• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI NILAI RELIGIUS TEKS SUKARNO DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NILAI NILAI RELIGIUS TEKS SUKARNO DALAM"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling

PROCEEDING

“Penguatan Orientasi Nilai dalam

Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya

Pengembangan Karakter Generasi Muda

Indonesia“

Diselenggarakan atas kerjasama:

Program Studi S2 Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana

dan

(2)

Proceeding

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling

Penguatan Orientasi Nilai Dalam Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pengem- bangan Karakter Generasi Muda Indonesia

ISBN: 978-602-60594-0-6

Editor Ahli:

Prof. Dr. Edi Purwanta, M. Pd. Dr. Muh. Farozin, M. Pd.

Penyunting:

Dr. Suwarjo, M. Si. Fathur Rahman, M. Si. Dr. Budi Astuti, M. Si. Agus Triyanto, M. Pd.

Tim Proceeding:

Nindya Ayu Pristanti, S. Pd. Yocta Nur Rahman, S.Pd. Ruly Ningsih, S.Pd. Ismail Suny, S. Pd. Wahyu Purwadi, S. Pd. Shufiyanti Arfalah, S.Pd.

Penerbit dan redaksi:

Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta

Jalan Colombo Nomor 1 Yogyakarta 55281

Telp. Direktur (0274) 550835, Asdir/TU (0274) 550836 Fax. (0274) 520326 Laman: pps.uny.ac.id, Email: pps@un y .ac.id, kerjasama pasca@yahoo.com

Cetakan pertama, Desember 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam sejahtera untuk kita semua

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia- Nya, Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling telah laksanakan pada Rabu, 23 November

2016 di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta.

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling ini mengangkat tema “Penguatan Orientasi Nilai dalam Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia”.Adapun nilai yang dibahas adalah nilai religius, nilai sosiokultural, nilai paedagogi, nilai psikologis dan nilai filosofis.Seminar Nasional Bimbingan dan Konselingini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran teori dan praktik sebagai wujud penguatan profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia. Selain itu, kegiatan seminar ini juga merupakan upaya universitas dalam melaksanakan salah satu dimensi tridharma perguruan tinggi yaitu penelitian.

Melengkapi kegiatan ini, terkumpul sejumlah makalah artikel prosiding dengan mengangkat tema nilai yang berbeda yang berasal dari mahasiswa, dosen dan praktisi.Besar harapan prosiding ini dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penguatan orientasi nilai bimbingan dan konseling. Semoga hasil seminar ini bermanfaat untuk pendidikan Indonesia ke depannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 23 November 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ...i

Susunan Redaksi ...ii

Kata Pengantar ...iii

Daftar Isi ...iv

Keynote Speaker

No. Judul Nama Instansi Hal

1. Sikap Peduli Kemaslahatan Konselor Sebagai Modal Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia

Dr. Triyono, M.Pd Universitas Negeri Malang

1-10

2. Penguatan Nilai-Nilai Filosofis dan Pedagogis Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia

Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd

Universitas Negeri Medan

11-18

A. Nilai Religius

No. Judul Nama Instansi Hal

1 Peran Konselor dalam Menerapkan Nilai Religius dan Dekandensi Moral untuk Meningkatkan Karakter Generasi Muda Bagi Siswa SMA

Veno Dwi Krisnanda Universitas Negeri Malang

19-24

2. Penerapan Nilai Religius dalam Bimbingan dan Konseling

Halimattussakdiah Universitas Negeri Malang

25-32

3. Penanaman Nilai Religius dalam Bimbingan Konseling untuk Mereduksi Kecemasan Siswa Kelas XII

May Dana Izati Universitas Negeri Malang

33-37

4. Nilai-Nilai Religius Teks Sukarno dalam Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia

Restu Dwi Ariyanto Universitas Nusantara PGRI Kediri

38-46

5 Peran Bimbingan dan

Konseling dalam Implementasi

Tarbiyah Project untuk Meningkatkan Religiusitas Siswa

Caraka Putra Bhakti, Fuad Aminur Rahman,& Cecep Maulana

Universitas Ahmad Dahlan

47-56

(6)

6 Peran Konselor dalam Penguatan Nilai dan Moral Guna Membentuk Generasi yang Religius

Muhammad Nikman Naser

Universitas Negeri Malang

57-63

7 Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia

Chusnul Maulidyah E A

Universitas Negeri Malang

64-73

8 Pemberian Layanan Bimbingan dan Kosneling di Sekolah Berbasis Nilai-Nilai Religius Sebagai Upaya Membangun Generasi Berkarakter

Aditya Tribana Wira, Yovian YustikoPrasetya, &Yansen Alberth Reba

Universitas Negeri Yogyakarta

74-80

9 Implikasi Pemikiran Al-Ghazali dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Nurlaila Qadriah Yunan

Universitas Negeri Malang

81-86

10 Kaidah agama dalam mendorong perkembangan sikap remaja

Liya Husna Risqiyani,

Nurlatifah Alauddin, Ratna Fitriyani

Universitas Negeri Yogyakarta

87-94

11 Penguatan Orientasi Nilai Religius Dalam Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia

Yusuf Hasan Baharudin

Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali Cilacap

95-100

B. Nilai Sosiokultural

No. Judul Nama Instansi Hal

1 "Perjumpaan Budaya"

(Arah dan Tantangan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Sosiokultural)

Ruly Ningsih Desy Wismasari

Universitas Negeri Yogyakarta

101-109

2. Integrasi Nilai-Nilai Budaya Hibualamo dalam Bimbingan Kelompok

Jerizal Petrus Universitas Negeri Semarang

110-124

3. Kerangka Konseptual

Konseling Multibudaya dalam Upaya Membina Generasi yang Berkarakter

Mirza Irawan dan Nani Barorah

Universitas Negeri Medan

125-132

4. Socio-Cultural Values in Guidance and Counseling as Character Development Efforts Young Generation to Face Globalization

Lue Sudiyono IKIP PGRI Wates 133-142

(7)

5 Nilai-Nilai Sosiokultural Perjuangan Nyi Ageng Serang dalam Upaya Pengembangan Karakter Rela Berkorban dan Cinta Tanah Air Siswa Kelas IV

Faridl Musyadad, Atika Dwi Evitasari Anita Dewi Astuti

IKIP PGRI Wates 143-151

6 Peningkatan Kompetensi Konselor Lintas Budaya dalam Memfasilitasi Pengembangan Karakter Generasi Muda

Arif Budi Santoso Universitas Negeri Malang

152-160

7. Implikasi Nilai Sosiokultural dalam Penguatan Multicultural Competencies Counseling

Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Peserta Didik

Mawardi Djamaluddin

Universitas Negeri Malang

161-167

8 Peranan Budaya Panji dalam Pengembangan Karakter

Santy Andrianie Universitas Nusantara PGRI Kediri

168-174

9 Bimbingan dan Konseling Berbasis Kearifan Lokal untuk Mengembangkan Karakter Muda Indonesia

Indah Lestari &Santoso

Universitas Muria Kudus

175-179

10 Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Budaya Gorontalo

Wenny Hulukati & Maryam Rahim

Universitas Negeri Gorontalo

180-185

11 Kompetensi Multikultural Konselor dalam Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Generasi Muda

Nindya Ayu Pristanti, Hartono, &Yocta Nur Rahman

Universitas Negeri Yogyakarta

186-197

C. Nilai Pedagogis

No. Judul Nama Instansi Hal

1 Bimbingan dan Konseling untuk Semua Siswa

Rini Setiawati Universitas Pendidikan Indonesia

198-207

2. Model Pembinaan dan

Pengembangan Kepala Sekolah

Agus Munadlir IKIP PGRI Wates 208-214

3. Pengembangan Layanan Informasi Belajar Berbantuan Multimedia Untuk

Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa

Awik Hidayati Bimbingan dan Konseling-Univet Bantara Sukoharjo

215-222

4. Analisis Faktor Lingkungan Sosial dalam Layanan Bimbigan dan Konseling

Fathur Rahman Universitas Negeri Yogyakarta

223-229

(8)

D. Nilai Psikologis

No. Judul Nama Instansi Hal

1 Implikasi dan Konstruk Teori Penyusunan Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis pada Remaja

Lucky Nindi Riandika Marfu’i

Universitas Pendidikan Indonesia

230-236

2. Pentingnya Sebuah Pelatihan untuk Meningkatkan Empati Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

I Made Sony Gunawan

IKIP Mataram 237-244

3. Peran Konselor

Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter Calon konselor Sebaya dalam Perspektif Psikologis

Adinuringtyas Herfi Rahmawati. &Dhanang Suwidagdo

Universitas Negeri Yogyakarta

245-251

4. Pengaruh Konseling Kelompok Teman Sebaya Menggunakan Teknik Realita terhadap Konsep Diri Mahasiswa Universitas Negeri Medan

Zuraida Lubis & Lailian Khairiyah

Universitas Negeri Medan

252-259

5. Bimbingan Dan Konseling Sebagai Self -Service dalam Perkembangan Psikologis untuk Membangun Karakter Siswa

Firstalenda Susgaleni

Universitas Negeri Malang

260-265

6. Konseling Klinis Dengan Menggunakan Pendekatan Analisis Transaksional Bagi Individu Yang Memiliki Gangguan Mental Pada Guru Sekolah Minggu

Hkbp Jakasampurna

Renatha Ernawati Universitas Kristen Indonesia

266-273

7. Penggunaan Nilai Individual dalam Pengembangan Diri (dalam Pekerjaan dan Karir) Sebagai Strategi Intervensi Karir yang Menjanjikan

Ledyana Dwi Mei Situngkir

San Putra

Mia Audina Ananda

Universitas Negeri Yogyakarta

274-278

8. Karakteristik Ideal Konselor yang Mengedepankan Nilai Psikologis dalam Membentuk Karakter Konseli

Eni

Rahmawatiningtyas

Universitas Negeri Malang

279-286

9. Peran Serta Guru Bimbingan dan Konseling dalam

Pendidikan Karakter

Ronny Gunawan Universitas Kristen Indonesia,

287-291

(9)

10. Perbedaan Interaksi Sosial Peserta Didik Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler

Sulistyo Widya Nugraha

Universitas Negeri Malang

292-301

11 Strategi Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Keterampilan Menetapkan Tujuan Akademik Siswa

Dwi Noviana Komsi Universitas Negeri Malang

303-310

12 Peran Konselor dalam

Mengembangkan Pendidikan Karakter Siswa Melalui

Layanan Bimbingan Kelompok

Baiq Lina Astini Rahayu

Universitas Negeri Malang

311-321

13 Pentingnya Pemberian Pelayanan Informasi dalam Peminatan untuk Siswa SMA

Wulida Firdausu Ahla

Universitas Negeri Malang

322-329

14 Ugensi Bimbingan Konseling Dalam Pembentukan Karakter Dan Kepribadian Siswa SMP di Kota Banjarmasin

Kasypul Anwar, Irhamni

Universitas Islam Kalimantan

330-336

15. Menumbuhkan Kesadaran Siswa

Terhadap Bahaya Merokok Melalui Konseling Kelompok Realita

Agus Zaqi Firmansyah

Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

337-344

16. Mengurangi Perilaku

Prokastinasi Akademik Melalui Bimbingan Kelompok Role Playing- Assertive Training Siswa SMP N 12 Surakarta

Gunawan Universitas Negeri Semarang

345-350

17. Mengembangkan Sikap

Penerimaan Tanpa Syarat pada Siswa Normal di Sekolah Inklusi

Athia Tamyizatun N, Agit Purwo H.,& Ferisa Prasetyaning U

UN Semarang 351-358

18. Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar

Ilham Khairi Siregar,& Jamila

UMSU 359-363

19. Penggunaan Strategi Informasi Kognitif untuk Membantu Siswa Menentukan Keputusan Karir

Aji Prasetyo Wicaksono

Universitas Negeri Malang

364-369

20. Memaknai Kehidupan Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Remaja

Ebtaniz

Zulwidyaningtyas

Universitas Negeri Malang

370-374

21. Konformitas terhadap Teman Sebaya dengan Perilaku Agresif pada Remaja

(10)

22. Memberdayakan Layanan Bimbingan Dan Konseling: Mengubah Perspektif Untuk Melayani Siswa (Suatu Tinjauan Psikologis)

Muhammad Nur Wangid

Universitas Negeri Yogyakarta

381-388

23. Peran Guru BK di Sekolah dalam Menangani Dampak Psikologis Anak Berkebutuhan Khusus Korban Bullying

Felix Nugroho Universitas Negeri Yogyakarta

389-396

24. Pandangan Orangtua Mengenai Pacaran pada Siswa SMP

Sugiyanto Universitas Negeri Yogyakarta

397- 403

25. Pentingnya landasan psikologi dalam membentuk karakter muda Indonesia

Arista Kiswantoro & Richma Hidayati

Universitas Muria Kudus

404-410

26. Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok

Terhadap Budi Pekerti Siswa Kepada Guru Di SMP Swasta Gotong Royong Kuala Langkat

Ummu Ardhiyah, Anggi Arum Sari,& Devi Trianasari

Universitas Negeri Yogyakarta

411-420

27 Peran Nilai Sosiokultural dalam Bimbingan Kelompok Pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama

Andika Ari Saputra, Priyagung Kukuh Prabowo ,& Ismail Suny

Universitas Negeri Yogyakarta

421-424

28. Tingkat Kejenuhan (Burnout) Belajar Siswa SMA Kota Yogyakarta dan Faktor-Faktor Penyebabnya

Suwarjo & Diana Septi Purnama

Universitas Negeri Yogyakarta

425-431

29. Program Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Mentoring untuk Meningkatkan

Kemampuan Penyesuaian Diri SMA

Sunardi & Nur Mahardika

Universitas Muria Kudus

432-438

30. Konseling Analisis Transaksional dengan Teknik Role Playing untuk Meminimalisasi Bullying di Sekolah Dasar

Puspita Widya Wati Universitas Pendidikan Indonesia

439-444

31. Stop Bullying dengan Sikap Saling Menghargai

Emita Distiana SMP N 15 Kota Pekalongan

445-449

32. Pendidikan Moral Bagi Remaja dan Implikasinya dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling

Budi Astuti Universitas Negeri Yogyakarta

450-458

(11)

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

3 8

33. Pengaruh Media Sosial

terhadap Perkembangan Etika dan Moral pada Generasi Muda

Nurhasanah, Utami Niki Kusaini, &Risma Dina

Universitas Negeri Yogyakarta

459-466

E. Nilai Filosofis

No. Judul Nama Instansi Hal

1. Peran Konselor dalam Menanamkan Nilai Filosofis untuk Membangun Karakter Generasi Muda pada Zaman Postmodern

Ardian Renata Manuardi

Universitas Negeri Malang

467-472

(12)

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

3 9

NILAI-NILAI RELIGIUS TEKS SUKARNO

DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA INDONESIA

Restu Dwi Ariyanto

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri e-mail: restu.d.ariyanto@gmail.com

ABSTRAK

Character is whole picture of human and fully unique of others. Motivation driving the humancharacter can’t be separated from the influence of culture in human beings. Search cultural values is a process of searching character. Meaning and searching parts of Indonesian character values can be done with text analysis.Process interpreting teks using Gadamerian hermeneutic. The data analysis is using part-whole technique. Analysis process by meaning text character values Sukarno (Founding Fathers). Character values that were examined are the values of religious character. Character values religus Sukarno include: believe, tolerance and rationality. The recomendation which is recommending on this research, counselor should be using the result of this research as course of counselee’s ideal character identification.

Keywords: Character, Religious

Karakter adalah gambaran diri manusia secara bulat dan utuh yang membuat unik dari manusia lain. Motivasi penggerak karakter manusia tersebut tidak terlepas dari pengaruh suatu kebudayaan dimana manusia berada. Penelusuran nilai kebudayaan merupakan suatu proses penggalian karakter. Penelusuran dan penggalian butiran-butiran nilai karakter luhur bangsa Indonesia dapat dilakukan dengan analisis teks. Proses penafsiran makna teks dilakukan dengan hermeneutik Gadamerian. Hermeneutik merupakan metode menafsirkan makna teks dengan pola part dan whole. Proses analisis teks dengan mengkaji nilai-nilai karakter Sukarno (Founding Fathers). Nilai-nilai karakter yang dikaji adalah nilai-nilai karakter religius. Butiran pemikiran nilai-nilai karakter religus Sukarno meliputi: keimanan, toleransi dan rasionalitas. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah konselor seyogyanya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan identifikasi karakter ideal konseli.

(13)

4 0

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

1.

PENDAHULUAN

Karakter adalah gambaran diri manusia secara bulat dan utuh yang membuat unik dengan manusia lain. Dapat diartikan bahwa karakter merupakan wujud dari keseluruhan pikiran, perasaan dan perilaku yang dimiliki oleh manusia.

Keseimbangan antara ketiga komponen tersebut akan menciptakan

suatu bentuk

karakter yang ideal. Karakter tersebut diharapkan dapat

muncul pada

manusia Indonesia.

Manusia Indonesia memasuki periode

post-modern

dimana individu butuh kebebasan berekspresi-diri dan rasa aman

dalam menjalani kehidupan sebagai individu.

Melalui tulisan inilah penulis berusaha

menuangkan gagasan

rekonstruktif di tengahpersoalan dinamika

pergeseran nilai-nilai karakter pada generasi saat ini. Krisis identitas pada manusia Indonesia mas ih menjadi permas alahan di dunia pendidikan.

