• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Disiplin Kerja 2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja - Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja dan Terhadap Kinerja Pegawai PT. Pos Indonesia (Persero) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Disiplin Kerja 2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja - Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja dan Terhadap Kinerja Pegawai PT. Pos Indonesia (Persero) Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Disiplin Kerja

2.1.1.1 Pengertian Disiplin Kerja

Didalam kehidupan sehari-hari banyak yang mengartikan disiplin sebagai

ketaatan seseorang atau sekelompok terhadap peraturan yang telah ditetapkan.

Dalam dunia kerja, disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap karyawan yang

mematuhi semua peraturan perusahaan, seperti datang dan pulang tepat waktu,

mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, tidak mangkir (Fathoni, 2006:130).

Menurut Mangkuprawira (2007 : 122), kedisiplinan karyawan adalah sifat

seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan organisasi

tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dan perusahaan.

Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi karyawan dalam

melaksanakan aturan – aturan perusahaan. Semakin disiplin maka semakin tinggi

produktivitas kerja karyawan dan kinerja perusahaan, ceterisparibus.

Sedangkan menurut Saydam (2005 : 284), disiplin kerja merupakan sikap

kesediaan dan kerelaan seseorang untuk menaati dan mematuhi segala

norma-norma, peraturan yang berlaku di sekitarnya. Adapun peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan disiplin kerja adalah sebagai berikut :

(2)

2. Tanggung jawab yaitu kemampuan dalam menjalankan tugas dan peraturan

perusahaan.

3. Sikap yaitu peraturan dasar tentang berpakaian dan bertingkah laku dalam

melaksanakan pekerjaan.

4. Norma yaitu peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh

dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan dan sebagai suatu

acuan dalam bersikap.

Menurut Lateiner dalam Sutrisno (2011 : 87), disiplin merupakan tindakan

manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan

berbagai ketentuan tersebut. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi

mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu

organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, maka

sulit bagi perusahaan untuk mewujudkannya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis menarik kesimpulan

bahwa disiplin kerja karyawan merupakan suatu sikap atau perilaku yang

menunjukkan kepatuhan, ketaatan, kesadaran seseorang atau sekelompok

karyawan dalam menaati segala peraturan yang ada, sehingga dapat diharapkan

pekerjaan yang dilaksakan dapat berjalan efektif dan efisien demi keberhasilan

(3)

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Dalam dunia pekerjaan, banyak ditemukan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan kerja di perusahaan. Seperti menurut

Hasibuan (2003 : 194) ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara cukup menantang

bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan (pekerjaan) yang dibebankan

kepada karyawan harus sesuai dengan kamampuan karyawan.

2. Teladan pimpinan

Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisplinan karyawan karena

pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

3. Balas jasa

Balas jasa akan memberikan kepuaasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan dan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan terhadap pekerjaan

semakin baik, maka kedisiplinan karyawan akan semakin baik pula.

4. Keadilan

Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian hukuman akan

merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan.

5. Pengawasan melekat

Atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku moral, sikap, gairah kerja,

(4)

6. Sanksi hukuman

Dengan sanksi yang semakin berat, karyawan akan takut melanggar

peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner akan berkurang.

7. Ketegasan

Pimpinan harus berani dan tegas dalam bertindak menghukum karyawan yang

indisipliner sesuai sanksi yang telah ditetapkan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara karyawan akan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Pimpinan harus

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta

mengikat, vertikal maupun horizontal di antara semua karyawan. Terjadinya

human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana

kerja yang nyaman.

2.1.1.3 Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja

Menurut Singodimendjo dalam Sutrisno (2013:94) dimensi kedisiplinan

meliputi:

1. Taat terhadap aturan waktu

Meliputi indikator jam msauk kerja, jam pulang, dan jam istirahat yang tepat

waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan, organisasi/instansi.

2. Taat terhadap peraturan organisasi/instansi

Menaati peraturan dasar tentang cara berpakaian dan bertingkah laku dalam

(5)

3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan.

Seperti dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan jabatan, tugas

dan tanggung jawab serta berhubungan dengan unit kerja lain.

4. Taat terhadap peraturan lainnya di organisasi/instansi.

Berupa aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh

para pegawai dalam organisasi.

Menurut Hasibuan (2005:194-198) indikator yang mempengaruhi tingkat

kedisiplinan karyawan suatu organisasi, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa pekerjaan yang

dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan

bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan

karena pimpinanan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta

sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan

bawahan akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang

(6)

3. Balas Jasa

Balas jasa atau gaji, kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan,

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang

mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

beserta keluarga. Jadi, balas jasa barperan penting untuk menciptakan

kedisiplinan karyawan.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijakan dalam

pemberian balas jasa atau hukuman akan tercipta kedisiplinan yang baik.

5. Waskat (pengawasan melekat)

Waskat adalah tindakan nyata paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan

karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung

mengatasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan perusahaan. Berat atau ringan sanksi hukuman

yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan

(7)

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan tegas bertindak

untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditetapkan perusahaan

sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan

karyawan perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer harus

berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi baik

diantara semua karyawan.

Sedangkan Rivai (2009 : 444) menjelaskan bahwa disiplin kerja

memiliki beberapa indikator diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran. Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur

kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah

terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.

2. Ketaatan pada peraturan kerja. Karyawan yang taat pada peraturan kerja

tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti

pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

3. Ketaatan pada standar kerja. Hal ini dapat dilihat melalui besarnya

(8)

4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi

akan selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja,

serta selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis. Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang

tidak sopan ke pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal

ini merupakan salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis

sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.

2.1.2 Stres Kerja

2.1.2.1 Pengertian Stres Kerja

Menurut Robbins (2007:368) stres merupakan suatu kondisi dinamis

dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan kerja dan tantangan

kerja untuk meningkatkan kinerja karyawan. Stres tidak hanya dilihat dari suatu

kondisi karyawan didalam menghadapi lingkungan kerja namun stres kerja dapat

merupakan suatu perasaan yang tertekan yang di alami oleh karyawan dalam

menghadapi pekerjaan.

Menurut Charles D. Spielberger dalam Rivai (2009:307) stres adalah

tuntutan eksternal mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan

atau suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga biasa

diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang

berasal dari luar diri seseorang.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2009:28) stres kerja adalah perasaan

yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi

(9)

perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan,

tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami

gangguan pencernaan.

Dengan demikian, penulis menarik kesimpulan stres kerja timbul karena

tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat

berbeda. Adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan

dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua

kondisi pekerjaan. Stres kerja ini dapat menimbukan emosi tidak stabil, perasaan

tidak tenang, tidak bisa rileks, tegang, cemas, tekanan darah meningkat dan

mengalami gangguan pekerjaan.

2.1.2.2. Gejala-gejala Stres Kerja

Menurut Robbins (2008:375) gejala stres dapat dikelompokkan dalam tiga

kategori umum yaitu:

1. Gejala Fisiologis

Pengaruh awal stres biasanya berupa gejala-gejala fisiologis yang dapat

menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan

tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan

memicu serangan jantung.

2. Gejala Psikologis

Ketidakpuasan kerja, kenyataannya adalah efek psikologis sederhana dari stres.

(10)

ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka

menunda-nunda pekerjaan.

3. Gejala perilaku

Gejala-gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam

tingkat produktivitas, terburu-buru, kemangkiran dan perputaran karyawan,

selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, bicara yang

gagap serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.

2.1.2.3. Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut Mangkunegara (2009:157) penyebab stres kerja antara lain:

1. Beban kerja yang dirasakan terlalu berat

2. Waktu kerja yang mendesak

3. Kualitas pengawasan kerja yang rendah

4. Iklim kerja yang tidak sehat

5. Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tangung jawab

6. Konflik kerja

7. Perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan yang frustasi dalam kerja

Menurut Siagian (2013:301) situasi lingkungan diluar pekerjaan pun dapat

menjadi sumber stres. Berbagai masalah yang dihadapi seseorang, seperti masalah

keuangan, perilaku negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang

harmonis, pindah tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal,

(11)

2.1.3 Kinerja

2.1.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan

berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya. Terdapat

hubungan yang erat antara kinerja perorangan dengan kinerja organisasi. Dengan

kata lain apabila kinerja karyawan baik maka kinerja perusahaan atau organisasi

akan baik. Kinerja seorang karyawan akan baik apabila dia mempunyai keahlian

yang tinggi, bersedia bekerja keras, diberi gaji sesuai dengan perjanjian,

mempunyai harapan masa depan yang lebih baik, Sutrisno (2011 : 171).

Menurut Miner dalam Sutrisno (2011:170), kinerja adalah bagaimana

seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang

dibebankan kepadanya. Menurut Wibowo (2012:7) kinerja adalah tentang

melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja

adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

Mangkunegara (2010:67) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kesediaan seorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan

hasil seperti yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa

(12)

jawabnya dengan standar kerja yang telah ditetapkan agar tercapainya tujuan

organisasi.

2.1.3.2 Dimensi Kinerja Karyawan

Menurut Mathis dan Jackson (2002:179) menyatakan bahwa dimensi

kinerja karyawan terdiri dari:

1. Kuantitas

Kuantitas adalah jumlah hasil pekerjaan seseorang dalam menyelesaikan

pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi.

2. Kualitas

Kualitas adalah kualitas kerja menunjukkan sejauh mana mutu seorang

karyawan dalam melaksanakan tugas – tugasnya.

3. Jangka Waktu

Kemampuan perusahaan untuk menetapkan waktu kerja yang dianggap paling

efisien dan efektif. Karena dengan pemanfaatan waktu maka pekerjaan dapat

diselesaikan tepat waktu yang ditentukan oleh perusahaan.

4. Kerja sama

Kerja sama merupakan tuntutan bagi keberhasilan perusahaan dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan, sebab dengan adanya kerjasama yang baik akan

memberikan kepercayaan pada berbagai piyak yang berkepentingan.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut pendapat Davis dalam Mangkunegara (2010 : 13) faktor yang

(13)

a. Faktor kemampuan (ability)

Kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi kecerdasan

intelektual dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pimpinan dan

karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka

akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Maka dari itu, karyawan

perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor motivasi (motivation).

Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi

kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang

terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Menurut A. Dale Timple alam Mangkunegara (2010:15) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal (disposisional)

Yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja

seseorang baik karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe

pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai kinerja buruk disebabkan

karena orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk meningkatkan

kemampuannya.

b. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari

(14)

Sedangkan menurut Prawirosentono dalam Sutrisno (2010:176-178)

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah :

a. Efektivitas dan Efisiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya

kinerja diukur oleh efektivitas dan efisien. Efektivitas dari organisasi apabila

tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan. Sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang

dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

b. Otoritas dan Tanggung Jawab

Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi

akan mendukung kinerja karyawan tersebut. Kinerja karyawan akan dapat

terwujud apabila karyawan mempunyai komitmen dengan organisasinya dan

ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi.

c. Disiplin

Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat pada diri karyawan

terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan dan

hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan karyawan.

d. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide

untuk merencankan suatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Inisiatif

karyawan yang ada didalam organisasi merupakan daya dorong kemajuan yang

(15)

2.1.3.4 Strategi Peningkatan Kinerja

Menurut Schuller dan Jackson dalam Siska (2011) strategi yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan kinerja adalah sebagai berikut :

1. Dorongan Positif

Dorongan positif melibatkan penggunaan penghargaan positif untuk terjadinya

kinerja yang diinginkan. Dorongan ini berdasarkan dua prinsip fundamental,

pertama orang berkinerja dengan cara mereka pandang paling menguntungkan

bagi mereka kedua dengan memberikan penghargaan semestinya orang

dimungkinkan untuk memperbaiki kinerjanya. Suatu program positif dibangun

dengan empat tahap yaitu : lakukan audit kerja, tetapkan standar dan tujuan

kinerja, berikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja, berikan

karyawan pujian dan imbalan lain yang berkaitan langsung dengan kinerja.

2. Program Disiplin

Program ini memberikan tanggung jawab prilaku karyawan ditangan karyawan

sendiri. Program ini memberi tahu karyawan bahwa perusahaan peduli dan

akan tetap mempekerjakan mereka selama tetap berkomitmen bekerja lebih

baik.

3. Program Bantuan Karyawan

Program bantuan karyawan yang berhasil mempunyai sifat-sifat seperti

dukungan manajemen puncak, dukungan karyawan atau serikat pekerja,

keberhasilan, akses yang mudah, penyelia yang terlatih, pengurus serikat kerja

(16)

banyak layanan dan referensi, kepemimpinan proporsional yang terampil,

sistem untuk memantau nilai dan merevisi.

4. Manajemen Pribadi

Manajemen pribadi (self management) adalah suatu pendekatan yang relatif

baru untuk mengatasi ketidaksesuaian kinerja, hal ini mengajari orang

(17)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Hasil Penelitian

1 Kevin Disiplin dan Imbalan secara bersama-sama berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap Kinerja karyawan PT Bank Tabungan Negara

Deskripsi Kerja dan Disiplin kerja secara simultan

Perhutan Unit I Jawa Tengah

(18)

Lanjutan Tabel 2.1 untuk bekerja lebih berprestasi.

5 Fording

(2011)

The

Organization of Discipline : From

dan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kinerja Karyawan

7 Nugroho Tingkat Konflik dan Stres akan menurunkan

Kepuasan kerja sebaliknya

apabila tingkat Konflik dan Stres menurun maka Kepuasan kerja pegawai meningkat.

(19)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar

variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono,

2013:89). Hubungan yang terjadi antara variabel, baik variabel yang terikat

maupun variabel yang tidak terikat akan tampak pada kerangka konseptual ini.

Pada dasarnya kinerja seorang karyawan tinggi atau rendah dipengaruhi

oleh berbagai macam variabel. Beberapa variabel diantaranya adalah disiplin kerja

dan stres kerja. Ketika disiplin kerja dapat berjalan sesuai dengan yang

diinginkannya, maka kinerjanya akan meningkat (Hasibuan : 2005:66).

Sianturi (2011) menyatakan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh

disiplin intern dan disiplin ekstren, apabila seorang karyawan telah mematuhi

aturan dengan baik dan telah dilaksanakannya tingkat penerapan disiplin yang

baik didalam perusahaan maka kinerja karyawan akan menjadi tinggi, yang

dipaparkan dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan (Studi Kasus Di Kantor PT. PLN (Persero)”

Disiplin merupakan sarana penting untuk mencapai kinerja. Dalam kondisi

ini maka tindakan yang seharusnya perusahaan lakukan untuk meningkatkan

kualitas perusahaan misalnya adalah dengan peningkatan kinerja karyawan yaitu

disiplin kerja. Kinerja karyawan dapat dilihat dari disiplin kerja yang dilakukan

sehari-hari. Selain itu, dengan disiplin kerja yang tinggi dari karyawan, maka akan

(20)

Haryanti (2014) menyatakan bahwa stres kerja mempengaruhi kinerja

karyawan, ketika stres kerja semakin naik maka akan menurunkan kinerja

karyawan. Sebaliknya ketika stres kerja semakin rendah maka akan menaikkan

kinerja karyawan. Pernyataan ini dipaparkandalam penelitiannya yang berjudul “

Analisis Pengaruh Stres Kerja Dan Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Karyawan

Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi”

Menurut Sedarmayanti (2011:76) stres kerja adalah suatu kondisi

ketegangan yang menciptakan adanya ketidaksimbangan fisik dan psikis, yang

mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi karyawan. Stres dikatakan

positif dan merupakan suatu peluang bila stress tersebut memotivasi para

karyawan untuk meningkatkan kinerjanya agar memperoleh hasil yang maksimal.

Stres kerja yang dapat menimbulkan menurunnya kepuasan kerja,

menurunnya kinerja, tekanan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar,

terjadinya konflik antar pribadi dan lemahnya pengawasan dari masing-masing

pimpinan divisi terhadap karyawan yang melanggar aturan dijam-jam kerja yang

(21)

Untuk lebih memahami tentang kerangka konseptual penelitian ini, dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Hasibuan (2005:66), Sianturi (2011), Sedarmayanti (2011:76), Rivai (2009:305)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono 2013:64). Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual

yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai PT. Pos Indonesia

(Persero) Kantor Regional-I Medan.

2. Stres Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai PT. Pos Indonesia (Persero)

Kantor Regional-I Medan.

3. Disiplin Kerja, Stres kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja

Pegawai PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Regional-I Medan. Disiplin Kerja

Stres Kerja

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis (H 1 ) yang menyatakan bahwa Kompetensi, disiplin kerja, dan Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja Karyawan di

1. Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Artinya semakin baik kompensasi maka kinerja akan semakin baik. Disiplin Kerja berpengaruh

Tetanus dapat terjadi pada orang yang belum diimunisasi, orang yang diimunisasi sebagian, atau telah diimunisasi lengkap tetapi tidak memperoleh imunitas yang cukup

Untuk memasukan program klik load lalu cari program .hex di folder penyimpanan program yang telah di buat.. Setelah di dapat klik open dan auto tapi jangan lupa untuk menyesuaikan

Ada 4 skenario pabrik yang disimulasikan yang merupakan kombinasi dari (1) SFT-Adsorpsi; (2) SFS-Adsorpsi; (3) SFT-Permeasi uap; dan (4) SFS- Permeasi uap,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterikatan karyawan, motivasi kerja, disiplin kerja, dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PTPN

Hasil penelitian dianalisis dalam tugas dan fungsi camat dalam mengkoordinasikan kegiatan pem- berdayaan masyarakat dengan rincian: mendorong partisipasi masyarakat

Para intelektual Barat yang tertarik pada studi tentang Islam semisal: Ignaz Goldziher (1850-1921) menjadi fondasi dasar kajian Islam di Barat dalam bidang sejarah,