BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran dipermukaan bumi dan dibawah tanah untuk keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan.
Pengukuran tanah betujuan agar kita dapat mengetahui keadaan permukaan tanah yang berada disekitar daerah yang diukur. Hal ini untuk pembuatan perencanaan bangunan dan juga khususnya jalan raya. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (pengukuran kerangka dasar horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titik-titik detail.
Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam suatu koordinat titik tertentu. Sistem koordinat disini adalah sistem koordinat kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan elipsioda bumi. Salah satu cara untuk menentukan koordinat banyak titik adalah metode poligon. Sedangkan kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik.
tertentu. Selanjutnya posisi horizontal/koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan situasi topografi suatu daerah.
1.2. Tujuan
1.2.1. Melakukan pengukuran secara vertikal dan horisontal.
1.2.2. Menentukan dan mengukur beda tinggi dari kerangka vertikal.
1.2.3. Menentukan dan mengukur jarak dan sudut dari kerangka horizontal. 1.2.4. Mampu menghitung dan menggambarkan hasil pengukuran di lapangan
dalam bentuk peta detil.
1.3. Manfaat
1.3.1. Menginformasikan peralatan dan prosedur dalam pengukuran KKH dan KKV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori
2.1.1. Definisi dan Jenis Pengukuran
Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam satu lokasi dengan beberapa keterbatasan yang tertentu.
Jenis pengukuran terbagi menjadi 2 macam, yaitu pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran secara langsung, biasanya menggunakan instrument atau alat ukur seperti pita ukur, theodolit, waterpass dan elektronik distance meter (EDM). Sedangkan pengukuran tidak langsung, pengukuran yang dilakukan apabila nilai hasil ukuran tidak mungkin didapatkan langsung. Nilai hasil ukuran yang dicari didapatkan berdasarkan hubungan fungsional tertentu dari beberapa hasil pengukuran langsung. Contohnya adalah mengukur tinggi berdasarkan hasil pengukuran sudut dan jarak.
2.1.2. Sejarah dan Pentingnya Pengukuran
Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa Romawi, yang ditandai dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekaisaran. Selanjutnya ilmu ini dilestarikan oleh bangsa Arab yang disebut ilmu geometris praktis.
Pada abad ke 13, Von Piso dalam karyanya “Practica Geometri” menguraikan cara-cara pengukuran tanah, dilanjutkan oleh Liber Quadratorium mengenai pembagian kuadran.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pekerjaan pengukuran tanah memerlukan latar belakang teknis pengalaman yang luas di lapangan. Daerah perkotaan berkembang cepat, sehingga petanya memerlukan revisi dan pembaharuan, untuk menggambarkan perubahan-perubahan yang secara profesional yang menguntungkan bagi banyak orang dalam berbagai cabang pengukuran tanah.
Sinergis dengan perkembangan zaman dan kompleksitas perkembangan bidang konstruksi, maka ilmu ini mengalami perkembangan pula sebagai konsekwensi atas tuntutan kebutuhan akan profesionalismenya dalam perencanaan pekerjaan konstruksi.
Pada perkembangannya ilmu geodasi ini mengalami proses spesifikasi keilmuan diantaranya, ilmu ukur tanah, survey – survey pemetaan, agrokuntur, dll. Dari spesifikasi kita memperlihatkan adanya kecenderungan dimana ilmu geodasi menjadi dasar pada bidang keilmuan lainnya, selain itu dari bidang konstruksi, seperti pertanahan, perhutanan, ilmu kelautan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lain – lain. Walaupun ada spesifikasi tersebut, itu tidak mempengaruhi tingkat substansinya dan hal ini juga memiliki kesamaan pendekatan, baik proses pengambilan data sampai pada proses pengolahan yang membedakan adalah tingkat aplikasinya.
2.1.3. Satuan Sudut dan Jarak 2.1.3.1. Satuan Sudut
Ada beberapa sistem untuk menyatakan besarnya sudut, diantaranya yaitu :
a) Sistem Seksagesimal
Dalam sistem seksagesimal keliling lingkaran dibagi dalam
360 bagian yang disebut derajad. 10 (1 derajad) = 60’ (60 menit) dan 1’ = 60” (60 detik).
b) Sistem Sentisimal
Dalam sistem sentisimal keliling lingkaran dibagi dalam
400 bagian yang disebut grade. 1g (1 grade) = 100c (100
c) Sistem Radian
Dalam sistem radian keliling lingkaran dibagi dalam bagian yang disebut dengan satu radian. Satu radian adalah sudut pusat yang berhadapan dengan bagian busur yang panjangnya sama dengan jari-jari lingkaran. Karena panjang busur sama dengan keliling lingkaran sebuah lingkaran yang berhadapan dengan sudut 360° dan keliling lingkaran 2 π kali jari-jari, maka : 1 lingkaran = 2 π rad
d) Sistem Waktu
Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Dimana, 360 ° = 24 jam; 1 jam =15 °
2.1.3.2. Satuan Jarak
Tabel 1. Satuan jarak
2.1.4. Sudut, Azimuth dan Bearing 2.1.4.1. Bacaan Sudut dan Sudut
diarahkan ke C, diperoleh bacaan sudut 90°. Maka sudut BAC = Sudut Bacaan AC - Sudut Bacaan AB = 90°-30° = 60°.
Gambar 1. Bacaan sudut dan sudut 2.1.4.2. Sudut Arah (Bearing)
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah sudut dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip horizontal antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur dari utara maupun selatan ke arah timur ataupun barat, untuk menghasilkan sudut kurang dari 90°. Kuadran yang terpakai ditunjukkan dengan huruf U atau S mendahului sudutnya dan T atau B mengikutinya. Contoh U80°T. Dalam gambar, semua sudut arah dalam kuadran UO°T diukur searah jarum jam dari meridian. Jadi Sudut arah garis OA adalah U70°T. Semua sudut arah dalam kuadran SO°T adalah berlawanan arah jarum jam dari meridian, sehingga OB adalah S35°T. Demikian pula dengan sudut arah OC adalah S55°B dan untuk OD, U30°B.
Gambar 2. Bearing
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan sebagai arah acuan.
Seperti ditunjukkan dalam gambar, Azimut berkisar antara 0 sampai 360° dan tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70°, Azimut OB 145°, Azimut OC 235°, dan Azimut OD 330°. Perlu dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan.
Gambar 3. Azimuth
2.1.5. Kesalahan Pengukuran Pada Alat
2.1.5.1. Kesalahan pengukuran pada theodolit a) Kesalahan kasar (blunders)
Kesalahan ini terjadi karena : kurang hati-hati (sembrono), kurang pengalaman dan kurang perhatian. Sebagai catatan bahwa dalam pengukuran kesalahan ini tidak boleh terjadi, bila terjadi harus diulang !
Contoh-contoh kesalahan blunder
Salah baca : 3 dibaca 8, 6 dibaca 9, 7 dibaca 9
Salah catat : misalkan 1 rentangan pengukuran tidak tercatat, atau salah menempatkan data ukuran (sudut horisontal terbalik dengan helling)
Salah dengar
pengecekan sendiri hasil pengamatan dan pembacaan
gunakan alat bantu, contoh : kompas, GPS
selalu menggambar langsung sketsa setelah mendapatkan dan mencatat hasil ukuran.
b) Kesalahan systematis
Kesalahan sistematis umumnya terjadi metode atau cara pengukuran yang salah dan karena alat ukur yang dipakai itu sendiri. Contoh penyebab yang terkait dengan alat ukur :
Syarat pengaturan alat tidak lengkap
Unting-unting tidak digunakan, dll
Penyinaran pada alat bacaan tidak merata
Skala Rambu, kesalahan titik nol rambu c) Kesalahan acak
Akan terlihat apabila dilakukan pengamatan yang berulang-ulang. Beberapa contoh yang mengakibatkan kesalahan acak :
Getaran tanah atau tanah tidak stabil.
Atmosfer bumi
Psikis pengamat (contoh : faktor kelelahan)
kesalahan ini dapat dibetulkan dengan hitung perataan apabila terdapat data yang cukup
2.1.5.2. Kesalahan pengukuran pada pita ukur a) Kesalahan yang Bersumber dari Pengukur
Kesalahan membaca dan mencatat, kesalahan ini dapat dihilangkan dengan melakukan pembacaan pada masing-masing ujung dalam kedudukan pita ukur yang berbeda, misalnya:
Kedudukan 1 : Rm = 48,22 m
Rb = 0,14 m jarak = (Rm − Rb) = 48,08 m
Kedudukan 2 : Rm = 48,15 m
b) Kesalahan yang Bersumber pada Pita Ukur
Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi standar lagi. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi dengan pita ukur standar. c) Kesalahan yang Bersumber pada Keadaan Alam
Kesalahan yang bersumber pada keadaan alam yang berpengaruh pada pengukuran jarak dengan pita ukur adalah kesalahan yang disebabkan oleh temperatur. Standar pita ukur adalah pada temperatur C.
2.1.5.3. Kesalahan pengukuran pada sipat datar. a) Kesalahan petugas
Disebabkan oleh surveyor
Disebabkan oleh pemegang rambu
Disebabkan oleh pencatat b) Kesalahan alat
Lensa yang sudah buram
Nivo yang tidak stabil c) Kesalahan alam
Pengaruh sinar matahari langsung
Refraksi
Disebabkan oleh posisi instrument dan rambu
Pengaruh lengkung bumi
2.2. Peralatan yang digunakan 2.2.1. Theodolit
1
membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah. Bidikan saat posisi visir di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir di bawah disebut posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih 180°. Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah bisikan tidak berselisih 180°, berarti ada kesalahan baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.
Gambar 4. Theodolit
Keterangan gambar theodolit
1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya 2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal 5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong 7. Penggerak halus teropong 8. Klem horisontal
12. Nivo kotak horisontal
2.2.1.1. Syarat-syarat theodolit
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
a) Sumbu kesatu tegak / vertical. b) Sumbu kedua mendatar.
c) Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar. d) Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu 2.2.1.2. Penyetelan alat theodolit
a) Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. b) Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan
pesawat dengan sekrup pengunci di kepala statif. c) Penyetelan nivo kotak menggunakan kiap (A,B,C)
Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B.
Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C
Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah.
d) Penyetelan nivo tabung dari ketiga sisi 2 kiap yang sejajar.
Gambar 6. Penyetelan nivo tabung
e) Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya. penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.
2.2.2. Sipat datar
Gambar 7. Waterpass
Keterangan gambar waterpass : 1. Lensa Objek
2. Cermin bidik Nivo 3. Bidik Kasar
4. Nivo (Circular level) 5. Lensa Bidik
6. Pelindung Lensa bidik 7. Knop Fokus
8. Visir Halus Horizontal 9. Lingkaran Horizontal 10. Skrup Liveling 11. Base Plate
2.2.2.1. Syarat-syarat waterpass
Ada beberapa persyaratan pada pemakaian alat penyipat datar/ waterpass antara lain :
a. Syarat dinamis: sumbu I vertikal b. Syarat statis
1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo 2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I (sumbu vertikal) 3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
Gambar 8. Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari dan hujan. Sebaiknya payung tersebut bukan terbuat dari bahan logam.
2.2.4. Rollmeter
Gambar 9. Rollmeter
Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk mengukur tinggi alat. Rollmeter yang dipergunakan ini mempunyai panjang 30 m.
2.2.5. Patok Kayu
Gambar 10. Patok
pembacaan nonius lebih akurat. penempatan lokasi patok harus aman berada pada daerah stabil serta mudah ditemukan kembali.
2.2.6. Statif
Gambar 11. Statif
Tripod (statip), berfungsi untuk menempatkan pesawat.
2.2.7. Rambu ukur
Gambar 12. Rambu ukur
Baak ukur (rambu), berfungsi sebagai obyek oleh pesawat untuk mendapatkan data-data bacaan benang.
2.2.8. Kompas
Kompas, berfungsi untuk menunjukkan arah utara magnetis kompas. Alat ini diperlukan pada saat pertama kali pengukuran untuk mengetahui nilai azimuth.
2.2.9. Data board
Form pengukuran yang berfungsi untuk mencatat hasil pembacaan di lapangan.
Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan. Sedangkan metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik - titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan. penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan.
2.3.1. Cara Memilih Titik Poligon
Lokasi titik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Untuk memudahkan melakukan pengukuran di daerah terbuka dan tidak naik turun, hindari pengukuran melalui daerah alang-alang.
b. Hindari pengukuran sudut pada jarak-jarak pendek karena benang silang dan target berhimpit dengan sempurna pada saat pembacaan hasil pengukuran.
c. Titik harus ditempatkan pada daerah dimana titik tersebut dapat dibidik secara langsung.
2.3.2. Pengukuran Poligon Tertutup
2.4. Metode Pengukuran Jarak 2.4.1. Metode Segitiga Sama Kaki
Prinsipnya berdasar pemecahan pada sebuah segitiga sama kaki. Terdapat dua metoda dasar, yaitu :
Metode Pertama
Basis yang digunakan konstan dan sudut paralaks adalah variabel yang harus ditentukan nilainya.
Persamaan (1)
Gambar 14. Basis konstan, sudut paralaks variabel
Untuk penentuan jaraknya, dipakai sebuh mistar basis yang panjangnya tepat 2 meter yang umumnya dipasang mendatar. Sudut paralaks γ diukur dengan theodolit. Dalam hal ini mistar basis dipasang mendatar, maka sudut γ adalah sudut mendatar.
Metode Kedua
Sudut paralaks konstan, sedangkan basis adalah variabel yang harus ditentukan nilainya. Panjang S dibaca pada mistar yang bisanya dipasang tegak. Pengukuran jarak optis pada alat sipat datar menggunakan prinsip metode kedua.
Persamaan (2)
Gambar 15. Sudut paralaks konstan, basis variabel
2.4.2. Metode Tangensial
Jarak mendatar HD antara titik P dan Q akan ditentukan. Theodolit ditempatkan di titik P dan rambu diletakkan tegak di titik Q. Garis bidik diarahkan ke A di rambu dan dibaca sudut miring di A (mA). Kemudian garis bidik diarahkan ke B dan dibaca sudut miringnya (mB). Selisih pembacaan skala rambu di A dan B menghasilkan jarak S = AB.
Gambar 16. Pengukuran jarak dengan metode tangensial
2.4.3. Metode Stadia
mendatar. Dalam pengukuran situasi, alat yang digunakan adalah theodolit. Garis bidik diarahkan ke rambu yang ditegakkan di atas titik yang akan diukur jaraknya dari alat tersebut. Dalam hal ini garis bidik tidak mendatar. Jika sudut tegak (baik sudut miring atau zenith) diukur, maka dapat dihitung dengan rumus :
Jika sudut miring yang diukur, maka :
HD = SD.cos m Persamaan (3)
Jika sudut zenith yang diukur, maka :
HD = SD.sin z Persamaan (4)
Gambar 17. Pengukuran jarak dengan metode stadia
2.4.4. Metode Subtense
Metode subtense adalah pengukuran jarak optis dengan rambu basis 2 m. Prinsip dasar metoda ini adalah mencari garis tinggi segitiga sama kaki, yang panjang alasnya (basis) diketahui dan sudut paralaks yang dihadapannya diukur. Jarak dapat dihitung dengan rumus:
D=12b .cot12γ Persamaan (5)
Panjang basis biasanya 2 m dan bila sudut paralaks cukup kecil, maka dipakai rumus pendekatan
Persamaan (6) dan karena b = 2 m ,
dimana 206265 = ρ”
Metode ini dinamakan metode ‘subtense’ karena sudut γ harus dinyatakan dalam detik (“). Sudut γ adalah sudut horisontal dan diukur dengan theodolit. Walaupun tinggi theodolit dan tinggi rambu basis tidak sama tinggi, namun jarak yang diperoleh adalah jarak mendatar.
2.5. Metode pengukuran sipat datar
Gambar 18. Pengukuran sipat datar
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
yang mendatar.tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai Bidang yang mendatar.
2.6. Metode pengukuran tachimetri
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal yang menghasilkan tinggi titik - titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang menghasilkan koordinat titik -titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran -titik - -titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Dalam pengukuran titik - titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik - titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik - titik detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Namun metode yang sering digunakan adalah metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan ketinggian Z
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat - alat optis, elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring . Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset.
instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar).
Gambar 19. Pengukuran titik detail metode tachymetri
2.7. Langkah perhitungan
2.7.1. Perhitungan pengukuran sudut
2.7.2. Perhitungan sipat datar
Beda tinggi antara kedua titik dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang. Rumus beda tinggi antara dua titik :
Gambar 20. Slag pada waterpass
BT=BTB – BTA Persamaan (19)
Keterangan : BT = beda tinggi
BTA = bacaan benang tengah A BTB = bacaan benang tengah B
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT=(BA – BB2 )Persamaan(20)
Keterangan :
BT = bacaan benang tengah BA = bacaan banang atas BB = bacaan benang bawah
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut
Keterangan : d = jarak datar optis BA = bacaan benang atas BB = bacaan benang bawah 100 = konstanta pesawat
2.7.3. Perhitungan titik detil
Gambar 21. Pengukuran sudut vertikal
Keterangan :
A, B : Nama titik/patok Dm : Jarak Miring D : Jarak Datar
Δh : Jarak Vertikal/Beda Tinggi H : Sudut Miring
Z : Sudut Zenit Ti : Tinggi Alat Ba :bacaan atas Bb :bacaan bawah Bt : bacaan tengah
Persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Hubungan antara sudut miring helling (h) dan sudut zenit (Z) adalah:
h + Z = 90° Persamaan (22)
ba
bb bt
Jarak Miring : Persamaan (23) Dm = (Ba- Bb) x 100. sin Z
Dm = (Ba – Bb) x 100. cos h
Jarak Datar : Persamaan (24)
D= Dm x sin Z D=Dm x sin h
Dengan demikian persamaan menjadi : Persamaan (25) D = (Ba – Bb) x 100. sin2 Z
D = (Ba – Bb) x 100. cos2 h
Sedangkan untuk menentukan jarak vertikal (beda tinggi) antara titik A dan titik B dapat digunakan sebagai berikut : Persamaan (26) Δh = (50 (Ba-Bb) Sin 2 Z ) + Ti – Bt
Δh = (50 (Ba-Bb) Cos 2 H ) + Ti - Bt
2.8. Pengenalan AutoCAD
AutoCAD adalah perangkat lunak komputer CAD untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi yang dikembangkan oleh Autodesk. Keluarga produk AutoCAD, secara keseluruhan, adalah software CAD yang paling banyak digunakan di dunia. AutoCAD digunakan oleh insinyur sipil, land developers, arsitek, insinyur mesin, desainer interior dan lain-lain.
2. 8. 1. AutoCAD Land Desktop
AutoCAD Land Desktop merupakan software yang familiar dalam dunia ukur tanah. Land Desktop sendiri memiliki variasi tipe keluaran mulai dari Land Desktop Development atau disingkat LDD sampai AutoCAD Civil 3D Land Desktop Companion dengan berbagai tahun keluaran.
Project merupakan induk organisasi data fle dalam suatu pekerjaan yang berupa media penyimpanan untuk gambar yang terhubungkan dengan data, yang didalamnya dapat termasuk data point, surface, alignment, dan hasil pengamatan
survey. Digunakan untuk mengatur manajemen
database setiap proyek yang telah dibuat. Project merupakan langkah awal dalam bekerja dengan AutoCAD Land Desktop. File default dalam Autodesk Land Desktop adalah Drawig (*.dwg), yang berbeda dari AutoCAD pada umumnya adalah pada Land Desktop hanyalah merupakan bagian data proyek sedangkan dalam drawing dalam AutoCAD merupakan produk tunggal.
2. 8. 3. Point
Points merupakan titik-titik yang kita peroleh dari lapangan yang didefnisikan dalam bentuk koordinat X, Y, Z. kadang data tersebut kita peroleh dari hasil perhitungan, seperti halnya jika anda menggunakan tabel Bowditch untuk memperoleh nilai X dan Y dari koordinat referensi. Namun seringkali data titik-titik tersebut kita peroleh dari Total Station. Data yang diperoleh dari lapangan adalah data titik. yang diunduh dalam format tertentu dan bisa ditampilkan di microsoft excel.
2. 8. 4. Polyline, Line, Curve
merupakan instruksi yang berhubungan dengan segmen garis lengkung.
2. 8. 5. Grid
Grid adalah pola geometris yang membagi halaman menjadi vertikal dan horizontal, dan memberikan struktur dasar desain/ layout. juga dikenal sebagai kolom. Sementara Grid pada Land Desktop merupakan pola geometris berdasarkan koordinat pada peta yang dibuat.
2. 8. 6. Terrain
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Lokasi Praktikum
Pelaksanaan praktikum pemetaan terestris lanjut yang telah kami laksanakan pada :
Tanggal : 21 Oktober 2013 – 8 Nopember 2013 Waktu : 08.30 – 15.30 BBWI
Tempat : Perpustakaan ITS
3.2. Alat dan Bahan
a) Theodolit b) Sipat datar c) Rambu ukur d) Statif e) Payung f) Patok g) Rollmeter h) Kompas
i) Data board dan Alat tulis
3.3. Metodologi Praktikum
3.3.1. Orientasi lapangan
a) Menentukan lokasi
b) Orientasi lapangan ini bertujuan untuk melihat lokasi/lapangan tempat dimana akan diadakan pengukuran.
c) Perencanaan pengukuran, yang berisi penentuan titik polygon dan titik detil hingga menghasilkan sketsa
3.3.2. Pengukuran
3.3.2.1. Pengukuran sudut (theodolit)
a) Dirikan alat theodolite pada titik (patok) awal pengukuran. Pada pengukuran poligon, alat didirikan di atas patok, berbeda dengan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal dengan alat yang berdiri di antara 2 buah titik (patok).
b) Teropong diarahkan ke target belakang dan dibaca sudut horizontalnya pada posisi biasa. Teropong kemudian diputar ke arah target muka dibaca pula sudut horizontalnya pada posisi biasa. c) Teropong diubah posisinya menjadi luar biasa dan diarahkan ke
target muka serta dibaca sudut horizontalnya.
d) Alat theodolite dipindahkan ke patok selanjutnya dan lakukan hal yang sama seperti pada patok sebelumnya.
e) Pengukuran dilanjutkan sampai seluruh patok didirikan alat theodolite.
3.3.2.2. Pengukuran detil (theodolit)
a) Putar kenop mikrometer dan set pembacaan menjadi 0º0’00”. b) Kendorkan semua klem horizontal atas dan bawah, kemudian putar
teropong sehingga pembacaan lingkaran horizontal mendekati nol. c) Kencangkan klem atas dan arahkan pembacaan tepat di angka nol
dengan penggerak halus bagian atas.
d) Putar teropong ke titik B dengan sekrup ats terbaca missal 80º 17’20” berarti sudut yang terbentuk adalah 80º17’20”
3.3.2.3. Pengukuran sipat datar (waterpass)
a) Letak statif diusahakan diantara dua patok yang sama jauh. b) Menyetel nivo agar berada di tengah – tengah lingkaran kecil. c) Mengarahkan teropong ke patok belakang.
d) Pembacaan benang tengah ( BT ), benang atas ( BA ), dan benang bawah ( BB ).
e) Kemudian alat mengarah ke patok depan. f) Lakukan berulang – ulang sampai selesai.
h) Pengukuran sifat datar untuk mendapatkan beda tinggi titik dengan membaca ketiga benang diafragma alat waterpas pada kerangka utama.
3.3.3. Pengolahan data
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
d.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Tabel hasil perhitungan polygon utama
(Terlampir)
4.1.2. Tabel hasil perhitungan sipat datar
(Terlampir)
4.1.3. Tabel hasil perhitungan detil
(Terlampir)
0 5 10 15 20 25
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Gambar 22. Sketsa polygon
Dalam pelaksanaan praktikum ini terdapat berbagai permasalahan dalam pengukuran di lapangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Tidak semua patok dapat terlihat dengan jelas
b) Jarak antar patok ada yang panjang dan ada yang pendek
c) Titik detil lekukan dalam tidak dapat di bidik
d) Terdapat titik detil yang tidak terlihat dari titik ikat 4.1.5. Solusi kendala
Adapun solusi-solusi yanga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut:
a) Pembidikan dibantu dengan menggunakan rambu ukur b) Perhitungan melakukan system perataan
c) Pengambilan titik detil cukup di wakili dengan 3 titik detil pada lekukan
d) Penambahan titik bantu yang di ikat pada titik ikat
d.2. Analisa Data
Kerangka utama adalah kerangka yang menjadi acuan dalam pengukuran polygon kelompok. Kerangka utama ini terdiri dari 7 titik yang tersebar di seluruh area pengukuran secara merata. Pada praktikum ini kelompok kami menggunakan BM utama yakni A. Kerangka utama ini merupakan polygon tertutup, dimana di ketahui koordinat awalnya dengan metode kartesian local.
4.2.1 Kerangka Dasar Horizontal a. Poligon Utama
Kesalahan pengukuran sudut
fβ=(α akhir−α awal)−∑ β+(n−2).1800
¿(223048'9} - {223} ^ {0} {48} ^ {'} {9} ^ {)−162001'40❑} + left (11 - 2 right ) . {180} ^ {0¿ ¿1'40
fβ=8 √
¿8”√7
¿000'26.53¿
Sehingga kesalahan pengukuran sudut pada poligon utama memenuhi toleransi. Kesalahan yang terjadi dapat disebabkan karena factor kesalahan manusia, yaitu saat pembacaan, penulisan, dan penghitungan data.
Kesalahan Linear
¿
√
fx2
+fy2
∑
D¿0,799701296,343
¿0,002699
Sehingga kesalahan linear pada poligon memenuhi toleransi karena lebih kecil dari toleransi linear sebesar 1/2500. Apabila ada kesalahan yang terjadi itu disebabkan salah satunya karena roll meter tidak benar – benar datar saat melakukan pengukuran antar titik.
Untuk mencari koordinat titik poligon dengan cara: 1. Sudut terkoreksi
fβ=−0'40 } over {6¿
¿1,43' '
Sehingga setiap sudut poligon utama ditambah dengan sudut sebesar 1,43”. Hasil dari perhitungan sudut terkoreksi (Terlampir)
2. Perhitungan Azimuth
Perhitungan azimuth poligon utama (Terlampir) 3. Perhitungan selisih absis
fx=(X ak h ir−X awal)−∑dsin∝
Untuk perhitungan selisih absis (Terlampir) 4. Perhitungan selisih ordinat
fy=(Y ak h ir−Y awal)−∑ dcos∝
5. Perhitungan penutup absis
fxi=
di
∑d fx
Hasil perhitungan penutup absis (Terlampir) 6. Perhitungan penutup ordinat
fyi=
di
∑d fy
7. Perhitungan koordinat absis Xi=Xi+disin∝i+fxi
Hasil Perhitungan koordinat absis (Terlampir) 8. Perhitungan koordinat ordinat
Yi=Yi+dicos∝i+fyi
Hasil perhitungan koordinat ordinat (Terlampir)
4.2.1 Kerangka Dasar Vertikal
Beda tinggi kerangka utama jika dihutung berdasarkan perhitungan poligon tertutup maka
Toleransi: ¿8mm√∑ D km
¿8√0,2971 ¿4,36055mm
Sehingga kesalahan beda tinggi pada kerangka utama memenuhi toleransi karena kesalahan pengukuran beda tinggi (pergi) sebesar 2 mm sedangkan kesalahan beda tinggi (pulang) sebesar 2 mm. Rata – rata kesalahan beda tinggi sebesar 2 mm.
Untuk mengukur beda tinggi antar titik didalam poligon utama adalah: 1. Koreksi Total beda tinggi rata – rata
f h=(T ak h ir−T awal)−∆ h
Hasil perhitungan koreksi beda tinggi rata rata (Terlampir) 2. Distribusi f h
f hi=
di
∑d f h
Ti=Ti+∆ hi+f hi
Hasil perhitungan tinggi titik (Terlampir) 4.2.2 Pengukuran Detil
Adanya kesalahan pada pengukuran detil karenapada alatnya terdapat kesalahan yang cukup besar. Besar kemungkinan kesalahan dimaterial ataupun kesalahan kolimasi yang tidak dapat dihilangkan karena pada pengukuran, kelompok 9 mengambil sudut dengan sistem backside. Sedangkan kesalahan tersebut hanya dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran biasa dan luar biasa (pengukuran satu seri).
Penghitungan koordinat (x,y,z) pada pengukuran detil sebagai berikut 1. Perhitungan Jarak Miring (SD)
SD = BT x Sin (sudut vertical) Hasil perhitungan SD (Terlampir) 2. Perhitungan HD
HD = (BA – BB) x 100 x Sin (sudut vertical) Hasil perhitungan HD (Terlampir)
3. Perhitungan azimuth titik detil
Hasil perhitungan azimuth titik detil (Terlampir) 4. Perhitungan koordinat absis detil
Xi=Xi−1+HD xsin∝
Hasil perhitungan koordinat absis detil (Terlampir) 5. Perhitungan koordinat ordinat detil
Yi=Yi−1+HD xcos∝
Hasil perhitungan koordinat ordinat detil (Terlampir) 6. Perhitungan beda tinggi titik detil
∆ h=Talat+VD−BT
Hasil perhitungan beda tinggi titik detil (Terlampir) 7. Perhitungan tinggi titik detil
Ti=Tpoligon+∆ h
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
e.1. Kesimpulan
Dari praktikum Pemetaan Terestris Lanjut yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Pemetaan kerangka dasar horizontal dengan pengukuran poligon dapat dibuat dengan menggunakan theodolite.
2. Poligon adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi.
3. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama.
4. Pengukuran KKH menggunakan theodolit merk Nikon dengan ketelitian alat sebesar 5”
5. Polygon tertutup terdiri dari 1 titik awal dan 6 titik ikat.
6. Pengukuran dilapangan menghasilkan sudut dalam sebesar 900°0’10” dan faktor koreksi sudut sebesar 0°0’13,23” sehingga pengukuran KKH memasuki toleransi.
7. Dengan menentukan besar sudut dalam, kita dapat menentukan koordinat tiap titik sehingga kita dapat memperoleh bentuk poligon. Setiap titik dalam rangkaian akan menjadi acuan bagi penentuan koordinat titik-titik sekitarnya yaitu titik detil.
8. Koordinat titik detil di dapatkan dari perhitungan metode tachymetry. 9. Pemetaan kerangka dasar vertical dengan pengukuran poligon dapat dibuat
dengan menggunakan waterpass.
10. Dari pengukuran KKV dihasilkan beda tinggi antar titik polygon. 11. Elevasi titik detil di dapatkan dari perhitungan metode tachimetri.
e.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sosrodarsono Suyodono Dr.Ir, Takasai Masayushi. 1997. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT. Pradaya Paramita. Jakarta
Suharto. 2011. Pekerjaan Survei dan Pemetaan.
http://www.indahnyabelajar.wordpress.com/2011/07/17/pekerjaan-survei-dan-pemetaan/. Diakses tanggal 6 April 2013
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Setiawan, Galih. 2012. Kumpulan Tugas Kuliah Laporan Ilmu Ukur Tanah.
http://blogspot.GalihSetiawan.com/2012/03/13/kumpulan-tugas-kuliah-laporan-ilmu-ukur-tanah.htm. Diakses tanggal 6 April 2013
Frick, heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta.
Anonym a. http://civilengeneering.wordpress.com/Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat.htm. Diakses tanggal 6 April 2013
Anonym b. http://blogspot.EnginEerberBagiInfo.com/PENENTUAN JARAK DAN SUDUT KERANGKA HORIZONTAL DENGAN METODE POLIGON PADA SUATU WILAYAH .htm. Diakses tanggal 6 April 2013
Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Gadjah Mada. University Press.
Pratomo, Danar Guruh. 2004. Pengukuran Jarak. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Mutiara, Ira. 2004. Konsep Pengukuran dan Kesalahan. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Jurnal anonym a. 2013.Tutorial Pengolahan Data Ukur Tanah. Autocad Land Desktop Development.
ti ti k bi di
Bacaa n Sudut
Sud ut Hori zont al
Sud ut Hori zont al
Jar ak Azim
ut h
∆X ∆Y ∆X Terk oreks
i
∆Y Terk oreks
i
X Y
k Terk orek si
A G 8
5 44 25 88.798 356.942 57.43 3
35 6.9 41
-3.0
64 57.
35 1
-3.217
7355 37
57.33 0023
29
100 100
B 3
6
269 359.672 30.
025 124.476 20.
990 162.486 48.
393 223.093 17.
354 265.739 68.
Pengolahan Data Pengukuran Sudut
∑ = 900.00277
Pengolahan Data Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran pertama
Alat
di BidikTitik TinggiAlat TinggiPatok
Bacaan ke
Rambu
BT-TP OptisJarak Ʃ jarak pulang
BA BT BB
1' B 1.440 0.145 1.420 1.260 1.098 1.115 32.200
57.200 -0.012 A 0.165 1.416 1.292 1.166 1.127 25.000
2' C 1.420 0.130 1.418 1.292 1.166 1.162 25.200
44.200 0.032 B 0.145 1.370 1.275 1.180 1.130 19.000
3' D 1.440 0.135 1.162 0.981 0.799 0.846 36.300
53.700 -0.359 C 0.130 1.422 1.335 1.248 1.205 17.400
4' E 1.390 0.135 1.231 1.165 1.098 1.030 13.300
20.500 -0.040 D 0.135 1.241 1.205 1.169 1.070 7.200
5' F 1.420 0.150 1.480 1.341 1.198 1.191 28.200
47.500 0.248 E 0.135 1.175 1.078 0.982 0.943 19.300
6' G 1.410 0.180 1.278 1.239 1.200 1.059 7.800
17.800 -0.031 F 0.150 1.290 1.240 1.190 1.090 10.000
7' A 1.430 0.165 1.523 1.386 1.248 1.221 27.500
69.500 0.163 G 0.180 1.448 1.238 1.028 1.058 42.000
Jumla
Pengukuran Detil Situasi
vertikal bacaan rambu tinggi
alat jarak optis(m) beda tinggi
T5 7 36 0 350.086 90 42 25 1220 1145 1068 15.198 -0.053
T6 0 24 45 342.899 91 11 45 535 350 172 36.284 0.173
V4 346 41 55 329.185 90 42 45 990 865 740 24.996 0.104
1. Mendownload Data
Membuka program MicroSurveyCad - pilih New - Pilih directorynya lalu masukkan nama datanya – save
Pada distance, pilih Metric, pada direction, pilih Azimuth, lalu Ok
Pilih jenis alat ukurnya dan masukkan nama datanya, lalu Ok
Maka akan muncul tampilan berikut: Sebelum “Download Now”, kita atur parameter-parameternya dengan alat, pilih Change Current Parameters
lalu Ok - Download Now.
Sebelum kita pilih Start Receiving Data Now, kita pilih data yang akan di download di alat, lalu kita pilih Send Data pada alat, lalu baru kita boleh klik Start Receiving
Data Now
2. Mengolah Data Koordinat di MicroSurveyCad
Buka program MicroCad, pilih Set Project Directory, pilih datanya lalu Open
Pada distance, pilih Metric, pada direction, pilih Azimuth, lalu Ok
Pilih Traverse Entry / Edit / Adjustment, setelah itu pilih Edit Traverse Data
Tampilan Awal Data
Setelah itu kita akan mengolahnya dengan memasukkan titik-titik backsight dan foresight.
Klik di data pertama. Catatan: Jangan sampai salah klik
Setelah itu pilih Edit-Add Traverse Setup, lalu Edit-Add Shot
Atau cara yang lebih simple adalah dengan mencet tombol ctrl+E lalu ctrl+H
Klik kanan di data 1, pilih copy, paste ke data 0, lalu hapus data 1 yang paling atas
Kita masukkan station dengan angka 1000 (angka yang berbeda dengan angka-angka hasil pengukuran), dan Bs Pt kita masukkan angka-angka 2000, masukkan pula tinggi alat. Lalu Edit-Re Coordinate Traverse
Lalu pilih Ok tampilan berikut
Pengolahan data di station (titik berdiri alat) pertama telah selesai, kita lanjut ke station berikutnya.
Klik di angka yang menjadi titik station
Lalu pencet pada keyboard ctrl+E lalu ctrl+H
Masukkan titik station, Bs Pt, dan Inst Ht
Maka pilih Window - Traverse Editor
Lakukan langkah di atas sampai titik station yang terakhir
PENGOLAHAN DATA SURVEY UKUR TANAH MENGGUNAKAN LAND DESKTOP
Autodesk Land Desktop adalah software pengolah data ukur sekaligus menggambar data tersebut serta membuat desain gambar dan perhitungan volume galian dant timbunannya. Hasil pengolahan dta dapat dibuat dalam bentuk profil memanjang eksisting, tampang melintang hasil ukur dengan mudah dan cepat.
Dalam tulisan ini saya bagi dalam beberapa langkah LANGKAH 1 :
SETTING GAMBAR ( SATUAN , KOORDINAT , UKURAN KERTAS DAN HURUF, SKALA HORISONTAL DAN VERTIKAL)
Buka Autodesk Land Desktop Muncul Start Up pilih Ok Pilih New, pilih Create Project…
Isikan Name dan Discription Klik Ok
Pada unit lihat gambar ini
Pada Zone sesuikan dengan sistem koordinat yang anda akan gunakan
Biasanya . atau UMUMnya .. menggunakan koordinat UTM WGS84 .. .... pilih North atau South ---Next
Pada Text Style klik Next (sesuaikan satuannya mm, cm) Pada Border Klik Next (sesuaikan)
Save Setting pilih Finish
YAKINKAH dengan setting ini yang akan di gunakan pada gambar anda kalaupun iya klik Ok
LANGKAH 2 :
MEMAMSUKKAN TITIK Z, Y, Z ke dalam autoCAD
1. Import data tersebut sesuai format penyimpanan anda(dipisahkan oleh spasi , maka format yang digunakan dalam LAND DESKTOP format PENZ.
Artinya P= Point E=Easting = x N=North = y Z=Elavation = z 2. Pilih Import point
3. Pilih namafile.txtx yang telah anda simpan
untuk menampilkan agar titik ploting tadi rapi dan tidak bertumpuk anda dapat menggunakan menu point - edit point - display properties untuk merubah ukuran simbol dan teksnya. Contoh sample:
LANGKAH 3 :
MEMBUAT KONTUR TANAH
b) Pilih Terrain -> Create contour
c) Atur interval kontur minor dan mayornya
d) Maka jadilah kontur sebagai berikut
Lakukan seperti gambar dibawah ini :
Untuk label ketinggian garis contur dapat anda buat pada terrain contour label
MEMBUAT LAYOUT
1. Tentukan layout dulu
Buat kotak seperti gambar di bawah ini. Cat: Panjang dan Lebar adalah sama dengan ukuran kertas
Agar posisi gambar eksisting tepat di tengah, maka kita harus mengatur posisi horizontal dan posisi vertical dengan teknik diagonal.
Membuat Informasi Tepi
Untuk tulisan, gunakan tool ini:, atur besar dan jenis huruf
Mambuat Skala 1. Mengatur halaman
2. Menggunakan polyline dan offset
Atur di cad : File-> page setup.
Setelah itu plih Layout Settings
Atur ukuran kertas: A4/A5/A3, etc
Atur orientasi kertas: Landscape / Portrait Pilih mm
Pda plot offset, hidupkan Center to Plot Pilih Window
Klik dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas area
1 mm = 0.75 units, artinya 1 cm pada peta sama dengan 7,5 meter jarak Sebenarnya
Membuat Grid
- Buat point di pojok kiri bawah. Identifikasi point tersebut dengan klik pada point tersebut, lalu ketik id pada command window.
698100, 9191200. Jangan 698134, 9191276 - Buat bentuk gridnya