Wacana pendidikan

karakter melalui pendekatan nilai-nilai religius berusaha

(14)

4 1

(15)

4 2

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

sebuah gagasan alternatif yang mungkin layak untuk

dipertimbangkan bersama untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa

2

permanent system

of all

noninstinctual strivings through which man relates himself to the human and natural world” (Fromm, 1973: 226). Hal ini berarti bahwa karakter merupakan sistem permanen

dalam manusia yang

menghubungkan manusia lain dan menghubungkan dengan alam. Fromm (1973: 251-252) menambahkan bahwa “character is the specific structure in which human energy is organized in the pursuit of man’s goals; it motivates behavior according to it’s dominant goals: a person acts “instinctively”. Artinya bahwa faktor insting merupakan

motivasi

penggerak karakter manusia. Motivasi penggerak

karakter manusia tersebut tidak terlepas dari pengaruh suatu kebudayaan dimana manusia berada (Fromm, 1973: 253). Pengaruh kebudayaan akan membuat manusia di satu sisi ia harus berperan sebagai individu yang berbeda dan disisi lain bertindak sesuai kebudayaan tersebut berada. Dalam peristiwa ini Fromm

(1973: 253)

menyebutkan bahwa “Character is a human

phenomenon”. Tipe karakter

menurut Fromm terbagi menjadi dua yaitu berorientasi tidak produktif (nonproductive orientation) dan berorientasi

produktif (productive orientation). Karakter berorientasi nonproduktif

meliputi receptive,

exploitative ,

hoarding dan

marketing

sedangkan karakter produktif meliputi kerja (working), cinta (loving), bernalar (reasoning) (Feist & Feist, 2008: 237-239; Fromm, 1975: 7 pendapat Fromm di atas, definisi berbeda tentang karakter dikemukakan

Berkowitz &Bier

(2004: 73)

sebagaisatu set kompleks

karakteristik

psikologis, dibentuk

sebagian oleh pertumbuhan

kognisi yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sebagai

agen moral.

Dengan demikian, karakter dianggap sebagai kompetensi sosio- moral yang menggabungkan tindakan moral, nilai-nilai moral, kepribadian

moral,emosi moral, penalaran moral, identitas moral, dan karakteristik dasar. Artinya manusia dikatakan memiliki karakter jika ia mampu mengimplementasika n dalam sebuah perilaku.

Dari beberapa definisi para ahli di atas maka dapat ditarik

kesimpulan

bahwa karakter mencakup suatu bentuk kualitas karakteristik

psikologis manusia secara utuh dan permanen yang mencakup aspek kognitif, afektif dan tindakan perilaku sesuai proses adaptif dengan sebuah kebudayaan.

(16)

4 3

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

Pembangu nan Karakter

Nilai-nilai dalam tulisan ini mengkaji

pemikiran religius

dari figur

Sukarno. Menurut hemat penulis, Sukarno- merupakan sosok Foundig Fathers Bangsa Idonesia yang tidak memikirkan dirinya sendiri tetapi bagaimana dapat berkontribusi

banyak untuk membangun Bangsa Indonesia agar terjalin persatuan dan kesatuan bangsa

yang kokoh.

Pemikiran tersebut banyak

mengandung nilai-nilai karakter yang dapat digali serta dimaknai.

Nilai-nilai karakter tersebut terdapat dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya

Cindy Adams

(DT1); buku

Dibawah Bendera Revolusi Jilid I karya Ir. Soekarno (DT2); dan buku Dibawah Bendera Revolusi Jilid II karya Ir. Soekarno (DT3). Karakter ideal manusia Indonesia yang diharapkan meliputi

religius dan nasionalis. Kedua karakter tersebut diharapkan dapat diserap menjadi karakter ideal Manusia Indonesia Sutuhnya (MIS).

2 . 2 . 1 . K e i m a n a n

(17)

4 4

(18)

4 5

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

Salah satu wacana

yang sempat

diutarakan oleh Sukarno adalah sikap percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan tersebut tersaji pada paparan berikut “Aku berdo’a, “Tuhan Yang Maha Penyayang, aku menyerah pada kemauan-Mu. Berilah aku petunjuk.

Tunjukkan bahwa Engkau

beradadisampingk u” (DT1/2001/393/

PA2/ Kal1).

Berdasarkan

paparan teks tersebut maka dapat ditarik

makna bahwa

dalam kepribadian Sukarno terdapat keimanan terhadap Tuhan. Keimanan menggambarkan sebuah kepercayaan manusia terhadap Tuhan.

Keimanan terhadap Tuhan juga berarti yakin akan adanya hari akhir. Sukarno memberikan wacana terkait keimanan pada hari akhir “aku sangat percaya pada akhirat, di hari kemudian setelah ini. Akupun percaya, bahwa setiap saat ada malaikat-malaikat

yang tidak kelihatan dekatku” (DT1/469/

PA1/Kal1). Pada petikan teks tersebut dapat dimaknai bahwa salah satu kecakapan dalam mengilhami

keimanan terhadap

Tuhan dapat

diimplementasika

n dengan

kepercayaan pada hari kiamat. Hasil pemaknaan pada beberapa teks di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek yang dapat diserap dalam religius adalah keimanan. Wujud kepribadian keimanan Sukarno dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal dalam konteks religius.

Pemikiran lain

yang dapat

tercermin dalam kepribadian

Sukarno adalah mengenai konsep keimanan. Kadar keimanan yang ditunjukkan dalam kepribadian Sukarno dapat terlihat pada

petikan teks

dibawah ini.

Di dalam surat-surat itu adalah tergurat sebagian garis percobaannya saya jiwa—dari jiwa yang islamnya hanya raba-raba

saja menjadi jiwa yang Islamnya yakin, dari jiwa yang mengetahui adanya Tuhan, tetapi belum mengenal Tuhan, menjadi jiwa yang sehari- hari berhadapan

dengan DIA, dari jiwa yang banyak falsafat ke—Tuhan —an—tetapi belum mengamalkan ke —Tuhan—annya itu menjadi jiwa sehari-hari

menyembah

kepadanya. Saya wajib

berterimakasih kepada Allah Subhanahu

Wata’ala, yang mengadakan

perbaikan saya punya jiwa yang demikian itu, dan kepada semua orang,— antaranya tidak sedikit kepada tuan—, yang membantu kepada perbaikan itu. Sebagai tanda terimakasih kepada Allah dan kepada manusia itulah saya meluluskan

permintaan tuan akan

mengumumkan saya punya surat- surat itu (DT2/1969/342/ PA/Kal2).

Gambaran kepribadian yang terlihat pada teks di atas adalah proses internalisasi

religius. Terlihat bahwa Sukarno memulai dengan pemahan dasar

agama. Ia

gambarkan sebagai “Islam yang masih diraba-raba”.

Kemudian ia

dihadapkan dengan intensitas

perjumpaan

(19)

4 6

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

implementasi nilai

agama dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa ilmu agama dapat digunakan untuk membantu sesama manusia. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik makna bahwa keimanan dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal.

2 . 2 . 2 . T o l e r a n s i

Di sa m pi ng ke pri ba di a n ke i m a na n terhadap Tuhan Sukarno mendorong manusia Indonesia agar dapat hidup rukun menurut agama masing-masing. Lebih lanjut, Sukarno

memberikan

penjelasan secara gamblang terkait perilaku rukun antar umat beragama. Hal ini dapat terlihat pada petikan teks berikut.

Kita adalah makhluk Allah. Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah adalah buta. Ya, benar kita merencanakan, kita bekerja, kita mengarahkan angan-angan kepada suatu hal diwaktu yang akan datang. Tetapi pada akhirnya, Tuhan pula yang menentukan. Justru karena itulah, maka bagi kita sekarang adalah satu kewajiban untuk senantiasa, memohon pemimpin

(20)

4 7

(21)

4 8

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

“Aku, aku sajalah yang benar, orang lain pasti salah” “Golonganku, partaiku sajalah yang benar, partai lain pasti salah!” orang yang demikian adalah orang yang mutlak-mutlakkan yang sombong, yang Ego sentris, yang eksklusif, orang yang tenggelam dalam

ekstremitet, orang yang tak mungkin dapat menjalankan toleransi orang yang dus samasekali ongenschikt buat demokrasi. Orang yang demikian itu, pada batinnya adalah orang fasis. Orang yang demikian itu akhirnya lupa, bahwa hanya Tuhan sajalah yang memegang kebenaran

atas dapat

dimaknai bahwa

semua agama

mengajarkan

kebaikan pada umatnya sehingga

perlu saling

menghormati dan hidup secara rukun berdampingan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

sikap rukun

termasuk dalam sikap toleransi antar umat bergama. Wujud pribadi toleransi beragama dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal. religius adalah kemampuan berfikir terbuka terhadap perkembangan zaman. Semua umat beragama harus

terbuka wawasan tentang kemajuan ilmu-agama dan ilmu-dunia. Ide tersebut dapat terlihat pada kalimat berikut.

Islam is progress,— islam itu kemajuan, begitulah telah saya tuliskan didalam salah satu surat saya yang terdahulu. Kemajuan

karena fardhu, kemajuan kerena sunnah, tetapi juga kemajuan karena

diluaskan dan dilapangkan oleh jais atau mubah yang lebarnya

melampaui batasnya zaman. Progress berarti barang batu, yang lebih tinggi tingkatannya daripada barang yang terdahulu. Progress berarti pembikinan baru, ciptaan baru, creation baru,—bukan mengulangi barang yang dulu, bukan mengcopy barang yang lama. Didalam politik Islam-pun orang tidak boleh mengcopy saja barang-barang yang lama, tidak boleh mau

mengulangi saja segala sistem-sistemnya zaman “khalifah-khalifah yang besar”. Kenapa orang-orang Islam disini selamanya

menganjurkan political sistem langkahnya zaman yang lebih dari seribu tahun itu peri kemanusiaan mendapatkan sistem- sistem baru yang lebih sempurna, lebih bijaksana, lebih tinggi

tingkatannya daripada dulu? Tidakkah zaman sendiri

menjelmakan menjadi sistim-sistim baru yang cocok dengan keperluannya,— cocok dengan keperluan zaman itu sendiri? Apinya zaman

“khalifah-khalifah yang besar” itu? Ach, lupakan kita, bahwa api ini bukan mereka yang menemukan, bukan mereka yang

(22)

4 9

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

Kalam Allah dan atas dapat dimaknai bahwa

perkembangan pengetahuan Islam

akan selalu

mengalami

kemajuan. Proses perkembangan Islam tidak terlepas

dari peran

perkembangan zaman. Manusia Indonesia

diharapkan dapat lebih selektif dalam

memilih dan

memilah nilai religius mana saja yang cocok dan tidak. Kemampuan selektif dan rasional

akan dapat

mendorong manusia Indonesia

menciptakan suatu tatanan nilai baru yang tetap berpijak pada nilai agama

dan sesuai

diterapkan pada era sekarang. Hal ini digambarkan oleh Sukarno sebagai “creation baru” yang berarti menciptakan hal baru bukan sekadar mencopy nilai lama saja namun

menggunakan rasional pemikiran sebagai alkulturasi Islam.

Maka oleh karena itu, pemuka-pemuka Islam, marilah kita pecahkan pukauan tradisi pikiran yang telah hampir seribu tahun itu sama sekali. Janganlah kita hanya memudakan Islam didalam

ranting-rantingnya saja, tetapi marilah kita permudakannya sampai kedalam galih-galih pokoknya. Merdekakanlah islam dari tradisi fikiran

Ash’ariisme itu sama sekali, kasihlah

lapangan

merdeka kepada Rasionalisme yang lama telah terbuang itu. Marilah kita teruskan

(23)

pahlawan-5 0

(24)

5 1

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

pahlawan

“rethinking of Islam” di negeri asing itu ketengahnya padang

perjuangan islam dinegeri kita. Dengan

kembalinya Rasionalisme sebagai pemimpin pengertian Islam, maka barulah ada harmoni yang sejati antara otak dan hati, antara akal dan

kepercayaan, dengan kembalinya Rasionalisme itu maka

berobahlah sama sekali kita punya outlook, kita punya ideologi, menjadi satu outlook yang merdeka, satu ideologi yang merdeka. Maka islam lantas benar-benar menjadi suatu pertolongan, satu

tempat-pernaungan, satu jalan keluar, dan bukan satu penjara

bahwa dalam

kehidupan b e r a g a m a

m a n u s i a w a j i b

m e m i l i k i

rasionalitas untuk mengkaji nilai-nilai agama. Hal ini dimaksudkan agar manusia dapat mengimplementasi kan nilai agama yang berbenturan dengan

perkembangan zaman.

Menyingkapi

peristiwa tersebut

maka sangat

diperlukan

kecakapan dalam mengkaji nilai- nilai agama yang lama dengan

menambahkan wawasan baru dari ilmu barat. Tujuan penambahan

wawasan ilmu barat agar kajian nilai-nilai agama dapat dipahami secara aplikatif dalam kehidupan di zaman sekarang. Sukarno menanamkan

gerakan rasionalitas dengan ungkapan

“rethinking of Islam”. Ungkapan tersebut

mengandung

makna bahwa

diperlukan pikiran yang terbuka untuk memaknai ideologi agama kolot pada masa lampau agar dapat bersanding dengan

tuntuntan zaman. Sikap rasionalitas akan menciptakan generasi yang

“melek agama” dalam arti yang sebenarnya bukan hanya ikut-ikutan manguk-mangguk

saja tanpa

memaknai sebuah nilai agama.

Sukarno memberikan

gambaran rethinking of Islam dalam salah satu peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Salah satu contoh kecil penerapan

rethinking of islam

dapat terlihat pada wacana berikut.

Pada suatu hari saya punya anjing menjilat air didalam panci di dekat sumur. Saya punya anak Ratna Juami berteriak: “papi, papi, si Ketuk menjilat air didalam panci!” saya menjawab: “Buanglah air itu, dan cucilah panci itu beberapa kali bersih-bersih dengan sabun dan kreolin.”

Ratna termenung sebentar.

Kemudian ia menanya:

“Tidakkah Nabi bersabda, bahwa panci itu mesti dicuci tujuh kali, diantaranya satu kali dengan tanah?”

Saya menjawab: “Ratna, dizaman Nabi belum ada sabun dan kreolin! Nabi waktu itu tidak bisa

memerintahkan orang memakai sabun dan

(25)

5 2

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

kebahagiaan besar.

Maha besar Allah Ta’ala, maha-mulialah Nabi yang ia suruh!

(DT2/1969/490/ PB/ Kal1).

Petikan teks di

atas dapat

dimaknai ba ga i m a na ke pri ba di a n Sukarno da pat mengimplementasi kan nilai agama kolot dengan rasional peristiwa yang sedang terjadi pada masa itu. Kemampuan berfikir rasional tersebut dapat tercermin dengan penggunaan sabun dan kreolin bekas air ludah anjing. Tindakan rasional yang ditunjukkan oleh kepribadian

Sukarno dapat diserap oleh manusia Indonesia. Kepribadian

tersebut mampu membingkai sikap rasional terhadap realita yang sedang terjadi terkait kehidupan

beragama.

Atas dasar alasan itu maka Sukarno

mengharapkan gerakan rethinking of Islam dapat dilaksanakan dalam pendidikan.

Hal ini

dimaksudkan bahwa dengan kemampuan

generasi muda menyerap nilai- nilai

agama dalam

bangku pendidikan

maka akan

menciptakan

manusia yang terbuka

(26)

5 3

(27)

5 4

Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016

Kalau saya boleh mengajukan sedikit Tabel Nilai Religius menurut Sukarno usul : h e ndak l ah di t ambah ban y a k

ny a No Sumber Teks Makna Teks “pengetahuan barat” yang hendak dikasihkan

kepada murid-murid pesantren itu. Umunya

1. DT1/2001/393/PA2/Kal1 Keimanan DT1/469/PA1/Kal1

adalah sangat saya sesalkan, bahwa kita DT2/1969/342/PA/Kal2

punya islam-scholars masih sangat sekali 2. DT3/1969/233-234/PB/ Toleransi

kurang pengetahuan modern-science. Kal1

Walau yang sudah bertitel “mujahid” dan “ulama” sekalipun, banyak sekali yang masih mengecewakan pengetahuannya modern-science. Lihatlah misalnya kita punya majalah-majalah Islam: banyaksekali

3. DT2/1969/489490/PB/ Rasionalitas Kal1

DT2/1969/402/PA/Kal1 DT2/1969/490/PB/Kal1 DT2/1969/335/PB/Kal2

yang kurang kwalitet. Dan jangan tanya lagi bagaimana halnya kita punya kyai-kyai muda! Saya tahu, tuan punya pesantren bukan universitiet, tapi alangkah baiknya kalau toch western science disitu ditambah banyaknya. Demi Allah “Islam science” bukan hanya pengetahuan Qur’an dan Hadits saja; :Islam Science” adalah pengetahuan Qur’an dan Hadits plus pengetahuan umum! Orang tak dapat memahami betul Qur’an dan Hadits, kalau tak berpengetahuan umum (DT2/1969/335/ PB/Kal2).

Berdasarkan keterangan teks di atas maka dapat dimaknai bahwa pentingnya nilai agama bersanding dengan pengetahuan barat. Berbekal pengetahuan barat maka manusia akan dapat mencerna nilai agama yang masih abstrak untuk dipahami. Pengetahuan barat lebih aplikatif dan rasional dalam menjelaskan sebuah fenomena. Hal ini dapat digunakan dalam menjelaskan nilai agama yang masih tertutup oleh tabir. Hasil kajian beberapa teks di atas dapat disimpulkan bahwa

rethinking of islam dapat diserap menjadi sikap keterbukaan. Sikap ini dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal.

Hasil penelusuran nilai karakter religius menurut Sukarno dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi religius menurut Founding Fathers Indonesia (Sukarno) meliputi: keimanan, toleransi antar agama, rasionalitas, dan keimanan.

2.3.Kajian Teoritik Nilai-Nilai Religius Teks Sukarno dalam Pembangunan Karakter

Penelus uran pemaknaan teks nilai-nilai religius dari teks Sukarno meliputi: keimanan, toleransi dan rasionalitas. Berikut kajian secara teoritik dari beberapa butiran nilai religius pemikiran Sukarno. Proses penafsiran makna teks dilakukan dengan menggunakanhermeneutik Gadamerian. Hermeneutik merupakan metode menafsirkan makna teks dengan pola part dan whole. Berikut hasil paparan dukungan teoritik hasil temuan teks nilai-nilai religius Sukarno.

2.3.1. Keimanan

(28)
(29)

to denote “religious” in the experiential,

subjective orientation,

regardless of the conceptual

structure in which the person’s “religiosity” is expressed

(Fromm, 1976: 114). Artinya bahwa bila kita dikatakan sebagai religius maka didasarkan pada orientasi subjektif dan memperhatikan struktur manusia dalam religius yang dimunculkan dalam sebuah tindakan nyata.

Wujud tindakan nyata terlihat dalam bentuk keimanan manusia

pada Tuhan.

Keimanan

mengindikasikan wujud dari sebuah perilaku yang merupakan bentuk dari kepatuhan

pada Tuhan.

Menurut Fromm, keimanan

merupakan salah satu bentuk cinta kepada Tuhan. Fromm

menyebutkan

bahwa “the

religious form of love, that which is called the love of God...it springs from the need to

overcome

seperateness and to achieve union” (1957: 50). Paparan diatas

mengindikasikan

bahwa pola

keimanan

seseorang akan terbentuk dalam

sebuah pola

kebudayaan

tempat ia berada. Pola pembudayaan keimanan terbentuk melalui proses yang panjang dalam diri manusia. Pola pembudayaan keimanan tersebut

lebih jauh

dijelaskan oleh

Fromm pada

paparan berikut.

“in the history of from the begining of the love for God as the helpless

attachment to a mother Goddes, through the obedient outside power, where man has incorporated the principles of love and justice into himself, where he has become one symbolic sense” (1957: 63).

Penjelasan Fromm di atas berarti bahwa pola keimanan tumbuh pada mulanya dalam pola asuh

ibu yang

memosisikan manusia sebagai makhluk tidak

berdaya dan

membutuhkan kasih sayang. Kemudian keimanan

berkembang pada pola asuh ayah yang otoriter membuat anak mendapat nilai

kepatuhan dalam menjalankan ajaran agama. Tahap selanjutnya,

manusia

memasuki fase kedewasaan

(maturity) yang membuat ia mampu berpikir rasional.

Ia mampu

menjadikan Tuhan bagian dalam dirinya dalam setiap aktivitas. Ia menciptakan simbol atau bentuk lain tentang pola keimanan yang dijadikan pedoman

dalam hidup

beragama. Berdasarkan kajian teoretis yang telah dilakukan maka manusia Indonesia dapat lebih memahami

sumber pola

keimanan yang

telah ia

internalisasikan dalam pribadi. Manusia Indonesia

yang telah

memahami makna keimanan maka ia akan lebih mampu untuk meresapi bentuk keimanan terhadap Tuhan. Bentuk keimanan terhadap tuhan merupakan wujud

(30)

dengan seluruh jiwa dan raga.

2 . 3 . 2 .

T o l e r a n s i

Toleransi berasal dari bahasa latin t ol e rant i a ya ng be ra rt i be rt a ha n l a m a ( enduring ), menahankan (

suffering ) , hubungan (bearing) atau meletakkan dengan (putting up with) (Fiala, 2005: 24). Penjabaran tersebut dapat diartikan bahwa toleransi memiliki makna

‘menanggung’ atau ‘daya tahan’. Ahli lain yang mengkaji tentang toleransi berpendapat bahwa “tolerance does not ask us to deaden our emotional responses to others; rather it asks us to restrain the negative

consequences of our negative emotional

responses out of deference to a more universal set of commitments” (Fiala,

2005: 24). Toleransi berarti adanya kecakapan dalam mengontrol emosi.

Toleransi

menurut KBBI (2012) berarti sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan

itu saling

berhubungan

(31)
(32)

tidakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

Berdasarkan penjelasan

beberapa ahli, toleransi senada dengan pemikiran Fromm. Pemikiran Fromm

menjelaskan bahwa toleransi (tolerance)

merupakan aspek positif dalam orientasi karakter pemasaran

(Fromm, 1957: 121). Toleransi berguna dalam menerima dan mengadaptasi nilai-nilai kepercayaan yang berbeda. Hal ini berarti bahwa toleransi merupakan salah satu mode manusia

berhubungan satu sama lain yang memiliki

karakteristik yang berbeda.

Aspek lain dalam toleransi

adalah rasa

menghargai antar sesama manusia sebagai wujud cinta sesama makhluk ciptaan Tuhan.Rasa

menghargai

merupakan bentuk kepedulian

terhadap suatu hal baik objek ataupun subjek. Rasa menghargai yang telah dipaparkan

meliputi

menghargai orang tua, menghargai nama bangsa, menghargai

menghargai alam semesta. Rasa menghargai yang telah dijelaskan tersebut senada dengan pendapat Fesit & Feist (2008: 200)

Biophilic people desire to further all life— the life of people,

animals,plants, ideas, and cultures. They are concerned with the growth and development of themselves as well as others. Biophilic individuals want to influence people through love, reason, and example— not by force (Feist and Fesit, 2008: 200).

Artinya bahwa wujud dari rasa menghargai

merupakan bentuk dari perilaku bipolia (biopolic) yang mengutamakan rasa cinta pada sesama agar dapat

tumbuh dan

berkembang dalam suasana cinta. Fromm

menambahkan

bahwa “the

affirmation of one’s own life, happiness, growth, freedom, is rooted in one’s capacity to love, i.e., in care, respect,

responsibility, and knowledge

(Fromm,

1975: 135). Hal ini dapat disimpulkan bahwa bipolia merupakan aspek hidup produktif yaitu hidup penuh semangat cinta pada sesama.

Toleransi dapat diserap manusia Indonesia

sebagai jalan untuk berhubungan dengan m anusia l ai n denga n di da sarkan pada sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan masing-masing. Manusia Indonesia dapat menerapkan

toleransi dalam hubungan teman

sebaya yang

memiliki perbedaan jenis kelamin, agama maupun latar belakang sosial ekonomi. Toleransi yang

diinternalisasikan dalam pribadi manusia Indonesia akan menciptakan kualitas karakter produktif.

(33)

orientasi karakter produktif (1975: 108). Rasional adalah bagian dari proses berpikir produktif

(productive

thinking) yang meliputi dua aspek

reason dan

intelegence. Aspek

intelegence

adalah alat

manusia untuk mencapai tujuan yang bersifat praksis. Artinya bahwa ia bertujuan menemukan aspek pikiran tentang pengetahuan untuk memanipulasi objek (Fromm, 1975: 108). Fungsi

intelegence

bertujuan untuk “taken for granted and may or may not be rational in themselves

(Fromm, 1957: 108).

Aspek reason

merupakan tahap pemikiran yang

sudah mampu

menjangkau

bernalar dan berpikir (Fromm, 1975: 108). Fungsi

reason adalah “to

know, to

understand, to garsp, to relate onseself to things by comprehending them” (Fromm,

1975: 108).

Penjabaran tersebut dapat disimpulkan

bahwa intelegence

hanya sebatas untuk memanipulasi objek tanpa melakukan analisis mendalam sedangkan reason

mampu menjangkau pemikiran secara kritis. Pernyataan Fromm di atas tentang “productive thinking” sesuai dengan konsep “rasional” yang dipaparkan oleh

Founding Fathers

Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa manusia Indonesia yang religius maka ia mampu berpikir rasional terhadap isu agama yang berkembang.

(34)

pikiran sehingga ia mampu menyimpulkan secara bijak terkait isu agama yang terjadi saat ini.

3. PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religius menurut teks Sukarno tedapat berbagai aspek dimensi. Nilai religius meliputi aspek keimanan, toleransi dan rasional. Nilai tersebut dapat dijadikan bahan reflektif dan analitik untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sehingga generasi muda dapat menyerap dan mengimplementasikan teks pemikiran Sukarno dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

3.2. Saran

Untuk mewujudkan pengembangan karakter generasi muda melalui nilai-nilai religius penulis merekomendasikan hal sebagai berikut. Guru BK seyogyanya dapat menggunakan hasil kajian ini sebagai bahan identifikasi karakter ideal konseli.Selain itu, guru BK diharapkan dapat mengkaji nilai- nilai karakter pada buku-buku mengenai tokoh-tokoh sejarah yang menginspirasi perjuangan bangsa Indonesia seperti H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Moh. Hatta, Gus Dur maupun tek-teks budaya bangsa Indonesia seperti serat budaya.

REFERENSI

Adams, C. 2001. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: PT. Tema Baru.

Berkowitz, M.V & Bier, M.C. 2004. Research Based Character Education. AANALS, AAPSS, January 2004.

Depdiknas. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Feist, J & Feist, G.J. 2008. Theories of

(35)

McGraw-Hill Companies.

Fiala, A. 2004. Tolerance and Ethical Life.

London: Continumm.

Fromm, E. 1955. The Sane Society. New

York: Holt, Rinehart and Winston. Fromm, E. 1957. The Art of Loving. Great Britain: George Allen & Unwin Publishers.

Fromm, E.1973. The Anatomy of Human Destructiveness. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Fromm, E. 1975. Man for himself: An inquiry into the psychology of ethics. New York: Holt, Rinehart andWinston.

Fromm, E. 1976. To Have or to Be. USA: Continuum. Fromm, E. 1997. Cinta, Seksualitas, dan

Matriarki. Terjemahan Pipiet Maizier. 2007. Yogyakarta: Jalasutra.

Hasanah & Sauri, S. 2013. Pendidikan Nilai Akhlak Mulia Dalam Membina Sikap, Perilaku Dan Kepribadian Anak Didik (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 21 Pontianak).Integritas vol. 1 no. 2 April 2013, (online) (http://jurnal.

upi.edu/file/022.pdf), diakses 27 Oktober 2016.

Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter M e n j a w a b T a n t a n g a n K r i s i s Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi Jilid I Cetakan Kedua. Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.

Referensi

Dokumen terkait

Receiver (penerima) merupakan seorang individu, kelompok, atau organisasi yang menerima informasi. Effect merupakan perubahan perilaku dari receiver. interpreting Transmission

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19,

Hal itu dikarenakan algoritma lain memerlukan waktu yang relatif lama untuk dijalankan jika terdapat jumlah predictor dalam jumlah besar untuk digunakan sebagai model,

Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak

Analisa data aktivitas bertanya siswa dapat dilihat aktivitas bertanya siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery learning terlihat

Menurut Conolly dan Begg (Conolly dan Begg 2005, hal1233), data mining adalah suatu proses ekstraksi atau penggalian data dan informasi yang besar, yang belum diketahui

Makalah ini mengusulkan suatu model terintegrasi penjadwalan batch dan penjadwalan perawatan preventif dengan asumsi tidak ada part non conforming dengan kriteria minimasi total

Intervensi prokrastinasi akademik dapat efektif karena pelatihan tersebut mampu membantu responden mengatur kegiatannya melalui rancangan agenda kegiatan, mampu