Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK
CRAYON SHINCHAN
(KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memeroleh Gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
oleh
Tika Kartika 0902448
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Citraan Pornografis
Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
plagiat ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam norma dan kode etik keilmuan. Atas pernyataan
saya ini, saya siap menanggung resiko dan sanksi apabila di kemudian hari adanya
pelanggaran kode etik keilmuan dalam karya saya ini ataupun ada klaim terhadap
karya saya ini.
Bandung, Juli 2013
Yang membuat pernyataan
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK
CRAYON SHINCHAN
(KAJIAN PRAGMATIK) disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Drs. Kholid A. Harras, M.Pd.
NIP 1964012211989031001
Pembimbing II,
Hj. Afi Fadlillah, S.S.,M.Hum.
NIP 197911162008012011
diketahui
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Dadang S. Anshori, M. Si.
i
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
CITRAAN PORNOGRAFIS DALAM KOMIK
Penelitian ini berjudul “Citraan Pornografis pada Komik Crayon Shinchan (kajian Pragmatik)”. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap adanya
suatu kesenjangan di mana suatu buku yang seharusnya mengandung nilai-nilai pendidikan, hiburan, dan moral untuk anak-anak ternyata di sisi lain masih terdapat buku anak yang justru mengedepankan sisi pornografis dalam tindak tuturnya seperti halnya komik Crayon Shinchan.
Penelitian ini awalnya dimulai pada tahap pengumpulan data, yaitu dengan teknik pendokumentasian dan pencatatan. Teknik ini digunakan karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber tertulis. Pertama, seluruh cerita dibaca secara cermat kemudian didokumentasikan tuturan-tuturan dalam setiap volume dalam komik. Setelah data terdokumentasi selanjutnya tuturan dipilah dengan cara mencatat untuk dikerucutkan menjadi sebuah data. Setelah semua data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan, data menunjukkan bahwa dalam komik
Crayon Shinchan terdapat tindak tutur yang mengandung unsur pornografis.
Setiap tindak tutur yang dilakukan oleh Shinchan selalu berbau vulgar. Misalnya, ketika Misae (ibu Shinchan) menyuruh Shinchan untuk melakukan suatu hal pasti ia menolak dengan alasan yang belum pantas dilakukan oleh anak seusianya. Ia berpura-pura sedang berkencan dengan wanita dewasa dengan berpakaian bikini, seolah-olah Shinchan adalah pria yang banyak digemari oleh wanita cantik dan seksi. Hal ini ia contoh dari sikap ayahnya yang bernama Hirosi Nohara yang seharusnya memberikan contoh yang baik pada anak-anaknya.
Vii
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 12
1.3Batasan Masalah ... 12
1.4Rumusan Masalah ... 13
1.5Tujuan Penelitian ... 13
1.6Manfaat Penelitian ... 13
BAB 2 PRAGMATIK DAN TINDAK TUTUR 2.1 Pengantar ... 15
2.2 Pragmatik ... 15
2.3 Tindak Tutur ... 17
2.4 Klasifikasi Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 23
2.5 Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung ... 27
2.6 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal ... 29
2.7 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur ... 29
Viii
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1Data dan Sumber Data ... 32
3.1.1 Data ... 32
3.1.2 Sumber Data ... 32
3.2Desain Penelitian ... 32
3.3Metode Penelitian ... 34
3.4Definisi Operasional ... 34
3.5Instrumen Penelitian ... 35
3.6Teknik Penelitian ... 38
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.7Metode Analisis Data ... 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Citraan Pornografis Dalam Komik New Crayon Shinchan ... 39
4.2 Pembahasan atau Analisis Temuan ... 54
4.2.1 Tindak Tutur Lokusi komik Crayon Shinchan ... 54
4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi komik Crayon Shinchan ... 55
4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi komik Crayon Shinchan ... 73
4.3 Klasifikasi Jenis Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan ... 75
4.3.1 Persenggamaan ... 76
4.3.2 Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan ... 79
4.3.3 Pornografi anak ... 85
ix
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4.5 Penjelasan Hasil Analisis ... 92
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
RIWAYAT HIDUP
Viii
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Tabel Jenis-jenis Tindak Tutur dari Berbagai Ahli ... 24
2.2 Tabel Jenis dan Bentuk Tindak Tutur ... 26
2.3 Tabel Penggunaan Modus ... 29
4.1 Tabel Data Tuturan Bercitra Pornografis dalam komik Crayon
ix
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Gambar sebuah diagram cara-tujuan ilokusi dan lokusi sebagai tujuan
bukan sebagai tindakan ... 18
2.2 Gambar daya ilokusi-tindak ilokusi ... 19
2.3 Gambar perlokusi, ilokusi, lokusi, fonetik ... 20
Viii
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
1 Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa sebagai sistem simbol untuk berkomunikasi akan benar-benar
berfungsi apabila pikiran, gagasan, dan konsep yang diacu atau diungkapkan
lewat kesatuan hubungan yang bervariasi dari sistem simbol yang dimiliki
bersama oleh penutur dan penanggap tutur (Alwasilah, 1993: 70). Jadi, dapat
dikatakan bahwa bahasa merupakan komunikasi yang paling lengkap dan efektif
untuk menyampaikan ide, pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.
Terkait dengan aspek tutur penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa
lawan tutur atau penutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur.
Lawan tutur harus dibedakan dari penerima tutur yang bisa saja merupakan orang
yang kebetulan lewat dan mendengar pesan, namun bukan orang yang disapa.
Tujuan tuturan tidak lain adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau
makna yang dimaksud penutur dengan mengucapkan sesuatu. Aspek tutur
lainnya, meliputi penutur dan lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai kegiatan
tindak tutur, dan tuturan sebagai produk tindak verbal (Leech,1991:19-21).
Senada dengan pendapat Leech di atas, Hymes (1972:65) membuat
akronim SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act of sequence, keys,
instrumentalities, norms dan genres “tempat, peserta tutur, tujuan tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku dan genre”.
Secara ringkas dijelaskan yang di maksud dengan setting adalah tempat
dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan
kultural yang menyangkut pertuturan tersebut; participants menyangkut peserta
tutur; ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur;
acts of sequence menunjuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan
2
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dilangsungkan; instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa
dalam pertuturan; norms adalah norma atau aturan dalam berinteraksi ; sedangkan
genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan lain
sebagainya.
Teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik merupakan
bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian
dari konteks, dan pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa
menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpresentasikan ucapan-ucapan.
Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang
merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata
lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta
penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat (Levinson,
1980;1-27).
Dalam setiap bahasa terdapat banyak kata dan ekspresi yang
referensi-referensi seluruhnya bersandar pada keadaan-keadaan ucapan dan dapat dipahami
apabila seseorang mengenal serta memahami situasi dan kondisi tersebut.
Begitupun dalam ranah sastra seperti komik, novel, cerpen, dan lainnya, pasti
memerlukan bahasa sebagai alat untuk mengenal dan memahami maksud dari
penulis. Jika suatu buku tanpa bahasa, pesan penulis tidak akan pernah
tersampaikan dan tidak akan dipahami oleh pembaca. Begitupun dengan komik
atau buku bacaan bergambar, jika hanya terdapat gambar tanpa adanya bahasa
atau tuturan dari para tokoh di dalamnya maka cerita dalam buku tersebut tidak
akan pernah tersampaikan kepada para pembacanya.
Komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang yang memiliki posisi
berdekatan atau bersebelahan dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari para pembaca
(McCloud, 1993). Komik merupakan media bahasa yang paling lengkap di antara
buku bacaan lainnya. Selain terdapat tuturan komik juga menyuguhkan
3
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
atau cerita bergambar berfungsi sebagai media pendeskripsian cerita sehingga
pembaca bukan sekedar membayangkan tentang karakter, tokoh, dan lokasi saja
bahkan ekspresi sang tokoh dalam komik dapat dilihat langsung. Dengan
demikian, para pembaca terdorong untuk terus mengetahui kelanjutan maksud
dari cerita tersebut karena melalui cerita bergambar biasanya gagasan-gagasan
akan lebih mengalir dan mudah diterima.
Seperti halnya buku, cerita bergambar atau komik merupakan media
tulisan yang dapat mengembangkan wawasan, daya tanggap, serta kreativitas
pembaca. Perbedaan buku dengan cerita bergambar atau komik hanya terletak
pada bentuk dan isinya, buku yang merupakan wacana tulisan biasanya berbentuk
karangan ilmiah dengan menggunakan kata-kata baku dan sesuai dengan EYD.
Sedangkan komik yang juga merupakan wacana tulisan tidak harus menggunakan
kata-kata baku karena wacana komik biasanya berbentuk dialog (percakapan)
yang tidak terikat pada norma-norma penulisan ilmiah dan disertai gambar
sebagai pendukung cerita tersebut.
Di Indonesia terdapat komik ataupun film kartun yang banyak diminati
oleh anak-anak pada umumnya. Salah satunya adalah komik Crayon Shinchan.
Crayon Shinchan adalah tokoh kartun karya seniman Yoshito Usui (42 tahun)
yang menggambarkan seorang anak laki-laki Jepang bernama Shinnosuke atau
"Shin-Chan" berumur 5 tahun dan masih duduk di taman kanak-kanak. Ia anak
pertama dari keluarga Nahara. Ciri khasnya yaitu beralis tebal, karakternya sangat
badung, konyol, dan penuh rasa ingin tahu. Di Indonesia, Crayon Shinchan cepat
populer melalui film serial yang diputar setiap Minggu pagi di RCTI. Buku
komiknya diterbitkan oleh Indorestu Pacific. Crayon Shinchan pertama kali
muncul di majalah Manga Action di Jepang.
Karakter dari Shinchan itu sendiri yaitu mempunyai hobi mengganggu
orang lain dengan sifatnya yang pintar-pintar bodoh, polos, dan cuek. Namun
imajinasi si kartunis ini rupanya tidak hanya sampai di situ saja. Sajian dalam
4
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pengarangnya dalam hal pornografis. Kenakalan Shinchan yang jorok dan tak
lazim dilakukan oleh anak seumurnya. Misalnya perilaku tak lazim yang sering
dilakukannya adalah suka mengintip, memperhatikan wanita, tidak sopan pada
orang tua, dan banyak lagi penyimpangan lainnya yang tidak semestinya
dilakukan oleh anak-anak pada umumnya.
Buku bacaan atau film diindikasikan lebih digemari oleh anak-anak.
Dengan media tersebut biasanya gagasan anak-anak akan lebih mudah mengalir.
Oleh karena itu, dengan media bacaan atau film anak-anak biasanya lebih mudah
untuk belajar. Tetapi, di samping itu buku bacaan ataupun film yang dikonsumsi
anak-anak harus selalu ada pengawasan dari orang yang lebih dewasa. Karena
buku bacaan dan film pada zaman sekarang perlu dikhawatirkan keberadaannya.
Dalam UU No. 23/2002 Pasal 10 menyebutkan: “Setiap anak berhak
menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan
informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”.
Dalam pasal di atas dijelaskan bahwa anak berhak mencari, menerima, dan
mendapat informasi apapun, tetapi ada pengecualian bahwa informasi yang sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan dalam masyarakat. Dalam hal ini
orang yang lebih dewasa bertanggung jawab untuk mengawasi anak-anak dalam
memperoleh informasi yang bisa saja didapatkan melalui media apapun. Namun,
ironisnya komik Crayon Shinchan yang sekarang masih beredar di pasaran itu
termasuk salah satu informasi yang masih dikhawatirkan bagi perkembangan
psikologis anak karena pada umumnya cerita yang terdapat di dalamnya mayoritas
mengandung hal pornografis.
Pornografi dan pornoaksi merupakan masalah lama yang belum dapat
ditanggulangi oleh hukum di Indonesia. Saat ini, masalah pornografi dan
pornoaksi semakin banyak dan memprihatinkan, serta dampak negatifnya pun
5
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pembunuhan maupun aborsi. Orang-orang yang menjadi korban tindak pidana
tersebut tidak hanya perempuan dewasa, tetapi banyak korban yang masih
anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Para pelakunya pun tidak hanya
orang-orang yang tidak dikenal, tetapi orang-orang-orang-orang yang memiliki hubungan darah atau
hubungan keluarga pun dapat melakukan tindakan pornografi.
Pornografi dan pornoaksi tersebut dapat ditimbulkan dari adegan-adegan
porno yang ditonton melalui film-film, VCD-VCD, tayangan-tayangan,
gambar-gambar, atau tulisan-tulisan yang dilihat, didengar, dibaca, atau disentuhnya.
Pornografi dan pornoaksi selalu dikaitkan dengan ciri gerak tubuh erotis dan
sensual dari perempuan atau laki-laki untuk membangkitkan nafsu berahi, baik
bagi lawan jenis maupun sejenis.
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi atau pertunjukan di muka
umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.
Di Indonesia dalam UU no 44/2008 tentang pornografi yang diteken oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 26 November 2008 menjelaskan
mengenai jenis-jenis pornografis yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat di
Indonesia. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang dilarang
memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan hal-hal yang bersifat
pornografi. Berikut ini adalah jenis-jenis pornografi yang terdapat dalam UU no
44/2008:
a) Persenggamaan, termasuk persenggamaan menyimpang adalah bentuk
tindakan seksual yang tidak lazim, contohnya homoseksual dan lesbi;
b) Kekerasan seksual adalah bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan ketika
6
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
c) Masturbasi atau onani adalah pengeluaran mani (sperma) tanpa melakukan
sanggama;
d) Ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan adalah bentuk
tindakan seksual yang memperlihatkan seluruh tubuh;
e) Alat kelamin adalah alat yang menjadi organ vital pada makhluk hidup; atau
f) Pornografi anak adalah bentuk tindakan seksual yang terjadi di kalangan anak
di bawah umur.
Dari penjelasan di atas, dapat dicontohkan tindak tutur bercitra pornografis
7
Tika Kartika, 2013
8
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tuturan di atas dijelaskan, hari itu Misae (ibu Shinchan) menyuruh
Shinchan untuk mengajak Shiro anjing peliharaannya pergi jalan-jalan
keluar rumah. Pada saat itu Shinchan sangat malas, maka ia
memutuskan untuk mencari-cari alasan. Tiba-tiba ia menggelar poster
Mizue Hara, yaitu seorang wanita dewasa yang sedang menggunakan
bikini atau pakaian renang di sampingnya. Sebelah lengannya ia
selipkan di bawah poster tersebut, seolah-olah wanita dewasa itu sedang
tidur berbantalkan lengannya. Kemudian, Misae mengambilkan poster
lainnya bergambar wanita dewasa agar Shichan juga menjaganya.
Tetapi Shinchan menolaknya dan kabur dengan alasan “tidak bisa menangani dua cewek sekaligus” karena ternyata poster wanita tersebut bermuka seram, rambut keriting, dan berbadan gemuk.
Misae sudah mengetahui akal-akalan yang selalu dilakukan anaknya
tersebut, maka dari itu bukan hal yang aneh lagi baginya ketika
menyuruh Shinchan selalu banyak cara untuk menggagalkan
alasan-alasannya.
Setelah Misae pergi, Shinchan pun tak kehabisan akal agar ia tidak jadi
pergi keluar rumah. Udara di luar pada saat itu sangat dingin sekali,
maka Shinchan memutuskan untuk mengajak Shiro main di dalam
rumah. Ia menggunting kertas-kertas dan mengumpulkan barang-barang
yang terdapat di dalam rumahnya, kemudian ia membuatnya menjadi
sebuah menara untuk kucing, padahal Shiro adalah seekor anjing.
Dengan wajah terpaksa dan keragu-raguan Shiro mengikuti ajakan
Shinchan yang menyeretnya untuk menaiki menara tersebut. Dalam
9
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Shinchan vol.005 halaman 23 terdapat pornografis berkategori
ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. Dalam
komik tersebut diperlihatkan bagian tubuh wanita dewasa yang sedang
terlentang santai mengenakan bikini atau pakaian renang yang sangat
minim.
Pada halaman tersebut dapat dikategorikan kedalam pornografi anak
dikarenakan pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut adalah seorang
anak kecil berusia lima tahun. Kegiatan yang dilakukan Shinchan
tersebut berpotensi mencontoh anak-anak untuk ikut melakukan hal
seperti itu. Seolah-olah hal tersebut bukan hal yang tabu lagi dan sudah
wajar dilakukan oleh anak-anak seusianya.
Tuturan di atas termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi (the act of doing
something) dan tindak tutur representatif karena berfungsi untuk
menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan,
menginformasikan, dan memberitahukan sesuatu, selain itu juga
dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, ketika
Shinchan berbicara ia juga melakukan suatu hal yaitu berbaring di
samping wanita dewasa yang sedang menggunakan bikini.
Melihat contoh tindak tutur yang dilakukan oleh Shinchan, maka peran
orang tua sangat penting dalam membimbing bacaan yang dikonsumsi oleh
anak-anak, terutama bacaan yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Tuturan dan
gambar yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diindikasikan mengandung
unsur-unsur pornografis yang belum pantas dikonsumsi oleh anak-anak.
Dalam hal ini Sobur (1991: 94) mengemukakan bahwa minat baca anak
dan remaja akan sangat dipengaruhi oleh orang tua atau guru. Oleh karena itu,
10
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
disengaja oleh orang tua atau guru, bukan semata karena faktor ketertarikan dalam
diri mereka saja. Biasanya alat yang digunakan untuk menarik minat anak-anak
tersebut dengan media bacaan bergambar atau film.
Apabila kita meneliti komik Crayon Shinchan, maka secara tidak sadar
anak-anak diperkenalkan pada hal-hal pornografis. Hal ini dapat terlihat dari salah
satu contoh tindak tutur yang dipaparkan diatas dalam komik Crayon Shinchan.
Cerita yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan diperkuat konteks berupa
adegan yang berbau seks berupa memperlihatkan bagian tubuh wanita dewasa dan
perbuatan Shinchan yang tidak sopan kepada orang tuanya, misalnya seperti
perbuatan yang menolak perintah orang tua dengan berbagai alasan.
Komik Crayon Shinchan ini apabila dikonsumsi secara terus menerus baik
melalui mata dan telinga lambat laun dikhawatirkan akan memengaruhi hati dan
pikiran anak-anak. Hal-hal yang tadinya tidak biasa maka lambat laun menjadi
terbiasa, bahkan setuju untuk melakukannya.
Menurut Sugeng Wiguno (2010), apabila berbicara mengenai Crayon
Shinchan, sebenarnya ada tiga pihak yang perlu dituding sebagai penyebab
kemelut ini.
1. Penerbit yang tidak menyertakan rating umur (Sekarang sudah menyertakan
rating umur);
2. Orang Tua yang kurang memerhatikan bacaan atau tontonan anak; dan
3. Masyarakat Indonesia (yaitu kita) yang kurang memahami budaya Jepang.
Mengapa dalam hal ini cenderung mempersalahkan ketiga pihak tersebut?
Karena ternyata dari asalnya Crayon Shinchan bukanlah untuk konsumsi anak-
anak. Sebagaimana banyak film animasi atau komik Jepang lainnya, tetapi yang
menjadi masalah dalam hal ini yaitu di Indonesia komik Crayon Shinchan masih
dijual bebas di toko-toko buku atau taman bacaan lainnya.
Crayon Shinchan merupakan bacaan tidak pernah lebih dari sekedar
hiburan dewasa. Dewasa dalam artian masih dalam batas-batas kesopanan untuk
11
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
terhadap keadaan di Jepang ini boleh dikatakan cukup bagus dan mengena.
Mengapa demikian, karena setelah konsultasi dengan beberapa pakar budaya
Anime di dalam dan luar negeri, serta menyaksikan dan membaca sendiri beberapa
episode Crayon Shinchan, ia berhasil menyimpulkan beberapa hal.
1. Crayon Shinchan adalah sindiran terhadap moral manusia dewasa di Jepang,
sekaligus refleksi bagaimana manusia setengah dewasa dan anak-anak
terkena imbasnya.
2. Crayon Shinchan menunjukkan betapa budaya kawin muda di Jepang (dulu)
dapat membuahkan masalah besar (di masa kini) dalam membesarkan anak.
3. Peran wanita di Jepang yang ironisnya, sampai hari inipun masih cenderung
dianggap sebagai obyek seks dan budak rumah tangga.
4. Shinchan sebagai anak berusia 5 tahun, lebih banyak meniru tingkah laku
pria dewasa (ayahnya serta tokoh idolanya Manusia Super Bertopeng di TV)
sebagai pencarian figur seorang ayah. Ayahnya sendiri sebagaimana pria
Jepang umumnya terlalu sibuk bekerja, dan minum sake atau ke Pub sehabis
bekerja.
5. Shinchan, sebagaimana pula anak-anak kita memiliki hak untuk berbuat salah
karena dia tidak sadar apa yang sebenarnya dia lakukan.
Pernyataan diatas adalah bukti kesuksesan Yoshito Usui yang melalui
Crayon Shinchan berusaha menunjukkan protesnya terhadap keadaan di Jepang
saat ini. Crayon Shinchan sebagai sebuah komik atau animasi kartun, juga sudah
berusaha memperingatkan semua para orang tua yang jarang menghabiskan waktu
dengan anak-anaknya. Jika dibiarkan hal tersebut memiliki potensi mengubah
anak menjadi Shinchan-Shinchan lain.
Sebagai masyarakat biasa sepertinya tidak memungkinkan untuk melarang
komik Crayon Shinchan beredar di pasaran, atau bakan menghentikan arus
globalisasi. Sebagai bukti banyaknya protes dari orang tua, penerbit bukannya
12
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
menyertakan rating atau batasan umur. Bahkan menurut rekan-rekan di Mangga
Dua, VCD Crayon Shinchan justru semakin banyak digandrungi. Sehingga pada
akhirnya, untuk menjaga anak-anak dari pengaruh buruk ini pilihannya hanya ada
satu, yaitu membuat anak semakin dekat dengan orang tua.
Orang tua sangat berperan penting untuk menghindarkan anak dari bahaya
pornografi dan pornoaksi. Jika dibiarkan hal tersebut berpotensi merusak
perkembangan psikologis anak-anak kelak. Orang tua wajib membimbing apapun
yang menjadi tontonan ataupun bacaan anak-anak, berikan pengetahuan tentang
apapun yang belum mereka pahami.
Selain orang tua, dalam hal ini yang berperan penting untuk mencegah
terjadinya pornografi yang terjadi pada anak-anak adalah lembaga sensor.
Seharusnya terlebih dahulu menyensor buku bacaan atau film yang akan
diedarkan. Jika suatu buku bacaan diedarkan tanpa melalui editting terlebih
dahulu secara tidak langsung orang luar disana telah berhasil melatih anak-anak di
Indonesia untuk ikut terbiasa dengan kata-kata tabu atau gambar yang bersifat
pornografis.
Selain tokoh kartun Crayon Shinchan, sekarang pun banyak bermunculan
tokoh kartun lainnya yang mengajarkan anak-anak mengenal tuturan pornografis.
Misalnya, serial kartun SpongeBob dalam ceritanya terdapat nama suatu tempat
yang disebut dengan “Bikini Bottom”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata “Bikini” itu sendiri berarti pakaian renang wanita yang hanya
terdiri dari celana dalam dan kain penutup buah dada.
Komik yang terdapat di Indonesia tidak semua mengandung nilai
pornografis. Ada juga komik atau bacaan anak-anak yang masih mengedepankan
atau mengandung unsur nilai pendidikan, misalnya komik Doraemon. Dalam
cerita yang disuguhkan komik Doraemon selalu mendidik anak-anak untuk
berbuat kebaikan. Misalnya, Nobita selalu membantu teman-temannya yang
sedang kesulitan dengan alat yang terdapat dalam kantong ajaibnya Doraemon.
13
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
rumah dengan baik, serta Nobita yang selalu diajarkan oleh Doraemon untuk
membantu orang tuanya mencabut rumput, berbelanja makanan, dan lain
sebagainya.
Kajian tentang analisis tindak tutur dalam komik ini sebelumnya telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian tentang tindak tutur
percakapan pada komik Asterix oleh Maharani (2007). Ada juga penelitian lain
yang terkait dengan penelitian ini, yaitu tindak tutur ilokusi dalam wacana komik
di majalah Annida pernah dilakukan oleh Yani BP (2006). Penelitian lainnya yang
terkait dengan kajian penelitian ini adalah jenis dan fungsi tuturan di dalam
komik Detektif Conan edisi 33 yang dilakukan oleh Zifana (2011).
Topik ini dipilih karena penulis masih meilhat adanya suatu kesenjangan
di mana suatu buku yang seharusnya mengandung nilai-nilai pendidikan, hiburan,
moral untuk anak-anak. Namun, di sisi lain masih terdapat buku anak yang justru
mengedepankan sisi pornografis seperti halnya komik Crayon Shinchan. Oleh
karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk lebih mengetahui tindak
tutur bersifat pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan bahasa dalam
bidang pragmatik pada umumnya dan khususnya tentang kajian tindak tutur.
Berdasarkan paparan di atas, penulis merumuskan judul untuk penelitian
ini adalah “Citraan Pornografis pada Komik Crayon Shinchan (Suatu Kajian Pragmatik)”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan dalam latar belakang di atas,
pokok permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
(1) Komik Crayon Shinchan diindikasikan berdampak negatif bagi perangai anak
14
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(2) Sejumlah tindak tutur yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan
mengandung nilai pornografis bagi para pembacanya.
(3) Peran orang tua sangat penting dalam memilih bacaan yang sesuai dengan
usia anak-anak.
1.3Batasan Masalah
Suatu penelitian harus dibatasi supaya penelitian terarah dan tujuan
penelitian tercapai. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis tindak tutur
pragmatik yang bersifat pornografis. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah komik Crayon Shinchan karya Yoshito Usui. Agar lebih spesifik,
komik yang digunakan sebagai data ialah Komik New Crayon Shinchan volume
001 sampai 023.
1.4Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
(1) Bagaimana jenis tindak tutur yang terdapat pada Komik New Crayon Shinchan
volume 001 sampai 023 ?
(2) Bagaimana citraan pornografis yang terdapat dalam Komik New Crayon
Shinchan volume 001 sampai 023?
(3) Bagaimana respons pembaca terhadap tuturan-tuturan yang bersifat
pornografis dalam Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023 ?
1.5Tujuan Penelitian
Seperti yang telah djelaskan dalam rumusan masalah di atas, penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang terdapat pada Komik New Crayon
Shinchan volume 001 sampai 023;
(2) Mendeskripsikan tindak tutur bercitra pornografis yang terdapat dalam Komik
15
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(3) Mendeskripsikan respons pembaca terhadap tindak tutur yang bersifat
pornografis dalam Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023.
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan
manfaat praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu untuk
menambah sumbangsih kajian Pragmatik khususnya tentang tindak tutur. Selain
untuk menambah sumbangsih kajian dalam ilmu Pragmatik, penelitian ini dapat
bermanfaat bagi anak bangsa dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usianya
karena tanpa disadari hal-hal kecil yang mengandung nilai pornografis dapat
merusak perkembangan pola pikir anak.
Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu mendapatkan
pemahaman mengenai tindak tutur dari komik atau cerita bergambar dan dapat
juga menjadi referensi acuan untuk penelitian lanjutan dengan bidang yang
serupa. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada orang tua
untuk lebih memerhatikan dan membimbing bacaan yang dikonsumsi oleh
32
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Data dan Sumber Data
3.1.1 Data
Subjek populasi dalam penelitian ini adalah tuturan teks yang terdapat
Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah tindak tutur bercitra pornografis yang terdapat dalam
Komik New Crayon Shinchan volume 001 sampai 023.
3.1.2 Sumber Data
Data dalam kajian ini berupa teks tulisan. Teks tulisan disini mengacu
pada tuturan-tuturan tabu yang bersifat pornografis terdapat dalam komik New
Crayon Shinchan edisi ke 1. Untuk memperkuat data, konteks yang terkandung
dalam komik seperti gambar ekspresi tokoh dan setting menjadi bagian dari data.
Selain itu sebagai data pendukung, untuk mengetahui respons pembaca terhadap
citraan pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan penulis
menyebarkan 50 angket di daerah Cicalengka-Bandung.
3.2Desain Penelitian
Arikunto (2010:191), menjelaskan bahwa sebelum menentukan dan
menyusun instrumen penelitian dibuat terlebih dahulu desain penelitiannya.
Desain penelitian ini terdiri dari sebelas langkah yaitu dimulai dari memilih
masalah sampai dengan penyusunan laporan. Desain penelitian ini digambarkan
33
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
34
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.3Metode Penelitian
Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus
bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak
diperlukan. Penggunaan bahasa selalu terkait dengan konteks pemakaiannya. Oleh
karena itu, pengkajian masalah ini akan memakai pendekatan teoretis, yakni
pendekatan pragmatik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga
sebagai metode etnographi, karena apada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode
kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif,
demikian yang tertera dalam Sugiyono (2012:8).
Penelitian kualitatif digunakan saat peneliti melakukan pencarian data
dengan teknik menyebarkan angket untuk mengetahui respons pembaca terhadap
citraan pornografi dan menganalisis tuturan tabu yang terdapat dalam komik New
Crayon Shinchan volume 001 sampai 023.
3.4Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan,
berikut ini definisi operasional untuk istilah yang digunakan.
Langkah 10 Kesimpulan
35
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1) Citraan pornografis merupakan suatu kesan yang menampilkan hal-hal berbau
seksual dan berisifat vulgar (mengandung unsur pornografi).
2) Komik Crayon Shinchan adalah sebuah cerita anak-anak yang berasal dari
Jepang yang berpotensi mengandung unsur pornografis.
3) Definisi dari penelitian terhadap komik New Crayon Shinchan adalah seluruh
tindak tutur yang terdapat dalam komik tersebut dari mulai volume 001
sampai 023.
3.5Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu rancangan penelitian masih
bersifat sementara. Penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat
holistik (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam
variabel-variabel penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif yang menjadi
kunci instrumen dari penelitian itu sendiri adalah peneliti. Dalam hal ini instrumen
penelitian kualitatif, Nasution (1988) dalam Sugiyono menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan pernyataan diatas, instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket dan kartu data. Pertama, angket tersebut dibagikan
kepada masyarakat, khususnya kepada komunitas pecinta komik yang ada di
36
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan yang
berbeda. Masing-masing responden akan diberikan 10 daftar tanyaan, kemudiaan
akan diakumulasikan hasil dari angket yang sudah diisi oleh responden.
Kemudian, setelah hasil angket terkumpul peneliti menggunakan kartu data untuk
memudahkan analisis penelitian mengenai tindak tutur citraan pornogarfis yang
terdapat dalam komik Crayon Shinchan. Berikut ini adalah contoh angket dan
kartu data yang digunakan sebagai instrumen penelitian.
☻
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET☻
Salam Sejahtera
a) Isilah angket ini pada lembar jawaban yang telah tersedia.
b) Tulislah umur, jenis kelamin, dan pendidikan pada lembar
jawaban.
c) Beri tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih.
d) Jika dalam pilihan a sampai c tidak terdapat jawaban yang
Anda anggap benar, Anda dapat menuliskan jawaban pada
37
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ANGKET
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Berilah tanda (x) pada jawaban yang Anda pilih.
1. Apakah Anda mengenal tokoh kartun Crayon Shinchan? a. Iya c. Tidak tahu b. Tidak d. ( ... )
2. Apa pendapat anda ketika mendengar tokoh kartun Crayon Shinchan? a. Suka c. Tidak tahu
38
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
a. Tertarik c. Biasa saja b. Tidak tertarik d. ( ... ) 4. Apakah Anda sering membaca komik tersebut?
a. Sering c. Tidak pernah
6. Apakah Anda mengetahui maksud tuturan dari komik tersebut? a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu d. ( ... )
7. Berpengaruhkah tindak tutur dalam komik tersebut terhadap kehidupan Anda, keluarga, dan lingkungan Anda?
a. Sangat berpengaruh c. Tidak berpengaruh b. Berpengaruh d. ( ... )
8. Apakah menurut Anda tokoh kartun Crayon Shinchan mengandung kesan pornografi?
a. Iya b. Tidak c. Tidak tahu d. ( ... )
9. Manakah bagian dari komik tersebut yang mengandung unsur pornografi? a. Tokoh c. Tokoh dan tindak tuturnya
b. Tindak tutur tokoh d. ( ... )
10.Apakah menurut Anda di dalam komik Crayon Shinchan terdapat nilai positif yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?
39
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 3.6Teknik Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua teknik, yaitu teknik pendokumentasian dan
teknik pencatatan.
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan teknik pendokumentasian
dan pencatatan. Teknik ini digunakan karena sumber data pada penelitian ini
adalah sumber tertulis. Pertama, seluruh cerita dibaca secara cermat kemudian
didokumentasikan tuturan-tuturan dalam setiap volume dalam komik. Setelah data
terdokumentasi selanjutnya tuturan dipilah dengan cara mencatat untuk
dikerucutkan menjadi sebuah data. Untuk menghindari subjektivitas penelitian,
maka penulis menggunakan angket sebagai media pendukung penlitian.
3.7Metode Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, mulailah diadakan analisis terhadap data
untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan.
Penganalisisan data tersebut dilakukan dengan menentukan hal-hal berikut :
(1) tindak tutur yang digunakan dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1;
(2) citraan pornografis yang terdapat dalam komik New Crayon Shinchan edisi 1;
94
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian tindak tutur bercitra pornografis pada komik Crayon Shinchan
ini merupakan kajian yang patut dipertimbangkan dalam ilmu kebahasaan.
Berdasarkan hasil dari penelitian, data menunjukkan bahwa komik Crayon
Shinchan vol.001 sampai 023 terdapat tindak tutur yang mengandung unsur
pornografis. Dari 50 hasil angket terhitung 35 orang (70%) mengatakan bahwa di
dalam komik Crayon Shinchan mengandung unsur pornografis dan 15 orang
(30%) mengatakan bahwa di dalam komik Crayon Shinchan tidak mengandung
unsur pornografis.
Berdasarkan data hasil penelitian, komik Crayon Shinchan kurang layak
dikonsumsi oleh anak-anak karena tindak tutur yang dilakukan oleh para tokoh di
dalamnya mengandung citraan pornografis dan tidak memiliki nilai pendidikan
yang positif untuk memberikan pelajaran bagi anak-anak.
Jenis citraan pornografis yang terdapat dalam komik Crayon Shinchan
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu pornografis persenggamaan, pornografis
ketelanjangan, dan pornografis anak.
Pisau analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tindak tutur. Jenis
tindak tutur yang digunakan yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Dalam tuturannya komik Crayon Shinchan lebih banyak menggunakan tuturan
ilokusi dan perlokusi karena di dalam sebuah komik suatu tuturan tidak akan
pernah terlepas dari konteks berupa tindakan atau pun ajakan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran berikut
95
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1. Untuk para orang tua, hendaknya lebih memerhatikan bacaan yang
dikonsumsi oleh anak-anak. Agar, hiburan yang ditonton atau dibaca oleh
anak memiliki nilai pendidikan yang dapat dicontoh dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Jika suatu bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak
belum sesuai dengan umurnya, maka orang tua wajib mendampingi atau
memerikan penjelasan tentang apapun yang belum mereka pahami. Dengan
seperti itu, kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak dapat terkontrol dan ada
pandangan baik buruknya terhadap kegiatan yang akan mereka lakukan.
2. Untuk peneliti selanjutnya, semoga dapat dijadikan referensi bagi penelitian
selanjutnya khususnya penelitian mengenai komik Crayon Shinchan. Selain
tindak tutur, komik Crayon Shinchan dapat dikaji melalui ilmu pragmatik
96
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. C. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Oxford University Press.
Bachari, Andika Dutha. 2011. “Analisis Pragmatik terhadap Tuturan Berdampak
Hukum (Studi Kasus Terhadap Laporan Dugaan Tindak Penghinaan, Penipuan, dan Pencemaran Nama Baik yang Ditangani Satreskrim
Polrestabes Bandung)”. Tesis tidak dipublikasikan pada Program
Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana, UPI, Bandung.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.
Djubaedah, Neng. 2009. Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam.
Cetakan ke Tiga. Jakarta: Kencana.
Grice, H. P. 1975. Logical And Conversation. Syntax And Semantics, Speech Act,
3. New York: Academic Press.
Ian, Hard. 2011. “Peran Orangtua serta Orang Terdekat Anak dari Bahaya
Pornografi dan Pornoaksi (HAM)”. Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang: Tidak diterbitkan.
Kanghasan. 2010. “Seks dalam Masyarakat Jepang”. [online] Tersedia:
http://sosbud.kompasiana.com/2010/09/22/seks-dalam-masyarakat-jepang/ [18 Desember 2012 pukul 13:22]
Leech, Geoffrey. 1993. Prisip-prinsip Pragmatik. Terjemahan Okka dalam The
Principles of Pragmatik (1993). Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas
97
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Surya
Angkasa
Maharani. 2007. “Tindak Tutur Percakapan pada Komik Asterix”. Skripsi pada
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan.
McCloud, Scott. 1993. Understanding Comics. Terjemahan oleh S. Kinanthi. 2001. Kepustakaan Polpuler Gramedia, Jakarta.
Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, R. Kunjana. 2002. Pragmatik Kesatuan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media.
Searle, 1969. Act: An Essay in the Philoshopy of Language. Cambridge: Univercity Press.
Sobur, Alex. 1991. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke
Tujuh Belas. Bandung: Alfabeta.
Sumarsono. dan Partana P. 2004. Sosiolinguistik.Yogyakarta: SABDA.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa
Tim Penulis UPI. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Usui, Yoshito. Komik New Crayon Shinchan edisi 1. Jakarta Pusat: Elex Media Komputindo-Kompas Gramedia Building.
Wijana, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik : Kajian Teori dan
98
Tika Kartika, 2013
Citraan Pornografis Dalam Komik Crayon Shinchan (Kajian Pragmatik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Yani BP, Nelly. 2006. “Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana Komik di Majalah Annida”. Skripsi pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang: Tidak diterbitkan.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zifana, Mahardhika. 2011. “Jenis dan Fungsi Tuturan di dalam Komik Detektif
Conan edisi 33”. Laporan penelitian pada Universitas Pendidikan