1027
Tema 5: Kewirausahaan, Koperasi, dan UMKM
ANALISIS PERILAKU PRODUSEN UMKM LANTING KUNING
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DI
KECAMATAN SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS
Oleh
Ratna Setyawati Gunawan, Nunik Kadarwati, Sukiman
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman
gunawan.ratna@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menganalisis pengaruh faktor produksi (modal dan bahan baku) terhadap jumlah produksi pada bisnis lanting kuning yang berada di Kecamatan Sumpiuh Banyumas; (2) mengetahui besarnya keuntungan dan efisiensi usaha lanting kuning dengan menggunakan rasio R/C; (3) mengetahui apakah jumlah keuntungan yang didapat sudah memenuhi standar kebutuhan hidup yang layak. Hasil penelitian ini adalah (1) variabel input modal dan bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi lanting kuning. Dari hasil estimasi diketahui bahwa return to scale dari usaha lanting kuning adalah decreasing return to sacale; (2) dilihat dari jumlah keuntungan, bisnis lanting kuning memiliki rata-rata keuntungan Rp2.491.250; (3) bisnis lanting kuning memiliki rata-rata R/C sebesar 1,56 sehingga bisa dikatakan bisnis lanting kuning sudah efisien; dan (4) Jumlah pengusaha yang sudah memiliki keuntungan di atas dan di bawah ketentuan Kabupaten KHL Banyumas pada tahun 2016 hampir seimbang. Berdasarkan hasil penelitian, hal yang dapat disarankan adalah (1) pengusaha lanting kuning masih memerlukan bantuan dari instansi terkait, terutama untuk masalah modal usaha; (2) untuk meningkatkan keuntungan maka produsen lanting kuning perlu mendapatkan panduan dari instansi terkait agar bisa melakukan inovasi seperti rasa dan kemasan; (3) salah satu bantuan yang bisa diberikan adalah memasukkan pengusaha lanting kuning ke dalam pameran.
Kata kunci: lanting kuning, efisiensi, rasio R/C, dan kebutuhan hidup layak.
ABSTRACT
1028
wrapping; (3) one of the assistance that can be given is to include yellow lanting entrepreneurs in the exhibition.
Keywords: yellow lanting, efficiency, R/C ratio, and decent living needs
PENDAHULUAN
Small and Medium Enterprises (SMEs) memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara (Kyaw, 2008 dan Todorut, 2013). Di Indonesia, peranan penting SMEs atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bagi perekonomian terlihat dari kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), devisa nasional, dan investasi nasional (www.depkop.go.id). Pada tahun 2012 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 107.657.509 orang tenaga kerja atau 97,16 persen, sedangkan usaha besar hanya 3.150.645 orang tenaga kerja atau 2,84 persen. Dari sisi jumlah unit usaha, pada tahun 2012 jumlah UMKM yang berdiri sebanyak 56.534.592 unit atau 99,99 persen, sedangkan usaha besar hanya 4.968 unit atau 0,01 persen.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013, jumlah wirausaha Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1,63 persen, dibanding tahun 2012 dengan total 56,5 Juta wirausahawan. Peningkatan jumlah wirausaha tersebut 58,51 persen berada di wilayah Jawa Tengah, yaitu sebagai wilayah yang memiliki pertumbuhan paling dominan dibandingkan dengan wilayah provinsi lainnya (
www.suaramerdeka.com
).Berdasarkan perkembangan UMKM di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang memiliki perkembangan UMKM membanggakan. Jumlah UMKM di Kabupaten Banyumas semakin meningkat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2011 UMKM di Kabupaten Banyumas sebanyak 172.239 unit, menjadi 172.633 unit pada tahun 2013 (Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, 2014).
Dilihat dari jenisnya, total jumlah usaha UMKM Banyumas berjumlah 160 jenis usaha, dan 100 UMKM diantaranya pelaku usaha makanan ringan dan minuman kemasan. Adapun sisanya 60 UMKM berupa produk batik dan handycraft. Menurut Adhawiyah (2013), mayoritas UMKM di Kabupaten Banyumas merupakan UMKM yang melakukan usaha dibidang pengolahan makanan ringan khas Banyumas seperti kripik tempe, nopia, lanting, dan getuk goreng.
1029
permasalahan mengenai penggunaan input dan teknik produksi menjadi hal penting dalam menjalankan UMKM.
Menurut Arifin (2008), Ihua (2009), Bowen (2009), dan Adhawiyah (2013), permasalahan yang dimiliki UMKM adalah ketersediaan bahan baku, permodalan dan keterampilan. Hal ini berpengaruh pada perilaku produksi para pelaku UMKM dalam memaksimalkan pendapatannya. Perilaku produksi berkaitan dengan kelayakan usaha yang dijalani, fungsi produksi dan tingkat efisiensi usaha. Banyak para pengusaha menggunakan cara tradisional, dengan menggunakan input produksi seperti kayu bakar dan tenaga kerja keluarga yang tidak diperhitungkan dalam biaya produksi. Hal ini berdampak pada kelayakan usaha yang telah dijalankan maupun tingkat efisiensi belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas dengan fokus pada UMKM lanting kuning. Menurut data dari kantor Kecamatan Sumpiuh, populasi UMKM lanting kuning semakin menurun. Peneliti menemukan bahwa pengusaha lanting kuning saat ini hanya berjumlah 16 orang, oleh karena itu seluruh UMKM lanting kuning akan dijadikan responden dalam penelitian.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden yang dilakukan dengan tehnik wawancara berdasarkan kuesioner. Adapun data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari kantor kecamatan Sumpiuh, seluruh kantor balai desa di Kecamatan Sumpiuh (terdapat 15 kantor), dan Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Banyumas.
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis Cobb Douglas Production Function, Profit Analysis, dan Economic Efficiency Analysis.
a. Cobb Douglas Production Function
Fungsi produksi Cobb Douglas (Cobb Douglas Production Function) digunakan untuk membentuk fungsi produksi pada UMKM lanting kuning. Secara matematis fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan antara input (faktor produksi) dengan ouput, sehingga dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003):
Y = f(X1, X2) ... (1)
Y = produk lanting kuning
X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y.
1030
Y = aX1 b1
X2 b2
eu ………….(2)
Logaritma dari persamaan 2 diatas adalah:
………(3)
Keterangan:
Y = produk lanting kuning
X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y a = konstanta
b1,...,bn = koefisien
v = disturbance term
b. Analisis Keuntungan (Profit Analysis)
Analisis keuntungan (profit analysis) digunakan untuk memperoleh tingkat pendapatan bersih yang
diperoleh pengusaha lanting kuning di Kecamatan Sumpiuh yaitu Keterangan:
= Profit (dalam rupiah)
R = Revenue/penerimaan (dalam rupiah) C = Cost/biaya (dalam rupiah)
c. Economic Efficiency Analysis
Untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha lanting kuning digunakan analisis efisiensi ekonomi (R/C ratio), yang dirumuskan sebagai berikut: Ef = R/C
Keterangan:
Ef= efisiensi ; R = return ; C = cost
Jika Ef ≥ 1 = Efisien dan jika Ef < 1 = Tidak Efisien d. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dengan pendekatan deskriptif dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku produsen dalam memaksimalkan profit dan pengeluran hidup sehari-hari secara layak dari hasil usaha lanting kuning.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Estimasi Fungsi Produksi dengan Cobb Douglas
1031
Produksi = a(Modal)b1(Bahan baku)b2 atau dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut:
lnProduksi = ln a + b1 lnModal + b2 lnBahan baku + e
Dari hasil estimasi diperoleh hasil sebagai berikut:
lnProduksi = ln-0,444 + 0,061 lnModal + 0,936 lnBahan baku.
Setelah diperoleh hasil regresi dalam bentuk linier (di-ln-kan) kemudian persamaan tersebut dikembalikan ke dalam bentuk asli (non linier) sebagai berikut:
Produksi = a(Modal)b1(Bahan baku)b2 Produksi = -0,811 Modal0,061 Bahan baku0,936
Pada model regresi di atas, nilai konstanta sebesar -0,811 memiliki arti jika tidak ada faktor produksi (modal dan bahan baku) maka produksi akan berkurang sebesar -0,811 persen. Variabel modal memiliki nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,061 dapat diartikan bahwa setiap
penambahan 1 persen input modal maka produksi lanting kuning akan meningkat sebesar 0,061 persen, dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya tetap. Variabel bahan baku memiliki nilai koefisien regresi (b2) sebesar 0,936 dapat diartikan bahwa setiap penambahan 1 persen
input bahan baku maka produksi lanting kuning akan meningkat sebesar 0,936 persen, dengan asumsu bahwa variabel independen lainnya tetap.
