pola hidup masyarakat kearah yang konsumtif serta adanya benturan-benturan sosial lainnya dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat, menjadi satu faktor yang mendorong dan menjadi penyebab munculnya berbagai tindakan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan dalam masyarakat salah satu diantarnya adalah penganiayaan.

Penganiayaan sebagai salah satu bentuk kejahatan merupakan masalah sosial yang sulit dihilangkan. Oleh karena itu, selama menjalani hidupnya dalam kehidupan masyarakat, maka selama itu pula ia tetap dihadapkan dengan persoalan kejahatan. Terjadinya penganiayaan dalam masyarakat merupakan suatu kejahatan sosial yang tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi beberapa unsur struktur

sosial tertentu didalam masyarakat itu. Unsur-unsur tersebut misalnya kepentingan seseorang untuk bertindak. Benturan kepentingan antara manusia yang satu dengan yang lainnya sering menjadi titik awal terjadinya bentuk kejahatan secara umum termasuk dengan penganiayaan itu sendiri. Adapun masalah kejahatan itu adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, dengan jalan pengendalian individu di tengah masyarakat. Salah satu bentuk kepentingan yang menjadi titik awal terjadinya kejahatan kekerasan atau penganiayaan adalah masalah penagihan hutang terhadap debitur oleh kreditur dengan memakai penagih hutang (debt collector).

Dalam praktik penagihan hutang debt

collector melakukan tindakan yang

(4)

ada tiga pelaku yang sudah cukup bukti dan ditetapkan sebagai tersangka dari hasil pemeriksaan saksi-saksi dan olah tempat kejadian perkara. Indentitas dari ketiganya sudah ada di kepolisian, petugas melakukan pengecekan keberadaan dari para terlapor. 1

Pada Sabtu 5 April 2016 Yudi dikroyok oleh 7 (tujuh) orang oknum debt

collector dijalan Soekarno Hatta

Kecamatan Kedaton saat sedang mengendarai mobil honda Jazznya ketika Yudi dihadang dua unit minibus yang berisi tujuh orang yang mengaku sebagai eksekutor dari BCA Finance untuk menyita kendaraan yang dipakai Yudi, Ia menanyakan surat perintah dari

leasing tetapi para pelaku tidak bisa

menunjukan tidak terima denga sikap

yudi para pelaku langsung

memukulinya Yudi mengalami luka dibagian muka sebelah kiri memar, leher sebelah kanan lecet dan punggung bagian belakang lecet, selanjutnya Yudi dibantu keluarganya melaporkan kejadian penganiayaan itu ke Polsek Kedaton, ia membuat laporan dengan nomor : TBL/327/III/2016/LPG/ RESTABALAM/SEKTORKDT

sekaligus menyerahkan palaku Hendra ke petugas kepolisian. 2

Seorang guru Sekolah Dasar (SD) karena menunggak kredit mobil di wilayah Kecamatan Palas, Lampung Selatan dianiaya oleh sejumlah pria yang diduga merupakan debt collector dari salah satu leasing kendaraan mobil di Bandarlampung peristiwa itu terjadi dihalaman parkir Rumah Sakit Pertamina Malahayati Bandarlampung pada Selasa 12 Juli 2016 saat korban

1

www.teraslampung.com/2016/01/Penganiayaan Saidan, Tiga “Debt Collector” PT Mandiri Tunas Finance jadi Tersangka/

2

www.lampung-news.com/2016/04/debt collector BCA Finance Aniaya Konsumen/

yang bernama Eka mengantarkan orangtuanya untuk check up di rumah sakit tersebut. Atas kejadian tersebut korban mengalami luka cakar di bagian wajah, jari manis serta luka bakar dibagian bibir atas akibat sundutan api rokok pelaku. lalu korban melaporkan kejadian ini ke Polsek Tanjung Karang, suami korban mengakui memang telah menunggak angsuran mobil selama kurang lebih 7 bulan pada leasing ACC Bandarlampung. 3

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh debt collector dapat terjadi karena korban dalam hal ini debitur yang melakukan wanprestasi dan sikap

tingkah lakunya yang juga

memprovokasi debt collector. Seharusnya nasabah melunasi tagihan yang diharuskan sebagai konsekuensi dana yang telah dipakai, tetapi dengan berbagai alasan nasabah juga banyak yang ingkar janji.

