• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN ALAT BANTU PENUNJANG LAPORAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS TINGKAT PUSKESMAS KOTA SURABAYA Design of Supporting Tools for Early Warning Alert and Response System at Primary Health Center Level in Surabaya City

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESAIN ALAT BANTU PENUNJANG LAPORAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS TINGKAT PUSKESMAS KOTA SURABAYA Design of Supporting Tools for Early Warning Alert and Response System at Primary Health Center Level in Surabaya City"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DINI DAN RESPONS TINGKAT PUSKESMAS KOTA SURABAYA

Design of Supporting Tools for Early Warning Alert and Response

System at Primary Health Center Level in Surabaya City

Rekha Finazis1, Fariani Syahrul2

1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya 2 Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga,

Kampus C Mulyorejo Surabaya

Naskah Masuk: 7 Mei 2017, Perbaikan: 31 Juli 2017, Layak Terbit: 30 September 2017

http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v20i3.6724.105-113

ABSTRAK

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) merupakan sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi dini terhadap ancaman KLB penyakit menular. Fakta di lapangan, pelaporan SKDR tidak berjalan dengan semestinya, sehingga KLB terlambat diketahui oleh instansi kesehatan yang berwenang. Data SKDR di Provinsi Jawa Timur pada minggu ke-6 tahun 2017 menunjukkan bahwa kelengkapan dan ketepatan laporan SKDR masih belum optimal. Kota Surabaya hanya 35% laporan SKDR yang tepat waktu, sangat jauh dari target sebesar 80% laporan tepat waktu. Selain itu Kota Surabaya hanya memiliki 37% dalam kelengkapan laporan SKDR pada minggu tersebut. Tujuan penelitian untuk merancang model desain alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons di tingkat puskesmas Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menyusun desain alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons di tingkat puskesmas Kota Surabaya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada penanggung jawab sistem kewaspadaan dini dan respons di Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan staf penanggung jawab sistem kewaspadaan dini dan respons di puskesmas secara purposive sampling. Hasil dari hasil wawancara mendalam dengan penanggung jawab SKDR didapatkan informasi terkait output yang ingin dihasilkan dari perancangan alat bantu penunjang laporan SKDR. Selain itu, juga dilakukan identifikasi proses yang perlu dilakukan untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Kemudian juga dilakukan identifikasi pada komponen input dalam merencanakan rancangan alat bantu tersebut. Alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas akan menghasilkan informasi data SKDR per hari. Alat bantu tersebut dibuat secara komputerisasi sehingga dapat meminimalisir kesalahan perhitungan. Dalam pengisiannya, disediakan kolom Tally untuk mempermudah dalam proses pencatatan data SKDR per hari. Penelitian ini menghasilkan solusi alternatif dalam pelaporan SKDR di tingkat puskesmas, di mana rancangan desain alat bantu penunjang laporan SKDR akan menghasilkan informasi data SKDR per hari. Perlu dilakukan standarisasi form pencatatan dan pelaporan data SKDR di tingkat puskesmas.

Kata kunci: Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons; SKDR; Kejadian Luar Biasa; Puskesmas

ABSTRACT

Early Warning Alert and Response System (EWARS) is a system which has capability to early detect on infectious outbreaks disease threat. In Fact, EWARS report does not run properly, so it is too late to be treated by the local medical instance. EWARS data of East Java on 6th week in 2017 shows that the completeness and accuracy of reports still does

not run optimal. Surabaya only has 35% of EWARS on-time report; it is way from target of 80%. Meanwhile, Surabaya has 37% of completeness of EWARS report on that week. Objective study for modelling design tools report supporting EWARS in public health center (PUSKESMAS) level of Surabaya. Research was using descriptive plan to aim for describing and designing supporting tools for EWARS in public health center (PUSKESMAS) level of Surabaya. Data collection

Korespondensi:

Rekha Finazis

(2)

was done by deeply interviewing to the person in charge of EWARS of Surabaya health office and person in charge of EWARS at Puskesmas level by purposive sampling. Result by the interview, we acquired information in regard to output of planning of supporting tools for EWARS report. Meanwhile, we also conducted the identification process to produce expected information. Then, we also conducted the identification of input component in planning the supporting tools. The supporting tools for EWARS report in puskesmas level will produce EWARS report per day. The supporting tool was made by computerizes-based. So it can minimize miscalculation. In use, it provides tally column to help the process of data recording of EWARS per day. Conclusion The research produces alternative solution in EWARS report at Puskesmas level, which is the planning of supporting tools will produce information of EWARS per day. It needs to standardize form of EWARS recording and reporting data at Puskesmas level.

Keywords: Early Warning Alert and Respons System; EWARS; Outbreaks; Primary Health Center

PENDAHULUAN

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR)

atau Early Warning Alert and Respons System

(EWARS) merupakan sebuah sistem yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi dini ancaman KLB penyakit menular. Fakta di lapangan, laporan SKDR tidak berjalan dengan semestinya, sehingga KLB terlambat diketahui oleh instansi kesehatan yang berwenang. Ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR menjadi hal yang penting dalam deteksi dini dan penanganan kejadian luar biasa di mana Indikator keberhasilan ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR adalah sebesar 80%. Laporan SKDR yang tepat dan lengkap tentunya akan memberi informasi dalam pengambilan kebijakan kepada instansi kesehatan yang terkait dalam penanganan kejadian luar biasa (Depkes RI, 2008).

Data SKDR di Provinsi Jawa Timur pada minggu ke-6 tahun 2017 menunjukkan bahwa kelengkapan dan ketepatan laporan SKDR masih belum optimal. Dari 37 kabupaten/kota di Jawa Timur terdapat 17 kabupaten/kota yang laporan SKDR tidak tepat waktu, salah satunya adalah Kota Surabaya. Kota Surabaya hanya 35% laporan SKDR yang tepat waktu, sangat jauh dari target sebesar 80% laporan tepat waktu (Kemenkes RI, 2017).

Selain permasalahan ketepatan laporan, permasalahan lain yang ditemukan adalah berkaitan dengan kelengkapan laporan SKDR. Laporan SKDR Provinsi Jawa Timur pada minggu k-6 di tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 37 kabupaten/kota di Jawa Timur masih ditemukan 16 kabupaten/kota yang tidak lengkap dalam laporan SKDR. Kota Surabaya hanya mencapai 37% dalam kelengkapan laporan SKDR pada minggu tersebut (Kemenkes RI, 2017).

Laporan SKDR dilaporkan seminggu sekali ke

website skdr.surveilans.org mulai dari tingkat

puskesmas. Puskesmas memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaporan SKDR, karena

laporan puskesmas menjadi sumber informasi pada

website SKDR dalam deteksi dini kejadian luar biasa.

Apabila puskesmas tepat waktu dan lengkap dalam

melaporkan frekuensi penyakit menular pada website

SKDR maka sistem tersebut akan mendeteksi dini KLB.

Data SKDR di minggu ke-6 Tahun 2017 Kota Surabaya menunjukkan bahwa hanya 22 puskesmas yang melaporkan data SKDR dengan tepat waktu dengan persentase 100% dari 63 puskesmas yang ada di Kota Surabaya. Untuk hal kelengkapan laporan SKDR, Kota Surabaya hanya 23 puskesmas yang melaporkan SKDR dengan lengkap dengan persentase 100% pada minggu ke-6 tahun 2017 (Kemenkes RI, 2017).

Kelengkapan dan ketepatan laporan SKDR yang kurang dari 80% sangat bergantung dari input laporan puskesmas. Permasalahan yang muncul di tingkat puskesmas berkaitan dengan proses pencatatan dan pelaporan SKDR diantaranya adalah belum tersedianya form pencatatan yang terstandarisasi pada sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas dimungkinkan dapat menghambat proses pelaporan data SKDR sehingga ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR tidak memenuhi standar

80% pada website SKDR.

Saat dilakukan studi dokumen, pencatatan data penyakit untuk laporan SKDR antar puskesmas berbeda-beda. Ketidaktersediaan basis data di tingkat puskesmas akan berdampak pada ketepatan

dan kelengkapan laporan puskesmas ke website

SKDR. Permasalahan juga ditemukan saat kegiatan validasi data SKDR yang diadakan pada akhir tahun 2016, beberapa staf puskesmas tidak memiliki arsip pelaporan SKDR dari minggu 1 hingga minggu ke-52. Arsip data SKDR sebagai bahan verifikasi untuk meminimalisir kesalahan data saat pelaporan SKDR

ke website baik melalui website langsung ataupun

melalui short message system (SMS) pada kegiatan

(3)

Setelah menemui beberapa masalah dalam pencatatan dan pelaporan SKDR di tingkat puskesmas seperti proses pelaporan yang lama

karena tidak adanya form khusus untuk mempercepat

pencatatan data SKDR dan kelengkapan data SKDR yang berdampak pada kualitas data, maka perlu sebuah alat bantu untuk mempermudah staf puskesmas dalam melaporkan data SKDR di tiap minggunya sehingga kelengkapan dan ketepatan laporan yang memenuhi standar 80%. Selain itu, alat bantu ini juga diharapkan membantu staf pemegang sistem kewaspadaan dini dan respons dalam kegiatan validasi data yang berdampak pada kelengkapan dan kualitas data SKDR. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam membuat desain alat bantu penunjang

laporan SKDR di tingkat puskesmas ke website

sistem kewaspadaan dini dan respons.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang model desain alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons di tingkat puskesmas Kota Surabaya.

METODE

Jenis penelitian observasional dengan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di Kota Surabaya. Rancangan alat bantu ini di mulai dari menggali informasi apa saja yang dibutuhkan sebagai

komponen output, kemudian menyusun rancangan

kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan tersebut sebagai komponen proses, serta mengidentifikasi kebutuhan data dan sumber daya sebagai komponen

input untuk mendukung ketersediaan informasi yang

diharapkan.

Pengumpulan data dengan wawancara mendalam kepada pemegang program sistem kewaspadaan dini dan respons di Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang berjumlah 2 orang menggunakan panduan wawancara. Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai data dan informasi yang dibutuhkan namun belum tersedia.

Selain staf Dinas Kesehatan Kota Surabaya,

juga dilakukan indepth interview kepada staf

pemegang sistem kewaspadaan dini dan respons di 5 puskesmas yaitu Puskesmas Ketabang, Puskesmas Dr. Soetomo, Puskesmas Tembok Dukuh, Puskesmas Sawahan, dan Puskesmas Perak Timur.

Pemilihan responden dipilih secara purposif sampling

berdasarkan kelengkapan dan ketepatan laporan SKDR. Selain dengan wawancara mendalam, juga

dilakukan studi dokumen terhadap data dan laporan sistem kewaspadaan dini dan respons di puskesmas. Kebutuhan data dan informasi yang diperoleh,

digambarkan dalam bentuk data flow diagram.

Kemudian dilakukan uji coba dan analisis secara deskriptif serta diimplementasikan melalui program komputerisasi (Kendall, 2010).

HASIL

Identifikasi Kebutuhan Informasi pada Komponen Output

Identifikasi kebutuhan informasi merupakan langkah awal yang dilakukan sebagai upaya pengembangan alat bantu penunjang laporan SKDR di tingkat puskesmas. Kebutuhan informasi diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan diskusi dengan staf pemegang sistem kewaspadaan dini dan respons di Dinas Kesehatan dan juga Puskesmas. Jenis informasi tambahan yang dibutuhkan dalam membuat alat bantu penunjang laporan SKDR di tingkat puskesmas adalah meliputi total penyakit harian dan total penyakit mingguan.

Tabel 1. Rancangan Kebutuhan Informasi pada Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

No. Kebutuhan Informasi Bentuk Penyajian Periode

1. Total Penyakit Harian

Tabel

(berupa angka & Tally)

Harian

2. Total Penyakit Mingguan

Tabel (berupa angka) Mingguan

Rancangan Kegiatan untuk Menghasilkan Informasi

Adapun identifikasi pada komponen proses untuk menghasilkan informasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan jejaring SKDR di wilayah Kota Surabaya

b. Mengadakan pertemuan jejaring SKDR di wilayah Kota Surabaya

c. Melakukan validasi data SKDR

d. Membuat alur pencatatan dan pelaporan data SKDR di tingkat puskesmas

e. Memastikan Nama dan Kode Penyakit sesuai

website SKDR

(4)

g. Meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam melaporkan data SKDR.

Identifikasi Kebutuhan Data Pada Komponen Input Identifikasi pada tahap input pada desain alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons di tingkat puskesmas Kota Surabaya pada umumnya meliputi nama penyakit, kode penyakit, tanggal kejadian, minggu epidemiologi, dan total penyakit harian.

Selain kebutuhan data, juga perlu diperhitungkan dari segi material seperti form pencatatan dan

pelaporan, hardware dan software. Tentu juga

perlu memperhitungkan sumber daya manusia dan metode atau prosedur yang akan digunakan dalam merancang alat bantu penunjang laporan SKDR di tingkat puskesmas.

Rancangan Desain Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons di Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

Langkah selanjutnya adalah pembuatan diagram konteks untuk pengembangan desain alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas. Sumber data di tingkat puskesmas terdiri dari unit-unit puskesmas keliling, poli puskesmas, poskeskel, dan puskesmas pembantu. Praktik dokter swasta belum termasuk pada rancangan desain alat bantu penjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons di tingkat puskesmas.

Diagram konteks desain alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas dimulai dari staf di unit puskesmas keliling, poli puskesmas, poskeskel, dan puskesmas pembantu. Kemudian data tersebut diolah oleh

aplikasi bantu sehingga menghasilkan informasi total penyakit harian dan total penyakit mingguan puskesmas.

Informasi ini yang selanjutnya di- input

staf penanggung jawab SKDR puskesmas ke

website SKDR. Staf penanggung jawab SKDR

puskesmas bertanggung jawab atas data SKDR puskesmas dari unit-unit puskesmas keliling, poli puskesmas, poskeskel, dan puskesmas pembantu. Setelah penggambaran diagram konteks sistem kewaspadaan dini dan respons, maka langkah selanjutnya adalah membuat diagram alir data. Dalam diagram alir data, staf di unit puskesmas keliling, poli puskesmas, poskeskel, dan puskesmas pembantu melakukan pengumpulan data terkait nama penyakit, kode penyakit, tanggal kejadian, dan minggu epidemologi.

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data sehingga menghasilkan informasi total penyakit harian. Informasi total harian ini kemudian dilakukan analisis data sehingga menjadi informasi total penyakit mingguan. Informasi

total penyakit mingguan inilah yang akan di-input-kan

ke website SKDR.

Staf SKDR puskesmas bertanggung jawab juga dalam hal diseminasi informasi berupa informasi total

penyakit mingguan ke website skdr.surveilans.org.

Staf SKDR puskesmas dapat melakukan diseminasi

informasi ke website tersebut dapat dilakukan dengan

dua cara. Cara pertama adalah langsung melakukan

entry ke website tersebut. Cara kedua, staf SKDR

puskesmas melakukan diseminasi informasi melalui

short message service (sms).

Implementasi dari diagram konteks dan diagram alir data diatas dirancang secara komputerisasi

menggunakan microsoft excel. Microsoft Excel yang

telah dirancang sesuai kebutuhan mengalami revisi

Tabel 2. Kebutuhan Data pada Disain Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

No Informasi Data yang Dibutuhkan Sumber Perolehan Data

1. Total Penyakit Harian a. Nama Penyakit b. Kode Penyakit c. Tanggal Kejadian

Rekam Medik Pasien dan Register Kunjungan

2. Total Penyakit Mingguan a. Nama Penyakit b. Kode Penyakit c. Minggu Epidemiologi d. Tanggal Kejadian e. Total Penyakit Harian

(5)

Total Penyakit Harian

Analisis Data

Total Penyakit Mingguan

Diseminasi Informasi Staf SKDR

Puskesmas

Dinas Kesehatan

Provinsi Kementerian

Kesehatan Dinas Kesehatan

Kota Masyarakat

Gambar 1. Diagram Konteks Desain Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

Gambar 2. Diagram Alir Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

Alat Bantu Sistem Kewaspadaan Dini dan

Respons Tingkat Puskesmas

Staf Puskesmas Pembantu

Staf Poskeskel

Staf Poli Puskesmas

Staf Puskesmas Keliling

Staf Penanggungjawab SKDR Puskesmas

Nama Penyakit Kode Penyakit Tanggal Kejadian Minggu Epidemiologi

Pengolahan Data Pengumpulan Data

Staf Poskeskel Staf Puskesmas

Pembantu Staf Puskesmas

(6)

setelah dilakukan uji coba kepada staf puskesmas. Awalnya rancangan alat bantu pelaporan SKDR ini,

terdapat by name pasien. Saat uji coba, petugas

SKDR puskesmas memberi saran agar tidak dibuat secara by name, hal ini dikarenakan menurut mereka

jika menginput data by name pasien maka laporan

SKDR menjadi tidak sederhana.

Setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji coba ke petugas SKDR puskesmas maka rancangan

tersebut dimodifikasi dengan penambahan tally

untuk mempermudah pencatatan laporan. Tally

digunakan karena untuk memudahkan perhitungan

pada jumlah kasus penyakit yang frekuensinya tinggi, lalu kemudian dikonversikan dalam bentuk angka. Dalam pengolahan data menggunakan rumus fungsi excel yaitu fungsi SUM (penjumlahan) di tiap penyakit per minggu epidemiolgi.

PEMBAHASAN

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons merupakan sistem yang dirancang untuk mendeteksi KLB secara dini. Unit pelapor dari sistem ini adalah

puskesmas termasuk puskesmas keliling, Pos

Gambar 3. Ujicoba Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

(7)

Kesehatan Kelurahan (poskeskel), dan puskesmas pembantu. Praktik dokter swasta belum terakomodir dalam sistem ini. Sumber data surveilans umumnya berasal dari puskesmas sedangkan dari rumah sakit atau laboratorium belum secara rutin dikumpulkan (Athena, 2014). Oleh karena itu, perlu penguatan sistem pelaporan di tingkat puskesmas sehinga perlu dibuatkan sebuah alat bantu penunjang laporan SKDR di tingkat puskesmas untuk mempermudah laporan SKDR ke tingkat pusat.

Salah satu indikator yang dinilai dalam SKDR adalah ketepatan waktu dari puskesmas ke kabupaten/kota dan kelengkapan laporan unit pelapor menurut kabupaten/kota. Pengiriman data SKDR yang berupa jumlah kasus dari 23 jenis

penyakit melalui sms dan atau via website SKDR

yang dilaporkan dalam periode mingguan (Depkes, 2008).Beberapa petugas puskesmas lebih memilih menggunakan SMS dalam pelaporan SKDR. Sebuah penelitian menyatakan bahwa sistem pelaporan wabah dengan menggunakan SMS lebih memotivasi tenaga kesehatan untuk melaporkan data secara cepat dan efisien (Hanafusa, 2012).

Selama ini form pencatatan EW ARS di puskesmas hanya mengakomodir informasi total penyakit mingguan. Untuk mengisi laporan mingguan tersebut, staf puskesmas membuat buku bantu yang memiliki beberapa kelemahan seperti tidak dapat melihat riwayat pencatatan harian data SKDR. Staf penanggung jawab SKDR puskesmas inisiatif membuat buku bantu untuk mencatat data SKDR per hari. Buku bantu tersebut belum terstandarisasi sehingga banyaknya variasi buku bantu yang dibuat oleh staf puskesmas. Buku bantu yang dibuat memicu ketidaktelitian dalam pencatatan data SKDR. Penelitian di Kota Semarang menunjukkan bahwa permasalahan pada pelaporan kejadian luar biasa terjadi karena rumitnya formulir pengisian (Sutarman, 2008).

Penelitian lain menyebutkan bahwa perlu dibuat sebuah basis data seperti basis data kelurahan, basis data kecamatan, basis data puskesmas, basis data rumah sakit, basis data pekerjaan, dan basis data surveilans epidemiologi untuk mengembangkan sistem informasi surveilans epidemiologi guna mendukung kewaspadaan dini dan kejadian luar biasa (Marochah, 2006).

Puskesmas sebagai unit terdepan dalam operasionalisasi EWARS berperan dalam mengolah dan menganalisis data sehingga informasi yang dihasilkan cepat, mudah dan akurat (Kristiani,2016).

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons membutuhkan dukungan teknologi informasi seperti saluran telepon khusus, komputer khusus, serta formulir pengumpulan data yang sesuai (Siswoyo, 2008). Oleh karena itu, alat bantu penunjang

laporan SKDR yang merupakan standarisasi form

pelaporan SKDR harian di tingkat puskesmas sangat diperlukan.

Kebutuhan informasi yang diperlukan dalam pembuatan alat bantu penunjang laporan SKDR di tingkat puskesmas adalah total penyakit harian dan total penyakit mingguan di wilayah kerja puskesmas. Untuk menghasilkan informasi tersebut, Staf Dinas Kesehatan Kota Surabaya perlu menjalin komunikasi yang lebih intens dengan staf puskesmas dalam hal pelaporan data SKDR sehingga tercipta jejaring SKDR yang kuat di wilayah Kota Surabaya. Selain itu, juga perlu diadakan pertemuan jejaring SKDR untuk membahas kesulitan dalam pelaporan SKDR seperti

kesulitan dalam mengakses website, kesulitan dalam

pelaporan SKDR menggunakan SMS dan termasuk dalam menentukan diagnosis penyakit (Kristiani, 2016). Selain itu perlu adanya kegiatan validasi data SDKR sebagai langkah verifikasi data yang telah

ter-input di website SKDR, karena masih ditemukan

laporan bahwa laporan SKDR via SMS seringkali

tidak ter-input ke website SKDR (Proyontika, 2016).

Kegiatan lainnya adalah pembuatan alur

pencatatan dan pelaporan data SKDR di tingkat puskesmas yang dimaksudkan agar tidak terjadi

overreporting ataupun underreporting. Hal ini karena

di puskesmas terdapat beberapa sumber data diantaranya poli di puskesmas, puskesmas keliling, poskeskel dan puskesmas pembantu. Hal penting lainnya adalah memberikan kalender mingguan epidemiologi serta perlu memastikan bahwa staf puskesmas melaporkan nama dan kode penyakit

sesuai dengan website SKDR.

Pembuatan form pencatatan dan pelaporan sistem kewaspadaan dini dan respon perlu dikembangkan, khususnya untuk level puskesmas dengan periode harian karena belum tersedia form pencatatan dan pelaporan SKDR di tingkat puskesmas. Rencana pengembangan formulir sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas antara lain dengan mengakomodir nama penyakit, kode penyakit, tanggal harian, minggu epidemiologi,

total harian, dan total mingguan

.

Saat wawancara mendalam dan studi dokumen

(8)

salah dalam memberi kode penyakit. Alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas memerlukan data terkait nama penyakit beserta kode penyakit. Hal ini sangat diperlukan untuk meminimalisir kesalahan kode penyakit yang menggunakan SMS dalam pelaporan data SKDR di tiap minggunya (Wahyuni, 2012).

Kebutuhan data lainnya adalah tanggal harian dan minggu epidemiologi yang sangat dibutuhkan karena ketepatan laporan SKDR diukur dari laporan puskesmas setiap minggu sehingga pada alat bantu tersebut dibutuhkan data mengenai tanggal harian di tiap minggunya sebagai acuan staf puskesmas dalam

melaporkan data SKDR ke website.

Kebutuhan data tersebut perlu ditunjang dengan

hardware dan software dalam pelaporan SKDR

(Arsyam, 2013). Perangkat keras (hardware) yang

diperlukan yakni seperangkat komputer untuk staf penanggung jawab puskesmas agar data dapat dientry pada alat bantu yang akan dikembangkan dan diharapkan juga menjadi media penyimpanan data SKDR yang terarsip. Selain itu, perlu peningkatan kemampuan staf dalam melaporkan data SKDR menggunakan SMS khususnya jika mengalami kesalahan data saat mengirimkan laporan (Indriasari, 2011).

Hal lain yang diperlukan yaitu sosialisasi mengenai protap atau kebijakan tertulis yang mengatur pendiagnosa, pencatatan dan pelaporan data SKDR termasuk alur dan waktu pelaporan agar dapat dipahami dan dipatuhi oleh semua tenaga kesehatan puskesmas sehingga dapat terjalin kerja sama dan koordinasi yang baik terkait pencatatan dan pelaporan data SKDR.

Alat bantu penunjang laporan SKDR dirancang sesuai pedoman Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 45 Tahun 2014 tentang Surveilans Kesehatan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan diseminasi informasi. Semua data yang diperlukan tersebut dirancang menjadi alat bantu penunjang laporan SKDR tingkat puskesmas menggunakan microsoft excel menghasilkan data total penyakit per hari.

Data total penyakit pada saat penelitian menjadi data total penyakit per minggu. Kemudian data total penyakit per minggu ini dilaporkan ke website SKDR sebagai laporan SKDR mingguan. Perhitungan jumlah penyakit per hari dan per minggu, rancangan ini menggunakan rumus fungsi

penjumlahan excel (SUM). Pengumpulan data

harian SKDR menggunakan sistem pencatatan dan

perhitungan tally. Hal ini untuk memudahkan proses

pencatatan dan perhitungan, karena jumlah kasus yang banyak dan harus dilaporkan dengan cepat

maka tidak dimungkinkan dilaporkan by name and

by address. Jika dilaporkan dengan menginput by

name and by address, alat bantu ini menjadi tidak

sederhana sehingga tidak dapat dilaporkan dengan cepat sedangkan data penyakit SKDR tersebut harus

segera di-input.

Kelebihan dari alat bantu penunjang laporan sistem kewaspadaan dini dan respons tingkat puskesmas yang akan menghasilkan informasi data SKDR per hari selain menghasilkan data SKRD mingguan. Alat bantu ini dibuat menggunakan

microsoft excel sehingga dapat meminimalisir

perhitungan dan dapat dilakukan pengarsipan

secara rapi yang tidak rentan hilang. Kolom tally yang

disediakan pada form harian sangat membantu dan

mempermudah proses pencatatan data SKDR per

hari yang ringkas dan sederhana. Form pencatatan

ini pun dapat dicetak untuk diisi secara manual, untuk mengantisipasi bagi staf yang akan melakukan pencatatan harian secara manual.

KESIMPULAN

Untuk menunjang laporan mingguan SKDR, perlu dibuat sebuah alat bantu sebagai penunjang laporan SKDR di tingkat puskesmas. Alat bantu ini dirancang untuk menghasilkan informasi seperti total penyakit harian dan total penyakit mingguan. Proses yang diperlukan untuk menghasilkan informasi tersebut diantaranya adalah meningkatkan jejaring SKDR di wilayah Kota Surabaya, mengadakan pertemuan jejaring SKDR, melakukan validasi SKDR, membuat alur pencatatan dan pelaporan data SKDR di tingkat puskesmas, memastikan nama dan

kode penyakit sesuai website SKDR, memberikan

kalender mingguan epidemiologi dan meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam melaporkan data SKDR.

Sedangkan data yang dibutuhkan untuk merancang alat bantu tersebut meliputi nama penyakit, kode penyakit, tanggal kejadian, minggu epidemiologi dan total penyakit harian.

SARAN

(9)

SKDR di Puskesmas khusus dengan pemberian SK dan pelatihan terkait kewajiban, alur pelaporan dan waktu, pertemuan, dan validasi laporan SKDR. Selain itu, di semua puskesmas di Kota Surabaya

perlu standarisasi form pencatatan dan pelaporan

data SKDR khususnya periode harian.

Hal penting lainnya adalah diperlukan kerja sama dan koordinasi serta komunikasi yang intens antara internal puskesmas dengan pihak Dinas Kesehatan

Kota dalam pelaporan data SKDR. Perlu warning

kepada puskesmas yang sering terlambat melaporkan data SKDR karena Kepala Puskesmas bertanggung

jawab sebagai leadership yang tertinggi, sedangkan

staf lainnya harus membantu sesuai bidang, tupoksi dan tanggung jawabnya di puskesmas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat (1) Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, (2) Prof. Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH selaku Koordinator Program Studi Program Magister Epidemiologi, (3) Dr. Hari Basuki N,dr., M.Kes selaku Ketua Minat Studi Manajemen Surveilans Epidemiologi Dan Informasi Kesehatan (MSEIK) Program Studi Magister Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Kami juga menyampaikan terima kasih Bapak dan Ibu Staf Seksi Wabah dan Bencana Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyam, M. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Surveilans Berbasis Ewars dalam Upaya Deteksi Dini Kejadian Luar Biasa di Kabupaten Barru. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Athena, D. Anwar M. 2014. Penelitian/Pengembangan Model/ Sistem Surveilans Dampak Kesehatan Perubahan Iklim. Jurnal Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 42, No. 1 Maret. Tersedia pada http://ejournal.litbang. depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/3476/3440 [diakses 7 Mei 2017].

Depkes RI. 2008.Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons. Jakarta: Ditjen PPPL

Hanafusa, S., Muhadir,A., Santoso,H., Tanaka,K. Anwar, M. Sulistyo, E. T., dan Hachiya, M. 2012 .

A Surveillance Model for Human Avian Influenza with a Comprehensive Surveillance System for Local- Priority Communicable Diseases in South Sulawesi, Indonesia. Japanese Society of Tropical Medicine Volume 40 (4); 2012 Dec. Tersedia pada: https:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3598071/ [Diakses pada 7 Mei 2017].

Indriasari, T. 2011. Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Respons Berbasis Short Message Service (SMS) di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Tersedia pada http://etd.repository.ugm.ac.id/ index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitian Detail&act=view&typ=html&buku_id=52005 [diakses 9 Februari 2017].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Tersedia pada http://skdr.surveilans.org/ [diakses 6 Januari 2017].

Kendall K.E. dan Julie E. Kendall. 2010. Analisis dan Perancangan Sistem. Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Indeks.

Kristiani, S.Y.M., Hari Kusnanto, dan Ari Probandari. 2016. Pengelolaan Informasi Early Warning Alert And Response System di Kabupaten Boyolali. Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016.

Masrochah, S. 2006. Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi Sebagai Pendukung Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Priyontika, B., Pudjo Wahjudi dan Irma Praseyowati. 2016. Early Warning Alert And Response System (EWARS) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) di Puskesmas Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2016. Jember: Universitas Jember.

Siswoyo, H., Permana,M. Larasati,R. P., Farid,J., Suryadi,A., dan Sedyaningsih, E. R. 2008. EWORS: using a syndromic-based surveillance tool for disease outbreak detection in Indonesia. BMC Proceedings journal Volume 2(Suppl 3); 2008. Tersedia pada:https:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2587689 [diakses pada 7 Mei 2017].

Sutarman. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keterlambatan Petugas dalam Menyampaikan Laporan KLB Dari Puskesmas Ke Dinas Kesehatan (Studi di Kota Semarang). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Tersedia pada: http://eprints. undip.ac.id/18790/1/SUTARMAN.pdf [diakses 6 Januari 2017].

Gambar

Tabel 2. Kebutuhan Data pada Disain Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Tingkat Puskesmas Kota Surabaya
Gambar 1. Diagram Konteks Desain Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Tingkat Puskesmas Kota Surabaya
Gambar 3. Ujicoba Alat Bantu Penunjang Laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Tingkat Puskesmas Kota Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi profesi tenaga kefarmasian sebenarnya memiliki peranan penting dalam penanganan bencana, antara lain dengan menghubungi instansi pemerintah yang bertugas dalam

Secara uji BNT 5% galur mutan PATIR-4 berbeda nyata dari ketiga tanaman kontrol, sedangkan galur PATIR-71 tidak berbeda nyata dengan induk (5,06 t/ha) dan

Hal ini merupakan suatu yang baik bagi pasien diabetes karena lauk hewani adalah makanan sumber protein yang berasal dari hewan yang mengandung lemak jenuh dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat melewati masa studi dan

Baranyai Decsi János úgy tudta, hogy 1598-ben Csáky is elkísérte a feje- delmet Prágába: „ Ő maga Jósika István kancellár, Kornis Gáspár, Náprágyi De- meter

Mitra dalam kegiatan IbM Home Industry Rengginang “Cita Rasa” dan Fajar Raya” yang berlokasi di Desa Rasau Jaya I. Permasalahan mitra yaitu pada kualitas produk, ruang

VERS generasi I dengan menggunakan prinsip hydraulic dikembangkan oleh Hasfin, dari hasil pengujian diperoleh tegangan maksimum 0,719 Volt, kuat arus maksimal 7,913 mA dan daya

Kromatogram hasil analisa GC terhadap F4-DB dan F7-DB menunjukkan ada beberapa senyawa yang diduga merupakan senyawa yang sama, karena beberapa puncak yang muncul memiliki