• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN LINGKAR LENGAN ATAS PADA REMAJA PUTRI DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN BANYUMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN LINGKAR LENGAN ATAS PADA REMAJA PUTRI DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN BANYUMAS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

435

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN LINGKAR LENGAN ATAS PADA

REMAJA PUTRI DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN

BANYUMAS

Oleh

Ibnu Zaki

1

, Hesti Permata Sari

1

, Farida

1 1

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan,

Universitas Jenderal Soedirman

Jl. Dr. Soeparno , Karangwangkal, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia,

ibnu_zaki28@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asupan zat gizi makro dan lingkar lengan atas pada remaja putri di kawasan perdesaan Kabupaten Banyumas. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional, dengan desain crossectional. Subjek adalah remaja putri usia 15-17 tahun yang diambil secara random dari tiga sekolah menengah atas yang berada di kawasan perdesaan wilayah Kabupaten Banyumas. Data asupan diperoleh dengan metode pencatatan prospektif (prospective foodrecords) selama tujuh hari berturut-turut. Data lingkar lengan atas (LiLA) diperoleh melalui pengukuran antropometrik menggunakan pita lingkar lengan atas. Rata-rata asupan zat gizi makro subjek berada dalam kategori defisit berat. Rata-rata asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein subjek berturut-turut adalah 1106,80 ± 244,51 KKal/hari, 163,55 ± 35,67 g/hari, 35,84 ± 10,32 g/hari, 32,79 ± 7,70 g/hari. Rata-rata lingkar lengan atas subjek 23,42 ± 2,10 cm. Asupan energi, lemak, dan protein berkorelasi secara statistik denganlingkar lengan atas(p<0,05).

Kata Kunci : Energi, Lemak, Karbohidrat, Protein, Lila

ABSTRACT

This study aims to see the intake of macro nutrients and middle upper arm circumference of young women in rural areas of Banyumas Regency. The type of research conducted was observational, with crossectional design. Subjects were young women aged 15-17 years taken randomly from three high schools located in rural areas of Banyumas Regency. Data intake was obtained by prospective food records for seven consecutive days. The middle upper arm circumference (LiLA) was obtained through anthropometric measurements using the upper arm band. The average intake of the subject macro nutrients is in the category of heavy deficits. The mean energy intake, carbohydrate, fat, and protein subjects were 1106.80 ± 244.51 CCal / day, 163.55 ± 35.67 g / day, 35.84 ± 10.32 g / day, respectively, 32.79 ± 7.70 g / day. The average Midle upper arm circumference of the subject is 23.42 ± 2.10 cm. Intake of energy, fat, and protein correlated statistically with upper arm circumference (p <0.05).

Keywords: Carbohydrates , Energy, Fats, Proteins, muac

PENDAHULUAN

Hasil Survey Diet Total (SDT) Tahun 2014 menunjukkan bahwa 45,7% penduduk

(2)

436

(Anggraeni2012). Kondisi demikian, bila terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan kondisi malnutrisi kurang energi kronis (KEK). Berdasar data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Tahun 2007 dan Tahun 2013 dapat dilihat adanya kenaikan rata-rata prevalensi KEK

pada kelompok wanita usia subur (WUS) rentang usia 15-49 tahun yang hamil, dengan kenaikan

sebesar 7,73%. Data dari Dinkes Propinsi Jawa Tengah selama Tahun 2011-2015 juga

menunjukkan masih adanya 7% ibu hamil yang mengalami KEK.

Pada kelompok WUS, resiko KEK dapat diketahui dengan mengukur lingkar lengan atas

(LiLA). Kelompok WUS beresiko mengalami KEK jika memiliki LiLA < 23,5 cm. Bila kelompok

WUS dengan KEK hamil, berpotensi besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR), janin tidak berkembang, dan juga beresiko menyebabkan kematian ibu saat melahirkan

(Infodatin2016). Hasil penelitian Pujiastuti dan Iriani (2016) berhasil membuktikan adanya

hubungan antara status gizi berdasar LiLA dengan kejadian BBLR. Menurut hasil Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia

masih sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup, dengan 12,8% disebabkan oleh prematuritas dan

BBLR. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Pujiastuti & Iriyani (2016) di Kota Magelang juga

membuktikan 33,33% kejadian BBLR disebabkan oleh ibu yang mengalami KEK.

Kurang energi kronis pada ibu hamil merupakan keadaan dimana ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan

kesehatan pada ibu hamil (Depkes RI2002). Faktor penyebab KEK pada WUS dan ibu hamil

sangat kompleks, diantaranya ketidakseimbangan asupan gizi, adanya infeksi, atau adanya

perdarahan (FKM UI2007). Kelompok WUS utamanya yang masih masuk dalam kategori remaja,

merupakan kelompok yang rawan untuk mengalami KEK. Sebagian besar remaja belum mampu

memenuhi kebutuhan gizi harian mereka, padahal energi yang mereka keluarkan dalam setiap

harinya cukup banyak.

Pola makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase

kehidupan selanjutnya, yaitu dewasa (ibu hamil) dan lanjut usia. Buruknya pola makan remaja akan

menimbulkan berbagai macam permasalahan gizi diantaranya anemia gizi besi, overweight,

obesitas, dan KEK. Hasil penelitian Tanziha et al. (2016) menyatakan bahwa faktor resiko utama

kejadian anemia pada ibu hamil adalah status gizi KEK yang terjadi akibat pola makan sebelum

hamil yang tidak adekuat. Malnutrisi KEK masih banyak terjadi pada remaja diantaranya

disebabkan oleh pemahaman yang salah terkait gizi dan kesehatan, body images, atau ketiadaan

akses terhadap makanan sehat (Brown 2011).

Wilayah perkotaan dan perdesaan berpengaruh terhadap suatu masalah gizi melalui

mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan maupun akses makanan

(Huetal. 2014). Sebuah penelitian menunjukan sebanyak 27,1% remaja yang berdomisili

(3)

437

karena di perdesaan akses terhadap makanan dan pelayanan kesehatan lebih rendah dibanding di

perkotaan. Hasil studi terdahulu pada remaja putri di kawasan perdesaan menunjukkan bahwa

asupan protein kurang sebanyak 76,0 % pada remaja putri diperdesaan (Sari, 2016).

Berdasar data-data di atas, peneliti tertarik untuk melihat asupan zat gizi makro, dan LiLA

pada remaja putri di Kecamatan Kedungbanteng, sebagai salah satu wilayah perdesaan.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan

di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas pada Bulan April-Mei 2017.Subjek dalam

penelitian ini berjumlah 70remaja putri, yang diambil dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di

Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas. Subjek diambil secara random dengan tetap

mengikuti kriteria inklusi, yaitu remaja putri berusia 15-17 tahun, berdomisili di wilayah

Kecamatan Kedungbanteng, bersedia terlibat dalam rangkaian penelitian ini yang dibuktikan

dengan mengisi informed consent (persetujuan sebelum perlakuan).

Data dalam penelitian ini merupakan data primer, yang terdiri dari data asupan zat gizi

makro (energi, protein, lemak, dan karbohidrat) dan data LiLA. Data konsumsi pangan subjek

diperoleh dari hasil pencatatan prospektif (prospective food records) selama 7hari. Data

antropometri LiLA didapatkan dengan mengukur lingkar lengan bagian atassubjek menggunakan

pita LiLA.

Analisis data diawali dengan pengujian statistik deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui karakteristik data hasil penelitian. Stastistik deskriptif disajikan dalam bentuk mean

atau median ± standar deviasi (mean/median ± SD), dan jumlah prosentase. Kemudian dilanjutkan

pengujian statistik analitik diawali dengan pengujian normalitas pada data asupan dan LiLAdengan

uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk melihat korelasi antara asupan zat gizi makro dengan LiLA

digunakan uji korelasi Pearson.Data diolah menggunakan program STATA 12.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro

Tabel 1 menunjukkan rata-rata asupan dan tingkat kecukupan zat gizi makro subjek.

Secara keseluruhan, rata-rata asupan zat gizi makro subjek berada dalam kategori defisit berat

(tingkat kecukupan < 70%) menurut klasifikasi tingkat asupan gizi Depkes (1996). Tingkat

kecukupan gizi (TKG) diperoleh dengan membandingkan antara rata-rata asupan subjek dengan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun 2013.

Tabel 1. Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan gizi subjek

(4)

438

Asupan lemak (g) 35,84±10,32 71 50.48

Asupan karbohidrat (g) 163,55±35,67 292 56.01

Hasil penelitian asupan remaja putri yang berada dalam kategori defisit berat (TKG < 70%)

juga terjadi pada penelitian Prasasta, et al. (2012) yang bertempat di tiga kabupaten (Garut,

Bandung, dan Cirebon) di Propinsi Jawa Barat pada asupan energi dan proteinnya. Remaja putri

memang pada umumnya memiliki pandangan tersendiri mengenai tubuhnya (body image) yang

terkadang salah, dan bila tidak segera diluruskan dapat mengakibatkan masalah gizi karena

umumnya mereka akan mengurangi porsi atau waktu makannya demi mencapai tubuh yang

menurut mereka ideal (Sayogo 2011). Fanny et al. (2010) membuktikan sebaliknya, hasil penelitian

asupan zat gizi makro pada siswa SMU PGRI Maros sebagian besar (> 50%) berada dalam kategori

cukup.

Asupan zat gizi makro harus menjadi perhatian utama bagi usia remaja karena pada

rentang usia ini sedang terjadi lanjutan pertumbuhan setelah menarche hingga usia 21 tahun.

Selama masa ini, terjadi percepatan pertumbuhan yang meliputi 45% pertumbuhan tulang dan

15-25% pertambahan tinggi badan (WHO/ UNICEF 2005).

Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas merupakan indikator yang baik untuk menilai resiko KEP pada

kelompok WUS. Rentang usia subjek masuk dalam kategori WUS, sehingga menjadi penting untuk

mengetahui status LiLAnya. Subjek lebih banyak memiliki LiLA yang beresiko (LiLA < 23.5 cm).

Tabel 2. Status lingkar lengan atas subjek

Klasifikasi LiLA Jumlah (%)

Normal (≥ 23.5 cm) 44.93 Beresiko (< 23.5 cm) 55.07

Lingkar lengan atas merupakan gambaran ketersediaan zat gizi di otot dan lemak, sehingga

status LiLA pada remaja putri berkaitan juga dengan kecepatan maturasi seksualnya (Hardinsyah

dan Supariasa 2016). Christianti et al. (2012) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa lemak

tubuh pada subjek remaja putri yang sudah menstruasi lebih banyak dibanding pada kelompok

yang belum menstruasi. Hasil penelitian Handayani et al. (2013) juga menyatakan bahwa remaja

putri di kota mengalami menstruasi lebih awal dibanding di desa, disebabkan status gizi dan persen

lemak tubuh dikota lebih besar dibanding di desa.

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Lingkar Lengan Atas

Hasil uji korelasi Pearson dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan secara statistik antara asupan zat gizi makro energi, protein, dan lemak dengan ukuran

(5)

439

saling berkorelasi tersebut secara keseluruhan memiliki nilai r yang positif yang dapat

diinterpretasikan bahwa semakin besar nilai asupan energi, protein, dan lemak dapat meningkatkan

nilai lingkar lengan atas. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Muchlisa et al. (2013) dimana

asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng memiliki hubungan yang signifikan

dengan status gizi berdasarkan LiLA yang ditunjukkan dengan nilai p<0.05. Hasil uji hubungan

antara asupan zat gizi makro dengan lingkar lengan atas dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3

berikut ini.

Tabel 3. Korelasi asupan zat gizi makro dan ukuran LiLA

Variabel Lingkar Lengan Atas

r p

Asupan energi 0.28 0.02a Asupan protein 0.36 0.00a Asupan lemak 0.26 0.03a Asupan karbohidrat 0.23 0.06b

Lingkar lengan atas merupakan gambaran ketersediaan zat gizi di otot dan lemak bawah

kulit (Hardinsyah dan Supariasa 2016). Cadangan energi dapat disimpan dalam bentuk glikogen

salah satunya di otot, sementara kelebihan zat gizi makro yang lain disimpan dalam bentuk jaringan

adiposa, yang ada di lemak bawah kulit, sehingga lingkar lengan atas dapat digunakan sebagai

indikator untuk melihat riwayat asupan gizi seseorang pada masa lampau (Hastuti 2012). Penelitian

Kerksick et al. (2006) menunjukkan bahwa massa otot dipengaruhi oleh tingkat kecu-kupan energi

dan protein, yaitu tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit menyebabkan penu-runan

massa otot pada subjek.

KESIMPULAN

Sebagian besar subjek remaja putri di kawasan perdesaan Kabupaten Banyumas memiliki

asupan zat gizi makro energi, protein, lemak dan karbohidrat dalam kategori defisit berat. Status

LiLA subjek sebagian besar berada dalam kategori beresiko KEK. Terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan zat gizi makro subjek dengan LiLa, kecuali asupan karbohidrat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Universitas Jenderal Soedirman atas dukungan

pendanaan melalui dana penelitian dan pengabdian DIPA Unsoed 2017.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, AC. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

(6)

440

Chasanah, SU. 2016. Analisis pengetahuan kesehatan reproduksi, asupan zat gizi, dengan status

gizi pada remaja putri. Jurnal Kesehatan ―Samodra Ilmu‖ Vol. 07 No. 02 Juli 2016 142 -148

Christianti DF, Khomsan A. 2012. Asupan zat gizi dan status gizi pada remaja putri yang sudah dan belum menstruasi. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2012, 7(3): 135-142

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Depkes RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Buku Pedoman Petunjuk Pelaksanaan dan Penanggulangan KEK Pada Ibu Hamil. Jakarta: FKM UI

Fanny, dkk. 2010. Tingkat Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Siswa SMU PGRI Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan. IX Edisi 1. 15-19.

Handayani MS, Dwiriani CM, Riyadi H. 2013. Hubungan komposisi tubuh dan status gizi dengan perkembangan seksual pada remaja putri di perkotaan dan perdesaan. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2013, 8(3): 181-186

Hardinsyah dan Supariasa IDM. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC.

Hastuti, I. 2012. Alokasi Pengeluaran Pangan dan Asupan Makan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Calon Pengantin Wanita di Kabupaten Bantul. [Skripsi]. Yogyakarta: UGM

Hu et al, 2014, Disparity of anemia prevalence and associated factors among rural to urban migrant and the local children under two years old: a population based cross-sectional study in Pinghu, China. BMC Public Health 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Infodatin Situasi Gizi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI

Kerksick CM, Rasmussen CJ, Lancaster SL, Magu B, Smith P, Melton C, Greenwood M, Almada AL, Earnest CP, & Kreider RB. 2006. The effects of protein and amino acid supplementation on performance and training adaptations during ten weeks of resistance training. J Strength Cond Res, 20, 643—53.

Muchlisa, Citrakesumasari, dan Indriasari, R. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar Tahun 2013. Jurnal MKMI 1-15

(7)

441

Prasasta Y, Syarief H, & Baliwati YF. 2012. Karakteristik pertumbuhan remaja berdasarkan ekosistem wilayah di Propinsi Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2012, 7(3), 143-150

Pujiastuti, W., Iriyani, SB. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).

Sari HP, Dardjito E, Anandari D. 2016. Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Di Wilayah Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 1, Januari 2016 : 15-33

Sayogo, Savitri. 2011. Gizi Remaja Putri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan gizi subjek
Tabel 2.  Status lingkar lengan atas subjek
Tabel 3.  Korelasi asupan zat gizi makro dan ukuran LiLA

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikatnya adalah Rasio

Apakah ada hubungan asupan zat gizi makro dan aktivitas fisik terhadap rasio lingkar pinggang pinggul pada penderita penyakit jantung koroner pada pasien Rawat

Variabel independen adalah asupan gizi pada remaja putri yaitu total asupan energi, asupan lemak, asupan protein, asupan karbohidrat, dan asupan serat yang

Variabel dependen yang diamati adalah pola makan, asupan zat gizi dan persepsi body image dengan remaja putri sebagai subjek untuk mengetahui hubungan pola makan, asupan zat

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui gambaran sumbangan zat gizi makro sarapan pagi terhadap kebutuhan total energy, protein, lemak, dan karbohidrat pada remaja putri di

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan asupan energi, zat gizi makro protein, lemak, karbohidrat dan status gizi pada baduta 6-24 bulan yang mengonsumsi asi eksklusif dan

I GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN PROTEIN, ASUPAN ZAT BESI DAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 8 KENDARI Tugas Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki asupan zat gizi makro yang kurang karbohidrat 84%, protein 94% dan lemak 64% dengan status gizi terbanyak sangat kurus