• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SOSIO BUDAYA DALAM ASUHAN K (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI SOSIO BUDAYA DALAM ASUHAN K (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANTROPOLOGI KESEHATAN

IMPLEMENTASI SOSIO BUDAYA DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN

OLEH :

TINGKAT 1.3

I GUSTI AYU GEDE ANDI SUARI

( P07120014070 )

GUSTI AYU MADE PITRI RAHAYU

( P07120014079 )

I DEWA AYU AGUNG YULI UMARDEWI

( P07120014090 )

ANAK AGUNG AYU DWI IRMA RIYANTI

( P07120014091 )

PRODI JURUSAN DIII KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah yang berjudul “Implementasi Sosio Budaya dalam Asuhan Keperawatan” dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Kami menyusun makalah ini guna memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Antropologi Kesehatan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan makalah ini dalam kegiatan sehari-hari pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari segala kekurangan dan kemampuan yang sangat terbatas yang kami miliki, sehingga dalam penulisan, penyusunan kalimat dan dalam mencari sumber buku serta sumber dari internet masih kurang. Dengan segala usaha yang telah kami lakukan maka makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berharap menghasilkan yang terbaik.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN...

LATAR BELAKANG... RUMUSAN MASALAH... TUJUAN PENULISAN... MANFAAT PENULISAN... BAB II PEMBAHASAN...

IMPLEMENTASI SOSIO BUDAYA DALAM-

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persepsi sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit serta terkait dengan sosial-budaya masyarakat setempat. Budaya masyarakat Jawa dan Madura dalam mencari pengobatan sangat berbeda. Masyarakat Jawa terkadang lebih memilih berobat pada “orang pintar” ke dukun daripada ke dokter atau masyarakat Madura yang lebih meminta disuntik dua kali saat berobat ke mantri, semua ini didasari atas persepsi masyarakat dalam mencari pengobatan ketika mereka sakit.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Implementasi Sosio Budaya dalam Asuhan Keperawatan? 2. Bagaimana Pandangan Sehat-sakit?

3. Bagaimana Pencegahan Penyakit?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat mengetahui dan memahami implementasi sosio budaya dalam asuhan keperawatan

2. Dapat mengetahui pandangan sehat-sakit 3. Dapat mengetahui pencegahan penyakit

D. MANFAAT PENULISAN

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. IMPLEMENTASI SOSIO BUDAYA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, termasuk mempelajari unsur sosial dan kebudayaan masyarakat. Melalui proses keperawatan, khususnya pada tahap pengkajian perawat perlu mengkaji unsur social masyarakat seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi, dan unsur budaya.

Sistem kepercayaan tertentu berkaitan dengan pemilihan menu makanan. Pemeluk beragama islam tidak akan makan daging babi, meskipun diolah dengan baik. Secara medis sudah terbukti bahwa daging babi yang dikonsumsi mentah atau setengah matang dapat menularkan cacing pita (Taenia solium). Perawat tidak dapat menganjurkan masyarakat yang beragama islam untuk makan daging babi.

Sangat penting bagi perawat untuk mempelajari sistem organisasi di masyarakat. Dengan mempelajari organisasi masyarakat, perawat akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Perawat akan menemukan key person untuk dijadikan kader kesehatan. Dengan pengetahuan tersebut maka perawat dapat menentukan strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyrakat menuju perilaku sehat dan perbaikan status kesehatan masyrakat.

(6)

bahwa penyakit disebabkan oleh guna-guna, gangguan roh halus, pergantian cuaca, atau dosa manusia. Penelitian yang dilakukan di pedesaan daerah Kabupaten Soe, Nusa Tenggara Timur, menunjukkan bahwa bayi yang sakit disebabkan oleh dosa kedua orang tuanya sehingga untuk menyembuhkan anak yang sakit ISPA, kedua orang tuanya harus mengutarakan dosa-dosa mereka dan meminta maaf. Pertama kali mereka mencari pertolongan pengobatan kepada tim doa, dan jika tidak sembuh, kemudian mereka mencari pertolongan pengobatan ke pelayanan kesehatan (Sudarti Kresno, 2008). Petugas kesehatan perlu mempelajari bahasa lokal dan istilah lokal tentang penyakit. Penguasaan bahasa lokal, tidak hanya sekedar untuk memudahkan berkomunikasi dengan masyarakat. Umumnya masyarakat mempunyai istilah lokal tentang suatu penyakit yang berbeda dengan istilah penyakit yang digunakan perawat.

Berikut ini kami uraikan beberapa pertimbangan umum yang terkait dalam memenuhi kebutuhan dasar nutrisi pada manusia.

1. Untuk menjaga fungsi metabolism tubuh diperlukan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, elektrolit, dan elemen-elemen lain. Tabel 13.1 menunjukkan fungsi nutrient ini. Nutrient ini dianjurkan setiap hari, yaitu yang mengandung lima kelompok makanan, sedangkan kelompok keenam yaitu lemak, minyak dan gula dianjurkan untuk dimakan sewaktu-waktu, kelompok ini tidak boleh melebihi 30% dari masukan kalori seluruhnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi meliputi usia, aktivitas, jenis kelamin, status kesehatan, dan metabolism tubuh.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi masukan nutrisi meliputi yang bersangkutan (nafsu makan, kemampuan mengunyah, dan menelan, kemampuan fungsional, status psikologis, dan budaya) dan structural (sosialisasi, keuangan, kemampuan memperoleh dan menyiapkan makanan, fasilitas, dan transportasi) (Miller, 1995) 4. Tubuh memerlukan zat gizi minimal untuk kesehatan dan pertumbuhan. Selama

rentang kehidupan kebutuhan individu bervariasi.

(7)

Table 13.1 berbagai fungsi nutrien (Sumber; Carpenito, 1998)

Karbohidrat Sumber aktivitas utama untuk aktivitas sel; diperlukan sebagai. a. Transpor substrat, menjamin fungsi selular.

b. Sekresi hormone khusus. c. Kontraksi otot.

d. Menghemat protein untuk fungsi lainnya.

Protein Dasar struktur tubuh (darah, otot, rambut, kuku, tendon kulit) diperlukan sebagai.

Lemak Mempertahankan fungsi tubuh, menyediakan sumber energy, diperlukan sebagai.

a. Sumber energy pilihan (lipolysis) b. Melindungi organ internal. c. Bantalan organ internal.

d. Mengabsorpsi vitamin larut lemak.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan transcultural menurut beberapa ahli terkait masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar nutrisi.

1. Selama beberapa abad diet telah digunakan di beberapa Negara ntuk penatalaksanaan kondisi penyakit yang spesifik, meningkatkan kesehatan selama kehamilan, merangsang pertumbuhan bayi dan anak, serta digunakan untuk memperpanjang umur harapan hidup (Boyle dan Andrew, 1989).

(8)

berlebihan, diidentifikasi sebagai menggigil. Makanan, tumbuhan, dan obat-obatan diklasifikasikan seperti panas, basah, dingin, basah atau kering. Makanan, tumbuhan, dan obat-obatan digunakan untuk mempertahankan tubuh dalam keseimbangan yang alami. Misalnya buah pisang diklsifikasikan sebagai suatu makanan yang dingin, tetapi jagung, diklasifikasikan sebagai makanan yang panas (Boyle dan Andrew, 1989).

3. Kekurangan laktosa pada orang dewasa dilaporkan banyak terjadi pada penduduk di dunia. Sejumlah 94% terjadi pada orang Asia, 90% pada orang negro Afrika, 79% pada orang Indian Amerika, 75% pada orang Amerika kulit hitam, 50% pada orang Amerika-Meksiko, dan 17% pada orang Amerika kulit putih (Overvield, 1985).

4. Latihan nutrisi dapat digolongkan sebagai kegiatan yang menguntungkan, murni dan penuh kehangatan. Mnfaat dan kemurnian harus didukung dengan sensitivitas dan penjelasan pengaruh mentalnya (Boyle dan Andrew, 1989).

5. Makan secara berkelompok dapat dianjurkan pada beberapa situasi (rehabilitas jangka panjang, kesehatan mental) dapat menjadi konflik budaya (contoh, laki-lakimakan bersama wanita) (Boyle dan Andrew, 1989).

6. Makan digunakan oleh orang Italia untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis. Anggur merupakan makanan yang sering digunakan bersama pada saat makan (Ginger dan Davidhizar, 1991).

7. Mempertahankan diet yang halal pada orang Yahudi adalah sebuah kemungkinan walaupun di dapurnya terdapat makanan yang tidak halal. Ikan dengan siripnya merupakan diet yang dibutuhkan. Piring kertas disposible akan digunakan, sehingga hidangan daging dan susu tidak bercampur (Ginger dan Davidhizar, 1991).

B. PANDANGAN SEHAT – SAKIT

(9)

kali saat berobat ke mantri, semua ini didasari atas persepsi masyarakat dalam mencari pengobatan ketika mereka sakit.

Menurut Sudarti (1988), individu yang merasa penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus, akan mencari “orang pintar” atau dukun yang dianggap mampu mengusir makhluk halus yang dipersepsikan sebagai penyebab sakit. Perbedaan seperti ini biasanya menimbulkan masalah tersendiri bagi perawat atau petugas kesehatan dalam menerapkan program kesehatan.

Penyakit merupakan sesuatu yang bersifat objektif, sedangkan sakit lebih bersifat subjektif. Pengalaman sakit lebih menekankan akan perasaan tidak enak, merasa sakit atau terdapat kekurangan pada individu yang merasa sakit. Di negara-negara Eropa atau Amerika yang tergolong sebagai negara maju, memiliki kesadaran kesehatan yang cukup tinggi. Masyarakat di negara maju ini cenderung takut terkena penyakit, sehingga jika merasa terdapat kelainan pada tubuh mereka maka akan segera pergi ke pelayanan kesehatan. Padahal, setelah diperiksa secara seksama oleh perawat dan dokter, tidak terdapat kelainan. Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak dirasakan oleh masyarakat negara maju atau orang kaya daripada negara berkembang atau masyarakat marginal. Keadaan sehat sakit sangat terkait dengan subjektivitas seseorang.

Sesuai dengan persepsi yang subjektif tentang sehat dan penyakit Notoatmojo dan Sarwono (1986), memberikan penilaian tentang kondisi kesehatan individu ke dalam delapan golongan.

Tabel 11.1 Status kesehatan individu (Notoatmojo dan Sarwono, 1986)

Tingkat Dimensi Sehat

(10)

Primer Sekunder Tersier

b b

mula-mula individu (host) kontak pertama dengan penyakit (agen), agen akan mengalami inkubasi pada tubuh host. Selama periode ini, pada host terjadi hubungan secara patologis yang tidak atau belum dirasakan oleh host. Pada saat sampai pada titik mulai timbul tanda dan gejala klinis yang dirasakan oleh individu. Individu mulai mencara perawat atau dokter untuk mengatasi keluhan penyakit yang dirasakan individu. Ketika individu menjalani proses penyembuhan penyakit maka akan ada tiga kemungkinan yaitu individu akan sembuh total, individu akan cacat, terdapat gejala sisa, atau individu akan meninggal dunia.

Gambar 11.2 Level pencegahan penyakit

Terdapat tiga level pencegahan yang dilakukan perawat untuk membantu masyarakat, yaitu pencegahan level primer, sekunder dan tersier. Pencegahan level pertama atau primer dilakukan oleh perawat untuk mencegah timbulnya penyakit. Perawat dengan kompetensi yang dimiliki berusaha menyadarkan masyarakat agar berprilaku hidup sehat, mulai dari penyuluhan, menempel iklan layanan kesehatan sampai menggelar talk show serta seminar.

Menurut penulis Sugeng Mashudi, (2012) kendala yang diahadapi perawat saat melakukan pencegahan primer ini adalah dukungan pemerintah yang kurang optimal. Pencegahan sekunder dapat dilakukan oleh perawat dan petugas kesehatan dengan melakukan deteksi dini (screening) terhadap suatu penyakit. Misalnya, deteksi dini kanker serviks, deteksi dini hepatitis B, deteksi dini flu babi, dan lain-lain. Adanya kampanye deteksi dini penyakit diharapkan masyarakat sadar akan status kesehatannya. Harapan penulis pada level pencegahan sekunder ini pemerintah memberikan sistem khusus agar masyarakat lebih teratur memeriksakan kesehatannya.

(11)

mampu pemerintah telah mengalokasikan sejumlah dana untuk memberikan pengobatan gratis bagi warganya. Guna mensejahterakan dan menyehatkan masyarakat Indonesia, sudah saatnya pemerintah mulai mendukung usaha pencegahan level pertama, primer.

(12)

A. SIMPULAN

Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, termasuk mempelajari unsur sosial dan kebudayaan masyarakat. Melalui proses keperawatan, khususnya pada tahap pengkajian perawat perlu mengkaji unsur social masyarakat seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi, dan unsur budaya.

Kemudian mengenai pandangan sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit serta terkait dengan sosial-budaya masyarakat setempat.

B. SARAN

Dengan upaya yang dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, diharapkan juga masyarakat ikut serta dalam meningkatkan status kesehatan sehingga akan lebih efektif bila bersama-sama menerapkannya. Sehingga diharapkan nanti tidak ada lagi masyarakat dengan status kesehatan yang rendah selain itu tidak ada lagi perbedaan mengenai pandangan sehat sakit dalam masyarakat dengan perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Table 13.1 berbagai fungsi nutrien (Sumber; Carpenito, 1998)
Tabel 11.1 Status kesehatan individu (Notoatmojo dan Sarwono, 1986)
Gambar 11.2 Level pencegahan penyakit

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta agar air minum yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan perlu dilaksanakan

Diharapkan peningkatan pelayanan harus terus dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada ibu hamil dan bayi untuk menurunkan angka

Promosi kesehatan merupakan salah satu jalan untuk bisa menjembatani perawat dengan masyarakat dalam upaya memandirikan dalam menjaga status kesehatan mulai dari

Hal ini ditekankan pada aspek kognitif sehingga diharapkan pengetahuan masyarakat tentang kesehtan gigi dan mulut meningkat serta dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

Kepada kepala Rumah Sakit ikut mengambil kebijaksanaan dalam program pendidikan kesehatan, untuk lebih meningkatkan pengetahuan perawat serta melatih tenaga kesehatan

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta agar air minum yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan perlu dilaksanakan

Masyarakat yang ikut menjadi bagian Omunity Bali juga diharapkan ikut memberikan pemahaman secara tidak langsung bagi masyarakat lain untuk ikut serta menjaga lingkungan

Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: 1 Memberikan pemahaman kepada perawat tentang konsep MAKP 2 Meningkatkan kemampuan perawat dalam mengimplementasikan MAKP di rumah