• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analis Cemaran Fluorida dan Sianida pada Air Sungai Deli Secara Spektrofotometri Visibel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analis Cemaran Fluorida dan Sianida pada Air Sungai Deli Secara Spektrofotometri Visibel"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan makhluk hidup.

Air yang relatif bersih sangat dibutuhkan oleh manusia, baik untuk keperluan

sehari-hari, untuk keperluan industri, kebersihan sanitasi kota, maupun keperluan

pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 2001).

Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan

kebutuhan manusia merupakan faktor penting dalam menentukan kesehatan

hidupnya. Kuantitas air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain terutama

senyawa-senyawa kimia baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik

juga adanya mikroorganisme yang memegang peranan penting dalam menentukan

komposisi kimia air (Achmad, 2004).

Untuk menetapkan standar air yang bersih tidaklah mudah, karena

tergantung pada banyaknya faktor penentu. Faktor penentu tersebut antara lain

adalah:

a. Kegunaan air:

- Air untuk minum

- Air untuk keperluan rumah tangga

- Air untuk industri

- Air untuk mengairi sawah

(2)

b. Asal sumber air:

- Air dari mata air di pegunungan

- Air danau

- Air sungai

- Air sumur

- Air hujan (Wardhana, 2001).

2.2 Sifat- Sifat Air

Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O dengan

sebuah molekul yang terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua

atom H. Air termasuk pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air

merupakan media transpor utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan /

sampah yang dihasilkan oleh proses kehidupan. Oleh karena itu air yang ada di

bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau

mineral/unsur lain yang terdapat di dalamnya (Achmad, 2004).

Namun, pada dasarnya air berada dalam keadaan tulen (murni) sebagai zat

kimia murni yang memiliki multi sifat sebagai berikut:

2.2.1 Sifat Air Sebagai Benda Alami yang Tulen (Murni)

Air dalam keadaan yang murni merupakan benda alami yang:

a. Cair

b. Tidak berwarna

c. Bisa membeku pada suhu 0° C dan mendidih atau menguap pada suhu

(3)

d. Dapat melarutkan dan melapukkan benda-benda keras tertentu dan dapat

melepaskan kembali zat yang larut di dalamnya

e. Rumus kimia air murni ialah H2O (Rismunandar, 1993).

2.2.2 Sifat Air Akibat Lingkungan

Karena lingkungan, air mempunyai dua sifat yang saling berlawanan dan

dampaknya juga berlawanan yaitu sifat air yang merusak dan sifat air yang

membangun (Rismunandar, 1993).

a. Sifat air yang merusak

• Air dapat menghancurkan benda-benda yang keras, misalnya batu-

batuan.

• Air dapat melarutkan zat-zat mineral yang berada di dalam tanah/

batu-batuan untuk dipindahkan ke tempat lain yang berjauhan dari

tempat asalnya, namun dapat ke arah bawah di tempat yang sama

(masuk ke dalam tanah).

• Air dapat membentuk aliran yang sangat deras dan dapat

menghanyutkan apa saja yang dilaluinya (Rismunandar, 1993)

b. Sifat Air yang Membangun

Air yang dalam perjalanannya ke bawah menuruti sungai dapat membawa

pasir, debu, krikil dan akhirnya dapat diendapkan dan ditempatkan di muara-

muara sungai, maupun jauh sebelum mencapai muara.Akibatnya, di sekitar muara

sungai terbentuk tanah-tanah baru dan terjadi pula pendangkalan rawa-rawa dekat

(4)

Dengan memiliki sifat yang dapat melarutkan zat mineral, misalnya fosfat,

kalsium, kapur, dan lain-lainnya, air dapat meningkatkan kesuburan tanah

pertanian.Air dalam membawa zat yang bermanfaat, juga dapat membawa

zat-zat lain misalnya asam sulfat dari gunung berapi, limbah-limbah industri yang

menimbulkan akibat sampingan merusak tanaman (Rismunandar, 1993).

2.3 Kualitas Air

Beberapa jenis kualitas air yang perlu kita kenal untuk kegunaan sehari-

hari antara lain adalah:

a. Standar kualitas air minum.

b. Standar kualitas air untuk rekreasi dan atau tempat-tempat pemandian

alam.

c. Standar kualitas air yang dihubungkan dengan bahan buangan dari industri

(disebut waste water effluent).

d. Standar kualitas air sungai (stream standard). Standar ini masih

membedakan bermacam-macam standar berdasarkan pertimbangan

keduanya. Air sungai yang digunakan sebagai media atau sumber hayati

(perikanan) adalah berbeda bila digunakan sebaliknya sebagai sumber

baku Perusahaan Air Minum (PAM). Demikian pula, berbeda bila sungai

tersebut peranannya sengaja dikorbankan hanya sebagai tempat

penampungan dan pembuangan segala bahan buangan hingga tidak lagi

dituntut persyaratan standar yang begitu tinggi seperti standar-standar

(5)

2.4 Klasifikasi Air

Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001

pada pasal 8 ayat 1 menerangkan klasifikasi air sebagai berikut:

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,

air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;.

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.5 Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 173/Menkes/VII/77

pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat-zat kimia ke dalam air yang

mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu

(6)

dari pengelolaan limbah industri merupakan salah satu faktor pencemaran air yang

terjadi. Tabel 2.1 berikut ini tentang klasifikasi umum dari bahan pencemaran air:

Tabel 2.1 Klasifikasi umum dari bahan pencemaran air Jenis Bahan Pencemar Pengaruhnya

Unsur- unsur renik Kesehatan, bio akuatik

Polutan anorganik Toksisitas, biota akuatik

Radionuklida Toksisitas

Asiditas, alkalinitas Kualitas air, kehidupan akuatik

Pestisida Toksistas, biota akuatik, satwa liar

Patogen Kesehatan

Detergen Estetik

Rasa, bau, dan warna Estetik

Limbah minyak Estetik

(Achmad, 2004).

2.5.1 Sumber Pencemaran Air a. Domestik (rumah tangga)

Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus, dan

dapur.

b. Industri

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis

industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air

(7)

pengelolaan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut. Secara

umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:

• Fisik

Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.

• Kimia

Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), Cadmium

(Cd),Timahhitam (Pb), Pestisida dan lainnya.

• Mikrobiologi

Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. Misalnya yang

berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak dan tempat pemerahan

susu sapi.

c. Pertanian dan Perkebunan

Polutan air dari pertanian/ perkebunan dapat berupa:

• Zat kimia

Misalnya: berasal dari penggunaan pupuk, Pestisida seperti (DDT,

Dieldrin).

• Mikrobiologi

Misalnya: virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak.

• Zat Radioaktif

Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses

pematangan buah dan mempercepat pertumbuhan tanaman (Mukono,

(8)

2.5.2 Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

a. Perubahan Suhu Air

Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya

panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-

mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang

terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses

pendinginan air. Air pendingin akan mengambil panas yang terjadi. Air yang

menjadi panas tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air yang panas

tersebut dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas. Air sungai yang

suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya

karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan

kenaikan suhu.Oleh karena itu, makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit

oksigen yang terlarut di dalamnya.

b. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH

berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar

kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air yang

mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang

mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan

buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air

(9)

c. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan

Salah satu contoh sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas lingkungan

adalah pembakaran batu bara yang dapat menyebabkan berbagai macam

kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar baik melalui efek

langsung maupun tidak langsung (Wardhana, 2001).

2.5.3 Komponen Pencemaran Air

Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada pada saat ini

apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan

memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Bahan buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri

adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air (Wardhana, 2001).

Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, ternyata komponen pencemaran air ikut menentukan

bagaimana indikator tersebut terjadi. Berikut ini akan dijelaskan komponen-

komponen pencemar air yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat yang dimaksudkan disini adalah bahan buangan

yang berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus

(butiran kecil). Kedua macam bahan buangan padat tersebut apabila

dibuang ke sungai maka kemungkinan dapat terjadi:

• Pelarutan bahan buangan padat oleh air.

(10)

b. Bahan Buangan Organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat

membusuk oleh mikroorganisme.Oleh karena itu limbah-limbah yang

tidak digunakan lagi tidakdibuang ke lingkungan perairan yang dapat

menaikkan mikroorganisme di dalam air.Bahan buangan ini sebaiknya

dikumpulkan untuk diproses menjadi pupuk buatan (kompos) yang

berguna bagi tanaman.Pembuatan kompos ini berarti mendaur ulang

limbah organik yang tentu saja berdampak positif bagi lingkungan hidup

manusia.

c. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Lingkungan perairan yang mengandung bahan buangan olahan makanan

banyak mengandung mikroorganisme, termasuk di dalamnya bakteri

patogen yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia..

d. Bahan Buangan Cairan Berminyak

Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke lingkungan perairan

akan mengapung menutupi permukaan air yang menyebabkan air tersebut

telah tercemar dan tidak layak dikonsumsi oleh manusia karena kandungan

dalam cairan yang berminyak terdapat zat-zat beracun, seperti senyawa

benzen dan senyawa toluen.

e. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia tersebut antara lain sabun (detergen), bahan

pemberantas hama (insektisida), zat radioaktif yang dapat mengganggu

(11)

f. Bahan Buangan Anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat

membusuk oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini

masuk ke lingkungan air maka akan terjadi peningkatan jumlah ion di

dalam air. Bahan buangan ini biasanya berasal dari industri seperti

fluorida (F−),sianida (CN−),kromium (Cr−3), zinkum (Zn+2), aluminium

( Al+3 ) yang dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh

manusia(Wardhana, 2001).

2.5.4 Efek Pencemaran Air

Efek pencemaran air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan, daya

dukungnya serta berdampak terhadap berbagai segi kehidupan. Untuk itu, efek

dari pencemaran air akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengaruh pada kesehatan manusia

Air yang tercemar oleh organisme patogen seperti bakteri atau virus

dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Bahan

organik yang diukur dalam bentuk BOD, COD dan padatan tersuspensi

(SS) merupakan bagian dari kategori lingkungan hidup dan merupakan

faktor tidak langsung jika dikaitkan dengan pengaruh terhadap tubuh

manusia, walaupun zat-zat tersebut adalah faktor yang berperan

(12)

b. Pengaruh pada industri pertanian

• Pencemaran yang diakibatkan oleh cemaran air sungai atau air

tanah yang digunakan untuk tujuan irigasi. Tipe pencemaran ini

secara langsung dapat merusak produk pertanian, atau

mengganggu pertumbuhannya jika konsentrasi zat-zat

pencemar yang terkandung di air irigasi melampaui ambang

batas konsentrasi.

• Pencemaran yang diakibatkan oleh perubahan sifat-sifat fisik

dan kimia dari tanah karena pengaruh air tercemar. Tipe

pencemaran ini secara tidak langsung mempengaruhi produksi

pertanian dan untuk tanah yang tercemar mempengaruhi

aktivitas mikroorganisme dalam tanah.

c. Pengaruh pada industri manufaktur

• Industri manufaktur sering dituding sebagai penyumbang

pencemaran air, akan tetapi kadang-kadang menjadi korban

pencemaran air. Hampir semua industri manufaktur

membutuhkan air untuk kebutuhan proses produksi secara

langsung maupun untuk memenuhi kebutuhan penunjang

(13)

2.6 Fluorida dan Sianida

Pada tubuh makhluk hidup termasuk manusia, kandungan ion sianida dan

fluorida dalam air yang telah tercemar mengalami proses biokimiawi dalam

membantu proses fisiologis atau sebaliknya menyebabkan toksisitas

(keracunan)(Darmono, 1995).

Berikut ini akan dijelaskan tentang toksisitas (keracunan) dari ion fluorida

dan sianidasebagai berikut:

a. Fluorida

Kandungan fluorida mencapai sekitar 0,3g/kg kerak bumi dan

berada dalam bentuk fluorida di sejumlah mineral.Fluorida ini biasanya

berasal dari pengelolaan limbah industri seperti pada pembuatan alat-alat

gelas, dan industri kayu (Sari, 1993).

Fluorida berguna bagi kesehatan manusia dalammemetabolisme

tulang dan juga untuk pencegahan karies yang ditambahkan dalam pasta

gigi pada manusia. Akan tetapi, bila kadarnya melebihi dari batas normal

maka efek toksik yag ditimbulkan seperti penebalan struktur tulang dengan

kalsifikasi sehingga ruang sumsum tulang akan berkurang. Selain itu, efek

yang tidak terlalu berat yang ditimbulkan terhadap individu seperti: mual,

muntah, diare, badan lemah, dan sakit perut (Sartono, 2002).

b. Sianida

Sianida merupakan salah satu bahan pencemar anorganik yang

paling penting. Di dalam air sianida terdapat sebagai HCN, suatu asam

(14)

terhadap banyak ion logam, misalnya membentuk ferrosianida yang relatif

kurang beracun.HCN ini merupakan gas yang mudah menguap dan sangat

beracun (Achmad, 2004).

Sianida ini biasanya berasal dari sisa-sisa pembakaran, makanan

dan di alam terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang mengandung

amygdalin, misalnya singkong, ubi, biji buah apel, dan peer. Sianida yang

terdapat di dalam air jika kadarnya melebihi dari batas normal, maka efek

yang tidak terlalu berat yang ditimbulkanterhadap individu yaitu: rasa

ngantuk, pusing dan tekanan darah menurun. Selain itu efek toksik yang

lebih berat yang ditimbulkan seperti: turunnya kesadaran dan sianida ini

juga mempunyai afinitas yang kuat terhadap enzim pernafasan yakni

enzim cytrochrom-oxidase, dimana sianida mengikat Fe yang terdapat

dalam enzim yang menyebabkan terjadinya gangguan peredaran darah

dalam sel- sel tubuh yang ditandai dengan meningkatnya pernafasan tubuh

yang akhirnya menyebabkan kelumpuhan total dari pernafasan (Sari,

(15)

2.7 Metode Spektrofotometri

Untuk analisa kualitas lingkungan, spektrofotometri UV-visibel dan AAS

yang banyak digunakan.Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk analit

yang berbeda-beda. Beberapa analit dapat diukur dengan spektrofotometri

UV-Visibel maupun AAS, tetapi sebagian yang lain hanya bisa oleh satu alat.

Spektrofotometri mana yang dipakai tergantung kepada kebutuhan, terutama pada

baku mutu kualitas lingkungan yang berhubungan dengan batas diteksi instrumen.

Tabel 2.2 berikut ini menjelaskan beberapa polutan yang dapat dianalisis secara

spektrofotometri:

Tabel 2.2. Polutan- polutan yang Dapat Dianalisis Secara Spektrofotometri

Polutan Bahan dan Cara Analis

Arsen (As) Reaksi arsin, As H3 , dengan perak

dietiltiokarnamat dalam piridin, membentuk

kompleks berwarna merah

Sianida (CN−) Pembentukan zat warna biru dari reaksi

sianogen klorida, CN Cl2 , dengan piridin-

pirazolon, diamati pada 620 nm

Fluorida (F−) Perubahan endapan koloid zat warna zirconium

menjadi zirconium klorida yang tidak berwarna

(Sumantri, 2013).

Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah

berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu

(16)

Proses ini disebut ”absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang

digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”,

karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri

juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan

inframerah.Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi

oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan

(Lestari,2010).

Jika absorbansi di plot terhadap konsentrasi, maka diperoleh garis

lurus.Grafik ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi kontaminan

dalam suatu larutan yang diperoleh dari sampel gas dan uap.Perubahan intensitas

warna sebanding dengan konsentrasi. Salah satu aplikasi dari metode ini adalah

analisis laboratorium untuk menetukan konsentrasi nitrogen dioksida diudara

menggunakan reagen Saltzman (Lestari, 2010).

Spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari sumber, monokromator, kuvet

untuk zat yang diperiksa, detector, penguat arus (amplifier) dan alat ukur arus atau

alat pencatat (recorder) seperti yang tertera pada gambar:

(17)

Keterangan gambar:

a. Sumber radiasi : sumber radiasi yang biasa digunakan adalah lampu

filamen tungsten.

b. Monokromator : serangkaian alat optik yang menguraikan radiasi

polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif/panjang

gelombang-gelombang tunggalnya dan memisahkan panjang gelombang-gelombang-gelombang-gelombang

tersebut menjadi jalur-jalur yang sangat sempit.

c. Tempat cuplikan : cuplikan yang biasanya digunakan untuk sinar tampak

terbuat dari gelas biasa atau quartz. Sel yang digunakan untuk cuplikan

berupa larutan mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm.

d. Detektor : berperan dalam memberikan respon terhadap cahaya pada

panjang gelombang dan mengubah cahaya menjadi signal listrik yang

selanjutnya akan ditampilkan oleh penampilan data dalam bentuk jarum

petunjuk atau radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor

yang akan mengubahnya menjadi besaran terukur.

e. Read out :Direct readers yang terdiri atas konsentrasi (C), persen

transmitan (%T) dibaca langsung dari skala (Sastrohamidjojo, 1991).

Mekanisme kerja alat spektrofotometri UV-Vis adalah sinar dilewatkan

melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkan agar sampai ke prisma untuk

didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu.Selanjutnya

sinar dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang yang

diinginkan. Sinar monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap

(18)

yang diterima oleh detektor diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi umum dari bahan pencemaran air
Tabel 2.2. Polutan- polutan yang Dapat Dianalisis Secara Spektrofotometri

Referensi

Dokumen terkait

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air

Limbah organik adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang merupakan bentuk-bentuk organik, dalam arti bahan buangan tersebut akan dapat terurai dan habis dalam

Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur, kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. 2) Air buangan

Oleh karena itu, cacing tanah yang hidup dalam tanah (media) yang kaya bahan organik dapat berfungsi sebagai pemusnah bahan organik (dekomposer) dan vermikompos

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam. lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik

rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengadung senyawa pulutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses

Hal itu dikarenakan pada air limbah tersebut terdapat bahan organik yang telah membusuk/dekomposisi, dimana proses dekomposi bahan organik sangat dipengaruhi oleh suhu

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah