• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Asas Equality Before The Law Terhadap Narapidana Dalam Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Asas Equality Before The Law Terhadap Narapidana Dalam Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Sragen"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang- Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa Negara Republik

Indonesia itu suatu Negara hukum (rechstsaat) (Julita Melissa Walukow, 2013: 163). Pernyataan ini benar- benar jelas terlihat dalam penjelasan umum Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Negara berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka” yang perwujudan dalam sistem

pemerintahannya tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tanpa batas) tetapi mengacu kepada konstitusi dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang

melandasinya. Hukum sebagai pengaturan perbuatan- perbuatan manusia oleh

kekuasaan dikatakan sah bukan hanya dalam keputusan melainkan juga dalam

pelaksanaannya sesuai dengan hukum kodrat, dengan kata lain hukum harus

sesuai dengan ideologi bangsa sekaligus sebagai pengayom rakyat (Dahlan Thaib,

2008: 76). Konsekuensi pengakuan bahwa hukum harus sesuai dengan ideologi

bangsa dan sekaligus sebagai pengayom masyarakat inilah yang mengisyaratkan

adanya lembaga- lembaga peradilan, sebab lembaga peradilan ini merupakan

syarat bagi suatu negara yang menanamkan diri sebagai negara hukum (Rusli

Muhammad, 2006: 1).

Menurut M. Schelteme berpendapat bahwa setiap negara hukum terdiri

dari empat asas utama yaitu asas kepastian hukum, asas persamaan, asas

demokrasi, asas bahwa pemerintah dibentuk untuk melakukan pelayanan terhadap

masyarakat (Marwan Effendy, 2005: 142). Salah satu prinsip penting Negara

adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum

(Equality Before The Law). Oleh karena itu setiap orang berhak atas pengakuan,

jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama

dihadapan hukum (Supriyadi, 2006: 127). Adapun lembaga penegak hukum atau

(2)

commit to user

meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan yang terakhir ialah lembaga

pemasyarakatan. Keempat lembaga tersebut adalah merupakan pilar atau sarana

untuk mencapai keadilan hukum di Indonesia.

Equality Before The Law dalam arti sederhananya bahwa semua orang

sama di depan hukum. Persamaan dihadapan hukum atau equality before the law adalah salah satu asas terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah

satu sendi doktrin Rule of Law yang juga menyebar pada negara- negara berkembang seperti Indonesia (Julita Melissa Walukow, 2013: 163). Kalau dapat

disebutkan asas equality before the law ini merupakan salah satu manifestasi dari Negara hukum (rechtstaat) sehingga harus adanya perlakuan sama bagi setiap orang di depan hukum (gelijkheid van ieder voor de wet) (Lilik Mulyadi, 2007: 20). Asas Equality Before The Law, diartikan secara dinamis dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses untuk memperoleh keadilan (access to justice) bagi semua orang tanpa memperdulikan latar belakang. Dalam Amandemen

Undang- Undang Dasar 1945, teori equality before the law termasuk dalam Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Segala warga Negara bersamaan

kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum

dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Ini berarti merupakan sebuah

pengakuan bahwa setiap warga negara didalam hukum dan pemerintahan

mempunyai hak yang sama tidak ada yang dibeda- bedakan.

Berbicara mengenai asas equality before the law yakni persamaan kedudukan dihadapan hukum, makatidak lepas dari hak asasi manusia. Hak asasi

manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia sejak manusia lahir yang

tidak dapat diganggu gugat dan bersifat tetap. Hak asasi manusia itu penting

karena tanpa hak itu tidak akan ada martabat manusia. Undang- Undang Dasar

1945 Pasal 28 d Ayat (1) berisi ketentuan bahwa semua orang sama di hadapan

hukum sehingga tidak ada diskriminasi pada siapapun termasuk Narapidana.