Setelah mengetahui koefisien regresi pada model Cobb Douglas kemudian dapat dilakukan pengukuran skala produksi pada usaha lanting kuning. Skala produksi diperlukan untuk mengetahui apakah usaha ini berada dalam kondisi increasing, decreasing, atau constant return to scale. Apabila koefisien b1 + b2 > 1 artinya usaha lanting kuning berada dalam kondisi
increasingreturn to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen akan membuat output bertambah lebih dari 1 persen. Apabila koefisien b1 + b2 < 1 artinya usaha lanting kuning
berada dalam kondisi decreasingreturn to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen hanya akan membuat output bertambah kurang dari 1 persen. Apabila koefisien b1 + b2 = 1
artinya usaha lanting kuning berada dalam kondisi constant return to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen hanya akan membuat output bertambah sebesar 1 persen.
Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa b1 sebesar 0,061 dan b2 sebesar 0,936 maka b1
+ b2 sebesar 0,997 artinya usaha lanting kuning memiliki return to scale < 1 atau decreasing
return to scale, yaitu jika ada tambahan input sebesar 1 persen hanya akan membuat output bertambah kurang dari 1 persen.
Variabel bahan baku memiliki nilai koefisien yang lebih besar dari variabel modal artinya jika ada perubahan jumlah bahan baku produksi akan berpengaruh besar terhadap produksi lanting kuning.
1032
sekolah dasar, hanya ada dua yang sempat menyenyam bangku sekolah menengah atas sehingga daya inovasi tidak sebaik jika memiliki pendidikan tinggi. Kedua, lamanya usaha juga tidak menjamin produksi dapat meningkat karena berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa usaha lanting kuning ini memerlukan ketekunan yang biasanya dimilik oleh orang tua sementara generasi penerusnya lebih menyukai pekerjaan yang lebih praktis dan lebih cepat menghasilkan uang.
2. Analisis Keuntungan Usaha
Perhitungan keuntungan dan efisiensi membutuhkan data biaya dan penerimaan. Biaya berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap diantaranya terdiri dari biaya untuk pembelian dan sewa peralatan, serta biaya penyusutan. Biaya variabel diantaranya terdiri dari biaya bahan baku produksi. Adapun penerimaan berasal dari jumlah produksi yang terjual dikali harga per satuan unit. Tabel 1 menampilkan total biaya, total penerimaan, dan keuntungan usaha
Tabel 1. Total Biaya, Total Penerimaan, dan Keuntungan Lanting Kuning dalam Satu Bulan Produksi (dalam Rupiah)
No Nama Pengusaha Total Biaya Total Penerimaan Keuntungan
1 Muhadi 3.951.000 4.160.000 209.000
2 Martidjo 6.179.500 7.840.000 1.660.500
3 Wagimin 3.315.300 4.160.000 844.700
4 Surtati 3.645.600 4.160.000 514.400
5 Hiyasa 3.275.250 4.160.000 884.750
6 Nur Hapipah 4.914.750 11.200.000 6.285.250
7 Mujiono 5.684.000 15.500.000 9.815.700
8 Ngadiyem 4.172.000 7.000.000 2.287.000
9 Tuwar 4.150.000 6.720.000 2.570.000
10 Madu Usnadi 3.203.000 4.480.000 1.277.000
11 Yatimin 4.263.500 8.160.000 3.896.500
12 Muslih 3.473.000 5.760.000 2.287.000
13 Suhadi 3.473.000 4.160.000 687.000
14 Gito 4.013.300 6.720.000 2.706.700
15 Sirin 4.524.800 5.600.000 1.075.200
16 Suwiyani 3.860.600 6.720.300 2.859.300
Rata-rata 4.131.162 6.656.268 2.491.250
Sumber: kuesioner (data diolah)
Dari Tabel 1 diketahui bahwa secara rata-rata usaha lanting kuning sudah menguntungkan. Keuntungan terkecil diperoleh oleh Muhadi yaitu sebesar Rp209.000, adapun keuntungan terbesar diperoleh oleh Mujiono yaitu sebesar Rp9.815.700. Secara rata-rata keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp2.491.250. Besarnya keuntungan dari usaha lanting kuning sebenarnya sudah berada di atas upah minimum kabupaten di Kabupaten Banyumas yang sebesar Rp1.461.400 (www.radarbanyumas.co.id).
3. Analisis Efisiensi Usaha
1033
Tabel 2. Nilai R/C Pengusaha Lanting Kuning
No Nama Pengusaha Nilai R/C No Nama Pengusaha Nilai R/C
Dari Tabel 2 diketahui bahwa usaha lanting kuning memiliki nilai R/C lebih dari 1 yaitu sebesar 1,56. Ini berarti usaha lanting kuning sudah efisien sehingga masih layak untuk dipertahankan sebagai salah satu ikon makanan khas di Kecamatan Sumpiuh walaupun jumlah pengusahanya sudah tinggal sedikit.
4. Analisis Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Dari 16 responden, sebanyak 3 responden (18,75 persen) memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai pengusaha lanting kuning sedangkan sisanya, 13 responden (81,25 persen) murni sebagai pengusaha lanting kuning. Jika pendapatan sebagai pengusaha lanting kuning dibandingkan dengan besarnya KHL di Kabupaten Banyumas tahun 2016 yang sebesar Rp1.280.000 per bulan maka ada 7 responden (43,75 persen) yang keuntungannya masih di bawah KHL. Pengusaha yang sudah dapat menghasilkan keuntungan di atas KHL sebanyak 9 responden (56,25 persen). Dari 7 responden yang keuntungannya masih kecil, ada 3 orang yang mencari penghasilan tambahan dengan menjadi petani. Pengusaha tersebut adalah Muhadi, Surtati dan Suhadi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Perbandingan Keuntungan Pengusaha Lanting Kuning dengan KHL
No Nama Pengusaha Keuntungan KHL
1034
Dari Tabel 3 diketahui bahwa ada 1 pengusaha lanting kuning (6,25 persen) yang sudah bisa menghasilkan keuntungan di atas Rp9.000.000, hal ini karena pengusaha tersebut sudah mampu menghasilkan lanting kuning dalam jumlah besar, hampir 1000 kg dalam satu bulan.
KESIMPULAN
Dari hasil analisa dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel input modal dan bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi lanting kuning. Dari hasil estimasi diketahui bahwa return to scale usaha lanting kuning adalah decreasing return to scale dengan koefisien sebesar 0,997.
2. Dilihat dari besarnya keuntungan, usaha lanting kuning memiliki rata-rata keuntungan sebesar Rp2.491.250.
3. Usaha lanting kuning Usaha lanting kuning memiliki R/C rata-rata sebesar 1,56 atau nilainya sudah lebih dari 1, sehingga dapat dikatakan usaha lanting kuning sebenarnya sudah efisien. 4. Jumlah pengusaha yang sudah memiliki keuntungan di atas dan di bawah ketentuan KHL
Kabupaten Banyumas tahun 2016 hampir berimbang. Dari 16 pengusaha, yang sudah mendapatkan keuntungan di atas KHL berjumlah 9 orang dan 7 orang yang masih di bawah KHL.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani Farinda, dkk. 2009. International Review of Business Research Papers. March. Vol 5. No 2. hal 151 – 160.
Adawiyah, Wiwiek Rabiatul. Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM): Studi di Kabupaten Banyumas. jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/sca-1/article/viewFile/134/139.
Anyanwu, S.O. International Journal of Agricultural Management and Development, 1(3):115-122, September 2011.
Boekoesoe, Yuriko; Amelia Murtisari dan Yenni Umar, 2015. Analisis Kelayakan Finansial dan Non Finansial pada Usaha Kopra di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol Daerah Vol. 2 No. 1, Juli – September.
Bowen,Michael et al. 2009. Management of Business Challenges among Small and Micro Enterprises in Nairobi-Kenya. Journal of Business Management, Vol 2 Issue 1. Centre for Research, Publications and Consultancy of Daystar University, Nairobi, Kenya
1035
Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Banyumas. 2011. Rekap Komponen Kebutuhan Hidup Layak Untuk Pekerja Lajang dalam Sebulan dengan 3.000 K Kalori per Hari. Banyumas.
Djamin, Zulkarnain,1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Egger,urs.2006. Entrepreneurship and Development, Africa Technology Development Forum Journal ( ATDF Journal).vol 3. Issue 2. (
www.doaj.org
).Ihua, Ugwushi Bellema. 2009. SMEs Key Failure-Factors: A Comparison between the United Kingdom and Nigeria. Journal of Social Science, Vol.18, No.3.
Khotimah, Sutawi Khusnul dkk.2002. Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha. PT.Ghalia Indonesia dan UMM press.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. “Analisis Profil dan Masalah Industri Kecil dan Rumah Tangga: Studi
Kasus di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur”. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Negara Berkembang, Vol. 6, No. 1, hal 33-51. Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
___________. 2007. Masalah dan Strategi Lembaga Keuangan Daerah. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Peningkatan Peran Lembaga Keuangan Daerah sebagai Sumber Pembiayaan Sektor Usaha Informal dalam Mendukung Pengentasan Kemiskinan. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, 3 September 2007.
Kyaw, Aung. 2008. “Financing Small and Medium Enterprise in Myanmar”. Institute of Developing Economies Discussion Paper, No.148, April 2008. Institute of Developing Economies.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press.
Mubyarto.1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nasarudin,Indo Yama 2013. Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Keuangan Usaha Ikan Lele Asap Di PekanbaruJurnal Etikonomi Vol. 12 No. 2 Oktober
Pleş, Roxana, 2011.Economical And Living Standard Of Pensioners, At National Level And In The Jiu Valley Area
,
Annals of the University of Petroşani, Economics, 11(3), 237-244Priyono, Rakhmat danAgus Arifin. 2011. “Struktur Industri, Tingkat Produktivitas, dan Efisiensi Ekonomis dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Layak (Studi Empiris Perajin Tahu Desa Kalisari, Cilongok, Banyumas vs Perajin Tahu Desa Kalikabong, Kalimanah, Purbalingga).”Jurnal Pembangunan Ekonomi Wilayah EKOREGIONAL, Vol. 6, No. 2,Program Studi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.
Pădurean, Elena And Ionel, 2013. Leonida Impact Of The Fiscal Policies On The Standard Of
Living Of The Employees, Financial Studies - 1/2013
1036
Rana Ejaz Ali Khan, Tasnim Khan, dan M. Farqan Maqsood ((European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, issue 27, 2010).
Rao, Narasimha D. And Paul Baer, 2012. “Decent Living” Emissions: A Conceptual Framework, Sustainability, 4, 656-681.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak. Sekreteriat Negara RI. Jakarta.
Singarimbun, M., dan Sofyan, Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 1995. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Rajawali Pers.
_________. 2003. Teori Ekonomi Produksi, Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglass, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukiman, Agustin S Dewi, dan Rakhmat Priyono. 2014. Analisis Tipologi dan Ketimpangan Pembangunan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian.
Sukiman, Agustin S Dewi, dan Rusmusi IMP. 2015. .Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Szwacka Joanna dan Mokrzycka. 2013. “Directions of Development of Small And Medium Enterprises In Poland”. Journal of Agribusiness and Rural Development. www.Jard.Edu.Pl 3(29) 193-204.
Wang, Xiaoshu and Yu Fu. 2013. Some Characterizations of the Cobb-Douglas and CES Production Functions in microeconomics, 2 Hindawi Publishing Corporation, Abstract and Applied Analysis, Volume 2013, Article ID 761832, 6.
Zaman, Gheorghe and Zizi Goschin, 2007. Elasticity of Substitution for Production Functions in Romania and other Countries, Theoretical and Applied Economics; 2(507) (2(507))3-12.
Sumber internet: