Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
PROCEEDING
“Penguatan Orientasi Nilai dalam
Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Pengembangan Karakter Generasi Muda
Indonesia“
Diselenggarakan atas kerjasama:
Program Studi S2 Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana
dan
Proceeding
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling
Penguatan Orientasi Nilai Dalam Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pengem- bangan Karakter Generasi Muda Indonesia
ISBN: 978-602-60594-0-6
Editor Ahli:
Prof. Dr. Edi Purwanta, M. Pd. Dr. Muh. Farozin, M. Pd.
Penyunting:
Dr. Suwarjo, M. Si. Fathur Rahman, M. Si. Dr. Budi Astuti, M. Si. Agus Triyanto, M. Pd.
Tim Proceeding:
Nindya Ayu Pristanti, S. Pd. Yocta Nur Rahman, S.Pd. Ruly Ningsih, S.Pd. Ismail Suny, S. Pd. Wahyu Purwadi, S. Pd. Shufiyanti Arfalah, S.Pd.
Penerbit dan redaksi:
Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta
Jalan Colombo Nomor 1 Yogyakarta 55281
Telp. Direktur (0274) 550835, Asdir/TU (0274) 550836 Fax. (0274) 520326 Laman: pps.uny.ac.id, Email: pps@un y .ac.id, kerjasama pasca@yahoo.com
Cetakan pertama, Desember 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia- Nya, Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling telah laksanakan pada Rabu, 23 November
2016 di Ruang Sidang Utama Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta.
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling ini mengangkat tema “Penguatan Orientasi Nilai dalam Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia”.Adapun nilai yang dibahas adalah nilai religius, nilai sosiokultural, nilai paedagogi, nilai psikologis dan nilai filosofis.Seminar Nasional Bimbingan dan Konselingini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran teori dan praktik sebagai wujud penguatan profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia. Selain itu, kegiatan seminar ini juga merupakan upaya universitas dalam melaksanakan salah satu dimensi tridharma perguruan tinggi yaitu penelitian.
Melengkapi kegiatan ini, terkumpul sejumlah makalah artikel prosiding dengan mengangkat tema nilai yang berbeda yang berasal dari mahasiswa, dosen dan praktisi.Besar harapan prosiding ini dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penguatan orientasi nilai bimbingan dan konseling. Semoga hasil seminar ini bermanfaat untuk pendidikan Indonesia ke depannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yogyakarta, 23 November 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...i
Susunan Redaksi ...ii
Kata Pengantar ...iii
Daftar Isi ...iv
Keynote Speaker
No. Judul Nama Instansi Hal
1. Sikap Peduli Kemaslahatan Konselor Sebagai Modal Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia
Dr. Triyono, M.Pd Universitas Negeri Malang
1-10
2. Penguatan Nilai-Nilai Filosofis dan Pedagogis Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia
Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd
Universitas Negeri Medan
11-18
A. Nilai Religius
No. Judul Nama Instansi Hal
1 Peran Konselor dalam Menerapkan Nilai Religius dan Dekandensi Moral untuk Meningkatkan Karakter Generasi Muda Bagi Siswa SMA
Veno Dwi Krisnanda Universitas Negeri Malang
19-24
2. Penerapan Nilai Religius dalam Bimbingan dan Konseling
Halimattussakdiah Universitas Negeri Malang
25-32
3. Penanaman Nilai Religius dalam Bimbingan Konseling untuk Mereduksi Kecemasan Siswa Kelas XII
May Dana Izati Universitas Negeri Malang
33-37
4. Nilai-Nilai Religius Teks Sukarno dalam Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia
Restu Dwi Ariyanto Universitas Nusantara PGRI Kediri
38-46
5 Peran Bimbingan dan
Konseling dalam Implementasi
Tarbiyah Project untuk Meningkatkan Religiusitas Siswa
Caraka Putra Bhakti, Fuad Aminur Rahman,& Cecep Maulana
Universitas Ahmad Dahlan
47-56
6 Peran Konselor dalam Penguatan Nilai dan Moral Guna Membentuk Generasi yang Religius
Muhammad Nikman Naser
Universitas Negeri Malang
57-63
7 Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia
Chusnul Maulidyah E A
Universitas Negeri Malang
64-73
8 Pemberian Layanan Bimbingan dan Kosneling di Sekolah Berbasis Nilai-Nilai Religius Sebagai Upaya Membangun Generasi Berkarakter
Aditya Tribana Wira, Yovian YustikoPrasetya, &Yansen Alberth Reba
Universitas Negeri Yogyakarta
74-80
9 Implikasi Pemikiran Al-Ghazali dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Nurlaila Qadriah Yunan
Universitas Negeri Malang
81-86
10 Kaidah agama dalam mendorong perkembangan sikap remaja
Liya Husna Risqiyani,
Nurlatifah Alauddin, Ratna Fitriyani
Universitas Negeri Yogyakarta
87-94
11 Penguatan Orientasi Nilai Religius Dalam Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia
Yusuf Hasan Baharudin
Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali Cilacap
95-100
B. Nilai Sosiokultural
No. Judul Nama Instansi Hal
1 "Perjumpaan Budaya"
(Arah dan Tantangan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Sosiokultural)
Ruly Ningsih Desy Wismasari
Universitas Negeri Yogyakarta
101-109
2. Integrasi Nilai-Nilai Budaya Hibualamo dalam Bimbingan Kelompok
Jerizal Petrus Universitas Negeri Semarang
110-124
3. Kerangka Konseptual
Konseling Multibudaya dalam Upaya Membina Generasi yang Berkarakter
Mirza Irawan dan Nani Barorah
Universitas Negeri Medan
125-132
4. Socio-Cultural Values in Guidance and Counseling as Character Development Efforts Young Generation to Face Globalization
Lue Sudiyono IKIP PGRI Wates 133-142
5 Nilai-Nilai Sosiokultural Perjuangan Nyi Ageng Serang dalam Upaya Pengembangan Karakter Rela Berkorban dan Cinta Tanah Air Siswa Kelas IV
Faridl Musyadad, Atika Dwi Evitasari Anita Dewi Astuti
IKIP PGRI Wates 143-151
6 Peningkatan Kompetensi Konselor Lintas Budaya dalam Memfasilitasi Pengembangan Karakter Generasi Muda
Arif Budi Santoso Universitas Negeri Malang
152-160
7. Implikasi Nilai Sosiokultural dalam Penguatan Multicultural Competencies Counseling
Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Peserta Didik
Mawardi Djamaluddin
Universitas Negeri Malang
161-167
8 Peranan Budaya Panji dalam Pengembangan Karakter
Santy Andrianie Universitas Nusantara PGRI Kediri
168-174
9 Bimbingan dan Konseling Berbasis Kearifan Lokal untuk Mengembangkan Karakter Muda Indonesia
Indah Lestari &Santoso
Universitas Muria Kudus
175-179
10 Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Budaya Gorontalo
Wenny Hulukati & Maryam Rahim
Universitas Negeri Gorontalo
180-185
11 Kompetensi Multikultural Konselor dalam Meningkatkan Jiwa Nasionalisme Generasi Muda
Nindya Ayu Pristanti, Hartono, &Yocta Nur Rahman
Universitas Negeri Yogyakarta
186-197
C. Nilai Pedagogis
No. Judul Nama Instansi Hal
1 Bimbingan dan Konseling untuk Semua Siswa
Rini Setiawati Universitas Pendidikan Indonesia
198-207
2. Model Pembinaan dan
Pengembangan Kepala Sekolah
Agus Munadlir IKIP PGRI Wates 208-214
3. Pengembangan Layanan Informasi Belajar Berbantuan Multimedia Untuk
Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa
Awik Hidayati Bimbingan dan Konseling-Univet Bantara Sukoharjo
215-222
4. Analisis Faktor Lingkungan Sosial dalam Layanan Bimbigan dan Konseling
Fathur Rahman Universitas Negeri Yogyakarta
223-229
D. Nilai Psikologis
No. Judul Nama Instansi Hal
1 Implikasi dan Konstruk Teori Penyusunan Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis pada Remaja
Lucky Nindi Riandika Marfu’i
Universitas Pendidikan Indonesia
230-236
2. Pentingnya Sebuah Pelatihan untuk Meningkatkan Empati Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
I Made Sony Gunawan
IKIP Mataram 237-244
3. Peran Konselor
Mengembangkan Nilai-Nilai Karakter Calon konselor Sebaya dalam Perspektif Psikologis
Adinuringtyas Herfi Rahmawati. &Dhanang Suwidagdo
Universitas Negeri Yogyakarta
245-251
4. Pengaruh Konseling Kelompok Teman Sebaya Menggunakan Teknik Realita terhadap Konsep Diri Mahasiswa Universitas Negeri Medan
Zuraida Lubis & Lailian Khairiyah
Universitas Negeri Medan
252-259
5. Bimbingan Dan Konseling Sebagai Self -Service dalam Perkembangan Psikologis untuk Membangun Karakter Siswa
Firstalenda Susgaleni
Universitas Negeri Malang
260-265
6. Konseling Klinis Dengan Menggunakan Pendekatan Analisis Transaksional Bagi Individu Yang Memiliki Gangguan Mental Pada Guru Sekolah Minggu
Hkbp Jakasampurna
Renatha Ernawati Universitas Kristen Indonesia
266-273
7. Penggunaan Nilai Individual dalam Pengembangan Diri (dalam Pekerjaan dan Karir) Sebagai Strategi Intervensi Karir yang Menjanjikan
Ledyana Dwi Mei Situngkir
San Putra
Mia Audina Ananda
Universitas Negeri Yogyakarta
274-278
8. Karakteristik Ideal Konselor yang Mengedepankan Nilai Psikologis dalam Membentuk Karakter Konseli
Eni
Rahmawatiningtyas
Universitas Negeri Malang
279-286
9. Peran Serta Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Pendidikan Karakter
Ronny Gunawan Universitas Kristen Indonesia,
287-291
10. Perbedaan Interaksi Sosial Peserta Didik Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler
Sulistyo Widya Nugraha
Universitas Negeri Malang
292-301
11 Strategi Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Keterampilan Menetapkan Tujuan Akademik Siswa
Dwi Noviana Komsi Universitas Negeri Malang
303-310
12 Peran Konselor dalam
Mengembangkan Pendidikan Karakter Siswa Melalui
Layanan Bimbingan Kelompok
Baiq Lina Astini Rahayu
Universitas Negeri Malang
311-321
13 Pentingnya Pemberian Pelayanan Informasi dalam Peminatan untuk Siswa SMA
Wulida Firdausu Ahla
Universitas Negeri Malang
322-329
14 Ugensi Bimbingan Konseling Dalam Pembentukan Karakter Dan Kepribadian Siswa SMP di Kota Banjarmasin
Kasypul Anwar, Irhamni
Universitas Islam Kalimantan
330-336
15. Menumbuhkan Kesadaran Siswa
Terhadap Bahaya Merokok Melalui Konseling Kelompok Realita
Agus Zaqi Firmansyah
Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
337-344
16. Mengurangi Perilaku
Prokastinasi Akademik Melalui Bimbingan Kelompok Role Playing- Assertive Training Siswa SMP N 12 Surakarta
Gunawan Universitas Negeri Semarang
345-350
17. Mengembangkan Sikap
Penerimaan Tanpa Syarat pada Siswa Normal di Sekolah Inklusi
Athia Tamyizatun N, Agit Purwo H.,& Ferisa Prasetyaning U
UN Semarang 351-358
18. Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar
Ilham Khairi Siregar,& Jamila
UMSU 359-363
19. Penggunaan Strategi Informasi Kognitif untuk Membantu Siswa Menentukan Keputusan Karir
Aji Prasetyo Wicaksono
Universitas Negeri Malang
364-369
20. Memaknai Kehidupan Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Remaja
Ebtaniz
Zulwidyaningtyas
Universitas Negeri Malang
370-374
21. Konformitas terhadap Teman Sebaya dengan Perilaku Agresif pada Remaja
22. Memberdayakan Layanan Bimbingan Dan Konseling: Mengubah Perspektif Untuk Melayani Siswa (Suatu Tinjauan Psikologis)
Muhammad Nur Wangid
Universitas Negeri Yogyakarta
381-388
23. Peran Guru BK di Sekolah dalam Menangani Dampak Psikologis Anak Berkebutuhan Khusus Korban Bullying
Felix Nugroho Universitas Negeri Yogyakarta
389-396
24. Pandangan Orangtua Mengenai Pacaran pada Siswa SMP
Sugiyanto Universitas Negeri Yogyakarta
397- 403
25. Pentingnya landasan psikologi dalam membentuk karakter muda Indonesia
Arista Kiswantoro & Richma Hidayati
Universitas Muria Kudus
404-410
26. Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok
Terhadap Budi Pekerti Siswa Kepada Guru Di SMP Swasta Gotong Royong Kuala Langkat
Ummu Ardhiyah, Anggi Arum Sari,& Devi Trianasari
Universitas Negeri Yogyakarta
411-420
27 Peran Nilai Sosiokultural dalam Bimbingan Kelompok Pada Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama
Andika Ari Saputra, Priyagung Kukuh Prabowo ,& Ismail Suny
Universitas Negeri Yogyakarta
421-424
28. Tingkat Kejenuhan (Burnout) Belajar Siswa SMA Kota Yogyakarta dan Faktor-Faktor Penyebabnya
Suwarjo & Diana Septi Purnama
Universitas Negeri Yogyakarta
425-431
29. Program Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Mentoring untuk Meningkatkan
Kemampuan Penyesuaian Diri SMA
Sunardi & Nur Mahardika
Universitas Muria Kudus
432-438
30. Konseling Analisis Transaksional dengan Teknik Role Playing untuk Meminimalisasi Bullying di Sekolah Dasar
Puspita Widya Wati Universitas Pendidikan Indonesia
439-444
31. Stop Bullying dengan Sikap Saling Menghargai
Emita Distiana SMP N 15 Kota Pekalongan
445-449
32. Pendidikan Moral Bagi Remaja dan Implikasinya dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling
Budi Astuti Universitas Negeri Yogyakarta
450-458
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
3 8
33. Pengaruh Media Sosial
terhadap Perkembangan Etika dan Moral pada Generasi Muda
Nurhasanah, Utami Niki Kusaini, &Risma Dina
Universitas Negeri Yogyakarta
459-466
E. Nilai Filosofis
No. Judul Nama Instansi Hal
1. Peran Konselor dalam Menanamkan Nilai Filosofis untuk Membangun Karakter Generasi Muda pada Zaman Postmodern
Ardian Renata Manuardi
Universitas Negeri Malang
467-472
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
3 9
NILAI-NILAI RELIGIUS TEKS SUKARNO
DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA INDONESIA
Restu Dwi Ariyanto
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri e-mail: restu.d.ariyanto@gmail.com
ABSTRAK
Character is whole picture of human and fully unique of others. Motivation driving the humancharacter can’t be separated from the influence of culture in human beings. Search cultural values is a process of searching character. Meaning and searching parts of Indonesian character values can be done with text analysis.Process interpreting teks using Gadamerian hermeneutic. The data analysis is using part-whole technique. Analysis process by meaning text character values Sukarno (Founding Fathers). Character values that were examined are the values of religious character. Character values religus Sukarno include: believe, tolerance and rationality. The recomendation which is recommending on this research, counselor should be using the result of this research as course of counselee’s ideal character identification.
Keywords: Character, Religious
Karakter adalah gambaran diri manusia secara bulat dan utuh yang membuat unik dari manusia lain. Motivasi penggerak karakter manusia tersebut tidak terlepas dari pengaruh suatu kebudayaan dimana manusia berada. Penelusuran nilai kebudayaan merupakan suatu proses penggalian karakter. Penelusuran dan penggalian butiran-butiran nilai karakter luhur bangsa Indonesia dapat dilakukan dengan analisis teks. Proses penafsiran makna teks dilakukan dengan hermeneutik Gadamerian. Hermeneutik merupakan metode menafsirkan makna teks dengan pola part dan whole. Proses analisis teks dengan mengkaji nilai-nilai karakter Sukarno (Founding Fathers). Nilai-nilai karakter yang dikaji adalah nilai-nilai karakter religius. Butiran pemikiran nilai-nilai karakter religus Sukarno meliputi: keimanan, toleransi dan rasionalitas. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah konselor seyogyanya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan identifikasi karakter ideal konseli.
4 0
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
1.
PENDAHULUAN
Karakter adalah gambaran diri manusia secara bulat dan utuh yang membuat unik dengan manusia lain. Dapat diartikan bahwa karakter merupakan wujud dari keseluruhan pikiran, perasaan dan perilaku yang dimiliki oleh manusia.
Keseimbangan antara ketiga komponen tersebut akan menciptakan
suatu bentuk
karakter yang ideal. Karakter tersebut diharapkan dapat
muncul pada
manusia Indonesia.
Manusia Indonesia memasuki periode
post-modern
dimana individu butuh kebebasan berekspresi-diri dan rasa aman
dalam menjalani kehidupan sebagai individu.
Melalui tulisan inilah penulis berusaha
menuangkan gagasan
rekonstruktif di tengahpersoalan dinamika
pergeseran nilai-nilai karakter pada generasi saat ini. Krisis identitas pada manusia Indonesia mas ih menjadi permas alahan di dunia pendidikan.
Wacana pendidikan
karakter melalui pendekatan nilai-nilai religius berusaha
4 1
4 2
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
sebuah gagasan alternatif yang mungkin layak untuk
dipertimbangkan bersama untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
2
permanent system
of all
noninstinctual strivings through which man relates himself to the human and natural world” (Fromm, 1973: 226). Hal ini berarti bahwa karakter merupakan sistem permanen
dalam manusia yang
menghubungkan manusia lain dan menghubungkan dengan alam. Fromm (1973: 251-252) menambahkan bahwa “character is the specific structure in which human energy is organized in the pursuit of man’s goals; it motivates behavior according to it’s dominant goals: a person acts “instinctively”. Artinya bahwa faktor insting merupakan
motivasi
penggerak karakter manusia. Motivasi penggerak
karakter manusia tersebut tidak terlepas dari pengaruh suatu kebudayaan dimana manusia berada (Fromm, 1973: 253). Pengaruh kebudayaan akan membuat manusia di satu sisi ia harus berperan sebagai individu yang berbeda dan disisi lain bertindak sesuai kebudayaan tersebut berada. Dalam peristiwa ini Fromm
(1973: 253)
menyebutkan bahwa “Character is a human
phenomenon”. Tipe karakter
menurut Fromm terbagi menjadi dua yaitu berorientasi tidak produktif (nonproductive orientation) dan berorientasi
produktif (productive orientation). Karakter berorientasi nonproduktif
meliputi receptive,
exploitative ,
hoarding dan
marketing
sedangkan karakter produktif meliputi kerja (working), cinta (loving), bernalar (reasoning) (Feist & Feist, 2008: 237-239; Fromm, 1975: 7 pendapat Fromm di atas, definisi berbeda tentang karakter dikemukakan
Berkowitz &Bier
(2004: 73)
sebagaisatu set kompleks
karakteristik
psikologis, dibentuk
sebagian oleh pertumbuhan
kognisi yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sebagai
agen moral.
Dengan demikian, karakter dianggap sebagai kompetensi sosio- moral yang menggabungkan tindakan moral, nilai-nilai moral, kepribadian
moral,emosi moral, penalaran moral, identitas moral, dan karakteristik dasar. Artinya manusia dikatakan memiliki karakter jika ia mampu mengimplementasika n dalam sebuah perilaku.
Dari beberapa definisi para ahli di atas maka dapat ditarik
kesimpulan
bahwa karakter mencakup suatu bentuk kualitas karakteristik
psikologis manusia secara utuh dan permanen yang mencakup aspek kognitif, afektif dan tindakan perilaku sesuai proses adaptif dengan sebuah kebudayaan.
4 3
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
Pembangu nan Karakter
Nilai-nilai dalam tulisan ini mengkaji
pemikiran religius
dari figur
Sukarno. Menurut hemat penulis, Sukarno- merupakan sosok Foundig Fathers Bangsa Idonesia yang tidak memikirkan dirinya sendiri tetapi bagaimana dapat berkontribusi
banyak untuk membangun Bangsa Indonesia agar terjalin persatuan dan kesatuan bangsa
yang kokoh.
Pemikiran tersebut banyak
mengandung nilai-nilai karakter yang dapat digali serta dimaknai.
Nilai-nilai karakter tersebut terdapat dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya
Cindy Adams
(DT1); buku
Dibawah Bendera Revolusi Jilid I karya Ir. Soekarno (DT2); dan buku Dibawah Bendera Revolusi Jilid II karya Ir. Soekarno (DT3). Karakter ideal manusia Indonesia yang diharapkan meliputi
religius dan nasionalis. Kedua karakter tersebut diharapkan dapat diserap menjadi karakter ideal Manusia Indonesia Sutuhnya (MIS).
2 . 2 . 1 . K e i m a n a n
4 4
4 5
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
Salah satu wacana
yang sempat
diutarakan oleh Sukarno adalah sikap percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan tersebut tersaji pada paparan berikut “Aku berdo’a, “Tuhan Yang Maha Penyayang, aku menyerah pada kemauan-Mu. Berilah aku petunjuk.
Tunjukkan bahwa Engkau
beradadisampingk u” (DT1/2001/393/
PA2/ Kal1).
Berdasarkan
paparan teks tersebut maka dapat ditarik
makna bahwa
dalam kepribadian Sukarno terdapat keimanan terhadap Tuhan. Keimanan menggambarkan sebuah kepercayaan manusia terhadap Tuhan.
Keimanan terhadap Tuhan juga berarti yakin akan adanya hari akhir. Sukarno memberikan wacana terkait keimanan pada hari akhir “aku sangat percaya pada akhirat, di hari kemudian setelah ini. Akupun percaya, bahwa setiap saat ada malaikat-malaikat
yang tidak kelihatan dekatku” (DT1/469/
PA1/Kal1). Pada petikan teks tersebut dapat dimaknai bahwa salah satu kecakapan dalam mengilhami
keimanan terhadap
Tuhan dapat
diimplementasika
n dengan
kepercayaan pada hari kiamat. Hasil pemaknaan pada beberapa teks di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu aspek yang dapat diserap dalam religius adalah keimanan. Wujud kepribadian keimanan Sukarno dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal dalam konteks religius.
Pemikiran lain
yang dapat
tercermin dalam kepribadian
Sukarno adalah mengenai konsep keimanan. Kadar keimanan yang ditunjukkan dalam kepribadian Sukarno dapat terlihat pada
petikan teks
dibawah ini.
Di dalam surat-surat itu adalah tergurat sebagian garis percobaannya saya jiwa—dari jiwa yang islamnya hanya raba-raba
saja menjadi jiwa yang Islamnya yakin, dari jiwa yang mengetahui adanya Tuhan, tetapi belum mengenal Tuhan, menjadi jiwa yang sehari- hari berhadapan
dengan DIA, dari jiwa yang banyak falsafat ke—Tuhan —an—tetapi belum mengamalkan ke —Tuhan—annya itu menjadi jiwa sehari-hari
menyembah
kepadanya. Saya wajib
berterimakasih kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, yang mengadakan
perbaikan saya punya jiwa yang demikian itu, dan kepada semua orang,— antaranya tidak sedikit kepada tuan—, yang membantu kepada perbaikan itu. Sebagai tanda terimakasih kepada Allah dan kepada manusia itulah saya meluluskan
permintaan tuan akan
mengumumkan saya punya surat- surat itu (DT2/1969/342/ PA/Kal2).
Gambaran kepribadian yang terlihat pada teks di atas adalah proses internalisasi
religius. Terlihat bahwa Sukarno memulai dengan pemahan dasar
agama. Ia
gambarkan sebagai “Islam yang masih diraba-raba”.
Kemudian ia
dihadapkan dengan intensitas
perjumpaan
4 6
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
implementasi nilai
agama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa ilmu agama dapat digunakan untuk membantu sesama manusia. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditarik makna bahwa keimanan dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal.
2 . 2 . 2 . T o l e r a n s i
Di sa m pi ng ke pri ba di a n ke i m a na n terhadap Tuhan Sukarno mendorong manusia Indonesia agar dapat hidup rukun menurut agama masing-masing. Lebih lanjut, Sukarno
memberikan
penjelasan secara gamblang terkait perilaku rukun antar umat beragama. Hal ini dapat terlihat pada petikan teks berikut.
Kita adalah makhluk Allah. Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah adalah buta. Ya, benar kita merencanakan, kita bekerja, kita mengarahkan angan-angan kepada suatu hal diwaktu yang akan datang. Tetapi pada akhirnya, Tuhan pula yang menentukan. Justru karena itulah, maka bagi kita sekarang adalah satu kewajiban untuk senantiasa, memohon pemimpin
4 7
4 8
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
“Aku, aku sajalah yang benar, orang lain pasti salah” “Golonganku, partaiku sajalah yang benar, partai lain pasti salah!” orang yang demikian adalah orang yang mutlak-mutlakkan yang sombong, yang Ego sentris, yang eksklusif, orang yang tenggelam dalam
ekstremitet, orang yang tak mungkin dapat menjalankan toleransi orang yang dus samasekali ongenschikt buat demokrasi. Orang yang demikian itu, pada batinnya adalah orang fasis. Orang yang demikian itu akhirnya lupa, bahwa hanya Tuhan sajalah yang memegang kebenaran
atas dapat
dimaknai bahwa
semua agama
mengajarkan
kebaikan pada umatnya sehingga
perlu saling
menghormati dan hidup secara rukun berdampingan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
sikap rukun
termasuk dalam sikap toleransi antar umat bergama. Wujud pribadi toleransi beragama dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal. religius adalah kemampuan berfikir terbuka terhadap perkembangan zaman. Semua umat beragama harus
terbuka wawasan tentang kemajuan ilmu-agama dan ilmu-dunia. Ide tersebut dapat terlihat pada kalimat berikut.
Islam is progress,— islam itu kemajuan, begitulah telah saya tuliskan didalam salah satu surat saya yang terdahulu. Kemajuan
karena fardhu, kemajuan kerena sunnah, tetapi juga kemajuan karena
diluaskan dan dilapangkan oleh jais atau mubah yang lebarnya
melampaui batasnya zaman. Progress berarti barang batu, yang lebih tinggi tingkatannya daripada barang yang terdahulu. Progress berarti pembikinan baru, ciptaan baru, creation baru,—bukan mengulangi barang yang dulu, bukan mengcopy barang yang lama. Didalam politik Islam-pun orang tidak boleh mengcopy saja barang-barang yang lama, tidak boleh mau
mengulangi saja segala sistem-sistemnya zaman “khalifah-khalifah yang besar”. Kenapa orang-orang Islam disini selamanya
menganjurkan political sistem langkahnya zaman yang lebih dari seribu tahun itu peri kemanusiaan mendapatkan sistem- sistem baru yang lebih sempurna, lebih bijaksana, lebih tinggi
tingkatannya daripada dulu? Tidakkah zaman sendiri
menjelmakan menjadi sistim-sistim baru yang cocok dengan keperluannya,— cocok dengan keperluan zaman itu sendiri? Apinya zaman
“khalifah-khalifah yang besar” itu? Ach, lupakan kita, bahwa api ini bukan mereka yang menemukan, bukan mereka yang
4 9
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
Kalam Allah dan atas dapat dimaknai bahwa
perkembangan pengetahuan Islam
akan selalu
mengalami
kemajuan. Proses perkembangan Islam tidak terlepas
dari peran
perkembangan zaman. Manusia Indonesia
diharapkan dapat lebih selektif dalam
memilih dan
memilah nilai religius mana saja yang cocok dan tidak. Kemampuan selektif dan rasional
akan dapat
mendorong manusia Indonesia
menciptakan suatu tatanan nilai baru yang tetap berpijak pada nilai agama
dan sesuai
diterapkan pada era sekarang. Hal ini digambarkan oleh Sukarno sebagai “creation baru” yang berarti menciptakan hal baru bukan sekadar mencopy nilai lama saja namun
menggunakan rasional pemikiran sebagai alkulturasi Islam.
Maka oleh karena itu, pemuka-pemuka Islam, marilah kita pecahkan pukauan tradisi pikiran yang telah hampir seribu tahun itu sama sekali. Janganlah kita hanya memudakan Islam didalam
ranting-rantingnya saja, tetapi marilah kita permudakannya sampai kedalam galih-galih pokoknya. Merdekakanlah islam dari tradisi fikiran
Ash’ariisme itu sama sekali, kasihlah
lapangan
merdeka kepada Rasionalisme yang lama telah terbuang itu. Marilah kita teruskan
pahlawan-5 0
5 1
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
pahlawan
“rethinking of Islam” di negeri asing itu ketengahnya padang
perjuangan islam dinegeri kita. Dengan
kembalinya Rasionalisme sebagai pemimpin pengertian Islam, maka barulah ada harmoni yang sejati antara otak dan hati, antara akal dan
kepercayaan, dengan kembalinya Rasionalisme itu maka
berobahlah sama sekali kita punya outlook, kita punya ideologi, menjadi satu outlook yang merdeka, satu ideologi yang merdeka. Maka islam lantas benar-benar menjadi suatu pertolongan, satu
tempat-pernaungan, satu jalan keluar, dan bukan satu penjara
bahwa dalam
kehidupan b e r a g a m a
m a n u s i a w a j i b
m e m i l i k i
rasionalitas untuk mengkaji nilai-nilai agama. Hal ini dimaksudkan agar manusia dapat mengimplementasi kan nilai agama yang berbenturan dengan
perkembangan zaman.
Menyingkapi
peristiwa tersebut
maka sangat
diperlukan
kecakapan dalam mengkaji nilai- nilai agama yang lama dengan
menambahkan wawasan baru dari ilmu barat. Tujuan penambahan
wawasan ilmu barat agar kajian nilai-nilai agama dapat dipahami secara aplikatif dalam kehidupan di zaman sekarang. Sukarno menanamkan
gerakan rasionalitas dengan ungkapan
“rethinking of Islam”. Ungkapan tersebut
mengandung
makna bahwa
diperlukan pikiran yang terbuka untuk memaknai ideologi agama kolot pada masa lampau agar dapat bersanding dengan
tuntuntan zaman. Sikap rasionalitas akan menciptakan generasi yang
“melek agama” dalam arti yang sebenarnya bukan hanya ikut-ikutan manguk-mangguk
saja tanpa
memaknai sebuah nilai agama.
Sukarno memberikan
gambaran rethinking of Islam dalam salah satu peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Salah satu contoh kecil penerapan
rethinking of islam
dapat terlihat pada wacana berikut.
Pada suatu hari saya punya anjing menjilat air didalam panci di dekat sumur. Saya punya anak Ratna Juami berteriak: “papi, papi, si Ketuk menjilat air didalam panci!” saya menjawab: “Buanglah air itu, dan cucilah panci itu beberapa kali bersih-bersih dengan sabun dan kreolin.”
Ratna termenung sebentar.
Kemudian ia menanya:
“Tidakkah Nabi bersabda, bahwa panci itu mesti dicuci tujuh kali, diantaranya satu kali dengan tanah?”
Saya menjawab: “Ratna, dizaman Nabi belum ada sabun dan kreolin! Nabi waktu itu tidak bisa
memerintahkan orang memakai sabun dan
5 2
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
kebahagiaan besar.
Maha besar Allah Ta’ala, maha-mulialah Nabi yang ia suruh!
(DT2/1969/490/ PB/ Kal1).
Petikan teks di
atas dapat
dimaknai ba ga i m a na ke pri ba di a n Sukarno da pat mengimplementasi kan nilai agama kolot dengan rasional peristiwa yang sedang terjadi pada masa itu. Kemampuan berfikir rasional tersebut dapat tercermin dengan penggunaan sabun dan kreolin bekas air ludah anjing. Tindakan rasional yang ditunjukkan oleh kepribadian
Sukarno dapat diserap oleh manusia Indonesia. Kepribadian
tersebut mampu membingkai sikap rasional terhadap realita yang sedang terjadi terkait kehidupan
beragama.
Atas dasar alasan itu maka Sukarno
mengharapkan gerakan rethinking of Islam dapat dilaksanakan dalam pendidikan.
Hal ini
dimaksudkan bahwa dengan kemampuan
generasi muda menyerap nilai- nilai
agama dalam
bangku pendidikan
maka akan
menciptakan
manusia yang terbuka
5 3
5 4
Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Tahun 2016
Kalau saya boleh mengajukan sedikit Tabel Nilai Religius menurut Sukarno usul : h e ndak l ah di t ambah ban y a k
ny a No Sumber Teks Makna Teks “pengetahuan barat” yang hendak dikasihkan
kepada murid-murid pesantren itu. Umunya
1. DT1/2001/393/PA2/Kal1 Keimanan DT1/469/PA1/Kal1
adalah sangat saya sesalkan, bahwa kita DT2/1969/342/PA/Kal2
punya islam-scholars masih sangat sekali 2. DT3/1969/233-234/PB/ Toleransi
kurang pengetahuan modern-science. Kal1
Walau yang sudah bertitel “mujahid” dan “ulama” sekalipun, banyak sekali yang masih mengecewakan pengetahuannya modern-science. Lihatlah misalnya kita punya majalah-majalah Islam: banyaksekali
3. DT2/1969/489490/PB/ Rasionalitas Kal1
DT2/1969/402/PA/Kal1 DT2/1969/490/PB/Kal1 DT2/1969/335/PB/Kal2
yang kurang kwalitet. Dan jangan tanya lagi bagaimana halnya kita punya kyai-kyai muda! Saya tahu, tuan punya pesantren bukan universitiet, tapi alangkah baiknya kalau toch western science disitu ditambah banyaknya. Demi Allah “Islam science” bukan hanya pengetahuan Qur’an dan Hadits saja; :Islam Science” adalah pengetahuan Qur’an dan Hadits plus pengetahuan umum! Orang tak dapat memahami betul Qur’an dan Hadits, kalau tak berpengetahuan umum (DT2/1969/335/ PB/Kal2).
Berdasarkan keterangan teks di atas maka dapat dimaknai bahwa pentingnya nilai agama bersanding dengan pengetahuan barat. Berbekal pengetahuan barat maka manusia akan dapat mencerna nilai agama yang masih abstrak untuk dipahami. Pengetahuan barat lebih aplikatif dan rasional dalam menjelaskan sebuah fenomena. Hal ini dapat digunakan dalam menjelaskan nilai agama yang masih tertutup oleh tabir. Hasil kajian beberapa teks di atas dapat disimpulkan bahwa
rethinking of islam dapat diserap menjadi sikap keterbukaan. Sikap ini dapat diserap oleh manusia Indonesia sebagai karakter ideal.
Hasil penelusuran nilai karakter religius menurut Sukarno dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi religius menurut Founding Fathers Indonesia (Sukarno) meliputi: keimanan, toleransi antar agama, rasionalitas, dan keimanan.
2.3.Kajian Teoritik Nilai-Nilai Religius Teks Sukarno dalam Pembangunan Karakter
Penelus uran pemaknaan teks nilai-nilai religius dari teks Sukarno meliputi: keimanan, toleransi dan rasionalitas. Berikut kajian secara teoritik dari beberapa butiran nilai religius pemikiran Sukarno. Proses penafsiran makna teks dilakukan dengan menggunakanhermeneutik Gadamerian. Hermeneutik merupakan metode menafsirkan makna teks dengan pola part dan whole. Berikut hasil paparan dukungan teoritik hasil temuan teks nilai-nilai religius Sukarno.
2.3.1. Keimanan
to denote “religious” in the experiential,
subjective orientation,
regardless of the conceptual
structure in which the person’s “religiosity” is expressed”
(Fromm, 1976: 114). Artinya bahwa bila kita dikatakan sebagai religius maka didasarkan pada orientasi subjektif dan memperhatikan struktur manusia dalam religius yang dimunculkan dalam sebuah tindakan nyata.
Wujud tindakan nyata terlihat dalam bentuk keimanan manusia
pada Tuhan.
Keimanan
mengindikasikan wujud dari sebuah perilaku yang merupakan bentuk dari kepatuhan
pada Tuhan.
Menurut Fromm, keimanan
merupakan salah satu bentuk cinta kepada Tuhan. Fromm
menyebutkan
bahwa “the
religious form of love, that which is called the love of God...it springs from the need to
overcome
seperateness and to achieve union” (1957: 50). Paparan diatas
mengindikasikan
bahwa pola
keimanan
seseorang akan terbentuk dalam
sebuah pola
kebudayaan
tempat ia berada. Pola pembudayaan keimanan terbentuk melalui proses yang panjang dalam diri manusia. Pola pembudayaan keimanan tersebut
lebih jauh
dijelaskan oleh
Fromm pada
paparan berikut.
“in the history of from the begining of the love for God as the helpless
attachment to a mother Goddes, through the obedient outside power, where man has incorporated the principles of love and justice into himself, where he has become one symbolic sense” (1957: 63).
Penjelasan Fromm di atas berarti bahwa pola keimanan tumbuh pada mulanya dalam pola asuh
ibu yang
memosisikan manusia sebagai makhluk tidak
berdaya dan
membutuhkan kasih sayang. Kemudian keimanan
berkembang pada pola asuh ayah yang otoriter membuat anak mendapat nilai
kepatuhan dalam menjalankan ajaran agama. Tahap selanjutnya,
manusia
memasuki fase kedewasaan
(maturity) yang membuat ia mampu berpikir rasional.
Ia mampu
menjadikan Tuhan bagian dalam dirinya dalam setiap aktivitas. Ia menciptakan simbol atau bentuk lain tentang pola keimanan yang dijadikan pedoman
dalam hidup
beragama. Berdasarkan kajian teoretis yang telah dilakukan maka manusia Indonesia dapat lebih memahami
sumber pola
keimanan yang
telah ia
internalisasikan dalam pribadi. Manusia Indonesia
yang telah
memahami makna keimanan maka ia akan lebih mampu untuk meresapi bentuk keimanan terhadap Tuhan. Bentuk keimanan terhadap tuhan merupakan wujud
dengan seluruh jiwa dan raga.
2 . 3 . 2 .
T o l e r a n s i
Toleransi berasal dari bahasa latin t ol e rant i a ya ng be ra rt i be rt a ha n l a m a ( enduring ), menahankan (
suffering ) , hubungan (bearing) atau meletakkan dengan (putting up with) (Fiala, 2005: 24). Penjabaran tersebut dapat diartikan bahwa toleransi memiliki makna
‘menanggung’ atau ‘daya tahan’. Ahli lain yang mengkaji tentang toleransi berpendapat bahwa “tolerance does not ask us to deaden our emotional responses to others; rather it asks us to restrain the negative
consequences of our negative emotional
responses out of deference to a more universal set of commitments” (Fiala,
2005: 24). Toleransi berarti adanya kecakapan dalam mengontrol emosi.
Toleransi
menurut KBBI (2012) berarti sifat atau sikap toleran: dua kelompok yang berbeda kebudayaan
itu saling
berhubungan
tidakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Berdasarkan penjelasan
beberapa ahli, toleransi senada dengan pemikiran Fromm. Pemikiran Fromm
menjelaskan bahwa toleransi (tolerance)
merupakan aspek positif dalam orientasi karakter pemasaran
(Fromm, 1957: 121). Toleransi berguna dalam menerima dan mengadaptasi nilai-nilai kepercayaan yang berbeda. Hal ini berarti bahwa toleransi merupakan salah satu mode manusia
berhubungan satu sama lain yang memiliki
karakteristik yang berbeda.
Aspek lain dalam toleransi
adalah rasa
menghargai antar sesama manusia sebagai wujud cinta sesama makhluk ciptaan Tuhan.Rasa
menghargai
merupakan bentuk kepedulian
terhadap suatu hal baik objek ataupun subjek. Rasa menghargai yang telah dipaparkan
meliputi
menghargai orang tua, menghargai nama bangsa, menghargai
menghargai alam semesta. Rasa menghargai yang telah dijelaskan tersebut senada dengan pendapat Fesit & Feist (2008: 200)
Biophilic people desire to further all life— the life of people,
animals,plants, ideas, and cultures. They are concerned with the growth and development of themselves as well as others. Biophilic individuals want to influence people through love, reason, and example— not by force (Feist and Fesit, 2008: 200).
Artinya bahwa wujud dari rasa menghargai
merupakan bentuk dari perilaku bipolia (biopolic) yang mengutamakan rasa cinta pada sesama agar dapat
tumbuh dan
berkembang dalam suasana cinta. Fromm
menambahkan
bahwa “the
affirmation of one’s own life, happiness, growth, freedom, is rooted in one’s capacity to love, i.e., in care, respect,
responsibility, and knowledge”
(Fromm,
1975: 135). Hal ini dapat disimpulkan bahwa bipolia merupakan aspek hidup produktif yaitu hidup penuh semangat cinta pada sesama.
Toleransi dapat diserap manusia Indonesia
sebagai jalan untuk berhubungan dengan m anusia l ai n denga n di da sarkan pada sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan masing-masing. Manusia Indonesia dapat menerapkan
toleransi dalam hubungan teman
sebaya yang
memiliki perbedaan jenis kelamin, agama maupun latar belakang sosial ekonomi. Toleransi yang
diinternalisasikan dalam pribadi manusia Indonesia akan menciptakan kualitas karakter produktif.
orientasi karakter produktif (1975: 108). Rasional adalah bagian dari proses berpikir produktif
(productive
thinking) yang meliputi dua aspek
reason dan
intelegence. Aspek
intelegence
adalah alat
manusia untuk mencapai tujuan yang bersifat praksis. Artinya bahwa ia bertujuan menemukan aspek pikiran tentang pengetahuan untuk memanipulasi objek (Fromm, 1975: 108). Fungsi
intelegence
bertujuan untuk “taken for granted and may or may not be rational in themselves”
(Fromm, 1957: 108).
Aspek reason
merupakan tahap pemikiran yang
sudah mampu
menjangkau
bernalar dan berpikir (Fromm, 1975: 108). Fungsi
reason adalah “to
know, to
understand, to garsp, to relate onseself to things by comprehending them” (Fromm,
1975: 108).
Penjabaran tersebut dapat disimpulkan
bahwa intelegence
hanya sebatas untuk memanipulasi objek tanpa melakukan analisis mendalam sedangkan reason
mampu menjangkau pemikiran secara kritis. Pernyataan Fromm di atas tentang “productive thinking” sesuai dengan konsep “rasional” yang dipaparkan oleh
Founding Fathers
Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa manusia Indonesia yang religius maka ia mampu berpikir rasional terhadap isu agama yang berkembang.
pikiran sehingga ia mampu menyimpulkan secara bijak terkait isu agama yang terjadi saat ini.
3. PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religius menurut teks Sukarno tedapat berbagai aspek dimensi. Nilai religius meliputi aspek keimanan, toleransi dan rasional. Nilai tersebut dapat dijadikan bahan reflektif dan analitik untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sehingga generasi muda dapat menyerap dan mengimplementasikan teks pemikiran Sukarno dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
3.2. Saran
Untuk mewujudkan pengembangan karakter generasi muda melalui nilai-nilai religius penulis merekomendasikan hal sebagai berikut. Guru BK seyogyanya dapat menggunakan hasil kajian ini sebagai bahan identifikasi karakter ideal konseli.Selain itu, guru BK diharapkan dapat mengkaji nilai- nilai karakter pada buku-buku mengenai tokoh-tokoh sejarah yang menginspirasi perjuangan bangsa Indonesia seperti H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, Moh. Hatta, Gus Dur maupun tek-teks budaya bangsa Indonesia seperti serat budaya.
REFERENSI
Adams, C. 2001. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: PT. Tema Baru.
Berkowitz, M.V & Bier, M.C. 2004. Research Based Character Education. AANALS, AAPSS, January 2004.
Depdiknas. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Feist, J & Feist, G.J. 2008. Theories of
McGraw-Hill Companies.
Fiala, A. 2004. Tolerance and Ethical Life.
London: Continumm.
Fromm, E. 1955. The Sane Society. New
York: Holt, Rinehart and Winston. Fromm, E. 1957. The Art of Loving. Great Britain: George Allen & Unwin Publishers.
Fromm, E.1973. The Anatomy of Human Destructiveness. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Fromm, E. 1975. Man for himself: An inquiry into the psychology of ethics. New York: Holt, Rinehart andWinston.
Fromm, E. 1976. To Have or to Be. USA: Continuum. Fromm, E. 1997. Cinta, Seksualitas, dan
Matriarki. Terjemahan Pipiet Maizier. 2007. Yogyakarta: Jalasutra.
Hasanah & Sauri, S. 2013. Pendidikan Nilai Akhlak Mulia Dalam Membina Sikap, Perilaku Dan Kepribadian Anak Didik (Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 21 Pontianak).Integritas vol. 1 no. 2 April 2013, (online) (http://jurnal.
upi.edu/file/022.pdf), diakses 27 Oktober 2016.
Muslich, M. 2011. Pendidikan Karakter M e n j a w a b T a n t a n g a n K r i s i s Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi Jilid I Cetakan Kedua. Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.