Seperti yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia dalam Pasal 2, berisi ketentuan Negara Indonesia mengakui dan

(3)

commit to user

manusia tidak dapat dilepaskan dari manusia pribadi karena itu pemerintah

berkewajiban baik secara hukum maupun secara politik, ekonomi, sosial, moral

untuk melindungi dan mengambil langkah- langkah konkrit demi tegaknya hak

asasi manusia. Masyarakat yang menghormati hak asasi manusia sesuai dengan

The Rule of Law, terdapat pengakuan terhadap hak dan kewajiban para warga

negara, dengan demikian hukum akan memperlakukan setiap warga negara sama

dengan perlakuan yang berkaitan dengan orang lain siapapun dia dan apapun

kekuasanya (Heri Tahrer, 2010: 50).

Ironisnya dalam praktek hukum di Indonesia masih diskriminatif, equality

before the law tidak diterapkan secara equal bahkan sering kali diabaikan,

kepentingan kelompok tertentu lebih dikedepankan dibandingkan kepentingan

publik. Penerapan dari asas equality before the law dilaksanakan oleh aparat penegak hukum, salah satunya yaitu Lembaga Pemasyarakatan. Pelaksanaan

pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan memang merupakan bagian dari

satu rangkaian penegakan hukum pidana atau bagian dari rangkaian sistem

peradilan pidana (criminal justice system) di Indonesia (Romli Atmasasmita, 1995: 157). Di dalam pasal 5 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

pemasyarakatan menyatakan bahwa : Sistem pemasyarakatan dilaksanakan

berdasarkan asas pengayoman, persamaan perlakukan dan pelayanan, pendidikan,

pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan

kemerdekaan adalah salah satu derita serta terjaminnya hak untuk tetap

berhubungan dengan keluarga dan orang- orang tertentu. Salah satu asas diatas

yakni asas persamaan perlakuan dan pelayanan inilah yang menjadi wujud

berlakunya asas equality before the law di dalam lembaga pemasyarakatan.

Banyak para ahli kepenjaraan maupun orang yang bukan ahli hukum di

Indonesia mengatakan bahwa apa gunanya mengubah sebuah nama dari penjara

menjadi lembaga pemasyarakatan kalau memang Peraturan Perundang- undangan

serta cara perlakuan petugas terhadap narapidana tidak dilaksanakan sebagaimana

mestinya (Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, 1995: 26).

(4)

commit to user

pemasyarakatan yang digunakan untuk menggantikan penjara dan tidak hanya

sebagai perubahan nama antara lain lembaga pemasyarakatan disamping

menimbulkan rasa derita pada terpidana karena dihilangkanya kemerdekaan

bergerak, membimbing terpidana agar bertobat, mendidik supaya ia menjadi

seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang berguna (R.Achmad, S.

Soeman Dipraja dan Romli Atmasasmita, 1979: 13). Berdasarkan hal diataslah

yang menjadikan Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu komponen

penting dalam sistem peradilan pidana yang memiliki fungsi paling strategis serta

potensial untuk memperbaiki para narapidana agar dibina sehingga diharapkan

mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya

(Julita Melissa Walukow, 2013: 164).

Diakui berbicara mengenai keadilan hukum di Indonesia mungkin bisa

dikatakan masih jauh dari apa yang dicita- citakan oleh bangsa yang teramanat

dalam konstitusi kita. Ini dapat kita jumpai pada berbagai tingkat peradilan, baik

itu dari tingkat kepolisian dalam proses penyidikan, ditingkat kejaksaan dalam

proses penuntutan, ditingkat pengadilan dalam proses mengadili, hingga ditingkat

lembaga pemasyarakatan dalam proses eksekusi atau pelaksanaan dari suatu

putusan pengadilan. Seringkali Lembaga Pemasyarakatan ini disalah gunakan

oleh aparat penegak hukum itu sendiri, sehingga asas Equality Before The Law diabaikan begitu saja. Sebagai contoh ialah seperti yang telah diberitakan oleh

berbagai media massa beberapa waktu yang lalu, bagaimana seorang Artalita

Suryani yang merupakan seorang narapidana terkait dengan kasus penyuapan

yang dilakukannya terhadap seorang hakim, mendapatkan fasilitas yang sangat

mewah walaupun dia telah diputus oleh pengadilan untuk meringkup dalam

penjara. Selain itu adapula bagaimana seorang Freddy Budiman yang merupakan

seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Cipinang

terkait dengan kasus narkotika, mendapatkan perlakuan dan fasilitas khusus oleh

petugas karena memberikan sejumlah uang sogokan. Contoh- contoh kasus

tersebut di atas merupakan sedikit gambaran bagaimana bobroknya Lembaga

(5)

commit to user

tidak diterapkan dalam pelaksanaannya. Fakta ini menunjukkan adanya

inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat.

Menurut penulis, hal diatas sangat menarik untuk dibahas dan dikaji lebih

mendalam karena saat sekarang ini asas equality before the law dalam sistem peradilan pidana di Indonesia, di tingkat lembaga pemasyarakatan khususnya,

hanya sekedar menghiasi konstitusi, dikenal dalam teori dipendidikan hukum dan

bisa dikatakan jauh dari implementasi. Selain hal tersebut di atas apabila dibiarkan

begitu saja maka lembaga pemasyarakatan sebagai lembaga pelaksana pidana di

Indonesia tidak dapat berjalan secara maksimal dan efek jera yang ditimbulkan

pun tidak dapat tercapai seperti apa yang diharapkan. Sehingga dengan latar

belakang diatas maka dalam penulisan skripsi, penulis mengangkat judul

“IMPLEMENTASI ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW TERHADAP

NARAPIDANA DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KABUPATEN

SRAGEN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis

mengemukakakan berbagai pokok permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana implementasi Asas Equality Before The Law terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen ?

2. Kendala apa saja yang ditemui dalam implementasi Asas Equality Before The Law terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(6)

commit to user

a. Untuk mengetahui Implementasi Asas Equality Before The Law terhadap narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Sragen.

b. Untuk mengetahui kendala Implementasi Asas Equality Before The Law terhadap narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Sragen.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah pemahaman penulis tentang implementasi Asas

Equality Before The Law terhadap narapidana dalam Lembaga

Pemasyarakatan.

b. Untuk mempertebal pengalaman dan wawasan penulis dalam aspek

hukum di dalam teori dan praktek menulis, khususunya dalam bidang

Hukum Pidana.

c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar strata 1

(sarjana) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat

diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Sebuah penelitian hukum

diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu

hukum itu sendiri maupun dapat diterapkan dalam prakteknya. Adapun manfaat

dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan peneliti di bidang

Hukum Tindak Pidana khususnya terkait dengan masalah implementasi

Asas Equality Before The Law terhadap narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan.

b. Bagi perkembangan ilmu hukum, hasil penelitian ini bermanfaat

(7)

commit to user

hukum pidana untuk mengetahui tentang Implementasi Asas Equality

Before The Law di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

c. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan dan referensi

bagi pihak- pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bermanfaat memberikan masukan terhadap

lembaga pemasyarakatan untuk mengimplementasikan Asas Equality Before

The Law dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada tanpa harus tebang

pilih sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi

perkembangan Lembaga Pemasyarakatan, dengan Implementasi Asas Equality

Before The Law maka Narapidana dapat memperoleh hak- hak yang sama di

dalam Lembaga Pemasyarakatan karena disitu adalah tempat atau wadah

untuk membina. Penelitian ini dapat membuka cakrawala pandang mengenai

lembaga pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan dan diperlakukan

sama, melalui penelitian ini peneliti dapat belajar menyadari bahwa

narapidana adalah juga manusia sehingga mereka juga harus diperlakukan dan

mempunyai hak yang sama.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan unsur yang sangat penting dalam penelitian untuk

mendapatkan data yang validitasnya tinggi. Tanpa suatu metode, maka seorang

peneliti akan sulit menemukan, merumuskan dan memecahkan masalah dalam

mengungkapkan kebenaran. Metode dapat digunakan untuk menganalisa,

mempelajari dan memahami keadaan- keadaan yang dihadapi. Sehingga

penelitian akan disebut ilmiah dan dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun

dengan metode yang tepat. Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada

dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan

penulis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

(8)

commit to user

Penelitian secara umum dapat digolongkan dalam beberapa jenis, dan

pemilihan jenis penelitian tersebut tergantung pada perumusan masalah yang

ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan jenis penelitian empiris, yaitu dengan melakukan pengkajian

dan pengolahan terhadap data penelitian dengan bertitik tolak pada aspek

hukum normatif disertai dengan kajian teoritis hukum, dengan didukung oleh

fakta- fakta empiris di lapangan.

2. Sifat Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Sifat penelitian

deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

manusia, keadaan atau gejala- gejala lainnya, terutama untuk mempertegas

hipotesa- hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori- teori lama

atau didalam kerangka menyusun teori- teori baru (Soerjono Soekanto, 2010:

10). Dalam hal ini penulis akan memberikan gambaran tentang bagaimanakah

implementasi asas equality before the law terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen dan kendala yang ditemui dalam

implementasi asas equality before the law terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian

yang menghasilakan tata cara deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh

responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto,

2010: 32). Dalam hal ini penulis melakukan pendekatan melalui wawancara

terhadap petugas lembaga pemasyarakatan dan narapidana, menyebar

quisioner terhadap para narapidana serta melihat fakta- fakta yang ada di

lapangan selama penelitian di lembaga pemasyarakatan.

(9)

commit to user

Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat empiris- deskriptif

maka lokasi penelitan berada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen

yang beralamat di Jl. Raya Sukowati No. 1 Sragen 57214.

5. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Secara umum jenis data dalam penelitian dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan

data yang diperoleh dari bahan- bahan kepustakaan ialah data sekunder

(Soerjono Soekanto, 2010: 12) :

a. Data Primer diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan

yang menjadi objek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang

berupa keterangan atau fakta- fakta atau juga bisa disebut dengan data

yang diperoleh dari sumber yang pertama.

b. Data Sekunder adalah data yang didapat dari keterangan atau

pengetahuan- pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung, antara

lain mencakup dokumen- dokumen resmi, buku- buku, hasil- hasil

penelitian yang berwujud laporan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian

yang dilakukan. Dalam hal ini sumber data primer merupakan data yang

diperoleh secara langsung dilokasi penelitian dari pihak yang berwenang.

Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah Lembaga

Pemasyarakatan Kabupaten Sragen.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah berupa bahan dokumen, peraturan

(10)

commit to user

yang mendukung data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini

adalah :

1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP).

2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3) Undang- Undang

a) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, lembaran Negara Indonesia Tahun 1995

Nomor 77.

b) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

4) Peraturan Pemerintah

a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999

tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan.

6) Keputusan Menteri

a) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :

M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemasyarakatan.

b) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :

M.02-PK-04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/

Tahanan.

c) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :

M.01-PK.04.10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat

dan Cuti Menjelang Bebas.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

(11)

commit to user

data dalam suatu penelitian merupakan merupakan hal yang sangat penting

dalam penulisan (Lexy. J. Meleong, 2009: 216). Teknik pengumpulan data

yang dipergunakan sebagai berikut :

a. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh data primer yang dilakukan dengan cara penulis terjun

langsung ke lapangan agar memperoleh data yang diperlukan. Hal ini

ditempuh dengan melalui wawancara yaitu suatu pengumpulan data

dengan mengadakan sejumlah tanya jawab secara langsung dengan

mencari informasi secara mendalam terhadap informan. Perolehan data

dengan melakukan wawancara ini dilakukan peneliti dengan menggunakan

pedoman wawancara terstruktur sehingga dengan adanya pedoman yang

digunakan dapat terarah dalam melakukan wawancara dan tujuan dari

wawancara tersebut dapat tercapai. Penulis mengadakan wawancara

dengan pihak- pihak yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan

Kabupaten Sragen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, antara lain

yakni kepala lembaga pemasyarakatan, petugas lembaga pemasyarakatan

dan narapida.

Selain melalui wawancara, dapat pula ditempuh dengan menyebar

daftar pertanyaan kepada objek penelitian yang dituju. Dalam penelitian

ini objek penelitian adalah narapidana Kelas IIA Kabupaten Sragen. Dari

penyebaran daftar pertanyaan yang diisi oleh para narapidana tersebut

dapat diperoleh data- data yang diperlukan dalam kaitannya penelitian ini.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan

(12)

commit to user

perundang- undangan, dokumen dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

Studi Kepustakaan sangat penting untuk mendapatkan landasan

teori mengkaji substansi atau isi suatu bahan hukum. Dengan melakukan

studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan

pemikiran- pemikiran yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat

penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti

berdasarkan data- data yang sudah dikumpulkan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh disusun

secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif dengan menguraikan data

dalam bentuk penulisan skripsi (H.B. Sutopo, 2006: 113). Data yang diolah

dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara dengan petugas lembaga

pemasyarakatan dan para narapidana, hasil quisioner yang diambil dari para

narapidana serta fakta- fakta yang terjadi dilapangan.

F. Sistematika Penelitian Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penelitian hukum yang sesuai dengan aturan penelitian hukum serta untuk

mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penelitian hukum ini, maka

penulis menjabarkan dalam bentuk sistematika penelitian hukum yang terdiri dari

4 (empat) bab, dimana tiap- tiap bab berbagi kedalam sub- sub bagian yang

dimaksud untuk memudahkan pemahaman mengenai seluruh isi penelitian hukum

ini. Sistematika penelitian hukum ini terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka,

pembahasan dan penutup. Adapun sistematika penelitian hukum ini adalah

(13)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian Hukum dan Sistematika

Penelitian Hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini tinjauan pustaka berkaitan dengan judul dan

masalah yang diteliti yang akan memberikan landasan atau

kerangka teori serta diuraikan mengenai kerangka

pemikiran. Tinjauan pustaka ini terdiri dari Tinjauan

Umum tentang Sistem Peradilan Pidana, Asas Equality

Before The Law dalam Lembaga Pemasyarakatan, Tinjauan

Umum tentang Narapidana dan Tinjauan Umum Mengenai

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Selain itu untuk

memudahkan pemahaman alur berpikir, maka di dalam bab

ini juga disertai dengan Kerangka Pemikiran.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil dari penelitian yang membahas

tentang implementasi Asas Equality Before The Law terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan

Kabupaten Sragen dan kendala dalam implementasi Asas

Equality Before The Law terhadap narapidana dalam

lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian

(14)

commit to user

relevan dengan penelitian terhadap pihak- pihak yang

terkait dengan penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Alasan orang tua dan siswa memilih homeschooling sebagai pendidikannya antara lain kesibukan siswa di bidang non akademis, kendala fisik, penyakit tertentu, pembelajaran

Pengaruh Interaksi Perlakuan Dosis Pupuk, Jenis Pupuk dan Varietas terhadap Komponen Pertumbuhan Padi Gogo yang Dibudidayakan Secara Organik pada Musim Tanam

The research findings are as follows: (1) Coop jigsaw Team projects is more effective that Direct instruction method to teach speaking for the tenth grade

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) telah menetapkan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentangManajemen Penyidikan Tindak Pidana yang mengatur

Masih banyak hambatan-hambatan dalam pengelolaan kegiatan pemberitaan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali seperti antara lain : Belum

Melalui pendekatan ultrasonografi didapatkan juga rasio panjang ginjal dengan diameter aorta abdominalis Abstract The purpose of this study was to determine the normal kidney size

Berdasarkan tingginya prevalensi penyakit ISPaA dan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan standar terapi, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk