• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KARTU PIINTAR BERGAMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KARTU PIINTAR BERGAMB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pembuatan Model Pembelajaran

disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengembangan

Kurikulum Pendidikan Sains

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Jumadi, M.Pd

OLEH

NAMA : NURUL HIDAYATI UTAMI NIM : 13708251106

KELAS : PSN E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan dari tingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku belajar, sehingga tujuan pendidikan tercapai. Dengan adanya tujuan tersebut, maka mutu pendidikan akan dapat ditingkatkan.

(3)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah landasan teori yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar ?

2. Bagaimana karakteristik Pembelajaran IPA disekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013?

3. Bagaimana langkah pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif ?

4. Bagaimana karakteristik siswa yang dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar?

5. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar ?

6. Bagaiamana Penilaian dalam pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran dilaksanakan untuk siswa jenjang SD dan SMP.

2. Langkah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran kooperatif yang dimodifikasi dengan menggunakan kartu pintar.

D. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui landasan teori yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar.

2. Mengetahui karakteristik Pembelajaran IPA disekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

3. Mengetahui langkah pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif.

4. Mengetahui karakteristik siswa yang dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori dalam Pembelajaran

1. Teori Perkembangan Jean Piaget

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Adaptasi lingkungan dilakukan melalui proses asmilasi dan akomodasi. Menurut Slavin (Trianto 2010) asimilasi merupakan penginterpretasian pengalaman- pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema yang pernah ada. Sedangkan akomodasi adalah pemodifikasian skema-skema yang ada untuk mencocokkannya dengan situasi baru. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

Tabel 1 Tahap – Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap Perkiraan Usia Kemampuan – kemampuan utama Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep

“kepermanenan objek” dan kemampuan grandual dari perilaku refeksif

Praoperasiona l

2 sampai 7 t ahun Perkembangan kemampuan untuk menggunakan symbol yang menyatakan obyek- obyek duia. Pemikiran egosentris dan sentrasi

Operasi Kongkrit

(5)

sentrasi tetap desentrasi ,dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentris

Operasi

formal 11tahun sampai dewasa Pemikiran yang abstrak dan murnisimbolis mungkin dilakukan. Masalah – masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Dari implikasi tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang membuat siswa mandiri, sehingga guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ke siswa, tetapi guru dapat membangun kondisi yang membuat siswa mampu untuk belajar dan terlibat secara aktif pada proses pembelajaran.

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Gintings (2008) teori ini memandang bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk merekonstruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi secara terus – menerus dengan lingkungannya. Pandangan ini berimplikasi praktis bahwa pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara kongkrit terkait dengan kehidupan nyata dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi aktif dengan lingkungannya..Pandangan kontruktivisme merupakan hasil kostruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri. Pengajaran kooperatif dalam pendekatan konstruktivisme mengajarkan untuk memahami dan menemukan konsep yang sulit serta saling mendiskusikan masalah- masalah sesuai dengan tema materi yang diajarkan sehingga mampu mencapai ketuntasan belajar bagi seluruh siswa baik yang memiliki kemampuan rendah maupun siswa yang tergolong berkemampuan tinggi.

3. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky

(6)

dan kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

Menurut Trianto (2010) ide penting dari teori Vygotsky adalah Scaffolding

memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang siswa selama tahap – tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah dia dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjdi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut (Nur dan Wikandari, 2000).

B. Karakteristik Pembelajaran IPA di tingkat SD dan SMP dalam Kurikulum 2013

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tentang implementasi kurikulum 2013 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

(7)

melingkar pohon ilmu yang terdiri dari body knowledge yang saling terkait jelas dan selain itu saling menerobos pada kejadian sehari-hari. Pada peserta didik SD seandainya dibicarakan energi, peserta didik seyogianya menemukan cahaya, suara dan panas adalah berbagai eneri yang saling terkait. Mereka harus belajar bahwa energi dalam lampu pijar adalah energi yang digunakan dalam untaian hidup yang berfungsi dalam kehidupan sains manusia sehingga berbagai keterkaitan sainstifik menjembatani transisi bertahap berpikir siswa. Transisi dari pengembangan tahap operasional kongkrit ke arah operasional abstrak dibantu dengan penerapan pengamatan. Demikian pembentukan berpikir hipotesisterjadi, yaitu antisipasi terhadap yang fakta nyata dan yang di tindak lanjuti dengan verifikasi kebenaranfaktanya melalui ekperimentasi. Berbagai eksperimen dibuat semenarik mungkin untuk mengeambangkan minat anak dengan menyajikan berbagai discrepant events dalam alam nyata. Pembelajaran sains doing science dapat diimplementasikan dalam jenjang pendidikan sehingga pengembangan sikap dan minat diperoleh SD melalui pembelajaran dimana memperoleh peluang untuk berpartisipasi aktif melalui penggalakan minat.

C. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam mengajar. Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari kurang lebih empat siswa dengan kemampuan dan latar belakang sosial yang berbeda-beda pula. Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik.

(8)

kemampuannya. Tujuan ketiga dan penting dalam cooperative learning adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi kepada siswa. cooperative learning meningkatkan kerja sama karena saling menghargai dan mendukung perkembangan inteligensi interpersonal,salah satu diantara delapan keterampilan

multiple intelligences.

2. LangkahPembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 langkah, yaitu:

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2:

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3: pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5:

Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: (Ibrahim dkk, 2000)

Menurut Lie (Gintings, 2008) ada lima unsur menjadi ciri yang membedakan

cooperatif learning dengan model pembelajaran yang lain yaitu : a. Saling ketergantungan positif

b. Tangungjawab persorangan c. Tatap muka

(9)

Menurut Sanjaya (2006) melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain sehingga memberdayakan siswa untuk dapat bertanggung jawab dalam belajar. Pengembangan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik sehingga siswa tidak takut dalam membuat kesalahan karena keputusan dibuat adalah keputusan kelompok.

Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktek pendidikan yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, permainan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, meningkatkan rasa percaya diri, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.

3. Model Pembelajaran kooperatif modifikasi Mengunakan Kartu pintar

Modifikasi Model pembelajaran ini menggunakan kartu pintar yakni kartu yang berisikan kata-kata atau gambar yang digunakan untuk memicu ide baru dalam proses pembelajaran, kartu ini dirancang untuk memunculkan ide dalam spembelajaran untuk dapat menulis cerita dan menemukan konsep serta solusi terhadap permasalahan melalui pendekatan yang sederhana, kartu pintar memiliki tujuan untuk menstimulasi pemikiran secara lateral sehingga diharapkan memicu berpikir kreatif siswa untuk menghasilkan ide-ide yang baru namun terarah. Contoh Ilustrasi kartu pintar

Yang berisikan gambar

Gambar 2.1 kartu pintar yang berisikan gambar

KARTU PINTAR BERGAMBAR

(10)

Penggunaan kartu pintar bergambar bertujuan untuk mempermudah siswa memberikan asosiasi terhadap konsep dan materi sehingga gambar yang didapatkan siswa dalam memunculkan ide-ide yang kreatif. Kartu tendang bergambar diharapkan mampu meningkatkan siswa kemampuan spasial dan visual siswa. Masalah yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung dapat dibantu pemecahannya melalui gambar tersebut. kartu pintar bergambar dapat digunakan pada siswa sekolah dasar ini sebab dengan adanya gambar tersebut mampu menarik perhatian sekaligus membantu siswa dalam pengasosiasian konsepnya.

Pada kartu pintar berkata merupakan kartu yang berisikan kata kunci dalam pembelajaran yang digunakan siswa dalam menyusun solusi, konsep dan pemecahan masalah baik secara runut dan sistematis. Penggunaan kata kunci ini tentu saja harus sangat berkaitan dengan konsep yang dilontarkan oleh guru. Pada kartu pintar berkata terjadi penyusun ide kedalam sebuah solusi yang mampu dilaksanakan. Kartu pintar berkata secara tidak langsung membantu siswa dalam menemukan konsep yang dirancang sejak awal oleh guru selain itu keterampilan berpikir kreatif siswa juga terasah, se lain itu kemampuan verbal dan menulis siswa menjadi salah satu prioritas. Ilustrasi kartu pintar berkata.

Gambar 2.2 contoh kartu pintar berkata

KARTU PINTA BERKATA

Masalah :

akhir-akhir ini kota Yogyakarta dilanda kemacetan dan polusi udara yang semakin parah.

KATA KUNCI :

Kemacetan, pencemara udara, trans jogja, kendaraan pribadi, gangguan pernafasan, jam sibuk,

(11)

Siswa menuliskan konsep jawaban yang muncul dari pendapat siswa dan ada baiknya jawaban tersebut dituliskan dan disampaikan secara lisan dihadapan teman-temannya yang lain sebab antar siswa satu dengan yang lain memungkinkan untuk berbeda pendapat dan penyusunan kalimat kunci, solusi tersebut yakni :

“Kota Yogyakarta selama beberapa tahun ini mengalami kemacetan hampir disetiap wilayahnya jika pada jam – jam sibuk seperti pada pukul 7.00-9.00 pagi dan pukul 16.00-18.00 maka antrian kendaraan pribadi akan terlihat disepanjang mata memandang diruas jalan kota yogyakarta terlebih disekitar lampu pemberhentian akibatnya akan terlihat beberapa orang siswa yang datang terlambat kesekolah akibat terjebak kemacetan ,jika diamati secara seksama kemacetan ini akan menimbulkan pencemaran udara disekitarnya sebingga dapat menyebabkan resiko gangguan pernafasan. Menurut saya kemacetan hal ini dapat ditanggulangi dengan menyediakan angkutan umum yang nyaman dan aman bagi seluruh penduduk hal in tentu saja memacu untuk menggunakannya selain itu pengurangan volume kendaraan pribadi dijalanan dapat dilakukan dengan membatasi kepemilikannya hal ini tentu saja akan lebih mempermudah regulasi bagi pemerintah dalam pengaturannya.”

D. Langkah-Langkah pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar

Kartu pintar merupakan suatu cara yang efektif membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi pernyataan singkat atau siswa membaca tugas, situasi yang menjadi tanda tanya. Guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah 1 berpikir mandiri

(12)

2. Langkah 2. Berpasangan dan bertukar pikiran.

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi dengan teman sebangku untuk menyatukan jawaban atau konsep-konsep yang sudah mereka peroleh.Guru memberi waktu tidak lebih dari 10 atau 15 menit untuk berpasangan, sedangkan fungsi kartu pintar disini adalah siswa berinteraksi untuk menyatukan jawaban antara pasanganyang didasarkan pada k ata kunci atau gambar yang tertera pada kartu pintar sehingga suatu permasalah khusus yang diidentifikasi dalam hal ini siswa dapat mengembangkan kata kunci yang diperoleh dalam ide-ide penjelas yang lebih spesifik dan terperinci.

3. Langkah 3. Presentasi di hadapan kelas.

Langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil dari pemikiran berkelompok tadi harapannya siswa dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui intersubjektif sehingga salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh guru adalah dengan seorang guru baru saja selesai membuat presentasi pendek atau siswa sudah selesai membaca sebuah tugas atau situasi penuh teka – teki di deskripsikan oleh guru dan siswa menyimak baik – baik apa yang dijelaskan.

Pada tahapan ini guru mendorong siswa untuk memahami dimensi, arah dari permasalahan. Tujuannya adalah agar supaya siswa mengumpulkan cukup informasi guna menciptakan dan membangun ide siswa sendiri. Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan jenis-jenis informasi yang diperlukan sampai pada pemecahan yang dapat dipertahankan sehingga menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah.

(13)

sebagai proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran belajar dan pembelajaran. Penilaian adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif. Sedangkan pengukuran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar.

Dalam pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar diperlukan penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dan semua kegiatan membaca dan menulis. Karena siswa belajar dengan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, maka mereka punya kesempatan yang sama untuk sukses. Kontribusi siswa pada timnya didasarkan pada skor kuisnya dan membuat karangan tertulis secara independen, yang memastikan adanya tanggung jawab individu

Salah satu syarat efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar adalah dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.

(14)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Teori yang melandasi adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget, teori belajar konstruktivisme, teori pembelajaran Sosial Vygotsky.

2. Karakteristik Pembelajaran IPA di tingkat SD dan SMP dalam Kurikulum 2013 seyogianya belajar konsep belajar bermakna. Sains harus diajarkan sebagai suatu cara berpikir dengan membangun struktur kognitif untuk pengetahuan lebih tinggi.

3. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam proses belajar.

4. Model Pembelajaran kooperatif modifikasi Mengunakan Kartu pintar yakni kartu yang berisikan kata atau gambar yang digunakan untuk memicu ide baru, kartu ini dirancang untuk memunculkan ide dalam pembelajaran untuk menulis cerita dan menemukan solusi terhadap permasalahan melalui pendekatan sederhana.

5. Siswa menuliskan konsep yang muncul dan disampaikan secara lisan dihadapan teman-temannya yang lain sebab antar siswa satu dengan yang lain memungkinkan untuk berbeda pendapat dan penyusunan kalimat kunci, 6. Langkah-Langkah pembelajaran kooperatif modifikasi menggunakan kartu

pintar yakni (1). berpikir mandiri, (2). Berpasangan dan bertukar pikiran.(3). Presentasi di hadapan kelas.

B. SARAN

(15)

2. Perlu adanya modifikasi dalam menggunakan kartu pintar sehingga dapat lebih menarik dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.

Ibrahim, Muslimin; Fida Rachmadiati; Mohamad Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya University Press, Surabaya.

Samatowa, Usman.(2011). Pembelajaran IPA Di sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Rineka Cipta, Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009. Cooverative Learning. Pustaka Pelajar: Surabaya.

Susilo, H., H. Chotimah., dan Y.D.Sari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Profesional Guru dan Calon Guru. Bayumedia. Jakarta.

Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Surabaya.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Cerdas Pustaka: Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Tahap – Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Gambar 2.1 kartu pintar yang berisikan gambar

Referensi

Dokumen terkait

Dan termasuk didalamnya beberapa pihak yang dapat dijadikan beberapa informan penunjang penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi dalam

Meloxicam secara bermakna menunjukkan resiko yang lebih kecil terhadap insiden saluran cerna daripada natrium diklofenak setelah 2 minggu pengobatan dalam hal keluhan nyeri

Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan pangkal, tengah dan ujung terhadap Keteguhan tekan sejajar serat pada kayu jati (Tectona grandis L.F) disajikan pada

Telah dilakukan kajian risiko kesehatan konsumen kerang hijau yang mengandung saksitoksin di perkampungan nelayan kerang hijau Cilincing Jakarta Utara.Penelitian

Maka kami m'elihat perubahan Rancangan Undang-Undang usul inisiatif tentang Perbankan Syariah telah mencapai sasarannya sesuai yang diusulkan oleh komisi XI DPR RI oleh

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memuat dua konsep penting yakni, “Bhinneka” dan “Tunggal Ika”, dimana Bhinneka mengakui adanya keanekaragaman, sedangkan Tunggal Ika,

Bachrium Dalimunthe (Ketua) Parlindungan Hasibuan (Ketua) Julianer Sijabat (Ketua) Heriyanto (Ketua) Subali (Ketua) Mulad (Ketua). Syahruddin Lubis (Ketua) Suparman TS (Ketau)

Hasil dari pengundian tersebut yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah VIII B (pada kelas ini proses pembelajaran menggunakan model Kooperatif) sedangkan yang