• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR TIDAK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR TIDAK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

14

FAKTOR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR

TIDAK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

Ni Made Ari Febriyanti Angela Niluh Erika Febrianti

Akademi Kebidanan Kartini Bali Email : febriari89@yahoo.com

angelaerika48@gmail.com

Abstract: Factors Affecting Acceptor Not Using Implant Contraception Tool.

This study aims to identify factors affecting acceptors not using implant contraception based on knowledge, age, education, occupation, parity, cost, and husband support. The type of this research is descriptive with cross sectional research approach. This research was conducted at Puskesmas I Melaya from 15 - 21 January 2018. Sampling in this research was done by accidental sampling technique with 30 respondents. The instrument of data collection used is questionnaire. The result of research of factors influencing acceptors do not use implant contraception at Puskesmas I Melaya that most (66,7%) of the respondents are knowledgeable about KB Implant, almost half (43,3%) of respondents come from grandemultipara, half (50,0%) of respondents come from age more than 35 year, most (63,3%) of respondent from primary education ie elementary and junior high, most (63,3%) respondents who do not work, almost most (76,7%) respondents said the cost of Implant KB expensive, and almost most (80,0%) of the respondents did not get support from the husband.

Abstrak : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi Implant. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi akseptor tidak menggunakan alat kontrasepsi implant berdasarkan pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, biaya, dan dukungan suami. Jenis penelitian ini adalah deskritif dengan pendekatan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas I Melaya dari tanggal 15 – 21 Januari 2018. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor tidak menggunakan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Melaya yaitu sebagian besar (66,7%)responden berpengetahuan rendah tentang KB Implant, hampir setengahnya (43,3%) responden berasal dari grandemultipara, setengahnya (50,0%) responden berasal dari umur lebih dari 35 tahun, sebagian besar (63,3%)responden yang berasal dari pendidikan dasar yaitu SD dan SMP, sebagian besar (63,3%) responden yang tidak bekerja, hampir sebagian besar (76,7%) responden mengatakan biaya KB Implant mahal, dan hampir sebagian besar (80,0%) responden tidak mendapatkan dukungan dari suami.

Kata Kunci : Akseptor, Alat kontrasepsi, Implant

Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, dimana pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 248.80 juta jiwa, dan meningkat menjadi 252.20 juta jiwa pada tahun 2014 (BPS, 2015). Laju

(2)

15

Adanya ledakan penduduk menyebabkan masalah yang serius seperti meningkatnya angka pengangguran, meningkatnya angka kriminal, meningkatkan angka kemiskinan, berkurangnya lahan pertanian dan permukiman. (Prawirohardjo, 2009). Tingginya angka kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes RI, 2014).

Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawirohardjo, 2009). Metode kontrasepsi dapat dibagi berdasarkan jangka waktu pemakaian yaitu Metode Kontasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. MKJP yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi Wanita (MOW), dan implant, sedangkan non MKJP terdiri dari kondom, pil, dan injeksi (DKK Padang, 2014).

Menurut World Health Organization

(WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia meningkat sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan namun tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan terbatasnya pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. (WHO, 2014)

Penggunaan metode kontrasepsi menjadi perhatian khususnya saat ini, dimana survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2013 menunjukkan bahwa akseptor yang mengetahui semua alat kontrasepsi modern seperti IUD (Intra

Uterine Device)/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/Spiral, MOP (Metode Operasi Pria), MOW (Metode Operasi Wanita), Implan, Suntik, pil KB dan kondom hanya 10,6%. Hal ini berarti 80,4% akseptor belum mengetahui semua alat kontrasepsi modern. Selain itu, akseptor yang mengetahui minimal 6 (enam) jenis alat kontrasepsi modern sebesar 59,2%

Berdasarkan laporan BKKBN sasaran peserta baru KB Implant di Provinsi Bali tahun 2016 sebanyak 4.510 peserta, namun sampai dengan bulan Desember baru tercapai sebesar 3.178 peserta atau 70,47%. Kabupaten Jembrana menduduki urutan kelima dari sembilan kabupaten, dimana peserta KB Implant baru sebesar 67,95%. Berdasarkan laporan di Puskesmas I Melaya tahun 2016, pencapaian peserta baru KB Implant sangat sedikit dibandingkan pencapaian KB lainnya, yaitu sebesar 1,84%.

Rendahnya pemakaian KB Implant dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berdasarkan penelitian Syam (2015) menjelaskan bahwa kurangnya informasi tentang KB Implant, rasa takut, tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant, dan kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat sebagai faktor penghambat pemakaian KB Implant. Selain itu, nilai budaya yang mendukung dan adanya role model juga mempengaruhi akseptor untuk memilih KB Implant (Nuzula, 2015).

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor tidak menggunakan alat kontrasepsi implant.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan penelitian

cross sectional yang dilakukan di

(3)

16

dengan teknik sampling yaitu accidental sampling sesuai dengan kriteria inklusi.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti, dimana berisi tentang karakteristik responden dan pengetahuan tentang KB Implant. Teknik analisa yang digunakan menggunakan analisa deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dideskripsikan sesuai hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa dari 30 responden, setengahnya yaitu 15 responden (50,0%) berumur lebih dari 35 tahun, hampir setengahnya yaitu sembilan responden (30,0%) berumur diantara 20 – 35 tahun dan sebagian kecil yaitu enam responden (16,7%) berumur kurang dari 20 tahun.

Menurut Saifuddin (2010) usia yang baik untuk menggunakan KB Implant ialah usia reproduksi yaitu usia 20-35 tahun. Pada penelitian ini, didapatkan responden yang berusia 20-35 tahun sebesar 30%, namun pemakaian KB Implant di daerah tersebut masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian besar responden mengatakan masih ingin menambah momongan, adanya perasaan takut untuk menggunakan KB Implant.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

No Paritas Frekuensi (f)

Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa dari 30 responden, hampir setengahnya yaitu 13 responden (43,3%) berasal dari grandemultipara, hampir setengahnya yaitu 12 responden(40,0%) berasal dari multipara dan sebagian kecil yaitu lima responden (16,7%) berasal dari primipara.

Menurut Saiffudin (2010) kontrasepsi implant dapat digunakan untuk wanita yang telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, alasan responden tidak memilih alat kontrasepsi implant oleh karena responden sudah merasa nyaman menggunakan alat kontrasepsi yang lain dan tabunya pemakaian alat kontrasepsi implant.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi (f)

Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu 19 responden (63,3%) berpendidikan dasar yaitu SD-SMP, sebagian kecil yaitu enam responden (20,0%) berpendidikan tingkat menengah yaitu SMA/SMK dan sebagian kecil yaitu lima responden (16,7%) berpendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi (PT).

(4)

17

semakin mudah untuk menerima informasi. Hasil ini selaras dengan penelitian Andria (2016) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian KB implant, dimana sebagian besar (82,8%) tingkat pendidikan responden rendah, sehingga berdampak pada sempitnya pengetahuan yang dimiliki.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (f)

Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu 19 responden (63,3%) tidak memiliki pekerjaan dan hampir setengahnya yaitu 11 responden (36,7%) memiliki pekerjaan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa akseptor tidak memilih alat kontrasepsi implant oleh karena terbatasnya kondisi ekonomi responden yang tidak bekerja sehingga pendapatan yang ada hanya cukup untuk mebiayai hidup dan keperluan utama lainnya.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Biaya

Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa dari 30 responden, hampir seluruhnya yaitu 23 responden (76,7%) menjawab biaya KB Implant mahal dan sebagian kecil yaitu tujuh responden (23,3%) menjawab biaya KB Implant murah.

Hasil wawancara peneliti dijelaskan bahwa alasan akseptor tidak memilih alat

kontrasepsi implant oleh karena mahalnya biaya untuk pemasangan KB implant yaitu sekitar 150 ribu rupiah sehingga mereka memilih menggunakan KB lain yang lebih murah dibandingkan KB Implant.

Hasil penelitian ini mirip dengan hasil penelitian Andria (2016) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian KB Implant, yaitu sebagian besar (81,7%) ibu akseptor KB mempunyai penghasilan yang kurang untuk menggunakan alat kontrasepsi implant. Biaya sangat mempengaruhi akseptor KB dalam menggunakan alat kontrasepsi implant.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami

No Dukungan

Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa dari 30 responden, hampir seluruhnya yaitu 24 responden (80,0%) tidak mendapatkan dukungan suami dan sebagian kecil yaitu enam responden (20,0%) mendapatkan dukungan suami.

Hasil wawancara peneliti menunjukkan bahwa akseptor tidak memilih alat kontrasepsi implant karena tidak didukung oleh suami dengan alasan seperti pendapatan suami dalam sebulan hanya mencukupi untuk keperluan rumah tangga dan kebutuhan anak sekolah saja. Hal ini juga didukung dari tabel 4 dimana mayoritas responden tidak bekerja sehingga mereka bergantung pada suami dan cenderung menuruti apa kata suami.

(5)

18

Dukungan suami sangat mempengaruhi ibu, banyak suami yang tidak mendukung karena alasan masih ingin mempunyai anak lagi, kurangnya pengetahuan suami terhadap alat kontrasepsi implant dan kurangnya pendapatan suami.

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No Pengetahuan Frekuensi (f)

Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) memiliki pengetahuan yang kurang, sebagian kecil yaitu enam responden (20,0%) memiliki pengetahuan yang cukup dan sebagian kecil yaitu empat responden (13,3%) memiliki pengetahuan yang baik tentang KB Implant.

Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa responden tidak memilih alat kontrasepsi implant karena ketidaktahuan responden mengenai manfaat dan keunggulan dari KB implant dibandingkan jenis KB yang lain sehingga akseptor memilih menggunakan jenis kontrasepsi lain. Hal ini juga didukung dari tabel 3, dimana sebagian besar responden berasal dari pendidikan rendah.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Imroni (2010) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi implant, dimana sebagian besar (59,8%) akseptor KB mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah mengenai KB Implant. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi akseptor KB menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan akseptor tentang manfaat dan keunggulan KB Implant maka semakin tinggi minat

akseptor dalam menggunakan kontrasepsi implant.

SIMPULAN

Adapun simpulan dalam penelitian ini yaitu: Setengahnya responden yang tidak menggunakan KB Implant berasal dari umur lebih dari 35 tahun; 2) Hampir setengahnya responden berasal dari grandemultipara; 3) Sebagian besar responden berasal dari pendidikan dasar yaitu SD-SMP; 4) Sebagian besar responden tidak bekerja; 5) Hampir sebagian besar responden mengatakan biaya KB Implant mahal; 6) Hampir sebagian besar suami tidak mendukung dalam menggunakan KB Implant; 7) Sebagian besar responden berpengetahuan rendah tentang KB Implant.

DAFTAR RUJUKAN

Andria. 2016. Faktor-Faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian KB Implant di Desa Margamulya Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Samo I tahun 2016. Jurnal Maternity and Neonatal vol. 2 no. 2

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Data

Pertumbuhan Penduduk di

Indonesia. Jakarta; Badan Pusat Statistik

BKKBN, 2016. Laporan tahunan Peserta KB Baru Propinsi Bali. Jakarta; BKKBN

DKK Padang. 2014. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP. Padang: Andalas University Press

Imroni, M., Fajar, N.A, dan Febry, F. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2009. Jurnal Ilmu Kesehatan

Kemenkes RI. 2014. Pusat Data dan

Informasi. Jakarta Selatan;

Kemenkes RI

(6)

19

Subur di Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Public Health and Medicine vol 3 no 1

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kesehatan Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Puskesmas I Melaya. 2016. Laporan

Akseptor Baru KB. Negara; Puskesmas I Melaya

RPJMN. 2013. Survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Edisi Pertama. Jakarta Saiffudin, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta; Bina Pustaka

Suyanti. 2015. Determinan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukahaji Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Indonesia vol 1 no 4 Syam, Hendriani. 2015. Analisis Pendukung

dan Penghambat Pasangan Usia Subur Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Implant Desa Kabba Kabupaten Pangkep. Jurnal Kebidanan Vokasional

Gambar

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Validasi yang penulis lakukan adalah melakukan pengujian sistem keseluruhan baik itu hardware maupun perangkat lunak yang dirancang agar sistem yang dirancang sudah sesuai

Setiap pilihan atas produk Obligasi yang dibeli nasabah merupakan keputusan dan tanggung jawab nasabah sepenuhnya, termasuk apabila nasabah memilih jenis produk yang

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa di Sekretariat Daerah Kabupaten Rembang dalam penempatan pegawai baik melalui promosi jabatan atau

Antenatal care adalah salah satu upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan. guna mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan

If a player doesn’t have an appropriate card to discard, the player must continue drawing cards from the draw pile until an appropriate card is drawn and played.... Figure 1-1

Ha: There are differences in the disclosure of carbon emissions before and after the enactment of Indonesia Act No. 17 of 2004 concerning the ratification of Kyoto Protocol To

Dinas Pendidikan Kota Semarang mengatakan bahwa berkaitan dengan penggunaan dana BOS untuk pengembangan guru dan fasilitas sekolah tidak memberikan saran dan juga tidak boleh

Terdakwa Hadi Pranoto, S.Pd selaku Wakil SekretarisKPRI/KPN Pelita Kecamatan Stabat/Wampu bersama-sama dengan Mursyid, S.Pd selaku KetuaKPRI/KPN Pelita