• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam - macam Putusan .doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Macam - macam Putusan .doc"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II PEMBAHASAN A. Jenis-jenis Putusan

Putusan pengadilan secara umum diatur dalam Pasal 185 HIR, Pasal 196 RGB, dan Pasal 46-68 Rv. Selain itu ada pula putusan provinsi seperti yang diatur dalam Pasal 180 HIR, dan 191 RGB, maka berdasarkan pasal-pasal tersebut dapat dikelompokkan jenis-jenis putusan dari beberapa segi yang dapat dijatuhkan oleh hakim.

1. Dari Aspek Kehadiran Para Pihak

Dalam sebuah perkara gugatan terdapat dua pihak yang bersengketan yaitu yang terdiri dan penggugat dan tergugat. Gugatan/contentiosa disebut juga adversary proceeding atau adversary system yakni proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pertentangan antara dua partai. Berarti para prinsipnya penyelesaian sengketa disidang pengadilan harus dihadiri oleh para pihak yang sebelumnya sudah dipanggil secara oleh juru sita sesuai dengan tata cara yang ada dalam Pasal 390 ayat (1) HIR, Pasl 1-14Rv. Akan tetapi, terkadang meskipun telah dipanggil secara patutm kemungkinan salah satu pihak tidak hadir memenuhi panggilan tanpa alas an yang sah.1

Untuk mengantisipasi tindakan tersebut maka undang-undang memberi kewenangan kepada hakim untuk menjatuhkan putusanm sebagai ganjaran atas tindakan tersebut. Sehubungan dengan itu, berdasarkan factor ketidak hadiran di persidangan tanpa alas an yang sahm undang-undang memperkenalkan putusan-putusan hakim sebagaimana berikut:

a. Putusan Gugatan Gugur

Ialah putusan yang menyatakan bahwa gugatan /permohonan gugur karena penggugat /pemohon tidak hadir. Bentuk putusan ini diatur dalam Pasal 124 HIR, Pasal 77 Rv. Jika penggugat tidak datang pada hari siang yang ditentukan, atau tidak

(2)

menyuruh wakilnya untuk menghadiri padahal telah dipanggil dengan patut, dalam kasus yang seperti itu2:

- Hakim dapat dan berwenang menjatuhkan putusan menggugurkan gugatan penggugat,

- Bersamaan dengan itu penggugat di hukum membayar biaya perkara. Akibat hukum yang timbul dari putusan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam pasal 77 Rv.

b. Putusan Verstek

Putusan verstek atau in absensia adalah putusan tidak hadirnya tergugat dalam suatu perkara setelah dipanggil oleh pengadilan dengan patut tidak pernah hadir dalam persiangan dan tidak menyuruh wakilnya atau kuasa hukumnya untuk menghadiri dalam persidangan.3

Putusan ini diatur dalam Pasal 125 ayat (1) HIR, Pasal 78 Rv. Pasal ini memberi wewenang kepada hakim untuk menjatuhkan putusan verstek: - Apabila pada sidang pertama pihak tergugat tidak datang menghadiri

persidangan tanpa alasan yang sah.

- Dan sudah dipanggil oleh juru sita secara patut, kepadanya dapat dijatuhkan putusan verstek.

Selain itu, mengenai putusan verstek juga diatur dalam Pasal 125-129 HIR, Pasal 149-153 RBg.

Jadi, keputusan verstek ini merupakan kebalikan pengguguran gugatan yakni sebagai hukuman yang diberikan undang-undang kepada tergugat atas keingkarannya menghadiri persidangan yang ditentukan. Bentuk hukuman yang dikenakan kepada tergugat atas keingkarannya itu:

1) Dianggap mengakui dalil gugatan penggugat secara murni dan bulat berdasarkan pasal 174 HIR, pasal 192 KUH Perdata.

2) Atas dasar anggapan pengakuan itu, gugatan penggugat dikabulkan, kecuali jika gugatan itu tanpa hak atau tanpa dasar hukum.

