• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Klinis dan Antropometrik serta Gaya Hidup Penderita Terdiagnosis Gout Arthritis dan/atau Diabetes Mellitus di Kota Tomohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Klinis dan Antropometrik serta Gaya Hidup Penderita Terdiagnosis Gout Arthritis dan/atau Diabetes Mellitus di Kota Tomohon"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Kelurahan Matani II

Kelurahan Matani II adalah salah satu dari 9 kelurahan di kecamatan Tomohon Tengah, dan terletak di ketinggian 772 dpl. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 4.26 Km persegi. Data Badan Pusat Statistik Kecamatan Tomohon Tengah tahun 2016 melaporkan jumlah penduduk kelurahan Matani II sebanyak2.786 jiwa dengan 812 KK (Kepala Keluarga), yang terdiri atas 1.437 laki-laki dan1.349 perempuan.Jumlah orang per keluarga rata-rata 3 orang (BPS Kota Tomohon, 2016)

Sebagian besar penduduk Matani II pekerjaannya adalah bertani dan buruh tani (350 KK; 43%), PNS dan pegawai swasta (180 KK; 22.2%) dan sisanya adalah sebagai wiraswasta/pedagang, tukang bangunan dan lainnya. Dari segi jumlah absolut, petani sebanyak 253 orang (31%), buruh tani 97 orang (12%), PNS 113 orang (14%, karyawan swasta 67 orang (8%), tukang bangunan 16 orang (2%), wiraswasta 81 orang (10%) dan lain-lain (185 orang, 23%)

(2)

2

mantri. Puskesmas ini melayani warga kelurahan Matani I, II, III, Talete I dan II.

Badan Pusat Statistik (BPS) kota Tomohon, mencatat tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga dirinci sebagai berikut:tidak tamat SD 20% (163 orang), SD 16% (128 orang), SMP 33% (267 orang), SMA 25% (203 orang), D1-D3 3 % (31 orang), D4-S1 2% (18 orang) dan S2/S3 (2 orang) total 812 orang.

4.2 Karakteristik Responden

(3)

3

berusia produktif. Dari segi jenis pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga (16 orang), pensiunan (4 orang), karyawan swasta (3 orang), PNS (2 orang) dan buruh/ojek sebanyak (2 orang).

Berdasarkan klasifikasi penyakit yang diderita, terdapat 10 penderita GA masing-masing (5) orang pada kelompok Puskesmas dan Kolom 10, 7 penderita DM tipe 2 dengan rincian (2 orang) pada kelompok Puskesmas dan (5 orang) pada kolom 10 dan 10 penderita DM dan GA (10 orang) berasal dari kelompok Puskesmas.

Responden yang menderita GA (hiperurisemia) memiliki rata-rata kadar asam urat sebesar 8,85 mg/dl. Responden yang menderita DM tipe 2 memiliki rata-rata kadar gula darah puasa (GDP) dan kadar gula darah sesaat (GDS) masing-masing sebesar 119 mg/dl dan 146,43 mg/dl. Sedangkan 10 orang responden yang menderita DM yang disertai AU berturut-turut memiliki rata-rata GDP, GDS, dan AU masing-masing-masing sebesar 135.25 mg/dl, 204.60 mg/dl dan 9,5 mg/dl.

4.3.Profil Antropometri

(4)

4

Indeks Masa Tubuh (IMT) dan kategori obesitas sebagaimana terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1Hasil Pengukuran Antropometri Kelompok Puskesmas dan Kolom 10

BB, Berat Badan; TB, Tinggi Badan; IMT: Indeks Masa Tubuh

(5)

5 Tabel 4.2

Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-rata dan Standar Deviasi Antropometri Responden Kelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kategori Terendah Tertinggi Rata-rata S.D

Puskesmas

BB, Berat Badan; TB, Tinggi Badan; IMT: Indeks Masa Tubuh; S.D, Standar Deviasi

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok Puskesmas terdapat 12 responden yang mengalami berisiko dan obesitas dengan rincian berisiko sebanyak 3 orang; obesitas I sebanyak 6 orang; obesitas II sebanyak 3 orang; dan 4 lainnya kurang dan normal. Pada kelompok Kolom 10 semuanya mengalami obesitas dengan rincian 3 orang mengalami berisiko; 7 orang mengalami obesitas I dan 1 orang mengalami obesitas II.

4.4. Riwayat Penyakit Keluarga

(6)

6

Masing-masing responden menceritakan tentang riwayat penyakit yang dimiliki oleh keluarga inti, sanak saudara (extended family) dan gabungan dari keduanya (keluarga inti dan sanak saudara). Ringkasan temuan wawancara tersebut baik dari kelompok Puskesmas maupun kelompok Kolom 10 disajikan pada Tabel 4.3.

Temuan pada kelompok Puskesmas, riwayat penyakit keluargadari keluarga inti dialami oleh 7 responden, sedangkan dari keluarga sanak saudara dialami oleh 2 responden, dan dari gabungan keduanya dialami oleh 5 responden dan hanya 2 responden yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga. Contoh kasus sebagai berikut : pada responden MT 05 yang menderita AU ternyata saudara kandung nya mengalami DM, responden MT 10 yang menderita AU ibunya memiliki riwayat penyakit hipertensi; responden MT 15 yang menderita DM pamannya menderita penyakit jantung koroner dan hipertensi, sementara itu responden MT 18 yang menderita DM, bibinya juga menderita penyakit DM.

(7)

7

(8)

8 Tabel 4.3

Deskripsi Riwayat Penyakit Keluarga dari Responden Puskesmas dan Kolom 10

DM Hipertensi saudara kandung

MT02 AU AU, Hipertensi,

stroke Orang tua dan paman

(9)

9

jantung orang tua dan paman

Keterangan:

DM, Diabetes Melitus; AU, Asam Urat

(10)

10

memiliki riwayat penyakit keluarga yang sama dengan respondennya yaitu responden MT 29 yang menderita penyakit AU ternyata saudara kandung dan neneknya menderita penyakit DM, AU dan hipertensi. Hal yang sama juga terjadi pada responden MT 30 yang menderita DM, ternyata orang tua dan bibinya juga menderita DM disertai hipertensi.

Fakta tersebut diatas menunjukan adanya kecenderungan hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian penyakit AU, DM tipe 2 dan AU yang disertai DM terhadap responden penelitian ini.

4.5. Profil Kimia Darah Responden

(11)

11

(12)

12 Tabel 4.4

Kondisi Klinis dan Kimia Darah Responden Penderita DM dan GA dari Puskesmas Matani II Tahun 2016

Kode L/P Usia (tahun)

Diagnosa

Awal Sistolik Diastolik

GDP GDS AU

Kolesterol Obat yang di konsumsi Puskesmas Langsung Puskesmas Langsung Puskesmas Langsung

MT01 P 63 DM & AU 130 100 170 174 NA 233 7,0 7.8 211 -

(13)

13 Tabel 4.5

Karakteristik Umum, Kondisi Klinis dan Kimia Darah Responden Penderita DM dan GA dari Kolom 10 Matani II Tahun 2016

Kode L/P Usia Diagnosa

Awal Sistolik Diastolik GDP GDS AU Kolestrol

Obat yang dikonsumsi

MT20 P 39 DM 120 100 111 147 5.1 157 -

MT21 P 44 DM 140 110 113 150 4.6 182 Metformin

MT22 P 72 DM 120 70 115 94 3.9 204 Glucopak

MT23 P 46 AU 130 80 82 87 7.0 282 -

MT24 L 45 AU 120 90 97 110 10.7 209 -

MT25 L 40 AU 110 90 110 145 7.3 207

Alopurinol dan

glocopak

MT27 L 55 DM 180 100 153 150 6.2 111 -

MT28 P 64 AU 160 90 98 106 6.5 207 -

MT29 P 51 AU 150 90 92 106 6.8 180 -

MT30 P 41 DM 120 70 112 149 4.2 146 Metformin

MT31 L 48 Au 120 100 98 109 9.4 274 -

`Keterangan:

(14)

14 Tabel 4.6

Nilai Terendah, Tertinggi, Rata-Rata dan Standar Deviasi Responden Kelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kategori N Terendah Tertinggi

Rata-rata S.D

AU, Asam Urat; GDP, Gula darah puasa; GDS, Gula darah sesaat; S.D, Standar Deviasi

4.5.1. Tekanan DarahSistolik

Mengacu pada klasifikasi tekanan darah orang dewasa menurut JNC 7th (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure) pada

(15)

