• Tidak ada hasil yang ditemukan

FKIP Matematika B Semester 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FKIP Matematika B Semester 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Kewarganegaraan

Globalisasi dan Ketahanan

Nasional

Disusun Oleh :

Reny Rosida 14.05.0.47

Eva Solina Sinaga 14.05.062

Yesi Lestari 14.05.060

(2)

KATA PENGANTAR

Daftar Isi

Judul...

...

i

Kata

Pengantar...

...

ii

Daftar

Isi...

... iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar

Belakang

...

... 1

1.2 Rumusan

Masalah

...

... 1

1.3

Tujuan

...

...

1

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian

Globalisasi

...

... 2

2.2 Proses

(3)

2.3 Pengaruh

Globalisasi

...

...

4

2.4

Glokalisasi

...

...

5

2.5 Ketahanan

Nasional

...

... 6

2.6

Multikulturalisme

...

... 6

Bab III Penutup

3.1

Kesimpulan

...

...

8

Daftar

Pustaka...

... 9

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak kalangan berpendapat bahwa gelombang demokratisasi dapat menjadi ancaman serius bagi identitas suatu bangsa. Dewasa ini hampir tidak satu bangsa pun di Dunia biasa terhindar dari sapuan gelombang besar

(4)

bagaimana sebaiknya suatu bangsa menjadi bagian dari proses demokrasi global tanpa arus kehilangan identitas nasionalnya.

Bersandar pada fenomena tersebut, bab ini akan membahas tentang hubungan identitas nasional dengan globalisasi: pengertian, unsur – unsur pembentuk identitas, globalisasi dan multi kulturalisme.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dasar globalisasi, glokalisasi, dan ketahanan nasional ?

2. Apa saja konsep dasar multikulturalisme dan penerapannya dalam penguatan nasionalisme dan arus globalisasi ?

1.3 Tujuan

1. Mengkritisi konsep dasar globalisasi, glokalisasi, dan ketahanan nasional

2. Mengkritisi konsep dasar multikulturalisme dan penerapannya dalam penguatan nasionalisme dan arus globalisasi.

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Globalisasi

(5)

· Menurut John Huckle, globalisasi adalah suatu proses dengan mana kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifkan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh.

· Albrow mengemukakan bahwa globalisasi adalah keseluruhan proses di mana manusia di bumi ini diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Karena proses ini bersifat majemuk, kita pun memandang globalisasi di dalam kemajemukan.

· Secara ekonomi, globalisasi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sebuah sistem ekonomi global.

· Menurut Prijono Tjjiptoherijanto, konsep globalisasi pada dasarnya mengacu pada pengertian ketiadaan batas antar negara (stateless). Konsep ini merujuk pada pengertian bahwa suatu negara (state) tidak dapat membendung “sesuatu” yang terjadi di negara lain. Pengertian “sesuatu” tersebut dikaitkan dengan banyak hal seperti pola perilaku, tatanan kehidupan, dan sistem perdagangan.

 Menurut Scholte (2000) sebagaimana dikutip Sugeng Bahagijo dan Darmawan Triwibowo : Globalisasi sering di identikkan dengan

1. Internasionalisasi : hubungan antar Negara dalam perdagangan.

2. Liberalisasi : pencabutan batas-batas pemerintahan

3. Universalisasi : keragaman hidup seperti makanan, kendaraan.

4. Westernisasi : Ragam hidup yang mencontoh model budaya barat/Amerika.

5. De-teritorialisasi : perubahan geograf sehingga ruang social dalam perbatasan, tempat, menjadi berubah.

 Menurut B. Herry-Priyono : ada tiga lapis defnisi global

1. Transformasi kondisi spasial-temporal kehidupan. Ruang dan waktu tidak lagi dialami sebatas lingkup suku/Negara, tapi seluas bola dunia.

2. Transformasi lingkup cara pandang ; perubahan isi dan cara merasa serta memandang persoalan ke lingkup/skala seluas bola dunia.

2

3. Transformasi modus tindakan dan praktik. Lapisan ini yang paling banyak ditampilkan secara public oleh pelaku bisnis dan pejabat dalam citra dimedia yang menunjuk pada proses kaitan yang makin erat di semua aspek kehidupan pada skala mondial.

Dari beberapa defnisi tersebut dapat dikatakan

(6)

2.2 Proses Globalisasi

Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini dapat dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi antarbangsa di dunia telah ada selama berabad-abad. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 SM. Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika.

Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa, Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.

Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya. Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Seperti dikemukaakan oleh Tilaar : pada dasarnya proses globalisasi menampakkan wajahnya dalam :

- Interconnectedness : keterkaitan seluruh masyarakat.

- Ekonomi global yang diperankan oleh perusahaan trans-nasional.

- Integrasi ekonomi internasional dalam produksi global.

- Global Village : Kampung global sebagai system Media trans-nasional.

- Turismeglobal dan imperialisme media.

- Konsumerisme dan budaya global.

3 2.3 Pengaruh Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Adapun beberapa unsur penting yang terkait dengan globalisasi adalah

(7)

Dengan media informasi yang tak terbatas (internet) maka siapapun dapat mengirim dan mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau buktikompetensi apapun. Hal ini membawa beberapa akibat :

 Mengecilnya ruang dan waktu yang mengakibatkan hampir tidak ada

 Dalam bidang politik, batas-batas territorial suatu Negara menjadi kurang berfungsi.

 Semua kategori dalam Social space menjadi tidak relevan lagi. Perbedaaan social seperti umur, jenis kelamin, agama, status social, besarnya pendapatan, pejabat/rakyat bahkan tingkat pendidikan tidak lagi penting dalam konteks informasi global.

2. Kecenderungan Gelombang Globalisasi terhadap Nasionalisme

 Hilangnya diferensiasi social dan dengan itu hirarki social menjadi tidak tepat lagi, yang pada akhirnya hubungan social akan ditentukan oleh kebebasan dan kepercayaan (trust). Kalau ada kebutuhan akan kekuasaan akan ditentukan oleh kesepakatan bersama.

 Pengawasan terhadap akses informasi oleh lembaga sensor/Negara semakin berkurang. Sehingga control secara vertical dari atas ke bawah tidak lagi berjalan, tetapi lebih berbentuk Mutual control (saling pengawasan).

 Negara tidak lagi memonopoli semua peraturan.  Perubahan dalam konstelasi politik global.

 Menguatnya hubungan antar Negara yang berarti semakin kuatnya saling ketergantungan.

 Menampilkan pemain-pemain baru dalam kehidupan masyarakat, yang disebut dengan actor non pemerintah yang muncul dari ormas, LSM.

 Lahirnya berbagai isu baru dalam agenda hubungan internasional.

3. Tantangan Masa Depan dalam Gelombang Globalisasi

Beberapa yang menjadi tantangan besar dan bersama mengutip pendapat Tilaar, adalah sebagai berikut :

 Program Melawan Kemiskinan

Negara yang kualitas sumber daya manusianya rendah serta kekurangan sumber daya alam, dapat menjadi semakin miskin.

 Hak Asasi Manusia

(8)

4

Terhadap isu-isu hak asasi manusia, posisi bangsa Indonesia, yakni berusaha mencegah munculnya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia, antara lain dengan cara meningkatkan kesadaran warga negara untuk menghormati hak asasi manusia, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, dan mematuhi hukum yang berlaku.

 Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman.

 Penataan ekonomi dan lembaga keuangan dunia yang baru yang lebih sesuai dengan tuntutan hidup internasional yang baru.

 Melindungi dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat glokalisasi, yang dipopulerkan oleh Roland Robertson pada tahun 1977 dalam suatu konferensi tentang “Globalization and Indigenous Culture”. Secara umum pengertiannya adalah penyesuaian produk global dengan karakter local. Ada juga yang mengatakan think globally and act actually (berpikir global namun bertindak local).

Menurut Eko Budiarjo : Globalization with local favor (globalisasi dengan cita rasa local). Dengan demikian glokalisasi menjadi strategi yang muncul sebagai kritik terhadap konsep perdagangan bebas yang tidak menspesialkan sebuah Negara sesuai dengan potensinya.

(9)

5 2.5 Ketahanan Nasional

Dalam rangka ketahanan nasional, peluang dan tantangan bangsa Indonesia dalam era globalisasi dapat dijumpai dalam beberapa bidang yang meliputi:

1. Bidang Politik

 Demokrasi menjadi system politik yang ber intikan kebebasan dalam mengemukakan pendapat.

 Politik luar negeri yang bebas aktif.

 Melaksanakan system pemerintahan yang baik (good governance).

2. Bidang Ekonomi

 Menjaga kestabilan ekonomi makro dengan menstabilkan nilai tukar rupiah dan suku bunga.

 Menyediakan lembaga-lembaga ekonomi yang modern.  Mengeksploitasi sumber daya alam secara proporsional

3. Bidang Sosial-Budaya

 Meningkatkan sumber daya manusia melalui demokratisasi dan modernisasi pendidikan.

 Penguasaan ilmu dan teknologi serta penerapannya.

 Menyusun kode etik profesi yang sesuai dengan karakter dan budaya bangsa.

2.6 Multikulturalisme : Antara Nasionalisme Dan Globalisasi

 Pengetian Multikulturasi

Multikulturasi pada intinya adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama.

Achmad Fedyani Saifuddin menyatakan bahwa ada tiga cara pandang atau pemahaman orang tentang multikulturalisme, yaitu :

(10)

dan kini diterima kehadirannya tanpa ada persoalan dalam masyarakat kita.

2. Akademik : khususnya antropologi multikulturalisme dipandang kontras dari pluralisme, karena pluralisme lebih merujuk pada hadirnya sejumlah budaya yang masing-masing mempunyai identitas, cirri-ciri dan sifat sendiri.

3. Politis : multikulturalisme dipandang sebagai gejala meningkatnya kemajemukan budaya sehingga dapat menimbulkan berbagai persoalan social dan politik yang membutuhkan pengaturan.

6

Karakter masyarakat multicultural adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peaceful co-existence, hidup berdampingan secara damai. Setiap etnik social dan budaya masih membawa jati dirinya, tidak terlebur kemudian hilang, namun juga tidak diperlihatkan sebagai kebanggan yang melebihi penghargaan terhadap entitas lain.

Dalam rangka untuk menjaga kohesi dan integrasi sosial maka modal sosial yang harus dikembangkan ialah sebagai berikut :

1. Ideologi dan tradisi lokal yang masih berfungsi harus dipelihara.

2. Menjaga dan melaksanakan jaringan sosial yang masih berfungsi.

3. Institusi-institusi lokal yang masih berfungsi dan adaptif terhadap perubahan haruslah dipertahankan.

 Multikulturalisme di antara Nasionalisme dan Globalisasi

Dalam sejarahnya, nasionalisme Indonesia melalui beberapa tahap perkembangan yaitu :

1. Tahap pertama : tumbuhnya perasaan kebangsaan dan persamaan nasib yang diikuti dengan perlawanan penjajahan. Nasionalisme religious dan nasionalisme sekuler muncul setelah Indonesia merdeka.

2. Tahap kedua : bentuk nasionalisme Indonesia dari semangat revolusioner dengan peran pemimpin nasional yang lebih besar.

3. Tahap ketiga : nasionalisme persatuan dan kesatuan. Pada masa ini kelompok oposisi atau mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah disingkirkan karena akan mengancam persatuan dan stabilitas. Tekanan agar ada penghormatan HAM, demokrasi dan perlindungan terhadap lingkungan hidup dianggap sebagai campur tangan asing terhadap kedaulatan RI. Nilai-nilai tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai bangsa atau demokrasi Pancasila.

(11)

lama. Sudah saatnya nasionalisme yang kehilangan akar nilai-nilai kearifan local di redefnisi.

Nasionalisme Indonesia yang kosmopolit adalah nasionalisme yang disemangati oleh multikulturalisme. Multikulturalisme menghendaki proses belajar mengenai perbedaan kebudayaan yang dimulai dari kelakuan dan interaksi antar kebudayaan. Interaksi ini semakin penting apabila aneka kebudayaan hidup semakin berdekatan, seperti di Indonesia.

Dengan kata lain, multikulturalisme dapat juga disebut sebagai penerjemahan Pancasila ke dalam konteks yang lebih konkrit dan praktis.

7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep globalisasi yang pada gilirannya dapat menimbulkan suatu solidaritas global yang melitasi kelompok etnis, batas territorial Negara, atau kelompok agama, bagaimana dengan peran identitas nasional. Namun jika melihat bahwa perkembangan globalisasi diikuti oleh munculnya glokalisasi, mminjam istilah Eko Budiarjo, glokalisasi adalah globalisasi dengan cita rasa local, maka dengan konsep glokalisasi peran identitas nasional masih signifkan.

(12)

8

DAFTAR PUSTAKA

http://safitritsaqif.blogspot.com/2013/05/makalah-pendidikan-kewarganegaraan_31.html

http://mynamesha.blogspot.com/2012/07/makalah-civic-education-ketahanan.html

http://gilatugas.blogspot.com/p/ketahanan-nasional.html

https://www.academia.edu/4989055/

Makalah_Ketahanan_Nasional_Posted_in_di_02_05_DAFTAR_ISI

http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/11/ketahanan-nasiaonal-545211.html

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tanggapan respoden sebagian besar responden memberikan tanggapan setuju dan sangat setuju terhadap indikator

[r]

Universitas Brawijaya secara formal telah menganut Sistem Kredit Semester (SKS) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 22/SK/1976 tanggal 3 Mei 1976.

Amari also applied the natural gradient update rule for the optimization in the information geometry by using J (θ) = ℓ( x ; θ) as the online objective function, which is equivalent

Namun faktor-faktor tersebut tidak terlalu mempengaruhi individu menjadi seorang pecandu narkoba, faktor yang paling penting adalah dari pergaulan individu tersebut

Variabel independen yang digunakan pada penelitian terdahulu yaitu keseluruhan dari manajemen laba sedangkan pada penelitiaan saat ini yaitu hanya ukuran

bahwa untuk koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi sesuai dengan kewenangan yang didasarkan pada Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004