2 Ibid., hlm 873

(3)

Namun, dalam hal ini tergugat yang dijatuhi putusan verstek, masih: - Diberi hak mengajukan perlawanan atau verzet,

- Dan hal itu dalam diajukan dalam tenggang waktu 14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan verstek kepada tergugat.4

c. Putusan Contradictoir

Putusan contradictoir adalah putusan yang menyatakan bahwa tergugat atau para tergugat pernah hadir dalam persidangan, tetapi dalam persidangan selanjutnya tergugat atau salah satu tergugat tidak pernah hadir walaupun sudah dipanggil secara patut. Secara yuridis hakim yang menangani perkara ini dapat menjatuhkan putusan contradictoir. Dalam hal ini tergugat atau pihak tergugat tidak diperkenankan mengajukan perlawanan atas putusan pengadilan negeri, tetapi perlawanan hanya dipebolehkan dilakukan dalam tinggat banding ke pengadilan tinggi (Pasal 127 HIR).5

Misalnya: A dan B di gugat C untuk mengembaikan hutangnya dengan jaminan rumah dan tanah, oleh karena B tidak hadir dalam siding-sidang berikutnya dan tidak mewakilkan kepada wakilnya atau kepada kuasa hukumnya yang diberikan kuasa khusus untuk itu, walaupun A hadir dalam sidang-sidang berikutnya, secara yuridis hakim dapat memberikan putusan contradictoir.

Putusan ini merupakan lawan dari putusan verstek, dalam putusan contradictoir diberikan disebabkan oleh tergugat atau para tergugat yang pernah hadir dipersidangan, tetapi dalam sidang-sidang berikutnya tergugat atau salah satu dari tergugat tidak pernah hadir. Sedangkan putusan verstek adalah putusanyang diberika oleh hakim karena tergugat tidak pernah hadir dalam persidangan.

2. Putusan Ditinjau dari Sifatnya

a) Putusan Deklaratoir (Pernyataan)

(4)

Adalah putusan yang hanya menegaskan atau menyatakan tentang suatu keadaan atau kedudukan hukum semata-mata. Misalnya : keputusan mengenai keabsahan anak angkat menurut hukum, putusan ahli waris yang sah, putusan pemilik suatu atas benda yang sah, dan lain sebagainya.6

Dari berbagai contoh diatas, putusan yang bersifat deklaratif adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang suatu hak atau titel maupun status. Dan penyataan itu dicantumkan dalam amar atau dictum putusan. Dengan adanya pernyataan itu putusan telah menentukan dengan pasti siapa yang berhak atau siapa yang mempunyai kedudukan atas permasalahan yang disengketakan.7

b) Putusan Constitutief (Pengaturan)

Putusan consitutief atau konstitutif adalah putusan yang memastikan suatu keadaan hukum, baik yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan keadaan hukum baru.

Contoh : putusan perceraian, merupakan putusan yang meniadakan keadaan hukum yakni tidak ada lagi ikatan hukum antara suami dan istri sehingga putusan itu meniadakan hubungan perkawinan yang ada, dan bersamaan dengan itu timbul keadaan hukum baru kepada suami istri tersebut, sebagai janda dan duda.8

c) Putusan Condemnatoir (Menghukum)

Adalah putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan dalam persidangan untuk memenuhi prestasi. Pada umumnya putusan ini terjadi disebabkan oleh karena dalam hubungan perikatan antara penggugat dan tergugat yang bersumber pada perjanjian atas undang-undang telah terjadi wanprestasi dan perkaranya diselesaikan dipengadilan. Misalnya :

6 Ibid,. hlm 212

(5)

- Hukuman untuk menyerahkan sebidang tanah beserta bangunan rumahnya yang berdiri di atasnya sebagai pelunasan hutang.

- Hukuman untuk membayar sejumlah uang. - Hukuman untuk membayar ganti rugi.

- Hukuman untuk menyerahkan barang-barang jaminan baik terhadap barang-barang bergerak maunpun tidak bergerak dan lain sebagainya. Dalam putusan condemnatoir ini mempunyai kekuatan mengikat terhadap salh satu pihak yang dikalahkan dalam persidangan untuk memenuhi prestasinya sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati bersama ditambah dengan bunga dan biaya-biaya persidangan dan eksekusi, yang mana pelaksanaan eksekusi terhadap barang-barang yang menjadi jaminan atas perikatan dapat dilaksanakan dengan cara paksa oleh panitera pengadilan yang dibantu oleh aparat territorial (aparat pemerintah) setempat.9

3. Putusan Ditinjau Pada Saat Penjatuhannya

Ditinjau dari segi saat putusan dijatuhankan, dikenal beberapa jenis putusan sebagaimana berikut:

a) Putusan Sela

Disebut juga putusn sementara (temporary award, interim award). Putusan sela ini disinggng dalam Pasal 185 ayat (1) HIR atau Pasal 48 Rv. Menurut pasal tersebut hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan putusan akhir (eind vonnis), yang dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung.

Putuasan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berpekara untuk memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum dia menjatuhkan putusan akhir.10

Sehubungan dengan itu, dalam teori dan praktik dikenal beberapa jenis putusan yang muncul dari putusan sela, antara lain sebagai berikut:

1) Putusan Preparatoir

9 Sarwono, Hukum Acara Perdata, hlm. 213

(6)

Putusan ini adalah putusan sela yang dipergunakan untuk mempersiapkan putusan akhir. Putusan ini tidak mempunyai pengaruh atas pokok perkara atau putusan akhir karena putusannya karena putusannya dimaksudkan untuk mempersiapkan putusan akhir, misalnya :

a. Putusan yang menolak atau menerima penundaan sidang untuk pemeriksaan

saksi-saksi-b. Putusan yang menolak atau menerima penundaaan sidang untuk pemeriksaan saksi ahli.

c. Putusan yang memerintahkan tergugat supaya menghadap sendiri dipersidangan pengadilan untuk dimintai keterangan langsung tentang terjadinya peristiwa hokum yang sebenarnya walaupun tergugat telah diwakilkan oleh kuasa hukumnya.

2) Putusan Interlocutoir

Putusan ini merupakan putusan sela yang berisi tentang perintahuntuk mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap bukti-bukti yang ada pada para pihak yang sedang berperkara dan paa saksi yang dipergunakan untuk menentukan putusan akhir, misalnya:

a. Pengambilan sumpah b. Pemeriksaan saksi c. Pemeriksaan saksi ahli

d. Pemeriksaan tempat dan sebagainya.11

3) Putusan Insidentil

Putusan ini merupakan putusan sela yang berkaitan langsung dengan incident atau peristiwa yang bisa menghentikan proses peradilan biasa untuk sementara, atau yang berkaitan dengan penyitaan yang membebankan pemberi uang jaminan dari pemohon sita, agar sita dilaksanakan yang disebut dengan caution judicatum solvi, misalnya:

a. Kematian kuasa dari salah satu pihak, baik tergugat maupun penggugat.

(7)

b. Putusan atau tuntutan agar pihak penggugat mengadakan jaminan terlebih dahulu sebelum dilaksankan putusan serta merta.

c. Putusan yang memperbolehkan pihak ketiga turut serta dalam suatu perkara (voeging, tussentkomst, dan vrijwaring), sebagaimana diatur dalam Pasal 279 Rv.

4) Putusan Provisionil

Diatur dalam Pasal 180 HIR, Pasal 191 RBg, disebut juga

provisionele beschikking yakni keputusan yang bersifat sementara atau interim award (temporary disposal) yang berisi tindakan sementara menunggu sampai putusan akhir mengenai pokok perkara dijatuhkan. Selain itu putusan ini dilakukan karena adanya alasan yang mendesak untuk kepentingan salah satu pihak, misalnya:

- Putusan dalam perkara perceraian dimana pihak istri memohon agar diperkenankan meninggalkan tempat tinggal bersama suami selama proses persidangan berlangsung.

- Putusan yang menyatakan bahwa suami yang digugat oleh istrinya karena telah melalaikan kewajibannya untuk memberikan nafkah kepada anak istrinya, agar suami tersebut dihukum untuk membayarnafkah terlebih dahulu kepada anak istrinya sebelum putusan akhir dijatuhkan. Dsb.