15

Kategori prehipertensi pada kelompok Puskesmas terdapat 9 responden yaitu pada MT 01, MT 05, MT 06, MT 07, MT 08, MT 09, MT 11, MT 17 dan MT 19. Sementara itu kelompok kolom 10 terdapat 6 responden yaitu MT 20, MT 22, MT 23, MT 24, MT 30, MT 31. Kategori Hipertensi tingkat 1 pada kelompok Puskesmas terdapat 3 responden yaitu responden MT 04, MT 10 dan MT 15.Pada kolom 10 terdapat 2 orang responden yang menderita hipertensi tingkat 1 yaitu MT 21 dan MT 29. Untuk Kategori hipertensi tingkat 2 pada kelompok Puskesmas tidak ada satupun. Berbeda halnya pada kelompok kolom 10, terdapat 2 orang yang termasuk dalam kategori hipertensi tingkat 2 yaitu pada responden MT 27 dan MT 28.

4.5.2.Tekanan Darah Diastolik

Mengacu pada klasifikasi tekanan darah orang dewasa menurut JNC 7th pada kelompok Puskesmas terdapat (1) orang yang memiliki tekanan diastolik normal yaitu MT 18, sementara pada kelompok kolom 10 terdapat 2 orang responden yang tekanan darah diastoliknya normal yaitu MT 22 dan MT 30.

(16)

16

tekanan darah diastolik berkisar antara 90-99 mmHg yaitu, MT 03, MT 09, MT 10, MT 16 pada kelompok Puskesmas dan MT 24, MT 25, MT 28, MT 29 pada kelompok kolom 10.

Kategori hipertensi tingkat 2 pada kelompok Puskesmas terdapat 10 responden yang memiliki tekanan diastolik ≥100 mmHg yaitu responden MT 01, MT 04, MT 05, MT 06, MT 07, MT 08, MT 11, MT 15, MT 17 dan MT 19. Sementara itu pada kelompok kolom

10 terdapat 4 responden yang memiliki tekanan diastolik ≥100

mmHg yaitu responden, MT 20, MT 21, MT 27 dan MT 31.

4.5.3. Gula Darah Puasa (GDP)

Pada kelompok Puskesmas terdapat 7responden yang kadar GDP diatas batas normal, yaitu responden MT 01, MT03, MT 04, MT05, MT09, MT16 dan MT18.Kelompok Kolom10 terdapat 5 responden yang memiliki kadar GDP diatas normal yaitu MT20, MT21, MT22, MT27 dan MT30.

4.5.4. Gula Darah Sesaat (GDS)

(17)

17 4.5.5. Asam Urat (AU)

Berdasarkan batasan normal kadar asam urat kelompok Puskesmas terdapat 9 responden yang memilki kadar asam urat diatas batas normal, yaitu MT 01, MT 02, MT 05, MT 06, MT 08, MT 09, MT 10, MT 11 dan MT 19. Sementara itu pada responden kolom 10 terdapat 4 responden yang memiliki kadar asam urat diatas batas normal yaitu MT 06, MT 08, MT 23 dan MT 28.

4.5.6. Kolesterol

Batas normal untuk kadar kolesterol pada usia dewasa adalah <200 mg/dl. Kelompok Puskesmas terdapat 4 responden yang memiliki kadar kolesterol >200 mg/dl yaitu MT 01, MT 04, MT 06 dan MT 10. Pada kelompok kolom 10 terdapat 6 responden yang kadar kolesterol >200 mg/dl yaitu MT 22, MT 23, MT 24, MT 28 dan MT 31.

4.6. Asupan Makan

(18)

18 Tabel 4.7

Profil Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Kalori RespondenKelompok Puskesmas dan Kolom 10

Kelompok Kode L/P Usia

Rata-rata

Karbohidrat Protein Lemak Energi

(g) (g) (g) (kkal)

(19)

23 Tabel 4.8

Nilai Terendah, teringgi, Rata-rata dan Standar Deviasi Asupan Karbohidrat, Protein, Lemak dan Kalori Kelompok Puskesmas dan

Kolom 10

Keterangan:

S.D, Standar Deviasi

4.6.1. Tingkat Asupan Karbohidrat

(20)

24

responden perempuan berusia 41 tahun yaitu MT 30 dengan asupan karbohidrat (274,53 g).

4.6.2. Tingkat Asupan Protein

Berbeda dengan tingkat asupan karbohidrat para responden diatas, ternyata tingkat asupan protein semua responden penelitian ini berada diatas angka kecukupan gizi yang dianjurkan baik pada responden kelompok Puskesmas maupun responden kelompok kolom 10 berdasarkan jenis kelamin maupun umur.

4.6.3. Tingkat Asupan Lemak

Hal yang sama dengan tingkat asupan protein diatas, dalam hal tingkat asupan lemak para responden penelitian ini juga berada diatas angka kecukupan lemak yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin baik pada responden kelompok Puskesmas maupun kolom 10.

4.6.4. Tingkat Asupan Energi

(21)

25

gizi yg dianjurkan oleh kementerian kesehatan RI yaitu hanya memiliki asupan (1792.8 kkal).

4.7. Aktivitas Fisik

Untuk mengetahui profil aktivitas fisikmasing-masing responden baik kelompok Puskesmas maupun Kolom 10maka dilakukan wawancara mendalam dengan menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Rangkuman hasil

pengukuran aktivitas fisik kelompok Puskesmas dan kolom 10 dipaparkan pada Tabel 4.10. dengan membandingkan data pada Tabel 4.10 dengan standar kategori aktivitas fisik maka para responden kelompok Puskesmas tidak didapati responden yang termasuk dalam kategori aktivitas fisik berat sementara responden pada kelompok Kolom 10 terdapat (2) responden yang memiliki

kategori aktivitas fisik berat dengan (MET ≥3000) yaitu responden

(22)

26

(23)

27 Tabel 4.9

Profil Aktivitas Fisik Responden kelompok Puskesmas dan Kolom 10

METs, Metabolic Equivalents; - : tidak melakukan aktivitas

Kagori Aktivitas fisik : Berat : MET ≥3000; Sedang: (3000 > MET ≥ 600); Ringan :

MET ( 600 > MET)

(24)

28

Adapun nilai terendah, tertinggi, rata-rata dan standar deviasi aktivitas fisik para responden penelitian ini dirinci sebagai berikut : responden kelompok Puskesmas berturut-turut adalah 80 MET, 2400 MET, 761 MET dan 693, sedangkan pada kelompok Kolom 10 berturut-turut adalah 260 MET, 12.960 MET, 2.523 MET dan 4.115

(25)

29 Tabel 4.10

Hubungan Uji Korelasi Antara Pemeriksaan klinis, antropometri, Asupan Makan dan Aktivitas FisikKelompok Puskesmas dan Kolom

10

Variabel r p

Asupan Karbohidrat Diastolik 0.42 0.02 Asupan Kalori Diastolik 0.54 0.04 Asupan Lemak A.Fisik 0.44 0.01

Asupan Kalori IMT 0.37 0.05

IMT Diastolik 0.48 0.01

keterangan:

AU: Asam Urat ; GDP: Gula Darah Puasa; GDS: Gula Darah Sesaat, A.Fisik, Aktivitas Fisik. Nilai Signifikan Spearman p (0.05)

Pemeriksaan Klinis dengan aktivitas fisik menggunakan uji Pearsonp <0.005 tidak ditemukan adanya hubungan yang saling berkaitan.

4.9. Pembahasan

(26)

30

bahkan semakin banyak menyerang kalangan muda (Suyono, 2009).

Temuan yang menarik dalam studi ini menunjukkan penderita kedua penyakit ini cenderung wanita lebih banyak (67 %) dibanding dengan pria (33%). Hampir semua responden wanita bekerja sebagai ibu rumah tangga kecuali (1 orang) yaitu MT 15 bekerja sebagai PNS. Temuan ini mengindikasikan bahwa ibu rumah tangga yang lebih beresiko mengalami kejadian penyakit asam urat dan DM karena kebiasaan memasak sendiri dan cenderung tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian didaerah pantai Manado ditemukan angka kejadian hiperurisemia di Minahasa pada tahun 1999 sebesar 34,30% pada pria dan 23,31% pada wanita usia dewasa muda. Hasil antropometri lingkar pinggang responden menunjukkan 70.3% atau sebanyak 19 orang melebihi standar normal dan cenderung mengalami kadar asam urat dalam darah yang juga tinggi. Sedangkan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan 9 reponden atau 33% mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dan sekaligus memiliki kadar asam urat yang tinggi

(27)

31

penderita DM saja sebesar 26%. Hal ini sejalan dengan penelitian (Choi, et al, 2008) di Taiwan yang menyimpulkan ketika kadar GA dalam darah tidak terkontrol, maka muncul peluang resiko sebesar 20% untuk terjadinya penyakit DM. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yoo et al (2011), melaporkan bahwa insiden resistensi insulin pada pasien asam urat meningkat 35% dibandingkan dengan individu tanpa asam urat. Hasil penelitian Suppiah et al (2008) juga menunjukkan angka prevalensi asam urat yang tinggi pada pasien dengan DM tipe 2. Studi tentang hubungan antara asam urat dan DM tipe 2 di Taiwan, menunjukkan bahwa kedua penyakit tersebut sama-sama saling mempengaruhi bagi terjadinya komorbiditas kedua penyakit tersebut. (Lai, 2012).

Pola makan yang tinggi karbohidrat, protein, lemak dan kalori pada hampir semua responden suku Minahasa ini merupakan gaya hidup turun temurun. Keseringan makan protein hewani dan nabati (kacang-kacangan, sup brenebon dengan daging babi), dan kebiasaan semua sayur-sayuran yang dikonsumsi setiap hari selalu menggunakan minyak goreng, bahkan juga hampir setiap hari makan goreng-gorengan merupakan pola makan suku Minahasa.

(28)

32

dengan AU (p= 0.06, r = 0.36), lemak dengan AU (p = 0.18, r =0.26) dan kalori dengan AU (p = 0.45, r = 0.14). Hasil Uji Bivariat ini juga tidak ditemukan adanya hubungan antara asupan karbohidrat dengan GDP (p= 0.43, r=-0.158), lemak (p=0.73, r=-0.06), kalori (p=0.08, r=-0.33). Hanya terdapat 1 hubungan yaitu antara asupan protein dengan GDP (p=0.03, r=0.41). Sementara itu GDS pun tidak ada hubungannya dengan asupan karbohidrat (p= 0.81, r= -0.04), protein (p= 0.61, r=-0.27), lemak (p=0.20, r=-0.25), kalori (p=0.25, r= -0.22).

(29)

33

sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan Sugiyarti dkk (2011) responden sudah menjaga pola makannya karena kemauan psikologis mereka yang berkeinginan untuk menurunkan kadar gula darah secepat mungkin, karena kadar gula darah mereka akan diukur kembali sehingga mereka merasa takut jika kadar gula darahnya tidak menurun.

Temuan lain dalam penelitian ini mengkonfirmasi bahwa ada 85% responden mengalami obesitas dan beresiko mempengaruhi timbulnya kejadian penyakit asam urat, DM dan komorbiditasnya. Hal ini didukung dengan hasil uji korelasi yang telah dilakukan yaitu terdapat hubungan antara asupan kalori dengan IMT (p=0.05, r=0.37). Berbagai hasil penelitian telah membuktikan hal ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Prior,et al (1964) terhadap suku Maori di New Zealand yang menemukan faktor resiko kelebihan berat badan adalah salah satu penyebab tingginya prevalensi penyakit jantung koroner, hiperurisemia, asam urat dan DM.

(30)

34

(31)

35

Gambar

Tabel 4.1Hasil Pengukuran Antropometri  Kelompok Puskesmas dan Kolom 10
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada kelompok Puskesmas
Tabel 4.3
tabel 4.4 disajikan profil kimia darah responden kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sukorejo setiap tanggal 20 adalah model antrian  M M / / 3 :   GD /   /  , akan tetapi pihak Kantor Pos Cabang Sukorejo harus mengubah standar waktu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Pemberian Pemberian sari umbi bawang merah (Allium cepa L.)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi BPK terkait kepuasan relasional bagi pegawai yang terpisah secara geografis dengan suami/istri,

Variasi densitas pada suatu daerah penelitian dapat digunakan untuk interpretasi, dimana interpretasi data anomali gravitasi digunakan untuk memberikan informasi yang berkaitan

Jika dilihat dari kontek ayat tersebu, jika dihungbungkan dengan proses pembelajaran dapat ditarik sebuah benang merah bahwa dalam ayat tersebut terdapat dua

Wawancara yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan

Penelitian yang dilakukan oleh Agrianti (2009) menunjukan bahwa dengan adanya komite audit secara statistik tidak dapat mempengaruhi tinggi rendahnya earnings management tetapi

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi (20,705) PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH