• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN FARMAKOGENOMIK iptek DALAM PENGEMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN FARMAKOGENOMIK iptek DALAM PENGEMBA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

M aksum Radji

Depar temen Far masi FM IPA-UI, Univer sitas Indonesia, Depok.

PEN D A HULUA N

Berd asarkan p erbed aan sifat-sifat fisiknya, secara antro po lo gis manusia digolongkan dalam berba-gai suku dan ras. Penggolongan ini didasarkan atas perbedaan parame-ter morfologis yang antara lain parame- ter-d iri ter-d ari w arna kulit, w arna ter-d an tekstur rambut, tinggi badan, bentuk raut muka, bentuk hidung, dan seba-gainya, yang membed akan suku-suku tertentu dengan suku-suku lainnya. Dalam pendekatan secara genomik, p erbed aan-p erbed aan mo rfo lo gis tersebut ternyata disebabkan o leh adanya beberapa gen yang bertang-g unbertang-g jaw ab terhad ap p erbed aan fenotipe dari masing-masing etnik

PEN DEKATAN FARM AKOGEN OM IK

DALAM PEN GEM BAN GAN OBAT BARU

ABSTRACT

The human population is heterogeneous and consists of populations of immense ethnic diversity. There are considerable allelic differences between human popula-tions as well as individuals within each ethnic group as a result of molecular hetero-geneity of the genome. This, in turn, is responsible for differential allelic expression of genes endowing them with polymorphic characters. The molecular diversity within genes is responsible amongst others, of disease resistance or susceptibility or for that matter drug response. Pharmacogenomics is the key to the understanding of differ-ential drug response in different patients in relation to genetic constitution. The revelation of such information at the molecular level would assist the pharmaceuti-cal industry to address a therapy directed to each individual. The objective of this article is to understand the nuances of the genetic repertoire and correlate it with disease gene identification, genes that have been or can be used as drug targets, identify candidate genes for drug development and recent trends in drug discovery.

tersebut (Ow en, S and King,M.C. 1999). Perbedaan warna kulit misal-nya, disebabkan oleh perbedaan atau diferensiasi ekspresi dari gen multi-allelic melanocortin stimulating hormone receptor-1 (MCIR) yang dipengaruhi oleh adaptasinya terhadap paparan sinar matahari (Palmer,J.S, et al., 2000). Munculnya beberapa jenis al-lele dan haplotip tersebut disebabkan karena terjadinya beberapa mutasi yang terjadi pada sel reproduksi dari masing-masing ind iv id u (Bro w n, T.A ., 1999).

(2)

salah satu basa DNA, delesi ataupun rearrangement DNA dalam salah satu lokus kromosomnya. Ekspresi dari allele tertentu tergantung dari struk-tur d an sekuen reg ulato rny a se-hing g a kad ang kala ep ksresiny a sangat tinggi sedangkan yang lainnya mungkin mengalami represi. Berda-sarkan asumsi bahw a sed emikian besarnya variasi ekspresi dan variasi yang terdapat dalam genom setiap ind iv id u maka bisa d ip erkirakan betapa besarnya diversitas allele yang terjadi dalam populasi manusia.

Keterlibatan gen dan protein di dalam perjalanan penyakit dan res-pon tubuh terhadap obat telah lama menjadi perhatian para praktisi baik dalam bidang kedokteran maupun d alam bid ang farmasi. Farmako -g eno mik merup akan salah satu bid ang ilmu yang d iyakini d apat menjelaskan bahw a ad any a p er-bedaan respon dari setiap individu terhadap obat yang diberikan sangat erat kaitannya d engan perbed aan genetik dari masing-masing individu tersebut. Semakin banyak informasi y ang d iketahui tentang p eranan genetik dalam respon obat khusus-nya pad a tingkat mo lekuler akan membantu p ara p eneliti d alam pengembangan obat. Untuk itu di-butuhkan suatu p erang kat y ang mampu mengidentifikasi suatu marker tertentu yang dapat memperkirakan terjadinya respon negatif atau respon po sitif dalam pengembangan o bat yang didasarkan pada pendekatan teknologi genom tersebut.

Dalam artikel ini akan diuraikan

tentang hubungan antara respon obat dengan heterogenisitas genom ma-nusia agar dapat digunakan dalam mengidentifikasi target kerja o bat secara molekuler sehingga dapat me-ningkatkan penemuan dan pengem-bangan obat serta terapi berdasarkan pendekatan genetik.

HETEROGENISITA S GENOM

M A NUSIA

DNA atau geno m merupakan materi genetik yang amat penting dalam sistem biologis termasuk pada manusia. Info rmasi genetik yang d isand i o leh DNA ini d iturunkan dari setiap generasi ke generasi beri-kutnya mengalami proses mutasi dan seleksi (Sand er,C., 2000). Pro yek pemetaan genom manusia telah ber-hasil dilakukan. Dalam laporannya The International Human Genome Se-quencing Consortium memperkirakan bahw a d ari 3 milyar pasang basa geno m manusia, terd ap at sekitar 30.000 – 35.000 gen fungsional yang menyandi sintesis berbagai jenis pro-tein (Lander E.S. et al. 2001, Venter, J.C. et al. 2001). Tingginya frekuensi mutasi dan seleksi dari genom ter-sebut menyebabkan meningkatnya variasi genetik pada populasi ma-nusia.

(3)

dengan ditemukannya variable num-ber of tandem repeats (VNTRs). Per-bed aan d alam varian DNA inilah yang kemudian banyak digunakan d alam p enentuan sid ik jari DN A dalam bidang forensik.

Varian DNA baru yang saat ini lebih banyak dipakai sebagai penan-da (marker) adalah apa yang disebut sebagai single nucleotide polymorphisms (SNPs). SNP terjadi bila satu jenis nukleo tid a d alam p o sisi tertentu tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pad a ind ivid u lain. SNPs merupakan penanda utama dalam variasi genom antar individu manusia (Campbell,D.A. et al. 2000). Di dalam 3 milyar pasang basa DNA dari ge-nom manusia diperkirakan terdapat sekitar 1.6 juta – 3,2 juta SN Ps. Sebagian besar perbedaan manusia dipengaruhi oleh adanya perbedaan SNPs yang terjadi pada genomnya, dan hal ini seringkali dihubungkan d engan ad anya perbed aan d alam predisposisinya dalam jenis penyakit tertentu ataupun respon tubuhnya terhadap penggunaan obat (Stone-king, M. 2001). SNPs yang lokasinya terletak pada coding regions disebut cSNPs. Dampak cSNPs ini terhadap ekspresi protein yang disintesis ada-lah : (i) Substitusi basa DNA tersebut tidak menimbulkan perbedaan pada sekuen asam aminonya. (ii) Substitusi basa DNA dapat menyebabkan peru-bahan dalam sekuen asam aminonya akan tetapi efeknya tid ak menye-babkan perubahan yang berarti pada struktur dan fungsi dari protein yang dihasilkan. (iii) Menimbulkan

peru-bahan pada sekuen asam aminonya dan menyebabkan perubahan yang nyata pada struktur dan fungsi pro-tein yang dihasilkan. Beberapa SNPs yang berada pada lokasi non-coding regions ternyata juga dapat mempe-ngaruhi stabilitas mRNA dan kece-p atan transkrikece-p siny a. Perbed aan sekecil apapun dapat mempengaruhi fungsinya oleh sebab itu dapat di-duga bahwa perubahan dalam struk-tur dan fungsi protein yang menjadi target kerja obat akan dapat mem-pengruhi respon obat dalam tubuh (Rothberg, B.E.G., 2001).

Beberapa gen yang bertanggung jaw ab terhad ap metabo lisme o bat ad alah gen P450, yang menyand i ekspresi dari enzim-enzim metabo-lisme obat yaitu CYP2C19, CYPIA1, CYP206, CYP2C9, CYP2E1. Variasi struktur dan fungsi dari enzim-enzim tersebut d apat menyebabkan me-ningkatnya efek samping dari ber-bag ai jenis o bat termasuk anti-depresan, amfetamin, dan beberapa o bat go lo ngan beta-adreno receptor. Variasi allele pada enzim metabolisme obat lainnya yaitu thiopurine methyl transferase (TPMT), dapat menyebab-kan efek samping yang tidak diingin-kan. Polimorfisme pada enzim sering kali juga dapat meningkatkan efek toksik dari obat dibandingkan de-ngan individu normal.

(4)

promo-tor gen ataupun pada sekuen regula-to r. Eksp ansi d ari trinukleo tid a berulang (trinucleotide repeat) dike-tahui merupakan modulator penting d alam eksp resi g en, d isamp ing dinukleotida berulang ataupun simple tandom repeats (STRs). Penyakit frag-ile X syndrome, merupakan salah satu contoh sindroma yang disebabkan oleh terjadinya mutasi dari CCG tri-nukleotida berulang pada gen FMR1. Beberapa jenis kelainan neurologik seperti myotonic distrophy, spinobulbar muscular atrophy, Huntington’ s disease dan spinocerebellar atrophy, diketahui d isebabkan o leh ad anya A GC tri-nucleotide repeat. Variasi mutasi dalam suatu gen dapat menyebabkan beberapa kelainan. Berbagai jenis p enyakit d iketahui berhubungan dengan terjadinya berbagai mutasi DNA . Saat ini diperkirakan sekitar 1500 jenis penyakit yang berkaitan dengan kelainan genetik. (Peltonen, L. and McKusick, V.A. 2001).

STRA TEGI PENEM UA N OBA T

Berbagai bidang ilmu berperan penting dalam pengembangan dan p enemuan o bat antara lain ilmu kimia, farmasetika, farmako lo g i, mikrobiologi, biokimia, dan tekno-logi farmasi. Disamping itu peranan bio lo gi mo lekuler dalam pengem-bangan obat baru diyakini tidak saja mamp u memp ercep at p enemuan obat, akan tetapi juga mampu men-jelaskan proses-proses perkembang-an penyakit pada tingkat molekuler dan genetik, sehingga dapat

diten-tukan cara yang dipilih untuk inter-vensi penyakit tersebut dengan obat yang akan dikembangkannya.

Saat ini terdapat dua cara yang digunakan untuk penemuan bahan obat baru. Yang pertama adalah skri-ning secara acak. Cara ini biasanya lamban dan memerlukan proses yang panjang. A kan tetapi teknologinya saat ini telah berkembang, dan dila-kukan secara otomatis menggunakan teknologi combinatorial chemistry dan high throughput screening (HTS). Yang kedua adalah dengan menggunakan perdekatan struktur mo lekul o bat disesuaikan dengan struktur target. Struktur target merupakan suatu pro-tein baik berupa reseptor atau enzim ataupun DNA yang dapat ditentukan d an d ap at d iid entifikasi meng -gunakan perangkat bio info rmatik atau aktivitas farmakologiknya. Jika struktur dari target telah diketahui misalnya ditentukan dengan cara X-ray crystallography atau spektroskopi NMR, maka akan dapat ditentukan molekul obat yang dapat secara tepat masuk ke dalam binding sites dari tar-get, sehingga kita mampu melakukan simulasi untuk membuktikan adanya interaksi antara obat dengan target-nya. Suatu perangkat lunak untuk melakukan simulasi interaksi obat dengan targetnya ini telah banyak dikembangkan diantaranya adalah Tripos SYBYL program, M SI’ s Cerius dan Insight II molecular modeling soft-ware (Doughty,S. 2000).

(5)

obat yang secara aktif dapat berin-teraksi dengan target sehingga dapat digunakan sebagai obat yang efektif. Beberapa langkah yang ditempuh untuk pengembangan obat adalah :

1. Identifikasi target

Target yang harus didentifikasi adalah suatu daerah tertentu didalam g eno m y ang erat hubung anny a dengan manifestasi dan predisposisi penyakit. Salah satu contoh target yang telah diidentifikasi adalah di-temukannya apolipoprotein E4 sebagai fakto r p enting d alam p eny akit Alzheimer.

2. Karakterisasi target

Karakterisasi target adalah suatu cara untuk mengidentifikasi adanya varian-varian dari gen yang terpilih. Cara modern yang digunakan dalam pengembangan obat adalah dengan high throughput screening (HTS) dari sejumlah besar bahan kimia yang diproduksi menggunakan teknologi combinatorial chemistry. Dalam hal ini sangatlah penting jika kita mampu menemukan varian-varian gen yang mempengaruhi struktur asam amino dan fungsi protein yang diekspresi. Sebag ai co nto h ad alah resep to r dipomin D5 manusia. Dalam bebe-rap a p enelitian terbukti bahw a substitusi d ari asp aragin d engan asam aspartat dapat meningkatkan afinitas reseptor terhadap dopamin. Belakangan ini teknik D NA micro-arrays juga digunakan untuk mem-pelajari informasi bagaimana bebe-rapa gen diregulasi secara abnormal

pada suatu penyakit tertentu. Misal-nya microarry yang menggunakan sekitar 100 gen yang berperan dalam proses inflamasi digunakan untuk menguji jaringan remato id . Hasil analisis menunjukkan bahw a gen yang menyand i interleukin 6 d an beberapa matrix metallo proteinases memegang peranan penting dalam inflamasi rematoid. Dalam berbagai percobaan teknik microarrays ini akan terus memberikan kontribusi yang penting dalam pemahaman kita ter-dapat respon tubuh pada pengobatan (Lennon,G.L. 2000).

3. Validasi target

Tahapan ini adalah untuk me-nentukan atau pemilihan obat atau golongan obat yang akan digunakan untuk p engo batan jenis p enyakit tertentu.

(6)

kondisi penyakit atau berpengaruh p ad a p ro fil farmako kinetik d ari p eng g unaan o bat, memberikan pengaruh yang amat besar terhadap keberagaman sel target obat. Pene-litian tentang target melekuler ini akan berkembang dengan pesat dan diperkirakan akan meningkat dari sekitar 1000 target obat molekuler dew asa ini, menjadi sekitar 10.000 target (Dean,P.M. 2001). Struktur tiga demensi dari enzim protease pada Human Immunodeficiency virus (HIV), yang merupakan enzim penting da-lam replikasi virus HIV, memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para peneliti untuk mengetahui ko nfi-gurasi molekuler dari protein virus HIV. Para peneliti menggunakan hal ini untuk medesain suatu obat yang d apat menginaktifkan enzim pro -tease tersebut (Servio r,R.F. 2000). Pendekatan seperti itulah yang saat ini lebih dikembangkan dalam pene-muan o bat baru ketimbang mela-kukan penelitian yang kurang terarah (trial and error).

KA NDIDA T GEN DA N

PENGEM BA NGA N OBA T

Dalam praktek kedokteran saat ini sebagian besar lebih difokuskan kepada “ pengobatan setelah timbulnya penyakit” , sedangkan pendekatan far-makogenomik lebih ditekankan pada “ pencegahan sebelum munculnya suatu penyakit” . Dew asa ini berbagai gen yang bertanggungjaw ab terhad ap munculnya penyakit telah dipetakan di dalam kromosom, dan beberapa

mutasi gen yang menyebabkan ber-bagai ko ndisi penyakit sudah ter-identifikasi ( Majumdar,P.P. 1998).

Terbatasnya pengetahuan akan target obat yang ada pada saat ini sangat mempengaruhi industri far-masi dalam mengembangkan terapi baru. Sekitar 500-an jenis target obat telah dipublikasi untuk jenis o bat yang telah dipasarkan (Drew,J. 1999; Drew ,J. 2000). Pengetahuan yang lengkap akan gen dan protein ma-nusia akan mempercepat penemuan obat yang sesuai dengan profil tar-get yang diinginkan. Diperkirakan bahwa pola penemuan obat di masa mendatang akan dilakukan melalui penelitian yang berbasis genomik.

(7)

obat, dan perbedaan polimorfisme secara genetik d alam target o bat (reseptor obat), telah diketahui dapat berpengaruh besar terhad ap hasil p eng o batan d an to ksisitas o bat (Evans,W.E. and Relling,M.V. 1999). Salah satu co nto h ad alah d alam pengobatan dengan isoniazid, ter-dapat perbedaan respon dari bebe-rap a ind iv id u berup a p erbed aan dalam kecepatan proses asetilasinya terhadap obat tersebut (Weber,W.W. 1997). Profil asetilasi terhadap iso-niazid yang merupakan o bat anti tuberkulosis ini digolongkan dalam inaktivator cepat dan lambat. Indi-vidu yang tergolong dalam inakti-vator lambat ternyata aktivitas enzim N-acetyltransferase-nya sangat lambat. Perbedaan tersebut ternyata disebab-kan oleh adanya variasi genetik gari gen yang menyand i ekspresi d ari enzim N-acetyltransferase. Bagi indi-vidu yang mempunyai kelainan yang disebabkan oleh autosomal recessive allele, berupa variasi polimorfik maka aktivitas enzim N-acetyltransferase menjadi lambat. Aktivitas enzim N-acetyltransferase ini sangat bervariasi untuk setiap suku atau ras. Bagi o rang barat (A merika d an Ero pa) 50% d ari p end ud ukny a terny ata tergo lo ng inaktiv ato r lambat, se-dangkan untuk orang Jepang seba-g ian besar terseba-g o lo nseba-g inaktiv ato r cepat (Mueller,R.F. and Young,I.D. 2001).

Telaah genetik untuk mempe-lajari hubungan antara variasi poli-mo rfisme d i d alam struktur g en dengan efeknya dalam klinik terus

dikembangkan. Diharapkan melalui pendekatan ini dapat ditingkatkan pemahaman kita dalam penemuan kand id at gen yang d ap at d ikem-bangkan sebagai target obat. Sebagai co nto h, v arian d ari allele enz im thiopurine methyltransferase (TPMT), terny ata erat kaitanny a d eng an terjadinya reaksi obat yang tidak di-inginkan (adverse drug reactions, ADR). Sedangkan varian dari target obat lain y aitu enz im 5 lipox igenase (A LOX5), yang erat hubungannya dengan fenotipe penyakit asma, juga dapat mempengaruhi respon pengo-batan (Drazen,J.M. et.al. 1999), dan v arian d ari gen ap o lip o p ro tein E (A POE) erat kaitannya dengan in-hibisi terhadap enzim kolinesterase pada penderita Alzheimer.

(8)

mem-p erlihatkan resmem-p o n mem-p eng o batan dengan kemoterapi ini (Leichman et al. 1997,). Hasil penelitian serupa d itunjukkan p ula p ad a uji klinik penggunaan 5-FU ini terhadap pen-derita kanker lambung (Lenz,H.J et al. 1996). Genotipe dari gen TYM S, yang menyandi ekspresi enzim thy-midilate synthetase, ditentukan dengan mengamplifikasi gen/ DNA dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) y ang d iiso lasi d ari 90 p end erita kanker ko lo n yang mend ap atkan pengobatan 5-FU. Hasilnya menun-jukkan bahw a gen TYM S ternyata bersifat polimorfisme, mempunyai double (2R) atau triple(3R) tandem re-peats pada 28-bp promoter gen, dan terd apat variasi 6-bp pad a 3’ - un-translated region (3’ -UTR). Hasil ini menunjukkan betap a p entingnya melakukan pemetaan genotipe dari gen TY M S d ari p end erita kanker yang akan diobati dengan 5-fluorou-racil. Hal ini diperlukan untuk mem-prediksi respon obat dan efek toksik yang tidak diinginkan akibat peng-gunaan 5-FU. (Lecomte, T, et al. 2004, Pullarkat, S.T, et al. 2001). Pemetaan geno tipe sangat membantu dalam penentuan dosis obat yang diberikan, memprediksi kemungkinan muncul-nya efek toksik suatu pengobatan, dan memungkinkan untuk melaku-kan pengo batan secara individual berd asarkan sifat g eno tip e sese-orang.

Contoh penelitian lainnya adalah perbedaan respon penggunaan wal-farin sebagai antikoagulan. Respon terhadap w arfarin ternyata sangat

berv ariasi antar ind iv id u. Peng -gunaan w alfarin yang tid ak tepat d o sis sering kali meny ebabkan perdarahan serius. Perbedaan respon terhad ap w arfarin y ang d imeta-bolisme oleh enzim sitokrom P450 y aitu CYP2C9, CYP3A 5, sang at terg antung p ad a p eran Pg liko -pro tein yang ekspresinya d isand i oleh gen adenosine triphosphate-bind-ing cassette, ABCB1 atau juga disebut dengan multi dug resistance gene 1, M DR1. Variasi g enetik d ari g en ABCB1 yang dianalisis dengan teknik minisequencing terhadap 210 pende-rita, menunjukkan bahwa pemilihan d o sis y ang tep at untuk masing -masing varian genetik sangat penting untuk mend ap atkan resp o n o bat yang diinginkan (Wadelius, M, et al. 2004).

(9)

antara struktur gen, respo n o bat, menifestasi penyakit, data tentang p o limo rfisme yang d iid entifikasi d ari berbagai suku d an ras, serta ko leksi d ari gen target yang erat kaitannya dengan genotip beberapa jenis gen yang sangat penting dalam aspek farmakogenetik, dan pengem-bangan obat baru (Klein, T.E. and Altman, R.B. 2004).

KESIM PULA N

Pemahaman tentang interaksi antara mekanisme kerja obat dengan gen atau reseptor obat sangat penting dalam rangka memberikan pengo-batan yang optimal. Tersedia sistem bio info rmatik y ang merang kum informasi secara komprehensif data hasil penelitan farmakogenetik dan farmakogenomik yang memberikan info rmasi ad anya varian geno tip, polimorfisme antar individu ataupun antar suku dan ras tertentu dapat membantu para peneliti untuk me-nemukan hubungan antara variasi genetik d engan respo n o bat yang berbed a. Farmako geno mik d ap at memberikan meto d e yang akurat dalam menentukan dosis obat yang tepat berdasarkan sifat genetik dari seseorang. Di masa yang akan datang tenaga kesehatan akan dapat meng-analisis profil genetik dari penderita dan menetapkan terapi o bat yang tepat. Sedangkan industri farmasi diharapkan dapat menemukan terapi yang po tential dengan lebih tepat d an terarah melalui p end ekatan genomik.

DA FTA R PUSTA KA

Brow n, T.A . (1999) Molecular Phy-lo g enetics in Geno mes. Jo hn Wiley & Sons, Singapore, pp 408.

Campbell, D.A .; Valdes, A .M. and Spurr, N. (2000). Making Drug Discovery a SN(i)P. Drug Discov. Today 5, 388-396.

Dean, P.M .; Z and ers, E.D. and Bailey, D.S. (2001). Industrial-scale, Genomics-based Drug De-sign and d isco very. Trends in Biotech. 19(8), 288-292.

Doughty,S. (2000). Lab Plus Interna-tional. 14(4), 17-18.

Drew , J. (1999). Basic Science and Pharmaceutical Innovation. Nat. Biotechnology 17, 406.

Drew J. (2000). Drug Discovery: A Histo rical Perspective. Science 287, 1960-1964.

Drazen, J.M.; Delisle, M.; Quirion, R.; Aubert, I; Farlow M. and Lahiri, D, (1999). Pharmacogenetic associatio n betw een A LO X5 p ro -moter genotype and the response to anti-asthma treatment Nat. Genet. 22, 168-170.

Klein, T.E. and Altman, R.B. (2004). PharmGKB: the p harmaco ge-netics and pharmaco geno mics know ledge base. Pharmacogeno-mics J. 4 (1), 1-1.

(10)

fusion fluorouracil and w eekly leuco v o rin. J.Clin.O ncol. 15, 3223–3229.

Majumdar, P.P. (1998). People of In-dia: Biological diversity and Af-finities. Evolutionary Anthropology 6, 100-110.

Mueller,R.F. and Young,I.D. (2001). Emery’ s Elements o f Med ical g enetics. Elev enth Ed itio n, Churchill Livengstone, London. pp. 169-175.

Owen, S and King, M.C. (1999). Ge-nomic Views of Human History. Science 286, 451-453.

Palmer, J.S. Duffy , D.L. Bo x, N.F. Aitken, J.F,O’Gorman,L.E. Green,AC Hayward, N.K. Mar-tin, N.G. andSturm, R.A. (2000). Melano co rtin-1Recepto rPo ly-morphismsandRiskofMelanoma: IstheAssociationExplainedSolely byPigmentationPhenotype?Am. J. Hum. Genet., 66:176-186

Pelto nen, L. and McKusick, V.A . (2001). Genomics and medicine: Dissecting Human Disease in the Po stgeno mic Era. Science 291, 1224-1229.

Pullarkat, S.T.; Sto ehmacher, J.; Ghaderi, V.; Xiong, Y-P; Ingles, S.A .; Sherro d , A ; W arren, R.; Tsao-Wei, D.; Groshen, S. and Lenz, H-J. (2001). Thymidilate Synthetase gene Polymorphysm Determines respone and toxicity o f 5-FU Chemo therap y . The Pharmacogenomics J. 1, 65-70. Law rence, R. (2001). Life after the

Human Geno me Pro ject. D rug Discov. Today 6, 10-12.

Lecomte, T. Ferraz, J.M. Z inzindo-houe, F. Loriot, M.A. Tregouet, D.A . Landi, B. Berger, A . Cug-nenc, P.H. Jian, R. Beaune, P. and Laurent-Puig, P. (2004).

Thymidylate Synthase Gene Po ly-morphism Predicts Toxicity in Colorectal Cancer Patients Re-ceiv ing 5-Fluo ro uracil-based Chemotherapy Clin. Cancer Res., 10,(17): 5880 – 5885.

Lennon, G.L. (2000). High-through-put gene expression analysis for drug discovery. Drug Discov. To-day 5 (2), 59-65.

Lenz, H.J. Leichman,C.G. Danen-berg , K.D. DanenDanen-berg , P.V . Groshen, S. Cohen, H. Laine, L. Cro o kes, P. Silberman, H. Ba-rand a, J. Garcia, Y. Li,J and Leichman, L. (1996). Thymidy-late synthase mRNA level in ad-enocarcinoma of the stomach: a predictor for primary tumor re-sp o nse and o v erall surv iv al. J.Clin.Oncol. 1(1): 176–182.

(11)

protracted-in-Rothberg, B.E.G. (2001). Mapping a Role for SNPs in Drug Develop-ment. Nat. Biotech. 19, 209-211.

Roses, A.D. (2000). Pharmacogenet-ics and the Practice of Medicine. Nature 405(6788), 857-865.

Sander, C. (2000). Genomic Medicine and the Future of Health Care. Science 287, 1977-1978.

Servior, R.F. (2000). Strctural Geno-mics Offers High-Speed Look at Proteins. Science 287, 1954-1956.

Stoneking, M (2001). Single Nucle-otide polimorphysms: From the Evalo tio nary past. Nature 409 (6822), 821-822.

Venter, J.C.; A dams, M.D.; Myers, et.al. (2001). The Sequence o f Human Geno me. Science 291, 1304-1351.

Wadelius, M. Sörlin, K. Wallerman, O . Karlsso n, J. Yue, Q -Y. Magnusson, P K E Wadelius, C and Melhus, H. (2004). Warfarin sensitivity related to CYP2C9, CYP3A 5, A BCB1 (MDR1) and other factors. Pharmacogenomics J. 4 (1), 40-48.

Referensi

Dokumen terkait

Intan Nasional Iron Industri yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dan memberikan banyak informasi di lantai produksi.. Bang Mijo, Bang Ridho, Bang Nur, Kak Dina,

Intan Nasional Iron Industri adalah sebuah perusahaan manufaktur dalam bidang produksi seng yang mengalami masalah tidak mampu memenuhi permintaan akibat adanya bottleneck

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari. bantuan pihak-pihak yang dengan segenap hati memberikan bantuan, bimbingan

Picture 1.Flow chart of predicting reserve process and fisheries resource utilization status in Pasuruan that involves calculating fishing efforts, fishing

Lingkup substansial perencanaan dan perancangan Convention Hall di Semarang dikaitkan dengan disiplin ilmu arsitektur ditambah ilmu – ilmu dari disiplin lain

“ Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah

[r]

Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja personal asisten dan kinerja manajerial laboratorium dalam proses pengabsenan diperlukan sistem baru, agar kegiatan praktikum di