Masalah-masalah kejahatan kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan oleh

debt collectorpada saat melaksanakan

tugasnya ini sudah jelas bertentangan dengan norma-norma hukum yang ada dan perlu diadakan upaya-upaya penanggulangannya agar jenis kejahatan

ini dapat ditekan tingkat

perkembangannya sehingga tidak meresahkan masyarakat khususnya di wilayah kota Bandarlampung.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tindakan yang dilakukan oleh debt collector dan

hal-hal apa yang mempengaruhi

penganiayaan yang dilakukan oleh debt

collector . Untuk itu penulis mengambil

judul skripsi “Analisis Kriminologis

3

(5)

Terhadap Kejahatan Penganiyaan yang Dilakukan oleh DebtCollector di

Bandarlampung”

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah faktor penyebab terjadi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh debt collector dalam melaksanakan tugasnya?

b. Bagaimanakah upaya aparat penegakan hukum dalam mengatasi dan menanggulangi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh

debt collector?

Pendekatan masalah dalam penelitian iniadalah menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan adalah primer yang diperoleh dengan cara wawancara, serta data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Analisis data yang dilakukan adalah menganalisis kemudian data dianalisis secara kualitatif yaitu dilakukan untuk melukiskan kenyataan-kenyataan yang didasarkan hasil penelitian yang berupa penjelasan-penjelasan yang tidak dapat diwujudkan dengan bentuk angka. Kemudian dari analisis data tersebut diambil sebuah kesimpulan induktif

II. PEMBAHASAN

A.Faktor Penyebab Kejahatan Penganiayaan yang di Lakukan Oleh Penagih Hutang (debt collector)

Penganiayaan sebagai salah satu bentuk kejahatan merupakan masalah sosial yang sulit dihilangkan. Oleh karena itu, selama menjalani hidupnya dalam kehidupan masyarakat, maka selama itu pula ia tetap dihadapkan dengan

persoalan kejahatan. Terjadinya penganiayaan dalam masyarakat merupakan suatu kejahatan sosial yang tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi beberapa unsur struktur sosial tertentu didalam masyarakat itu. Unsur-unsur tersebut misalnya kepentingan seseorang untuk bertindak. Benturan kepentingan antara manusia yang satu dengan yang lainnya sering menjadi titik awal terjadinya bentuk kejahatan secara umum termasuk dengan penganiayaan itu sendiri. Adapun masalah kejahatan itu adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, dengan jalan pengendalian individu di tengah masyarakat. Salah satu bentuk kepentingan yang menjadi titik awal terjadinya kejahatan kekerasan atau penganiayaan adalah masalah penagihan hutang terhadap debitur oleh kreditur dengan memakai penagih hutang (debt collector).

Dalam praktik penagihan hutang debt

collector melakukan tindakan yang

mengarah pada tindak pidana. Masalah kejahatan kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan oleh debt collector ini sudah jelas bertentangan dengan norma-norma hukum yang ada.

Penagih hutang (debt collector) yang akan penulis bahas disini adalah penagih hutang (debt collector) yang bekerja atau dipekerjakan oleh perusahaan pembiayaan. Tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penagih hutang atau debt collector di Indonesia. Penagih hutang (debt collector) pada prinsipnya bekerja berdasarkan kuasa yang diberikan oleh kreditur untuk menagih hutang kepada debiturnya.

(6)

penyebab kejahatan, diantaranya teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif biologis, teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif psikologis, dan teori yang mejelaskan kejahatan dari perspektif sosiologis (anomi).

Faktor penyebab kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) berdasarkan hasil penelitian penulis adalah :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dari dalam individu. 4 Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) di Wilayah Hukum Bandar Lampung, yaitu Faktor Individu, sifat khusus dari individu seperti, daya emosional, rendahnya mental dan anomi. Faktor individu yang menyebabkan terjadinya kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) di Wilayah Hukum Bandar Lampung salah satunya adalah perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial yang tidak sesuai dengan nilai kesusilaan dan kepatutan baik dalam sudut pandang secara individu maupun sebagai bagian dari pada mahkluk sosial. Semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norm) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat, namun ditengah kehidupan masyarakat kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat.

Faktor internal lainnya adalah faktor psikologis, faktor psikologis digunakan kriminologi dalam menjelaskan sebab-musabab atau sumber kejahatan

4

Abdul Syani, Sosiologis Kriminalitas, Bandung, Remaja Karya,197,hlm 41.

berdasarkan masalah-masalah

kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat jahat.

Penulis menganalisis bahwa dorongan psikologis dari dalam individu merupakan salah satu faktor utama penyebab seseorang melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana, karena pada dasarnya kejahatan tidak akan terjadi jika dorongan atau tekanan melakukan kejahatan itu sendiri tidak timbul, yang dapat berasal dari masalah-masalah kebutuhan yang dihadapi.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal menurut Abdul Syani adalah faktor yang berasal dari luar diri pelaku yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kejahatan, yaitu faktor lingkungan dan ekonomi. 5 Faktor lingkungan adalah faktor yang menciptakan suatu keadaan, peluang atau kesempatan utuk melakukan tindak pidana kejahatan. Kesempatan adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau memberi peluang atau keadaan yang sangat mendukung untuk terjadinya kejahatan. Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) dalam melaksanakan tugasnya adalah kurangnya tanggung jawab dan pengawasaan oleh pihak yang menggunakan pihak ketiga (debt

collector) tersebut. Biasanya jika ada

tugas penagihan mereka sebelumnya membuat perjanjian yang berisikan berapa persen yang mereka dapat, berapa lama tenggat waktunya, dan siapa yang bertanggungjawab atas tata cara penagihan yang dilakukan.

(7)

Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) yang disebabkan oleh faktor eksternal yang berasal dari luar diri pelaku adalah kurangnya kesadaran debitur, Hendra adalah seorang debt collector yang bekerja di BCA Finance Bandar Lampung yang bertugas untuk menyita unit kendaraan yang dipakai oleh Yudi seorang debitur BCA Finance Bandar Lampung yang telah menunggak pembayaran selama 20 bulan. Hendra tidak terima dengan sikap Yudi pada saat akan dilakukannya penyitaan kendaran yang dipakai oleh Yudi maka

ia dan rekannya melakukan

penganiayaan terhadap Yudi sehingga Yudi mengalami luka dibagian muka sebelah kiri memar, leher sebelah kanan lecet dan punggung bagian belakang lecet. Kejadian terjadi dijalan

Soekarno-Hatta Kecamatan Kedaton

Bandarlampung. 6

Hendra Saputra selaku responden pelaku memberi keterangan bahwa penganiayaan yang dilakukan oleh dia dan rekan kerjannya pada hari Sabtu 5 April 2016 hendak melakukan penarikan satu unit kendaraan beroda empat atas perintah dari BCA Finance Bandar Lampung terhadap Yudi selaku debitur dari BCA Finance Bandar Lampung karena Yudi telah melakukan penunggakan tagihan terhadap BCA Finance Bandar Lampung selama 20 bulan, tindakan Yudi selaku debitur pada saat itu tidak menunjukan itikad baik sehingga Hendra Saputra melakukan penarikan secara paksa terhadap Yudi selaku pemilik kendaraan sehingga terjadilah penganiayaan terhadap Yudi dan ia pun mengakui bahwa perampasan secara paksa itu sudah direncakan sejak awal, Hendra dan tujuh rekannya sesama debt

6

www.lampung-news.com/2016/04/debt collector BCA Finance Aniaya Konsumen/

collector sudah mengikuti Yudi dengan

mengendarai dua mobil lalu salah satu pelaku menghalangi kendaraan Yudi dengan mobilnya, sementara yang satu

menggunakan mobilnya untuk

menabrak dari belakang lalu para pelaku lantas memaksa Yudi turun dari kendaraannya. 7

Ada pun selanjutnya kasus penarikan unit kendaraan milik Hanifah adik dari Zainal, yang terjadi di Jalan Gatot Subroto Bandar Lampung kendaraan itu oleh sang pemilik telah menunggak pembayaran selama 3 bulan kepada Mandiri Finance Bandar Lampung. Para

debt collector hendak membawa mobil

tersebut, tetapi Zainal dan sang istri Erniyati tetap mempertahankan kunci mobil tersebut, hingga kunci mobil tersebut sampai rusak Erniyati pun mengalami luka-luka dileher, tangan dan jari. Alhasil mobil tersebut berhasil direbut dan di derek oleh para debt

collector yang bekerja di Mandiri

Finance Bandar Lampung

(8)

berbadan tegap menanyakan indentitas kepada dirinya tetapi dirinya belum menjawab pertanyaan pria tersebut langsung mecabut kunci mobilnya Eka, merasa jiwanya terancam Eka berteriak meminta pertolongan orang-orang yang berada disekitar lokasi parkiran rumah sakit, sambil berupaya merebut kunci mobil yang sudah dipegang oleh pelaku, lalu disitulah terjadi penganiayaan terhadap dirinya. Akibatnya Eka dilarikan ke bagian Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Pertamina Malahayati untuk mendapatkan perawatan, dan mobil miliknya sudah dibawa oleh pelaku penganiayaan yang diduga debt collector dari ACC Finance Bandar Lampung. Lalu suami Eka yang bernama Bahami mengakui bahwa selama ini memang telah melakukan penunggakan pembayaran angsuran mobil kurang lebih 7 bulan lamanya pada leasing ACC Finance Bandar Lampung.

Penulis berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran hukum seseorang, maka akan semakin tinggi ketaatan dan kepatuhannya terhadap hukum dan sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran hukum seseorang, maka akan semakin kurangnya ketaatan dan kepatuhannya terhadap hukum. Adanya penunggakan hutang yang dilakukan oleh para nasabah sebenarnya memperlihatkan bahwa tidak adanya ketaatan hukum, dalam perjanjian antara pemberi pinjaman dengan nasabah tentu terdapat pengaturan mengenai batas waktu pembayaran pinjaman. Nasabah yang menunggak tentu telah melawati batas waktu yang diperjanjikan sebagaimana yang terdapat dalam perjanjian yang berlaku bagaikan hukum diantara kedua belah pihak.

Melihat dari beberapa contoh kasus yang telah terjadi di wilayah hukum Bandar Lampung kurangnya kesadaran debitur untuk membayar hutang yang dimilikinya tepat waktu sehingga para kreditur terpaksa menggunakan jasa

debt collector atau pihak ketiga

terhadap debitur, itu merupakan faktor eksternal yang mengakibatkan adanya tindak pidana kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang

(debt collector) pada saat melakukan

tugasnya debitur tidak menunjukan itikad baik sehingga terjadilah tindak pidana penganiayaan karena debitur tidak mau menyerahkan kendaraan bermotornya untuk disita oleh pihak leasing padahal debitur telah melakukan penunggakan pembayaran angsuran pinjaman terhadap perusahan leasing, debitur pun sebenarnya sudah tahu bahwa ada konsekuensi yang harus diterima dan itu disetujui oleh kedua belah pihak yang tertuang dalam perjanjian dan perjanjian itu menjadi hukum bagi kedua belah pihak, dalam perjanjian sudah jelas tertulis apabila debitur tidak dapat membayar angsuran dalam waktu lebih dari 3 (tiga) bulan maka kendaraan bermotor akan ditarik oleh pihak leasing.

Faktor eksternal lainnya yang menyebabkan kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang

(debt collector) adalah faktor ekonomi.

Kejahatan sebagai fenomena sosial dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, politik, sosial, serta budaya. Oleh karenanya ekonomi adalah salah satu variabel yang menyebabkan kejahatan terjadi. Banyak orang yang melakukan kejahatan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya.

(9)

menyatakan bahwa kejahatan terjadi sebagai konsekuensi dari masyarakat akibat sistem perekonomian. Tingkat

kesejahteraan yang rendah

mengakibatkan banyak terjadinya kejahatan.

Plato mengungkapkan bahwa

kemiskinan menjadi bahaya besar bagi jiwa orang karena desakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dapat menimbulkan hasrat untuk melakukan kejahatan. 8

Menurut pandangan penulis yang didasarkan atas pendapat para ahli dan narasumber bahwa penganiyaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt

collector) disebabkan oleh faktor

internal berupa psikologis dan individu, dan faktor eksternal berupa lingkungan , kurangnya kesadaran debitur, ekonomi dan agama. Menurut pandangan penulis faktor penyebab utama kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) adalah faktor kurangnya kesadaran debitur untuk membayar hutangnya dan tetap mempertahankan kendaraanya yang menjadi jaminan. Debitur yang tidak menunjukan itikad baiknya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tindak pidana penganiaayan, serta kurangnya pengawasan dari pihak perusahaan yang menggunakan jasa

debt collector untuk melakukan

penarikan barang, dikarenakandidalam perjanjian terdapat klausa perjanjian pihak yang bertanggungjawab atas segala permasalahan yang timbul dalam pemberian kuasa adalah pihak ketiga (debt collector).

Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor terjadinya tindak pidana penganiayaan dikarenakan rendahnya

8

Noach Simanjuntak, 1984. Kriminologi.

Bandung: Tarsito, hlm. 53

tingkat kesejahteraan hidup. Basri selaku responden pelaku mengakui tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh dirinya dan keenam orang rekannya berdasarakan perintah dari BCA Finance Bandar Lampung, dikarena Yudi selaku debitur BCA Finance telah melakukan penunggakan pembayaran angsuran pinjaman terhadap BCA Finance selama 20 (dua puluh) bulan. Jika para collector tidak dapat memenuhi tugas pengambilan barang selama dalam kurun waktu yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan leasing tempat mereka bekerja, maka para debt collector tidak dipekerjakan kembali, maka mereka tidak memiliki pekerjaan. Tuntutan kebutuhan hidup yang mahal membuat para debt

collector mencari jalan pintas untuk

mempelancar tugasnya sebagai penarik barang yang menjadi jaminan ketika

melakukan peminjaman dana.

Berdasarkan dari kasus yang penulis teliti faktor adalah salah satu faktor penyebab utama yang paling sering menjadi alasan terjadinya tindak pidana penganiayaan.

B.Upaya Penanggulangan Kejahatan Penganiayaan yang di Lakukan Oleh Penagih Hutang (Debt collector)

Kejahata sebagai salah satu bentuk dari perilaku menyimpang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat. Menurut Benedict S. Alper kejahatan merupakan the oldest social problem. 9

Upaya penanggulangan kejahatan sangat erat kaitannya dengan kebijakan hukuman pidana (politik hukum pidana) yang merupakan suatu usaha untuk

9

(10)

menanggulangi kejahatan melalui penegakan hukum pidana yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna. Sehingga tujuan dari penanggulangan kejahatan itu sendiri dapat tercapai yaitu untuk perlindungan masyarakat agar tercapainya kesejahteraan masyarakat (social

defense for social walfare).

Upaya penangggulangan kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) hasil penelitan penulis, yaitu:

1. Upaya nonpenal

Upaya nonpenal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat pencegahan sebelum kejahatan terjadi. Upaya nonpenal mencakup pencegahan pada faktor-faktor penyebab kejahatan. Prof Sudarto mengemukakan bahwa kegiatan patrol dari polisi yang dilakukan secara kontinu termasuk upaya nonpenal. 10

Upaya nonpenal atau upaya diluar hukum pidana lebih menitik beratkan pada sifat pre-entif yaitu pencegahan, penangkalan, pengendalian sebelum terjadinya kejahatan. Sarana utama dari upaya ini adalah mengenai faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan. Demikian dilihat dari sudut pandang kriminal secara makro dan global, maka non penal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal.

Upaya nonpenal yang paling strategis adalah upaya untuk menjadikan

10

Barda Nawawi Arif, Kebijakan Huukum Pidana, loc.cit.

masyarkat sebagai lingkungan sosial dan lingkungan hidup yang sehat secara materil dan interil dan faktor-faktor kriminologi. 11

Upaya penanggulangan kejahatan melalui upaya preventif Polri khususnya satuan Reserse Kriminal dan aparat penegak hukum lainnya serta dukungan swakarsa masyarakat, mengusahakan untuk memperkecil ruang gerak serta kesempatan dilakukannya kejahatan. Peranan polisi di Bandar Lampung yaitu:

1. Menghilangkan salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan secara preventif oleh Polisi Bandar Lampung adalah dengan melakukan pengawasan dan mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat dan instansi terkait. Penyuluhan hukum adalah kegiatan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat berupa penyampaian dan penjelasan peraturan hukum kepada masyarakat dalam suasana informal sehingga tercipta sikap dan perilaku masyarakar yang berkesadaran hukum.

Disamping mengetahui memahami, menghayati hukum masyarakat sekaligus diharapkan dapat mematuhi atau mentaati hukum.

Eksistensi penyuluhan sangat diperlukan karena saat ini, meskipun sudah banyak anggota masyarakat yang sudah mengetahui dan memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya menurut hukum, namu masih ada yang belum dapat bersikap sesuai dengan hukum yang berlaku.

11

(11)

2. Kepolisian Bandar Lampung telah melakukan upaya pencegahan dengan cara merazia tempat-tempat yang dianggap rawan dari tindak kejahatan. Razia rutin melibatkan banyak personil yang diturunkan ke lapangan serta melibatkan Satuan Intel dari Polresta Bandar Lampung

3. Kepolisian Bandar Lampung melakukan penyiagaan bidang humas dalam tiap instansi kepolisan agar masyarakat yang memiliki masalah dengan pihak penagih hutang (debt collector) bisa berkonsultasi bahkan dimediasi oleh aparat kepolisian, baik secara

langsung maupun dengan

bekerjasama dengan lembaga perlindungan konsumen.

Dalam setiap penyuluhan ataupun bila ada masyarakat yang datang langsung di Polresta Bandar Lampung, pihak kepolisan selalu memberi masukan atau tips-tips kepada masyarakat dalam menghadapi penagih hutang (debt

collector) agar mereka tidak

mempunyai kesempatan untuk

melakukan tindakan lebih lanjut yang dapat merugikan. Adapun tips-tips yang biasanya diberikan antara lain:

a. Ajak bicara baik-baik, utarakan bahwa memang sedang dalam kondisi kesulitan keuangnan dan sampaikan bahwa sesegera mungkin apabila sudah ada maka akan melakukan pembayaran bahkan jika

mungkin akan melakukan

pelunasan.

b. Usir jika tidak sopan. Apabila debt

collector datang dan berlaku tidak

sopan maka konsumen berhak mengusir, karena konsumen berada dirumah sendiri.

c. Tanyakan indentitas. Indentitas dapat berupa kartu karyawan, atau surat kuasa bagi eksternal. Ini sangat

penting guna menghindari debt collector liar yang berkeliaran. Bila terpaksa harus melakukan pembayaran kepada debt collector (yang diberi kewenangan secara tertulis) mintalah kwitansi atau bayarlah langsung kekantor apabila dirasakan anda tidak percaya pada

debt collector yang datang.

d. Janjikan pembayaran sesuai kemampuan dan kepastian, tetapi apabila tidak ada yang diharapkan

terhadap kepastian dan

kemampuanm, maka jangan berjanji walau dibawah tekanan, janji lama tapi tepat akan lebih baik daripada janji karena takut tapi meleset. e. Pertahankan unit kendaraan atau

objek jaminan. Hal ini sangat penting mengingat kendaraan adalah milik anda, sesuai dengan STNK dan BPKB sedangkan hubungan konsumen dengan pihak Finance adalah hutang piutang yang terkait dengan hukum perdata.

f. Laporkan polisi. Apabila debt collector bertindak memaksakan kehendak untuk menarik kendaraan/ jaminan, karena tindakannya merupakan perbuatan melawan hukum pidana, maka datanglah ke kantor polisi terdekat, dan buatlah laporan Tindak Pidana perampasan kendaraan dengan tuduhan pelanggaran Pasal 36 KUHP dan Pasal 265 ayat (2) (3) dan (4) Junto Pasal 335 KUHP. Karena yang berhak melakukan eksekusi adalah pengadilan, jika apabila mau mengambil unit kendaraan/jaminan harus membawa surat penetapan eksekusi dari Pengadilan Negeri. g. Titipkan kendaraan. Apabila

dirasakan tidak mampu untuk

mempertahankan kendaraan

(12)

h. Mintalah bantuan hukum. Apabila anda dirasakan tidak mampu menyelesaikan masalah ini maka dapat meminta bantuan hukum

kepada LPK (Lembaga

Perlindungan Konsumen),

KOMNAS PK-PU (Komnas

Perlindungan Konsumen dan Pelaku Usaha) terdekat atau BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) pada kantor Dinas Perdagangan setempat.

2. Upaya Penal

Kebijakan penal atau sering disebut politik hukum pidana merupakan upaya menentukan kearah mana pemberlakuan hukum pidana Indonesia masa yang akan datang dengan melihat penegakannya saat ini. Hal ini berkaitan dengan konseptualitas hukum pidana yang paling baik untuk diterapkan. 12

Dari kasus pelaku penganiayaan yang dilakukan oleh debt collector bernama Hendra bin Hermansyah warga Desa Bumi Aji Lampung Tengah dijatuhi pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan sementara Basri Hariyanto bin Hasanudin warga Yukumjaya Lampung Tengan dijatuhi pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan.

Penulis berpendapat bahwa pidana penjara yang dijatuhkan oleh hakim terhadap kedua pelaku sudah tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar pelaku bersikap jera dan tidak lagi mengulangi perbuatannya dengan menganiaya

customer dikemudian hari. Selain itu,

pidana penjara yang diberikan terhadap pelaku dapat menjadi contoh kepada masyarakat agar tidak mencoba atau meniru.

12

Mahmud Mulyadi,2008, Criminal Policy, Pustaka Bangsa Press, Medan, hlm. 66.

Menurut Erna Dewi, fungsi dari hukuman, setidaknya ada dua yaitu: 1. Menyadarkan pelaku perilaku

menyimpang sehingga tidak melakukan perilaku menyimpanh lagi.

2. Memberikan contoh kepada pihak yang tidak melakukan perilaku menyimpang, bila bahwa mereka melakukan perilaku menyimpang akan mendapatkan hukuman.

Penggunaan sanksi pidana, tidak hanya berarti hanya pidana yang dikenakan pada sipelanggar harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusian yang beradab, tetapi harus dapat membangkitkan kesadaran sipelaku akan nilai-nilai kemanusian dan nilai pergaulan hidup masyarakat. Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal atau hukum pidana lebih menitik beratkan pada sifat represif, upaya ini dilakukan apabila upaya preventif atau upaya pencegahan belum mampu untuk mencegah terjadinya kejahatan.

Menurut Erna Dewi upaya penal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kejahatan penganiaayan yang dilakukan oleh penagih hutang baik dilaporkan masyarakat atau maupun temuan polisi seharusya penegak melakukan tindakan tegas atau penegakan hukum secara tuntas tujuan agar para pelaku menjadi sadar dan jera untuk berbuat kembali, selain itu menjatuhkan hukuman maksimal yang sesuai dengan ketentuan KUHP kepada pelaku penganiayaan yang dilakukan oleh debt collector.

III. PENUTUP

A. Simpulan

(13)

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penganiaayan yang dilakukan oleh debt collector di Wilayah Bandar Lampung adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pelaku, berupa faktor individu dan faktor psikologis. Faktor yang datang dari dalam diri sipelaku disebabkan oleh faktor psikologis yang mempunyai peranan penting terhadap seseorang untuk berbuat suatu kejahatan, faktor tersebut timbul karena adanya suatu dorongan atau tekanan yang dapat berasal dari masalah-masalah kebutuhan yang dihadapi, bentuk dari upaya pemenuhan kebutuhan tersebut salah satunya ialah dengan melakukan suatu kejahatan.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri pelaku yaitufaktor kurangnyatanggung jawab dan pengawasaan oleh pihak yang menggunakan pihak ketiga

(debt collector) tersebut. Dalam

perjanjian terdapat klausula perjanjian kerja sama dengan pihak pengih yang didalamnya dinyatakan bahwa segala tanggung jawab akhir ada di pihak penagih. Faktor penyebab lainnya adalah kurangnya kesadaran debitur. Watak

(character) debitur yang buruk tentu

menimbulkan kesulitan bagi kreditur, pada saat melakukan tugasnya debitur tidak menunjukan itikad baik itu sehingga menyebabkan terjadi tindak pidana

Faktor eksternal lainnya adalah faktor ekonomi. Jika para collector tidak dapat memenuhi tugas pengambilan barang selama dalam kurun waktu yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan leasing tempat mereka bekerja, maka para

debt collectortidak dipekerjakan

kembali, hal itu mengakibatkan mereka tidak memiliki pekerjaan. Tuntutan kebutuhan hidup yang mahal membuat para debt collector mencari jalan pintas untuk mempelancar tugasnya sebagai penarik barang yang menjadi jaminan ketika melakukan peminjaman dana.

Faktor eksternal selanjutnya adalah faktor agama, faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan dan tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt

collector) adalah faktor agama,

kurangnya pengetahuan tentang agama dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kurangnya pengetahuan dan keimanan seseorang membuat ia tidak takut untuk berbuat jahat.

2. Upaya Kepolisan dalam

menanggulangi kejahatan peng-aniayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) di wilayah Bandar Lampung yang dilakukan oleh pihak kepolisian yaitu upaya preventif dengan memberikan penyuluhan hukum terhadap masyarakat dan instansi terkait, dengan cara memediasi permasalahan dengan bekerja sama dengan instansi yang bergerak dalam hal perlindungan konsumen

dan memberikan bantuan

perlindungan kepada masyarakat yang merasa tidak mampu untuk mempertahankan barang yang ingin disita, dan yang terakhir upaya represif dengan cara menindak secara langsung segala tindak pidanayang dilakukan oleh debt

collector dari kasus pelaku

penganiayaan yang dilakukan oleh

(14)

Hermansyah warga Desa Bumi Aji Lampung Tengah dijatuhi pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan sementara Basri Hariyanto bin Hasanudin warga Yukumjaya Lampung Tengan dijatuhi pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan.

B. Saran

Penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis guna untuk mengetahui faktor penyebab dan upaya

penanggulangan kejahatan

penganiayaan yang dilakukan oleh penagih hutang (debt collector) penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya debt collector mematuhi

peraturan mengenai tata cara penagihan hutang dalam perjanjian yang telah sah disepakati agar tidak terjadi hal-hal yang nantinya akan merugikan kedua belah pihak. 2. Sebaiknya aparat kepolisian lebih

aktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan hak-haknya dan juga aparat kepolisian mewajibkan perusahan leasing

mengajukan permohonan

pengamanan penarikan barang yang diajukan secara tertulis kepada Kapolda atau Kapolres tempat pelaksanaan penarikan barang yang ditugaskan kepada debt collector sebelum melakukan penagihan agar mudah untuk menindaki apabila terjadi tindakan yang melanggar hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. 1996. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan

Kejahatan Dengan Pidana

Penjara. Semarang: Badan

Penerbit UNDIP.

Arief, Barda Nawawi. 2005. Kebijakan

Huukum Pidana, Jakarta: PT.

Kencana. Prenada Media Group

Arief, Barda Nawawi. 2008. Bunga

Rampai Kebijakan Hukum

Pidana, Jakarta: PT. Kencana.

Prenada Media Group.

Mulyadi, Mahmud. 2008. Criminal

Policy. Medan: Pustaka Bangsa

Press.

Simanjuntak, Noach. 1984.

Kriminologi. Tarsito. Bandung.

Syani, Abdul. 1987. Sosiologi

Kriminalitas. Ramadja Karya.

Bandung.

http://www.radarlamsel.com/menungga k-kredit-mobil-guru-sd-palas-dianiaya-debt-collector/

www.teraslampung.com/2016/01/Penga niayaanSaidan, Tiga “Debt Collector” PT Mandiri Tunas Finance jadi Tersangka/

www.lampung-news.com/2016/04/debt collector BCA Finance Aniaya Konsumen/

www.lampung-news.com/2016/04/debt collector BCA Finance Aniaya Konsumen/

Referensi

Dokumen terkait

Kejahatan bisnis dipandang dari segi filosofi mengandung makna bahwa telah terjadi perubahan nilai-nilai atau values dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memasangkan agen satu dengan agen lainnya dalam populasi yang terbatas di mana setiap agen bertemu dengan agen lainnya tepat

Berdasarkan pendapat informan diketahui bahwa sudah ada kejelasan dari sasaran kebijakan yang telah diambil dan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada semua pihak yang terkait

Contohnya EKM, dalam kegiatan itu biasanya ada refleksi Pertanyaan apa yang ingin Anda ketahui tentang katekese orang muda berkaitan dengan pembinaan iman?. Bagaimana sih cara

[r]

Luaran dari pendidikan tinggi ini tentu akan memiliki daya saing yang tinggi, mampu menjadi agen perubahan (Musa-Oito, 2018: 89) karena mereka akan terpapar dengan

Kompetensi kepribadian guru memang harus selalu dan senantiasa ditingkatkan (improve) secara terus menerus melalui bimbingan atau pembinaan secara berkala dari dinas