• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN JEMBATAN INDONESIA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

PEMBANGUNAN JEMBATAN

LINGKUP PEKERJAAN

DIVISI I

1.2 Mobilisasi

1.8 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

1.8.(3) Cofferdam dan Pekerjaan Dewatering

1.17 Pengamanan Lingkungan Hidup

DIVISI II

2.1.(1) Galian Untuk Selokan Drainase Dan Saluran Air

2.2.(1) Pasangan Batu Dengan Mortar

2.3.(3) Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, Diameter dalam 75-85 cm

DIVISI III

3.1.(3) Galian Struktur Dengan Kedalaman 0 – 2 Meter

3.2.(1a) Timbunan Biasa Dari Sumber Galian

3.2.(2a) Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian

DIVISI VII

7.1 (5)a Beton Mutu Sedang f’c 30 Mpa Lantai Jembatan

7.1 (6) Beton Mutu Sedang f’c 25 Mpa

7.1 (7)a Beton Mutu Sedang f’c 20 Mpa Dinding & Trotoar

7.1 (9) Beton Siklop f’c 15 Mpa

7.1 (10) Beton Mutu Rendah f’c 10 Mpa

7.2 (1a) Penyediaan dan Pemasangan Unit Pracetak Gelagar Tipe I

(2)

7.2 (1b) Penyediaan dan Pemasangan Unit Pracetak Gelagar Tipe I

Bentang 30,6 Meter 50 Mpa

7.2 (10a) Beton Diafragma f’c 28 Mpa Termasuk Pekerjaan Penegangan

Setelah Pengecoran (post Tension) Untuk Girder 25,6 Meter

7.2 (10b) Beton Diafragma f’c 28 Mpa Termasuk Pekerjaan Penegangan

Setelah Pengecoran (post Tension) Untuk Girder 30,6 Meter

7.2 (12a) Penyediaan dan Pemasangan Plat Deck t = 7 cm, f’c 28 Mpa

Untuk Girder 25,6 Meter

7.2 (12b) Penyediaan dan Pemasangan Plat Deck t = 7 cm, f’c 28 Mpa

Untuk Girder 30,6 Meter

7.3 (1) Baja Tulangan U 24 Polos

7.3 (3) Baja Tulangan U 32 Ulir

7.6 (12b) Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak Dia. 600

mm Tipe C

7.6 (18b) Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak Diameter

600 mm

7.6 (20) Tambahan Biaya Untuk Nomor Mata Pembayaran 7.6.(13) s/d

7.6.(18) bila dipancang di tempat yang berair

7.9 (1) Pasangan Batu

7.11 (6) Expansion Joint Tipe Baja Bersudut

7.12 (3) Perletakan Elastomer Bearing Pad, 35 x 50 x 4 cm

7.12 (5) Karet Fender Tipe V, H = 300 mm, L = 1000 mm

DIVISI VIII

8.4.(10b) Kerb Pracetak Jenis 2 (Penghalang/Barrier)

(3)

9.1.(1) Mandor

9.1.(2) Pekerja Biasa

9.1.(4)a Dump Truck, Kapasitas 3 – 4 M³

9.1.(19) Pompa Air 70 – 100 mm

DIVISI I

(4)

Kegiatan mobilisasi mencakup pekerjaan, sebagai berikut :

Pengangkutan peralatan konstruksi sesuai dengan daftar peralatan yang akan digunakan untuk mengerjakan proyek . Alat -alat yang berasal dari luar pulau dimobilisasi dengan Kapal Laut kemudian setelah tiba di daratan dimobilisasi lagi dengan menggunakan Tronton dan Ponton/LCT ke Lokasi Pekerjaan.

Mobilisasi juga meliputi demobilisasi dari tempat kerja oleh kontraktor pada akhir kontrak, kontraktor harus menyerahkan program mobilisasi kepada konsultan pengawas untuk diperiksa dan kemudian diajukan ke pemimpin proyek untuk disetujui dan akan dinyatakan (persetujuannya) sebelum tanggal permulaan berlakunya Kontrak.

A. Sewa Tanah

Sewa tanah pada masyarakat untuk pembuatan base camp, kantor kerja, barak karyawan, gudang dan lain-lain.

B. Peralatan

Peralatan yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan ini:

Semua peralatan seperti yang tercantum pada tabel di atas dimobilisasi menuju site (lokasi kerja), mobilisasi sebagian menggunakan LCT/Ponton dan sebagian peralatan dengan Self Loader atau Trailer,

1 Batching Plant 60 Ton/Jam 1 Unit

2 Stone Crusher 60 Ton/Jam 1 Unit

3 Vibrator Roller 8 Ton 1 Unit

4 Motor Grader 10.8 Ton 1 Unit

5 Dump Truck 10 Ton 10 Unit

6 Dump Truck 5 ton 5 Unit

7 Water Tanker 4000 Liter 1 Unit

8 Water Pump 70 – 100 mm 1 Unit

9 Concrete Mixer 350 Liter 5 Unit

10 Excavator PC 200 2 Unit

11 Excavator PC 100 1 Unit

12 Compressor 4000 – 6500 Liter 1 Unit

13 Concrete Vibrator 5,5 HP 5 Unit

14 Pile Driver + Hammer 2,5 Ton 1 Unit

15 Crane On Track 35 Ton 1 Unit

16 Truck Mixer (Agiator) 5 M³ 5 Unit

17 Concrete Pan Mixer 8 M³ 2 Unit

(5)

1. Base Camp

Pembuatan Base Camp kerja dibuat di sekitar lokasi kerja, dimana konstruksi yang digunakan adalah konstruksi dari kayu kls II dan penutup atap seng Bjls 0,30 lantai berupa rabat beton dilengkapi dengan pintu dan jendela. Base camp dibuat sebagai tempat tinggal para karyawan selama pekerjaan berjalan. Base Camp harus juga dilengkapi kantor Direksi dan di isi dengan meja, kursi lipat, kotak P3K dan papan nama proyek.

2. Kantor

Pembuatan Kantor kerja dibuat di sekitar lokasi kerja, dimana konstruksi yang digunakan adalah konstruksi dari kayu kls II dan penutup atap seng Bjls 0,30. Kantor kerja dibuat sebagai tempat membuat laporan dan kelengkapan administrasi proyek selama pekerjaan berjalan. Ataupun dialihkan dengan menyewa rumah penduduk untuk dijadikan sebagai kantor sementara pelaksanaan pekerjaan.

3. Gudang dan Lain-lain

Pembuatan Gudang,dan lain-lain dibuat di sekitar lokasi kerja, dimana konstruksi yang digunakan adalah konstruksi dari kayu kls II dan penutup atas seng Bjls 0,30. Gudang dan lain-lain dibuat sebagai tempat penyimpanan material dan peralatan kerja dan juga sebagai fasilitas penunjang pekerjaan selama pekerjaan dikerjakan.

D. Mobilisasi lainnya

Pembuatan Kantor kerja dibuat di sekitar lokasi kerja, dimana konstruksi yang digunakan adalah konstruksi dari kayu kls II dan penutup atap seng Bjls 0,30. Kantor kerja dibuat sebagai tempat membuat laporan dan kelengkapan administrasi proyek selama pekerjaan berjalan. Ataupun dialihkan dengan menyewa rumah penduduk untuk dijadikan sebagai kantor sementara pelaksanaan pekerjaan.

E.II. Lain-Lain

1. Komunikasi Lapangan

Alat komunikasi lapangan perlu disiapkan untuk kelancaran pekerjaan dan komunikasi terhadap pelaksana lapangan dan penyedia jasa.

2. Asbuilt Drawing

Pembuatan As-Built Drawing dibuat setelah pekerjaan selesai, pembuatan as-built drawing dibuat berdasarkan hasil pengukuran akhir dan dibuat sebagai laporan gambar terakhir kepada penyedia jasa bahwa pekerjaan telah selesai.

(6)

Papan nama proyek digunakan sebagai identitas atau informasi mengenai proyek. Papan nama dibuat dua buah dan ditempatkan pada awal dan akhir proyek,papan nama terbuat dari plywood dan kayu kaso dengan pondasi adukan semen, pasir dan split.

F. Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas.

Pelaksanaan pekerjaan diproyek ini akan dikelola oleh tenaga-tenaga yang berkompeten dari PT. Hexapilar Perkasa yang telah berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek besar, khususnya dibidang jalan dan jembatan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan sesuai harapan semua pihak terkait.

Dalam pelaksanaan proyek, perlu diperhatikan keselamatan kerja yang baik, atau keselamatan kepada pekerja maupun keselamatan kepada masyarakat yang melintas di lokasi jalan yang sedang dikerjakan. Sehingga penyedia jasa harus menyediakan perlengkapan jalan sementara sesuai Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL), perlengkapan jalan/jembatan sementara dapat berupa.

1. Rambu panah berkedip.

2. Rambu tetap informasi pengalihan/pengatur lalu lintas.

3. Rambu portable informasi pengalihan/pengaturan lalu lintas. 4. Rambu penghalang lalu lintas jenis plastic.

5. Rambu peringatan. 6. Rambu petunjuk.

7. Peralatan Komunikasi dan lainnya.

Penyediaan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dan rambu lalu lintas sementara sekurang-kurangnya harus sesuai dengan pedoman perambuan sementara untuk pekerjaan jalan. No. Pd-T-12-2003, dan panduan teknis 3, keselamatan dilokasi pekerjaan jalan, dan peraturan menteri perhubungan No. PM 13/2014 tentang rambu lalu lintas.

Perlengkapan jalan sementara yang rusak oleh sebab apapun selama periode pelaksanaan harus diperbaiki atau diganti segera, termasuk pengecetan jika perlu oleh penyedia jasa dengan biaya sendiri.

Bila tidak diperlukan lagi , perlengkapan jalan sementara harus disingkirkan dari daerah kerja.

Perlengkapan jalan sementara harus dibuat sedemikian hingga tidak merusak kendaraan yang melalui atau melukai pengguna jalan jika tertabrak dan harus tetap stabil dan berdiri di tempat ketika diterpa angin maupun getaran akibat lalu lintas kendaraan lewat.

G. Demobilisasi

(7)

pembersihan akhir dimana barak kerja, kantor direksi dan lain-lain akan di bongkar dan diangkut ke luar lokasi menurut petunjuk direksi. Pembersihan ini dikerjakan pada semua lini yang terjadi akibat efek dari pelaksanaan pekerjaan. Pihak pelaksana bersama-sama konsultan pengawas/Direksi, dan PPK melakukan serah terima pekerjaan. Dalam jangka waktu masa pemeliharaan selama waktu yang telah ditentukan segala sesuatu yang terjadi dari hasil pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pelaksana dan harus dilakukan perawatan.

1.8 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

Pelaksanaan pekerjaan diproyek ini akan dikelola oleh tenaga-tenaga yang berkompeten dari PT. Hexapilar Perkasa yang telah berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek besar, khususnya dibidang jalan dan jembatan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan sesuai harapan semua pihak terkait.

Dalam pelaksanaan proyek, perlu diperhatikan keselamatan kerja yang baik, atau keselamatan kepada pekerja maupun keselamatan kepada masyarakat yang melintas di lokasi jalan yang sedang dikerjakan. Sehingga penyedia jasa harus menyediakan perlengkapan jalan sementara sesuai Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL), perlengkapan jalan/jembatan sementara dapat berupa.

1. Rambu panah berkedip.

2. Rambu tetap informasi pengalihan/pengatur lalu lintas.

3. Rambu portable informasi pengalihan/pengaturan lalu lintas. 4. Rambu penghalang lalu lintas jenis plastic.

5. Rambu peringatan. 6. Rambu petunjuk.

7. Peralatan Komunikasi dan lainnya.

Penyediaan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dan rambu lalu lintas sementara sekurang-kurangnya harus sesuai dengan pedoman perambuan sementara untuk pekerjaan jalan. No. Pd-T-12-2003, dan panduan teknis 3, keselamatan dilokasi pekerjaan jalan, dan peraturan menteri perhubungan No. PM 13/2014 tentang rambu lalu lintas.

Perlengkapan jalan sementara yang rusak oleh sebab apapun selama periode pelaksanaan harus diperbaiki atau diganti segera, termasuk pengecetan jika perlu oleh penyedia jasa dengan biaya sendiri.

Bila tidak diperlukan lagi , perlengkapan jalan sementara harus disingkirkan dari daerah kerja.

(8)

A. Koordinator Manajemen Keselamatan Lalu Lintas .

Penyedia jasa harus menyediakan tenaga Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) yang memadai.

KMKL harus secara aktif berparstisipasi dalam semua rapat regular maupun khusus dengan direksi pekerja. KMKL harus siap dihubungi pada setiap saat (24 jam perhari, 7 hari per minggu) melalui komunikasi bergerak untuk mengatasi kesulitan –kesulitan, keadaan darurat dan hal-hal lain terkait lalu lintas dan manajemen keselamatan selama periode pelaksanaan.

Tugas –tugas KMKL harus mencakup berikut ini:

1. Memahami persyaratan kontrak tual, termasuk denah, spesifkasi, dan lingkungan di mana pekerjaan sipil akan dilaksanakan.

2. Menginspeksi rutin terhadap kondisi dan keefektifan dari pengaturan lalu lintas yang di gunakan dalam kegiatan dan memastikan bahwa perlengkapan tersebut berfungsi sebagai mana mestinya, bersih, dapat dilihat dan memenuhi spesifkasi,denah serta peraturan-peraturan setempat. 3. Meninjau dan mengantisipasi kebutuhan atas pengaturan lalu lintas yang sesuai, memberi pendapat kepada direksi pekerjaan tentang hal-hal terkait, dan memastikan bahwa RMKL telah diimplemntasikan untuk pergerakan lalu lintas yang aman dan efsiensi.

4. Mengkoordinasikan pemeliharaan dari pengoperasian lalu lintas dengan direksi pekerjaan.

5. Melakukan rapat keselamatan lalu lintas dengan penyedia jasa sebelum pelaksanaan dimulai, dan rapat berkala yang dianggap perlu atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerja. Direksi pekerjaan harus diberitahu sebelumnya untuk menghadiri rapat-rapat ini.

B. Urutan Kerja Keselamatan Lalu lintas Yang Perlu Diperhatikan Oleh Penyedia Jasa.

1. Penyedia jasa menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode konstruksi sesui ketentuan.

2. Buat rencana kerja manajemen lalu lintas sesui schedule pekerjaan dan di koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.

3. Kelompok kerja pengatur lalu lintas selama konstruksi menggunakan tenaga pengatur dan fagman dengan 3 shiff.

4. Pengalihan arus lalu lintas harus ijin PPK dan pihak terkait.

5. Semua rambu lintas harus jelas dan terbaca oleh pengguna jalan.

1.8.(3) Cofferdam dan Pekeerjaan Dewatering

(9)

Pada lingkup pekerjaan ini cofferdam dipergunakan dalam pembuatan abutment tengah jembatan yang berada di air. Dimana urutan pelaksanaannya adalah :

1.Menetapkan jenis pengalihan air sungai yaitu dengan Diversion Tunnel yaitu berbentuk saluran tertutup,

2.Menentukan daerah atau titik-titik tempat yang akan dibuatkan Cofferdamnya yaitu di daerah sekeliling titik rencana abutment,

3.Karena lingkup pekerjaannya di air atau pada tanah dasarnya lunak, maka disini kami menggunakan steel sheet pile atau dapat pula digunakan cerucuk kayu dengan kedalaman di atas muka permukaan air,

4.Kemudian Sheet Pile dipancang atau dipasang ke dalam air sampai menyentuh atau mendapatkan dasar sungai/tanah dasar sungai,

5.Setelah Sheet Pile terpasang dengan ketinggian rencana, selanjutnya dipasang/diselipkan pelat baja/puddle untuk menahan rembesan air agar tidak masuk ke dalam area cofferdam,

6.Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan bracing atau penahan antara sheet pile yang satu dengan yang sheet pile yang lainnya,

7.Setelah pekerjaan cofferdam dapat dilanjutkan dengan pekerjaan dewatering.

Gambar. Contoh Detail Coferram

(10)

A. Bahan / Material:

1. Sheet Pile 2. Pelat Besi 3. Kayu/Bracing

B. Peralatan:

1. Excavator

2. Crane On Truck + Ponton 3. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

1.17 Pengamanan Lingkeungan Hidup

Untuk Pengamanan lingkungan penyedia jasa harus mengambil langkah layak untuk melindungi lingkungan (air, udara dan kebisingan) penyedia jasa juga harus memastikan bahwa pengangkutan dan kegiatan sumber bahan dilaksanakan dengan cara yang berwawasan lingkungan.

Sebagai suatu cara untuk memperkecil ganguan lingkungan terhadap penduduk yang berdekatan dengan lokasi kegiatan maka semua kegiatan konstruksi dan pengangkutan harus dibatasi dalam jam-jam pengoprerasian sebagaimana yang di sebutkan dalam syarat-syarat kontrak, kecuali jika disetujui lain oleh direksi pekerjaan.

Penyedia jasa harus membuat/menyiapkan Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL) berdasarkan Dokumen Lingkungan dan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan (SKKL) dan / atau Izin Lingkungan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup ( IPPLH) lainnya yang telah tersedia pada saat rapat persiapan pelaksanaan (PCM) untuk dilakukan pembahasan bersama PPK dan direksi teknis. Bentuk RKPPL sebagai mana dalam lampiran 1.17 spesifkasi ini harus menggambarkan rona awal kondisi lapangan, potensi dampak dari kegiatan pekerjaan, dan rencana pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan setiap perubahan rona awal kondisi lapangan.

(11)

DIVISI II

2.1.(1) Galian Untuke Selokean Drainase dan Saluran Air

Sebelum melaksanakan galian selokan drainase perlu dilakukan pengukuran guna penentuan patok-patok dan titik elevasi serta arah galian selokan drainase dan saluran air. Galian untuk selokan Drainase dan saluran air dilaksanakan sepanjang sisi jalan yang dikerjakan. Penggalian dilakukan dengan cara mekanik atau menggunakan alat berat.

Excavator menggali selokan drainase dan saluran air sesuai dengan gambar rencana, atau sesuai petunjuk konsultan, dan pengawas lapangan. Tanah hasil galian Excavator diangkat ke atas Dump truck dan di buang keluar lokasi pekerjaan, setelah saluran terbentuk maka sekelompok pekerja merapikan galian selokan drainase dan saluran air dengan menggunakan alat bantu.

(12)

1. Lokasi pembuangan hasil galian ditunjukkan oleh direksi lapangan, seluruh bahan galian dibuang dan diratakan agar tidak terjadi dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

2. Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh berbeda lebih dari 3 cm dari yang ditentukan atau yang disetujui pada setiap titik, untuk menjamin aliran yang bebas dan tanpa genangan bilamana alirannya kecil.

3. Alinyemen selokan dan profl penampang melintang yang telah selesai dikerjakan tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang telah ditentukan atau telah disetujui pada setiap titik.

4. Setelah selesainya pekerjaan pembentukan penampang selokan, penyedia jasa harus meminta persetujuan Direksi pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan dipasang.

5. Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya yang tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian atau seluruh saluran air yang ada maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak menggangu aliran air, relokasi yang demikian harus disetujui terlebih

dahulu oleh direksi lapangan.

A. Bahan / Material:

1. Tidak ada

B. Peralatan:

1. Excavator 2. Dump truck 3. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

(13)

2. Pekerja

2.2.(1) Pasangan Batu dengan Mortar

Pekerjaan ini meliputi pembuatan selokan terbuka, dengan pasangan batu mortar dilaksanakan sesuai dengan spesifkasi dan sesuai dengan garis ketinggian, kelandaian dan ukuran sebagaimana tertera dalam gambar atau perintah direksi pekerjaan.

Urutan Kerja :

1. Dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. 2. Bahan diterima di lokasi pekerjaan.

3. Semen, Pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan concrete mixer.

4. Batu gunung/batu kali dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang.

5. Pasang patok bantu untuk memasang profl, profl dipasang pada setiap ujung Saluran.

6. Pasang benang pada sisi luar profl sesuai dengan hasil pengukuran dan gambar rencana.

7. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut, menurut perbandingan campuran mortar pasir dan semen dan perbandingan batu dan mortar (mengacu pada Buku Spesifkasi Pasal S12.04).

8. Pasang batu kali/batu gunung dengan adukan sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut rata.

9. Melakukan penyelesaian dan perapian serta pelesteran dengan mortar setelah pemasangan pondasi bahu saluran

10. Bentuk dan ukuran saluran pasangan batu dengan mortar, sesuai dengan yang termuat dalam gambar rencana.

(14)

Gambar. Pekerjaan Pasangan Batu Saluran

A. Bahan / Material:

1. Batu kali / gunung 2. Semen

3. Pasir

B. Peralatan:

1. Concrete Mixer 2. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Tukang Batu 3. Pekerja

2.3.(3) Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, Diameter 75-85 cm

Pekerjaan ini meliputi pemasangan gorong-gorong pipa beton bertulang pada pekerjaan jalan penunjang jembatan. Adapun uraian pelaksanaannya adalah,

1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini mencakup penggalian, pengadaan precast gorong-gorong, pemasangan bouwplank, penimbunan dengan material pilihan, serta perapihan hasil pekerjaan.

2. Persiapan Pekerjaan

(15)

b. Mengajukan persetujuan penggunaan bahan material,

c. Memberitahu konsultan pengawas secara tertulis paling lambat 24 jam sebelum tanggal dilakukannya pelaksanaan pekerjaan (Request For Work).

3. Uraian Pekerjaan

a. Pemasangan bouwplank,

b. Melakukan penggalian pada titik lokasi pekerjaan yang akan dipasang gorong-gorong

c. Menghampar pasir urug dengan tebal 5 cm sebagai lantai kerja atau sesuai arahan konsultan pengawas/direksi lapangan,

d. Ditempat terpisah gorong-gorong beton bertulang dicetak sesuai dengan spsifkasi atau bestek kerja, dengan terlebih dahulu mengajukan JMF dan JMD Beton kepada Direksi Lapngan. Lalu diangkut ke lokasi pekerjaan, e. Pemasangan Precast Gorong-Gorong Beton Berulang.

f. Penimbunan kembali dengan material pilihan, lalu dipadatkan.

A. Bahan / Material:

1. Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang 2. Tanah Timbunan

B. Peralatan:

1. Excavator 2. Dump Truck 3. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

(16)

DIVISI III

3.1.(3) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 -2 Meter

Galian struktur untuk kedalaman 0-2 meter dilaksanakan dengan menggunakan alat mekanis Excavator. Sebelum dilakukan penggalian terlebih dahulu dilaksanakan pengukuran dan pemasangan bouwplank untuk menentukan kedalaman galian. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur dengan mempedomani gambar rencana atau atas petunjuk dari konsultan pengawas/direksi lapangan.

Penggalian menggunakan alat berat ( Excavator) kemudian hasil galian digusur keluar lokasi dengan menggunakan motor grader atau dimuat ke atas dump truck dan dibuang keluar lokasi. Perapian galian dilaksanakan oleh sekelompok pekerja. Setelah struktur beton sudah selesai selanjutnya ditimbun dengan urugan pilihan pada samping struktur dengan

3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian

Timbunan biasa dari sumber galian adalah pekerjaan penimbunan dimana timbunan diambil dari sumber galian (Quarry) yang memenuhi syarat teknis dan sudah disetujui oleh direksi untuk menjadi timbunan biasa. Material diangkut ke dump truck oleh excavator kemudian dibawa ke lokasi penimbunan kemudian dihampar oleh motor grader dan dipadatkan dengan vibrator roller, dan pada saat pemadatan material timbunan disiram air dengan menggunakan water tanker truck secukupnya untuk mendapatkan kepadatan maksimal. Sekelompok pekerja merapikan pekerjaan dengan menggunakan alat bantu.

Perlu diperhatikan juga :

 Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan diluar rentang yang diisyaratkan.

(17)

 Timbunan Biasa dari sumber galian tidak boleh terdiri dari bahan timbunan yang mengandung organik daun daunan, rumputan dan akar.

 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang diisyaratkan.

 Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang di isyaratkan,diuji kepadatan dan harus diterima oleh direksi pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

 Timbunan harus dipadatkan melalui dari tepi luar dan bergerak menuju arah sumbu jalan sedemikan rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.

A. Bahan / Material:

1. Timbunan Biasa dari Sumber Galian (Quarry)

B. Peralatan yang digunakan:

3.2.(2a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian

Timbunan pilihan dari sumber galian adalah pekerjaan penimbunan dimana timbunan diambil dari sumber galian (Quarry) yang memenuhi syarat teknis dan sudah disetujui oleh direksi untuk menjadi timbunan pilihan. Timbunan pilihan dari sumber galian yang diklasifkasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan galian yang disetujui oleh direksi lapangan. Timbunan pilihan dari sumber galian tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan diluar rentang yang diisyaratkan. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran permukaan yang bebas.

Urutan Kerja :

1. Material diangkut dan diangkat/dimuat ke dump truck oleh Wheel loader/ Excavator kemudian dibawa ke lokasi penimbunan.

(18)

3. Pada saat pemadatan material timbunan disiram air dengan menggunakan water tanker secukupnya untuk mendapatkan kepadatan maksimal.

4. Sekelompok pekerja merapikan pekerjaan dengan menggunakan alat bantu.

5. Timbunan pilihan dari sumber galian tidak boleh terdiri dari bahan galian yang mengandung organik daun-daunan,rumputan dan akar.

6. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang diisyaratkan.

7. Setiap lapisan timbunan pilihan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang diisyaratkan,diuji kepadatan dan harus diterima oleh direksi pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

8. Timbunan pilihan harus dipadatkan melalui dari tepi luar dan bergerak menuju arah sumbu jalan sedemikan rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.

A. Bahan / Material:

1. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian (Quarry)

B. Peralatan yang digunakan:

1. Excavator 2. Dump Truck 3. Motor Grader 4. Vibrator Roller 5. Water Tanker Truck 6. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

(19)

DIVISI VII

7.1.(5)a Beton Mutu Sedang fc’ 30 MPa Lantai Jembatan

Beton mutu sedang pada pekerjaan ini digunakan untuk pada lantai jembatan. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan JMF dan JMD campuran beton kepada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat beton fc’ 30 MPa dicampur sesuai dengan komposisinya agregat kasar, pasir beton, semen dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan pengawas, kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran beton mutu sedang fc’ 30MPa kemudian diangkut dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai perlu diperhatikan lahan, bekisting dan pembesian lantai jembatan telah terpasang atau siap dengan baik sesuai gambar rencana pada dokumen kontrak. Selama proses pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan dengan concrete vibrator.

Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran mix desain untuk mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan beton dimulai.

2. Penyedia jasa harus mengirim gambar detail untuk seluruh perancah/bekesting yang akan digunakan dan harus memperoleh persetujuan direksi lapangan.

3. Acuan kerja atau bekesting dari kayu balok dan multilplex 12 mm, pembuatan bekesting sesuai dengan gambar rencana dilaksanakan oleh tukang dan pekerja di bawah arahan mandor dan pelaksana.

4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

5. Kayu yang tidak diserut permukaannya tidak dapat digunakan untuk permukaan beton yang terexpos.

(20)

7. Persetujuan atau proporsi bahan pokok campuran harus didasarkan pada percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan pengawas dan direksi lapangan.

8. Material pasir beton, semen, agregat kasar dimasukkan ke Concrete Pan Mixer atau Batching Plant dengan menggunakan Excavator kemudian campuran material tersebut dimasukkan ke dalam truck mixer.

9. Pengangkutan beton struktur mutu sedang fc’ 30 MPa dengan menggunakan truck mixer atau penghantar jenis agitator (penggoyang bolak - balik) dan harus mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang diisyaratkan.

10. Setelah pembesian struktur selesai, maka bekesting dapat dibuat sesuai dengan gambar rencana.

11. Sebelum memulai pengecoran seluruh kotoran yang berada dalam bekesting harus dibersihkan.

12. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran beton harus dicor dalam cetakan tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal kerja.

13. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.

14. Beton harus dipadatkan dengan pengetar mekanis/Concrete Vibrator, penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

(21)

2. Pekerja

Gambar Contoh Pengecoran Lantai Jembatan

7.1.(6) Beton Mutu Sedang fc’ 25 Mpa

Beton mutu sedang f’c 25 Mpa digunakan pada Abutment. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan JMF dan JMD campuran beton kepada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat beton fc’ 25 MPa dicampur sesuai dengan komposisinya agregat kasar, pasir beton, semen dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan, kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran beton mutu sedang fc’ 25 MPa kemudian diangkut dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai bekisting sudah terpasang dengan baik sesuai gambar dokumen kontrak. Selama pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan dengan concrete vibrator.

Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran mix desain untuk mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan beton dimulai.

2. Penyedia jasa harus mengirim gambar detail untuk seluruh perancah/bekesting yang akan digunakan dan harus memperoleh persetujuan direksi pekerjaan.

3. Acuan kerja atau bekesting dari kayu balok dan multilplex 12 mm, pembuatan bekesting sesuai dengan gambar rencana dilaksanakan oleh tukang dan pekerja di bawah arahan mandor dan pelaksana.

4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

(22)

6. Lapis beton struktur mutu sedang fc’ 25 MPa dicampur di Concrete Pan Mixer/Batching Plant sesuai dengan mix desain yang telah disepakati bersama.

7. Persetujuan atau proporsi bahan pokok campuran harus didasarkan pada percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan dan direksi lapangan.

8. Material pasir beton, semen, agregat kasar dimasukkan ke Concrete Pan Mixer atau Batching Plant dengan menggunakan Excavator kemudian campuran material tersebut dimasukkan ke dalam truck mixer.

9. Pengangkutan beton struktur mutu sedang fc’ 10 MPa dengan menggunakan truck mixer atau penghantar jenis agitator (penggoyang bolak - balik) dan harus mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang diisyaratkan.

10. Setelah pembesian struktur selesai, maka bekesting dapat dibuat sesuai dengan gambar rencana.

11. Sebelum memulai pengecoran seluruh kotoran yang berada dalam bekesting harus dibersihkan.

12. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran beton harus dicor dalam cetakan tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal kerja.

13. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.

14. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis/Concrete Vibrator, penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

(23)

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

Gambar Contoh Abutment yang telah siap ricor

7.1.(7)a Beton Mutu Sedang fc’ 20 Mpa Dinding dan Trotoar

Beton mutu sedang f’c 20 Mpa digunakan pada dinding dan trotoar jembatan. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan JMF dan JMD campuran beton kepada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat beton fc’ 20 MPa dicampur sesuai dengan komposisinya agregat kasar, pasir beton, semen dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan, kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran beton mutu sedang fc’ 20 MPa kemudian diangkut dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai bekisting sudah terpasang dengan baik sesuai gambar dokumen kontrak. Selama pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan dengan concrete vibrator.

Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran mix desain untuk mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan beton dimulai.

(24)

3. Acuan kerja atau bekesting dari kayu balok dan multilplex 12 mm, pembuatan bekesting sesuai dengan gambar rencana dilaksanakan oleh tukang dan pekerja di bawah arahan mandor dan pelaksana.

4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

5. Kayu yang tidak diserut permukaannya tidak dapat digunakan untuk permukaan beton yang terexpos.

6. Lapis beton struktur mutu sedang fc’ 20 MPa dicampur di Concrete Pan Mixer/Batching Plant sesuai dengan mix desain yang telah disepakati bersama.

7. Persetujuan atau proporsi bahan pokok campuran harus didasarkan pada percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan dan direksi lapangan.

8. Material pasir beton, semen, agregat kasar dimasukkan ke Concrete Pan Mixer atau Batching Plant dengan menggunakan Excavator kemudian campuran material tersebut dimasukkan ke dalam truck mixer.

9. Pengangkutan beton struktur mutu sedang fc’ 20 MPa dengan menggunakan truck mixer atau penghantar jenis agitator (penggoyang bolak - balik) dan harus mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang diisyaratkan.

10. Setelah pembesian struktur selesai, maka bekesting dapat dibuat sesuai dengan gambar rencana.

11. Sebelum memulai pengecoran seluruh kotoran yang berada dalam bekesting harus dibersihkan.

12. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran beton harus dicor dalam cetakan tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal kerja.

13. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.

14. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis/Concrete Vibrator, penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

(25)

4. Kayu Perancah/Multiplex 5. Paku

B. Peralatan:

1. Concrete Pan Mixer/Batching Plant 2. Truck Mixer

3. Water Tanker Truck 4. Concrete Vibrator 5. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

Gambar Contoh Pengecoran Dinring Jembatan

7.1.(9) Beton Siklop fc’ 15 Mpa

(26)

mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai pastikan lahan pengecoran sudah siap dengan baik sesuai gambar dokumen kontrak. Selama pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan dengan concrete vibrator.

Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran mix desain

4. Lapis beton siklop fc’ 15 MPa dicampur di Concrete Pan Mixer/Concrete mixer sesuai dengan mix desain yang telah disepakati bersama/disetujui oleh direksi lapangan,

5. Persetujuan atau proporsi bahan pokok campuran harus didasarkan pada percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan dan direksi lapangan,

6. Material pasir beton, semen, agregat kasar dan batu pecah dimasukkan ke Concrete Pan Mixer atau concrete mixer kemudian campuran material tersebut dimasukkan ke dituang ke dalam tiang pancang sebagai isiannya,

7. Atau dapat pula batu pecah dan batu kali dimasukkan ke dalam tiang pancang dengan persentase perkubiknya 40 % batu pecah, setelah itu dituangkan beton mutu fc’ 15 MPa,

8. Pengangkutan beton siklop fc’ 15 MPa dengan menggunakan truck mixer atau penghantar jenis agitator (penggoyang bolak - balik) atau concrete pump dan harus mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang diisyaratkan.

9. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran beton harus dicor dalam cetakan tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal kerja.

(27)

1. Concrete Pan Mixer/Concrete Mixer

7.1.(10) Beton Mutu Rendah fc’ 10 Mpa

Beton mutu rendah f’c 10 Mpa digunakan pada lantai kerja. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, penyedia jasa harus menyerahkan JMF dan JMD campuran beton kepada Konsultan Pengawas atau Direksi Lapangan. Agregat beton fc’ 10 MPa dicampur sesuai dengan komposisinya agregat kasar, pasir beton, semen dicampur dalam concrete pan mixer/batching plant sesuai komposisi mix design yang disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan, kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran beton mutu rendah fc’ 10 MPa kemudian diangkut dengan truck mixer ke lokasi pengecoran. Sebelum pengecoran dimulai bekisting sudah terpasang dengan baik sesuai gambar dokumen kontrak. Selama pengecoran sekelompok pekerja membantu merapikan dan memadatkan dengan concrete vibrator.

Selain itu juga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut

1. Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran mix desain oleh tukang dan pekerja di bawah arahan mandor dan pelaksana.

4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

5. Kayu yang tidak diserut permukaannya tidak dapat digunakan untuk permukaan beton yang terexpos.

6. Lapis beton mutu rendah fc’ 10 MPa dicampur di Concrete Pan Mixer/Batching Plant sesuai dengan mix desain yang telah disepakati bersama.

7. Persetujuan atau proporsi bahan pokok campuran harus didasarkan pada percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh penyedia jasa dan disetujui oleh konsultan dan direksi lapangan.

(28)

9. Pengangkutan beton mutu rendah fc’ 10 MPa dengan menggunakan truck mixer atau penghantar jenis agitator (penggoyang bolak - balik) dan harus mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang diisyaratkan.

10. Setelah pembesian struktur selesai, maka bekesting dapat dibuat sesuai dengan gambar rencana.

11. Sebelum memulai pengecoran seluruh kotoran yang berada dalam bekesting harus dibersihkan.

12. Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran beton harus dicor dalam cetakan tidak boleh melampaui 1 meter dari tempat awal kerja.

13. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.

14. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis/Concrete Vibrator, penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.

15. Beton mutu rendah fc’ 10 MPa harus segera dirawat, setelah finishing selesai seluruh permukaan disemprot air merata kontinyu, dan kondisi kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan. Penyemprotan air dengan mengguanakan water tanker truck dan ditutup dengan

7.2.(1a) Penyediaan dan Pemasangan Unit Pracetak Gelegar Tipe I Bentang 25,6 meter 40 MPa

(29)

direksi lapangan. Dalam hal ini pembuat dan pemasok gelagar ini sendiri harus memiliki izin sertifkat dan ISO yang mendapat pengakuan/dikeluarkan oleh instansi pemerintah terkait. Setelah bentangan tiba di lokasi pekerjaan, penyedia jasa harus mengecek kembali dudukan/abutment sebagai tempat dudukan Gelagar Pracetak. Apakah Dudukan gelagarnya sudah tepat dan sesuai. Selanjutnya Gelagar Pracetak ini diangkat dengan menggunakan Crane on Track dimana minimal harus terdapat 2 Crane on Track yang mengangkat gelagar ini dimasing-masing ujung gelagar dan dapat pula dibantu oleh excavator. Gelagar diangkat dan didudukan di kedua abutment. Dalam Pengangkatan Gelagar ini penyedia jasa terutama operator crane in track harus berhati-hati dan sangat teliti dalam mengangkan dan mendudukan gelagar pracetak ini sambal mengikuti arahan dan petunjuk dari konsultan pengawas.

A. Bahan / Material:

1. Gelagar Pracetak Tipe I Bentang 25,6 Meter 40 MPa

B. Peralatan:

1. Crane on Truck 2. Excavator 5. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

(30)

7.2.(1b) Penyediaan dan Pemasangan Unit Pracetak Gelegar Tipe I Bentang 30,6 meter 50 MPa

Gelagar Tipe I Jembatan ini dipesan melalui pembuat dan pemasok Beton Pracetak dengan spesifkasi panjang bentang dan mutu beton sesuai dengan spesifkasi teknik atau atas persetujuan konsultan pengawas dan direksi lapangan. Dalam hal ini pembuat dan pemasok gelagar ini sendiri harus memiliki izin sertifkat dan ISO yang mendapat pengakuan/dikeluarkan oleh instansi pemerintah terkait. Setelah bentangan tiba di lokasi pekerjaan, penyedia jasa harus mengecek kembali dudukan/abutment sebagai tempat dudukan Gelagar Pracetak. Apakah Dudukan gelagarnya sudah tepat dan sesuai. Selanjutnya Gelagar Pracetak ini diangkat dengan menggunakan Crane on Track dimana minimal harus terdapat 2 Crane on Track yang mengangkat gelagar ini dimasing-masing ujung gelagar dan dapat pula dibantu oleh excavator. Gelagar diangkat dan didudukan di kedua abutment. Dalam Pengangkatan Gelagar ini penyedia jasa terutama operator crane in track harus berhati-hati dan sangat teliti dalam mengangkan dan mendudukan gelagar pracetak ini sambal mengikuti arahan dan petunjuk dari konsultan pengawas.

A. Bahan / Material:

1. Gelagar Pracetak Tipe I Bentang 30,6 Meter 50 MPa

B. Peralatan:

1. Crane on Truck 2. Excavator 5. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

(31)

Gambar Contoh Pemasangan Girrer/Gelagar Pracetak Jembatan

7.2.(10a) Beton Diafragma fc’ 28 MPa Termasuk Pekerjaan Penegangan Setelah Pengecoran (Post Tension) untuk Girder 25,6 Meter

Diafragma merupakan elemen yang ditempatkan pada elemen lain atau pada sistem superstructure untuk mendistribusikan gaya-gaya serta untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan system. Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan antara Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing Girder dalam arah horisontal. Pengikat tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian stressing pada diafragma dan gelagar sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan. Diafragma berfungsi sebagai pengunci dan pengaku antar girder agar tidak terjadi guling. Setelah pekerjaan pemasangan balok girder selesai, dilanjutkan dengan pemasangan beton diafragma. Beton diafragma di cetak di lokasi atau dicetak di tempat lain dengan mutu dan bentuk sesuai dengan spesifkasi/gambar rencana dan telah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas maupun direksi lapangan. Perlu diperhatikan sebelum pekerjaan diafragma dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penyatuan gelagar dengan menggunakan metode Post Tension. Metode Post Tension dilakukan dengan menggabungkan beberapa segmen balok untuk kemudian disatukan dengan menggunakan perekat lalu disetressing.

A. Bahan / Material:

1. Beton Diafragma fc’ 28 MPa

B. Peralatan:

1. Crane on Truck 2. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor

(32)

Gambar Contoh Pemasangan Diafragma Pracetak Jembatan

7.2.(10b) Beton Diafragma fc’ 28 MPa Termasuk Pekerjaan Penegangan Setelah Pengecoran (Post Tension) untuk Girder 30,6 Meter

Diafragma merupakan elemen yang ditempatkan pada elemen lain atau pada sistem superstructure untuk mendistribusikan gaya-gaya serta untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan system. Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan antara Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing Girder dalam arah horisontal. Pengikat tersebut dilakukan dalam bentuk pemberian stressing pada diafragma dan gelagar sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan. Diafragma berfungsi sebagai pengunci dan pengaku antar girder agar tidak terjadi guling. Setelah pekerjaan pemasangan balok girder selesai, dilanjutkan dengan pemasangan beton diafragma. Beton diafragma di cetak di lokasi atau dicetak di tempat lain dengan mutu dan bentuk sesuai dengan spesifkasi/gambar rencana dan telah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas maupun direksi lapangan. Perlu diperhatikan sebelum pekerjaan diafragma dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penyatuan gelagar dengan menggunakan metode Post Tension. Metode Post Tension dilakukan dengan menggabungkan beberapa segmen balok untuk kemudian disatukan dengan menggunakan perekat lalu disetressing.

A. Bahan / Material:

1. Beton Diafragma fc’ 28 MPa

B. Peralatan:

1. Crane on Truck 2. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor

(33)

Gambar Contoh Pemasangan Diafragma Pracetak Jembatan

7.2.(12a) Penyediaan dan Pemasangan Plat Deck t= 7 cm fc’ = 28 MPa Untuk Girder 25,6 Meter

Deck slab (Plat Deck) merupakan elemen non-struktural yang berfungsi sebagai lantai kerja dan bekisting bagi plat lantai jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari beton dengan mutu fc’ 28 MPa dengan ketebalan 7 cm. Plat Deck jembatan berfungsi untuk menahan beban yang bekerja di atas jembatan secara merata dan agar mendapat permukaan yang rata. Ada 2 Metode yang dapat digunakan dalam item pekerjaan ini, yaitu dengan cara pembuatan dan perakitan di lokasi atau Plat Deck Precast yang telah dicetak dan dipesan.

A. Perakitan dan pembuatan di Lokasi

Urutan pelaksanaan pekerjaan plat lantai jembatan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan bekisting plat lantai 2. Pelaksanaan pekerjaan pembesian

3. Metode pelaksaan pekerjaan pengecoran beton

Pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan gelagar jembatan yang di atasnya telah dipasangi shear conector.

Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan bekisting:

1. Menentukan lahan yang akan dipasangi bekisting,

2. Melakukan pengukuran rencana lokasi pengecoran sesuai gambar rencana,

3. Membersihkan lokasi bekisting dari segala macam kotoran,

4. Menyiapkan komponen-komponen dan panel-panel bekisting besi di lapangan,

5. Merakit dan setting panel/komponen bekisting di lapangan dengan kuat dan tepat,

6. Melakukan pengecekan apakah letak dan posisi bekisting sudah sesuai, dan

7. Olesi dengan pelumas bagian dalam bekisting yang akan dilapisi beton basah, agar mudah untuk membuka dan menghasilkan beton keras yang bagus dan tidak keropos.

Prosedur pelaksanaan pekerjaan pembesian yaitu:

1. Menyiapkan material besi tulangan sesuai dengan ukuran dan gambar yang sudah direncanakan,

2. Menyiapkan lokasi untuk pemotongan dan perakitan tulangan,

(34)

6. Menyiapkan lokasi pemasangan panel rakitan pembesian di lapangan bersih dari segala kotoran, dan

7. Pastikan posisi ikatan antar besi tulangan sudah cukup kuat dan pada tempatnya.

Prosedur pelaksanaan pekerjaan pembesian yaitu:

1. Siapkan perijinan untuk memulai pekerjaan (request) yang disetujui oleh direksi pekerjaan,

2. Cek bersama dengan direksi sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran, 3. Lakukan pengecoran dan setiap melakukan pengecoran maka campuran beton sudah harus dilakukan pengecekan terhadap kadar airnya dengan slump test dan buat silinder untuk pengujian kuat tekan beton tersebut, 4. Pastikan skor-skor dan perancah kuat menopang beton basah sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan gambar, dan

5. Lakukan pemeliharaan beton dengan penyiraman terus menerus atau dengan pemberian karung goni sampai beton mencapai umur 28 hari

A. Bahan / Material:

1. Beton Mutu fc’ 28 MPa 2. Baja Tulangan U-24 3. Kayu Peracah/ Multiplex

B. Peralatan:

1. Concrete Pan Mixer/Batching Plant 2. Truck Mixer

3. Concrete Vibrator 4. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Tukang Besi

3. Pekerja

(35)

B. Penyediaan/Pemesanan Plat Deck Precast

Plat Deck beton dipesan dari penyedia sesuai dengan spesifkasi yang telah ditentukan atau berdasarkan dari gambar rencana dengan mutu Fc’ 28 MPa dan Tebal 7 cm. Setelah Plat Deck tiba di lokasi area pekerjaan, selanjutnya plat deck tersebut diangkat dengan menggunakan Crank on Track secara hati-hati dan didudukan di atas gelagar. Perlu diperhatikan dudukan Plat Deck ini harus pas sesuai agar nantinya tidak terjadi kegagalan struktur selanjutnya.

A. Bahan / Material:

1. Plat Deck fc’ 28 MPa, t = 7 cm

B. Peralatan:

1. Crane on Track + Ponton 2. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor

2. Pekerja

Gambar Contoh Pemasangan Plat Deck Jembatan

(36)

Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifkasi dan gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh konsultan pengawas dan direksi lapangan.

1. Baja beton U-24 polos diangkut ke lokasi kerja selanjutnya dipotong sesuai dengan gambar rencana, kemudian dirakit dan diikat dengan kawat bendrat atau kawat beton

2. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan lumpur, kotoran, kerak, dan lain-lain.

3. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang diisyaratkan

4. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat

7.3.(3) Baja Tulangan U 32 Ulir

Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifkasi dan gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh konsultan dan direksi lapangan.

1. Baja beton U 32 diangkut ke lokasi kerja selanjutnya dipotong sesuai dengan gambar rencana, kemudian dirakit dan diikat dengan kawat bendrat atau kawat beton

2. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan lumpur, kotoran, kerak, dan lain-lain.

3. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang diisyaratkan

(37)

2. Tukang Besi

7.6.(12)b Penyediaan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak Dia. 600 mm Tipe C

Tiang Pancang adalah salah satu jenis pondasi yang biasanya diaplikasikan di daerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil dimana umumnya dengan jenis tanah lembek atau tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup tinggi. Tiang Pancang dalam defenisinya merupakan susunan tiang beton bertulang dengan diameter 60 cm yang dimasukkan atau ditancapkan secara vertikal ke dalam tanah dengan menggunakan Pile Driver + Hammer yang ditunjukkan untuk memperkuat daya dukung terhadap beban di atasnya. Tiang Pancang yang digunakan harus sesuai dengan spesifkasi yang telah ditentukan atau berdasarkan petunjuk dan persetujuan dari konsultan pengawas dan direksi lapangan.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang pancang menggunakan alat pancang hidrolik hammer, yaitu sebagai berikut :

1. Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area manuver alat.

2. Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya.

3. Pada masing masing tiang pancang diberi identitas dan diberi meteran per satu meter.

4. Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya. 5. Melakukan pengukuran :

 Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh Direksi/MK.

 Kedudukan/posisi dari masing-masing tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan didalam tanah.

 Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang menyolok.

 Sebelum mulai jacking, tiang yang akan dijacking harus dicheck dan berada dalam keadaan/posisi vertikal.

 Penyambungan tiap bagian tiang dengan las harus dilakukan secermat mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las tersebut.

 Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor, panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut :

(38)

a. Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan sebenarnya (used pile).

b.Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang pancang.

7. Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer, Literatur dan Referensi teknis lengkap tentang alat pemukul yang dipakai.

8. Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan :

a. Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus diberikan perincian dan data secara jelas pada sisi puncak tiangnya meliputi nomor referensi , Panjang tiang, tanggal pengecoran, beban Kerja.

b. Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :

 Pada pemancangan tiang yang utuh maka pemancangan (set) maksirnum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat pemukul (hammer) yang paling tepat dan paling lunak. Bila pemancangan dilakukan secara sebagian (segmental) maka ketinggian maksimum pemukulan yang diusulkan harus semaksimal mungkin konsisten dengan tegangan maksimum yang diijinkan padabeton dan massa alat pemukulnya juga harus diganti dengan yang sesuai, haruspula diperhitungkan kemungkinan adanya kehilangan energi pada sambungan.

 Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali, batuan keras atau lapisan-lapisan batuan maka ketinggian pemukulannya harus dikurangi.

 Pemborong harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan yang harusdisusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali (up lifting) tian pancang.

 Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak sampai kelapisan keras pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang kuat (high end bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, bila mengalami hal tersebut.

 Pemborong harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.

(39)

dalam harus dilakukan test integritas tiang (Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang pancang terpasang.

 Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang dengan menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda.

9. Siapkan kertas grafk kalendering pada tiang pancang tersebut

10. Secara berlahan hummer diangkat keatas hingga ketinggian tertentu, kemudian hummer dilapaskan.

11. Bila tiang pancang perlu mendapat sambungan karena kedalaman pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang.

12. Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya yang mana sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan mesin las yang kemudian hasil las diberi bahan anti karat maka konsultasikan dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya.

A. Bahan / Material:

1. Tiang Pancang

B. Peralatan:

1. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

Gambar Contoh Tiang Pancang

7.6.(18)b Pemancangan Tiang Pancang Beton Pratekan Pracetak Dia. 600 mm

(40)

digunakan telah ready. Setelah semuanya telah siap maka tiang pancang kemudian diangkat dengan crane on track kemudian didirikan tegak lurus dengan pile driver, selanjutnya dipancang dengan menggunakan hammer sampai tiang pancangnya mendapatkan/menyentuk titik keras tanah. Untuk posisi pemacangan di tengah sungai, maka tiang pancang sedianya diangkat dan dibawah dengan menggunakan ponton. Perlu diperhatikan disini dalam pengerjaan pancang ditengah sungai lebih berisiko karena beban arus aliran sungai.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan tiang adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan tiang pancang di lapangan.

Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material, sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.

2. Pemeriksaan material tiang pancang

Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifkasi teknis pekerjaan harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang.

Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali :

 Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan

 Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifkasi dan penempatannya pada gambar konstruksi

 Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai

3. Persiapan tiang untuk pemancangan.

Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk keperluan pemantauan pada saat pemancangan dilakukan :

 Tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.

 Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.

 Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang disambung.

 Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang dikerjakan – supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika diperlukan penyambungan.

4. Pemantauan pelaksanaan pemancangan

(41)

a. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifkasi alat dan spesifkasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil).

b. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah dan dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’

c. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya :

 Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali.

 Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan penyesuaian sumbu.

d. Jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan bertambah semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan.

e. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas, namun tidak boleh lebih dari 3 m dalam segala kondisi pelaksanaan.

f. Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang

 dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer.

i. Pengambilan fnal set harus dilakukan :

 Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy).

(42)

 Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul.

 Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter.

 Grafk yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring.

 Diambil pencatatan fnal set untuk minimal 10 kali pukulan.

 Jika tidak tercapai nilai fnal set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi fnal setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai fnal set yang ditetapkan.

5. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan).

Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.

Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak :

a) Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal – jika tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya.

b) Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur).

c) Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang telah terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving d) Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus

dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan pengambilan grafk fnal set lagi

e) Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang. f) Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk

(43)

persetujuan Konsultan Pengawas -- direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile.

Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut :

 Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal penampang tiang – ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan kepada PM untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang pancang atau tidak.

 Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar keluar.

6. Penghentian Pekerjaan Pemancangan.

Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi atau tercapai fnal set sudah dicapai (end-bearing pile) atau kedalaman pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile). sudah mencapai maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang. Telah mencapai batas kelangsingan tiang pancang sesuai spesifkasi material atau ketentuan Konsultan harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang jika diperlukan. terjadi kerusakan pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang terjadi kemiringan di luar toleransi : harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang.

7. Pencatatan data pelaksanaan.

Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :

o Data jenis dan spesifkasi alat pancang yang dipakai.

o Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai.

o Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafk Final Set).

o Data panjang tertanam termasuk konfgurasi sambungan tiang dan tanggal pemancangan, yang ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada gambar konstruksi.

o Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan, sesuai penomoran titik pancang.

o Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama pemancangan, dicatat dan ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada gambar konstruksi.

o Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada gambar konstruksi, dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifkasi dengan pengujian PDA Test atau Static Loading Test.

o Kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.

A. Bahan / Material:

(44)

B. Peralatan:

1. Crane on Track 2. Ponton

3. Pile Driver + Hammer

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor 2. Pekerja

Gambar PemancanganTiang Pancang

7.6.(20) Tambahan Biaya Untuk Nomor Mata Pembayaran 7.6.(13) s/ d 7.6.(18) Bila Tiang Pancang di tempat yang berair

Item pekerjaan ini untuk menutupi atau sebagai persiapan apabila pemancangan dilakukan di tempat yang berair. Pada prinsipnya item pekerjaan ini sama dengan pemancangan pada tanah. Pemacangan di tengah sungai, maka tiang pancang sedianya diangkt dan dibawah dengan menggunakan ponton. Perlu diperhatikan disini dalam pengerjaan pancang ditengah sungai lebih berisiko karena beban arus aliran sungai.

7.9.(1) Pasangan Batu

Pasangan batu biasa digunakan pada struktur dinding penahan, tembok pada kepala gorong-gorong, lantai gorong-gorong, pekerjaan pelindung lainnya pada lereng. Dalam Hal ini pasangan batu pada pelaksanaan pekerjaan ini berperan sebagai talud.

Uraian pelaksanaanya ialah,

(45)

3. Semen, Pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan concrete mixer, air diambil dengan menggunakan wáter tanker.

4. Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang. 5. Pasang benang pada sisi luar profl sesuai dengan hasil pengukuran dan gambar rencana.

6. Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing masing batu pada lapisan pertama.

7. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut sudut. perhatian harus diberikan untuk menghindar pengelompokan batu yang ukuran sama.

8. Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.

9. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan sulingan. Kecuali ditunjuk lain pada gambar atau diperintahkan oleh direksi lapangan, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antar tidak lebih dari 2m dari sumbu satu ke sumbu yang lain dan harus berdiameter 50 mm.

10. Melakukan penyelesaian dan perapian setelah pemasangan oleh

7.11.(6) Expansion Joint Tipe Baja Bersudut

Item Expansion Joint Tipe baja bersudut dipasang di antara plat lantai dan plat injak, dipasang untuk meredam surut dan muai beton dan juga mengalihkan beban. Ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam pekerjaan ini, antara lain :

1. Lokasi sambungan pelaksanaan harus ditunjukkan dalam gambar rencana, dan tidak ditenpatkan pada pertemuan elemen struktur,

(46)

3. Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan diletakkan pada gaya geser minimum,

4. Pada sambungan vertikal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan agar struktur tetap monolit,

5. Untuk pelat, untuk luas pelat minimum 40 m2 boleh diletakkan sambungan konstruksi dengan dimensi maksimum tidak lebih dari 1,2 x dimensi yang lebih kecil

6. Boleh digunakan bonding agent untuk pelekatan sambungan konstruksi seiizin konsultan pengawas atau direksi lapangan,

7. Tidak diperkenankan adanya sambungan konstruksi pada daerah air asin pada tempat 75 cm di bawah muka air tertinggi atau 75 cm di atas muka air terendah.

A. Bahan / Material:

1. Elastomer/Logam

2. Bahan Pengisi/Filler/Beton/Aspal Sealent 3. Sealent (Penutup)

B. Peralatan:

1. Alat Bantu

C. Tenaga Kerja:

1. Mandor

2. Pekerja

Gambar Contoh Expansion Joint Tipe Baja Bersurut

7.12.(3) Perletakan Elastomer Bearing Pad, 35 x 50 x 4 cm

Gambar

Gambar. Contoh Detail Coferram
Gambar Contoh Pengecoran Lantai Jembatan
Gambar Contoh Abutment yang telah siap ricor
Gambar Contoh Pengecoran Dinring Jembatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Bagian Beton dan Bagian Baja dari Spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan untuk memindahkan tiang pancang harus

3 Melakukan Mobilisasi Peralatan dan Tenaga sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak atau atas petunjuk Direksi.. 4 Pemasangan Papan Nama ,

Direksi dapat menentukan perubahan pondasi ( jenis, dimensi, peil ) dengan menyesuaikan keadaan lapangan. Untuk pondasi tiang pancang sebelum mulai pelaksanaan pemancangan

3.2 Pondasi Tiang Pancang Pile Pondation Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer menyalurkan beban dari struktur atas ke

dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit dengan mempedomani hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan dan pihak proyek.Pemasangan bowplank

Hasil pekerjaan galian akan ditinjau oleh Pengawas / Direksi / Konsultan untuk menentukan apakah pekerjaan galian telah sesuai dengan gambar serta spesifikasi teknis

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemancangan pondasi tiang pancang adalah pemancangan setiap (satu) tiang harus dilaksanakan sekaligus dan tidak boleh ditunda atau

Dari hasil penelitian metode pelaksanaan konstruksi bagian bawah jembatan yang meliputi pekerjaan tiang pancang dan pekerjaan box culvert di dapati faktor-faktor yang mempengaruhi