Putusan provisional ini identik atau sama dengan putusan uit voorbaar bijvoornad atau putusan serta merta. Putusan serta merta yaitu putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu, walaupun belum memperoleh kekuatan hukum yang tetap.12

b) Putusan Akhir

Putusan akhir (eind vonis), dalam Common Law sama dengan dengan final judgment dan banyak pula yang menyebutnya putusan penghabisan. Jika putusan sela diambil dan dijatuhkan hakim pada saat proses pemeriksaan perkara pokok sedang berlangsung maka putusan akhir diambil dan dijatuhkan pada akhir pemeriksaan perkara pokok. Jadi putusan akhir merupakan tindakan atau perbuatan hakim sebagai penguasa atau

(8)

pelaksana kekuasaan kehakiman (judicative power) untuk menyelesaikan dan mengkahiri sengketa yang terjadi dintara pihak yang berperkara.13

Dalam hukum acara perdata, putusan akhir dalam suatu perkara atau sengketa pada umumnya dapat berupa:

a) Gugatan dikabulkan

Setelah melalui proses pemeriksaan dan ternyata bukti-bukti yang diajukan ke pengadilan terbukti kebenarannya (autentik) dan tidak disangkal oleh pihak tergugat, maka gugatan yang terbukti seluruhnya akan dikabulkan seluruhnya. Namun apabila gugatan hanya terbukti sebagian, maka gugatan yang dikabulkan oleh hakim juga hanya sebagian. Jadi dalam surat permohonan gugatan dalam praktiknya hakim mengambil keputusan pada asanya tetap mempertimbangkan kebenaran dari bukti-bukti yang telah diajukan oleh para pihak yang sedang bersengketa.

b) Gugatan ditolak

Gugatan ditolah disebabkan karena bukti-bukti yang diajukan ke pengadilan oleh penggugat tidak dapat dibuktikan kebenarannya (keautentikannya) di dalam persidangan dan gugatannya melawan hak atau tidak beralasan, maka gugatan akan ditolakdan atau tidak dikabulkan.

c) Gugatan tidak dapat diterima

Suatu gugatan yang diajukan penggugat ke pengadilan dapat dinyatakan “tidak dapat diterima” (niet onvan kelijklaart) oleh pengadilan dengan alasan bahwa:

1. Gugatan tidak beralasan. 2. Gugatan melawan hak.

3. Gugatan diajukan oleh orang yang tidak berhak.

(9)

d) Tidak berwenang mengadili

Maksud dari tidak berwenang mengadili adalah bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili gugatan yang diajukan oleh penggugat, baik berdasarkan kompetensi relatif maupun absolut.

Misalnya:

 A dan B adalah suami istri beragama islam, A mengajukan gugatan mengenai perceraian kepada B di pengadilan negeri maka gugatan tersebut akan ditolak, karena masalah perceraian bagi orang islam adalah kompetensi absolut (wewenang) dari pengadilan agama.

 A, B dan C bertempat tinggal di Jember dan objek yang disengketakan juga ada di Jember. B menggugat A dan C ke Pengadilan Surabaya dalam perkara wanprestasi. Maka karena domisili subjek hukum dan objek dari sengketa berada di Jember, berdasarkan wewenang relative merupakan wewenang dari Pengadilan Negeri Jember. Jadi jika terjadi hal demikian maka gugatan yang diajukan oleh pihak penggugat tidak dapat diterima.14

B. Kekuatan Putusan

Putusan yang telah mempunyai kekatan hukum tetap dalam perkara perdata mempunyai 3 (tiga) macam kekuatan, yaitu:15

1. Kekuatan Mengikat

Kekuatan mengikat ini karena kedua pihak telah bersepakat menyerahkan pada pengadilan untuk menyelesaikan sengeta yang terjadi antara mereka. Dengan demikian, kedua belah pihak harus

14 Sarwono, Hukum Acara Perdata, hlm. 224

(10)

tunduk terhadap putusan yang dibuat oleh pengadilan atau hakim. Putusan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat (bindende kracht) adalah suatu putusan hakim yang tidak bisa ditarik kembali, walaupun ada verzet, banding atau kasasi, berarti putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap sehingga mengikat.

2. Kekuatan Pembuktian

Putusan pengadilan yang dituangkan dalam bentuk tertulis merupakan akta autentik yang dapat dipergunakan sebagai alat bukti oleh kedua pihak apabila diperlukan sewaktu-waktu oleh para pihak untuk mengajukan upaya hukum. Dalam hukum pembuktian, putusan diartikan bahwa dengan putusan itu telah diperoleh suatu kepastian tentang suatu peristiwa yang terjadi. Karena putusan pengadilan sebagai dokumen yang merupakan suatu pembentukan hukum sehingga memperoleh kekuatan bukti yang sempurna.

3. Kekuatan Eksecutorial

Putusan hakim adalah pernyataan hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang. Untuk itu, putusan hakim yang diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri dan menyelesaikan perkara sengketa antarpihak. Putusan yang dibuat oleh hakim harus mengikuti tata cara yang disahkan oleh perundang-undangan yang ada, melalui yurisprudensi, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, baik tertulis maupun tidak tertulis.

(11)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Jenis-jenis putusan dalam beracara terbagi menjadi 3 (tiga) aspek, yakni dari aspek kehadiran para pihak, sifatnya dan pada saat penjatuhannya. Dalam aspek kehadiran para pihak terdapat tiga putusan yakni yang pertama, putusan gugatan gugur yang artinya putusan yang menyatakan bahwa gugatan/permohonan gugur karena penggugat/pemohon tidak hadir. Yang kedua, Putusan verstek adalah putusan tidak hadirnya tergugat dalam suatu perkara setelah dipanggil oleh pengadilan dengan patut tidak pernah hadir dalam persiangan dan tidak menyuruh wakilnya atau kuasa hukumnya untuk menghadiri dalam persidangan dan yang ketiga Putusan contradictoir adalah putusan yang menyatakan bahwa tergugat atau para tergugat pernah hadir dalam persidangan, tetapi dalam persidangan selanjutnya tergugat atau salah satu tergugat tidak pernah hadir walaupun sudah dipanggil secara patut.

Putusan dari segi sifatnya ada tiga yakni putusan pernyataan yang berarti putusan yang hanya menyatakan tentang suatu keadaan atau kedudukan hukum semata-mata. Putusan konstitutif adalah putusan yang memastikan suatu keadaan hukum, baik yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan keadaan hukum baru dan putusan menghukm yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan dalam persidangan untuk memenuhi prestasi. Putusan pada saat penjatuhannya ada dua yakni putusan sela yang berarti putusan yang masih bersifat sementara dan putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri pemeriksaan di pengadilan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, M. Yahya. 2007. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika Nasir, Muhammad. 2003. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Djambatan

Referensi

Dokumen terkait

Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada

Merujuk dari hal ini uji akurasi 60 % yang didapatkan bisa dikatakan juga cukup memadai, artinya informasi tutupan terumbu karang yang diberikan oleh citra Quickbird

Beberapa ketentuan dalam Lampiran Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 27/P/M.KOMINFOI6/2007 tentang Dokumen Seleksi Penyelenggaraan Jaringan Tetap

Berdasarkan dari pengertian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan perancangan sistem informasi akuntansi pengadaan barang/jasa adalah

Pemakaian petak kandang penjualan ternak, pelataran, lods, kios, tempat pemotongan, kandang isolasi dan kandang penampungan, dalam lingkungan pasar hewan, hanya

Jadi dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik supervisi akademik, dan semakin tinggi motivasi berprestasi dosen maka semakin tinggi pula

Padahal jika dilihat dari potensi konsumen baik dari RTP dan maupun konsumen untuk usaha skala kecil (homestay) maka pengembangan energi terbarukan layak dilakukan, misalnya

Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi mempunyai tugas melaksanakan pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan,