• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTROPOLOGI KESEHATAN PADA BUDAYA SUNDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANTROPOLOGI KESEHATAN PADA BUDAYA SUNDA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

ANTROPOLOGI KESEHATAN PADA BUDAYA SUNDA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen: Kuswandewi Mulyana, dr, M.Sc

Oleh :

Ferina

131020140512

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Antropologi Kesehatan pada Budaya Sunda” dengan lancar dan baik.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok dari Mata Kuliah Pengembangan Asuhan Kebidanan Komunitas. Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan tambahan pengetahuan budaya Sunda dan analisis dalam antropologi kesehatan. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Kuswandewi Mulyana, dr, M.Sc selaku Dosen Mata Kuliah Pengembangan Asuhan Kebidanan Komunitas.

Demikianlah, besar harapan kami semoga hasil makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan selanjutnya.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Tujuan... 1

BAB II TINJAUAN ADAT ISTIADAT SUNDA...2

A. Suku Sunda... 2

B. Kebudayaan Sunda...2

C. Upacara Adat Sunda...3

D. Tabu Selama Kehamilan, Persalinan dan Nifas...8

BAB III PEMBAHASAN...11

BAB IV PENUTUP...13

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai, karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga menjadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.

Sunda merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam. Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat sunda masih dipelihara dan dihormati. Tidak terkecuali adat istiadat yang dilakukan berkaitan dalam periode reproduksi manusia, karena periode ini dianggap sakral dan penting sebagai periode menyambut generasi penerus keturunan sebuah keluarga dalam masyarakat. Adat istiadat selama periode reproduksi dikenal memiliki upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti: upacara adat masa kehamilan, masa kelahiran, masa nifas, masa bayi. Upacara adat tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir batin, dunia dan akhirat kepada Tuhan YME. Disamping upacara adat, banyak juga tabu/larangan dari pendahulu masyarakat sunda yang diwariskan untuk tidak dilakukann selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Berbagai upacara adat dan kebiasaan/ritual masyarakat sunda tersebut dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan anak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis merasa perlu membahas dalam makalah tinjauan aspek antropologi kesehatan dalam budaya sunda yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas serta bayi baru lahir.

B. Tujuan

(5)

BAB II TINJAUAN ADAT ISTIADAT SUNDA

A. Suku Sunda

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama Kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan (Jati Sunda). Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.3

B. Kebudayaan Sunda

Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara dan merupakan salah satu sumber kekayaan bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu di lestarikan. Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam, namun ada beberapa yang tidak beragama Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di tujukan untuk kebaikan di alam semesta.4

(6)

dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk mempertahankannya.4

C. Upacara Adat Sunda

1. Upacara Adat Masa Kehamilan

a. Upacara Mengandung Empat Bulan. Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil. Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.

(7)

dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat. Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani kemudian di bawa menuju ke tempat rujak kanistren yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara tersebut, kemudian anak-anak dan tamu yang hadir membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dan sebagainya. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.

c. Upacara Mengandung Sembilan Bulan. Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbol dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.

(8)

itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung beurang/paraji sambil membaca doa kemudian dibawa ke kandang kerbau. Jika tidak ada kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.

2. Upacara Kelahiran dan Masa Bayi

a. Upacara Memelihara Tembuni. Tembuni/placenta dipandang sebagai saudara bayi karena itu tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus diadakan upacara waktu menguburnya atau menghanyutkannya ke sungai. Bersamaan dengan bayi dilahirkan, tembuni (placenta) yang keluar biasanya dirawat dibersihkan dan dimasukan ke dalam pendil dicampuri bumbu-bumbu garam, asam dan gula merah lalu ditutup memakai kain putih yang telah diberi udara melalui bambu kecil (elekan). Pendil diemban dengan kain panjang dan dipayungi, biasanya oleh seorang paraji untuk dikuburkan di halaman rumah atau dekat rumah. Ada juga yang dihanyutkan ke sungai secara adat. Upacara penguburan tembuni disertai pembacaan doa selamat dan menyampaikan hadiah atau tawasulan kepada Syeh Abdulkadir Jaelani dan ahli kubur. Di dekat kuburan tembuni itu dinyalakan cempor/pelita sampai tali pusat bayi lepas dari perutnya. Upacara pemeliharaan tembuni dimaksudkan agar bayi itu selamat dan kelak menjadi orang yang berbahagia. b. Upacara Nenjrag Bumi. Upacara Nenjrag Bumi ialah upacara memukulkan

(9)

indung beurang/paraji menghentakkan kakinya ke pelupuh di dekat bayi. Maksud dan tujuan dari upacara ini ialah agar bayi kelak menjadi anak yang tidak lekas terkejut atau takut jika mendengar bunyi yang tiba-tiba dan menakutkan.

c. Upacara Puput Puseur. Setelah bayi terlepas tali pusatnya, biasanya diadakan selamatan. Tali pusat yang sudah lepas itu oleh indung beurang/paraji dimasukkan ke dalam kanjut kundang (tempat tali pusat kering yang terbuat dari kain). Seterusnya pusar bayi ditutup dengan uang logam/benggol yang telah dibungkus kasa atau kapas dan diikatkan pada perut bayi, maksudnya agar pusat bayi tidak dosol/menonjol ke luar. Ada juga pada saat upacara ini dilaksanakan sekaligus dengan pemberian nama bayi. Pada upacara ini dibacakan doa selamat, dan disediakan bubur merah bubur putih. Ada kepercayaan bahwa tali pusat (tali ari-ari) termasuk saudara bayi juga yang harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Adapun saudara bayi yang tiga lagi ialah tembuni, pembungkus, dan kakawah. Tali ari, tembuni, pembungkus, dan kakawah biasa disebut dulur opat kalima pancer, yaitu empat bersaudara dan kelimanya sebagai pusatnya ialah bayi itu. Kesemuanya itu harus dipelihara dengan baik agar bayi itu kelak setelah dewasa dapat hidup rukun dengan saudara-saudaranya (kakak dan adiknya) sehingga tercapailah kebahagiaan.

(10)

Selanjutnya domba itu disembelih oleh ahlinya atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, setelah itu dimasak dan dibagikan kepada saudara dan tetangga.

e. Upacara Nurunkeun. Upacara Nurunkeun ialah upacara pertama kali bayi dibawa ke halaman rumah, maksudnya mengenal lingkungan dan sebagai pemberitahuan kepada tetangga bahwa bayi itu sudah dapat di gendong, di bawa berjalan-jalan di halaman rumah. Upacara Nurunkeun dilaksanakan setelah tujuh hari upacara puput puseur. Pada pelaksanaannya biasa diadakan pengajian untuk keselamatan dan sebagai hiburannya diadakan pohon tebu atau pohon pisang yang digantungi aneka makanan, permainan anak-anak yang diletakan di ruang tamu untuk diperebutkan oleh para tamu terutama oleh anak-anak.

f. Upacara Cukuran/Marhaban. Upacara cukuran dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat bayi berumur 40 hari. Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau disebut marhaban atau pupujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad saw. dan membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat. Pada saat marhaban itulah rambut bayi digunting sedikit oleh beberapa orang yang berdoa pada saat itu.

(11)

harus lebih lengkap dari upacara Nurunkeun, selain aneka makanan juga disediakan kain panjang untuk menggendong, tikar atau taplak putih, padi segenggam, perhiasan emas (kalung, gelang, cincin), uang yang terdiri dari uang lembaran ratusan, rebuan, dan puluh ribuan. Jalannya upacara, apabila para undangan telah berkumpul diadakan doa selamat, setelah itu bayi digendong dan dibawa ke luar rumah. Di halaman rumah telah dipersiapkan aneka makanan, perhiasan dan uang yang disimpan di atas kain putih, selanjutnya kaki si anak diinjakan pada padi/ makanan, emas, dan uang, hal ini dimaksudkan agar si anak kelak pintar mencari nafkah. Kemudian anak itu dilepaskan di atas barang-barang tadi dan dibiarkan merangkak sendiri, para undangan memperhatikan barang apa yang pertama kali dipegangnya. Jika anak itu memegang padi, hal itu menandakan anak itu kelak menjadi petani. Jika yang dipegang itu uang, menandakan anak itu kelak menjadi saudagar/pengusaha. Demikian pula apabila yang dipegangnya emas, menandakan anak itu kelak akan menjadi orang yang berpangkat atau mempunyai kedudukan yang terhormat.

D. Tabu Selama Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Tabu yang diberlakukan bagi wanita yang sedang hamil antara lain :

a. Tidak boleh tidur sembarangan serta tidak boleh memakai bantal sebab akan mengakibatkan kesulitan saat melahirkan

b. Tidak boleh duduk nangunjar (memanjangkan kedua kaki ketika duduk) agar saat melahirkan tidak kakinya terlebih dahulu

c. Tidak boleh tidur terlentang sebab akan mengakibatkan melahirkan dengan keadaan terlentang

d. Tidak boleh tidur di siang hari sebab akan mengakibatkan melahirkan dalam keadaan kotor.

e. Tidak boleh duduk di depan pintu agar tidak susah saat melahirkan

(12)

g. Tidak boleh mandi memakai pakaian basah sebab bisa mendatangkan penyakit yang mengeluarkan air saat melahirkan.

h. Tidak boleh memakan telur rebus agar anak yang dilahirkan tidak bisul di kepalanya

i. Tidak boleh memakan buah nanas sebab akan mendatangkan penyakit gatal di pipinya

j. Tidak boleh memakan buah salak sebab bisa mendatangkan penyakit koreng di kepalanya

k. Tidak boleh mencoba sayuran dengan sendok sebab akan mengakibatkan anaknya buruk rupa

l. Tidak boleh memakan buah waluh (labu) agar perutnya tidak gendut.

m. Tidak boleh memakan belut sebab akan mengakibatkan anaknya suka bermain n. Tidak boleh memakan tutut (siput) agar tidak mengantuk saat melahirkan o. Tidak boleh memakan kepiting dan lele karena akan mengakibatkan anak

yang dilahirkan bertabiat galak, suka mengganggu temannya.

p. Tidak boleh memakan udang sebab akan mengakibatkan kesulitan saat melahirkan.

q. Tidak boleh makan yang pedas - pedas sebab akan mengakibatkan penyakit susah membuang kotoran.

r. Tidak boleh menyimpan gulungan tikar sebab akan didekati kuntilanak, s. Tidak boleh membawa botol dengan cara di jinjing sebab akan

mengakibatkan kepala sang bayi kecil saat dilahirkan.

t. Tidak boleh melihat orang yang meninggal sebab akan mengakibatkan anak yang dilahirkan mempunyai rupa yang pucat seperti bangkai.

u. Tidak boleh membawa bayi keluar rumah setelah magrib karena bayi yang baru lahir masih sangat berbau darah sehingga dapat menarik perhatian kuntilanak untuk mencolek si bayi yang dapat mengakibatkan bayi rewel dan sakit-sakitan.

(13)

bayi harus segera digendong. Burung koreak dipercaya sebagai representasi hantu yang hendak menculik atau mengganggu bayi. Tidak hanya bayi yang diperlakukan khusus, pakaiannya pun diperlakukan khusus, yaitu jangan menyimpan cucian baju bayi di kamar mandi atau tidak boleh menyimpan pakaian bayi di luar rumah selepas magrib. Jika hal ini dilakukan maka bayi akan sering mengamuk. Kemudian, ibu-ibu yang ingin anaknya amis budi

atau murah senyum biasanya mengusapkan cincin emasnya ke mulut bayi. w. Ibu yang baru melahirkan dianjurkan juga melakukan beberapa hal di

(14)

BAB III PEMBAHASAN

Latar belakang tradisional masyarakat kadang-kadang mempengaruhi perilaku wanita selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Di beberapa daerah di Indonesia, khususnya Jawa Barat proses kehamilan mendapat perhatian tersendiri bagi masyarakat setempat. Harapan-harapan muncul terhadap bayi dalam kandungan, agar mampu menjadi generasi yang handal dikemudian hari, disamping mereka juga mengharapkan keselamatan terhadap ibu dan janin yang dikandungnya dan kelancaran saat persalinannya. Untuk itu, dilaksanakan beberapa tradisi yang dirasa mampu mewujudkan keinginan mereka terhadap anak tersebut.1

Disamping melakukan upacara keselamatan, terdapat pula pantangan/tabu/mitos yang diyakini jika dilanggar maka dapat menimbulkan kebahayaan atau masalah pada kehamilan, pertumbuhan bayi atau kesukaran pada saat persalinan, bahkan terjadi gangguan makhluk halus pada bayi atau ibu pascapersalinan. Selama masa kehamilan dan persalinan, banyak wanita yang mengalami perubahan kesehatan-dihubungkan dengan perilaku termasuk jenis makanan yang dikonsumsi seorang wanita dan aktivitas mereka. Ada kebudayaan khusus bagi wanita hamil dan bersalin yang melarang wanita tersebut mengkonsumsi makanan tertentu, meskipun tidak semua wanita mengadopsinya. Mereka yakin bahwa agar selama menjalani kehamilan dan persalinannya sehat, mereka membutuhkan yang terbaik bagi mereka dan bayinya, sebagaimana mereka meyakini mengikuti kepercayaan tradisional dan berdoa pada Tuhan membuat mereka merasa aman dan terlindungi.3

(15)

jika dianggap memiliki nilai guna. Jika sebuah mitos sudah dianggap tidak lagi memiliki nilai guna, mitos tersebut dengan sendirinya ditinggalkan.

Demikian juga dalam aspek kesehatan, perilaku maupun mitos/tabu/pantangan yang dikerjakan harus diperhatikan agar tidak membahayakan atau mengganggu kesehatan ibu dan janinnya atau bayi yang akan dilahirkannya. Bidan sebagai seorang care provider di masyarakat, harus mampu membangun kepercayaan yang positif terhadap kesehatan khususnya ibu dan bayi. Membangun kekuatan wanita agar mampu mandiri dan paham adalah kunci penting dalam menguatkan kemampuan wanita terhadap kemampuan mereka membuat keputusan untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Seorang wanita yang memiliki kesempatan membuat keputusan tentang pilihan kesehatan bagi mereka, merasakan dirinya memiliki kemampuan pengetahuan yang lebih dan mampu membuat keputusan kesehatan yang baik dan logis.3 Dialog untuk bertukar informasi antara

wanita dan bidan merupakan salah satu strategi yang dapat dikembangkan untuk memahami apa yang wanita yakini dan dapat menjadi peluang bagi bidan untuk memberi informasi kesehatan yang baik dilakukan untuk kesehatan dirinya maupun keluarganya.3

(16)

BAB IV PENUTUP

Antara kesehatan dan tradisional tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat sudah memiliki keyakinan terhadap dirinya maupun keluarganya. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah keselarasan dan keharmonisan di antara kelompok masyarakat yang memiliki keyakinan budaya tertentu dengan landasan kesehatan yang tidak merugikan atau bahkan membahayakan kesehatan ibu maupun janinnya.

(17)

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1. Adriana I. Neloni, mitoni atau tingkeban (perpaduan tradisi jawa dan ritualitas masyarakat muslim. Karsa. 2011; 19(2):239-47.

2. Kaphle S, Hancock H, Newman LA. Childbirth traditions and cultural perceptions of safety in Nepal: critical spaces to ensure the survival of mothers and newborns in remote mountain villages. Midwifery. 2013:1173-81.

3. Agus Y, Horiuchi S, Porter SE. Rural Indonesia women’s traditional beliefs about antenatal care. Biomedcen. 2012. 5:589

4. Suku Sunda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses 17 Juni 2015

5. Budaya Sunda - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm diakses 17 Juni 2015

Referensi

Dokumen terkait

Apakah perlu melakukan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga masyarakat mampu menghadapi bencana banjir dan dampak yang

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa berbagai program jaminan pelayanan kesehatan mampu meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan, walaupun belum

peningkatan kesehatan masyarakat, hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara upaya kesehatan masyarakat

Berdasarkan uraian di atas, masih tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dukun menunjukan bahwa meskipun telah melakukan K1 dan K4 dengan bidan namun

Pelayanan yang diberikan bidan desa dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat telah berjalan dengan baik, dimana peranan dari bidan desa dalam membantu responden dari

4.5 Keberlanjutan Program Kegiatan pendidikan kesehatan penyuluhan tentang Meningkatkan cakupan akseptor baru melelui konseling danpelayanan kontrasepsi jangka panjang di PMB Bidan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik pendidikan kesehatan terhadap pencegahan kegawatdaruratan kehamilan, unsafe abortion pada remaja efektif meningkatkan pengetahuan

Budaya malu menjadi sistem nilai yang dianggap mampu meningkatkan kesadaran bagi masyarakat untuk tidak melakukan perilaku menyimpang, karena adanya praktik korupsi mengakibatkan