• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS EKA Sains Dan Teknologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS EKA Sains Dan Teknologi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Sains Dan Teknologi Dalam Perspektif Islam

A. Pendahuluan

Sains secara etimologi diambil dari bahasa Inggris science yang artinya pengetahuan sedangkan secara terminologi Sains adalah Himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian secara empirik dan dapat diterima oleh rasio. Dalam English Oxford Dictionary Sains didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mengkaji sekumpulan pernyataan yang terbukti atau dengan fakta-fakta yang ditinjau dan disusun bersistem dan dihimpun dalam bentuk hukum-hukum umum, dan ia kaidah-kaidah yang dapat diyakini untuk menghasilkan kebenaran baru di dalam lapangan sendiri. Adapun teknologi adalah penerapan konsep ilmiah yang tidak hanya bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala-gejala tersebut, untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Jadi, teknologi di sini berfungsi sebagai sarana memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antara sains dan teknologi memiliki keterkaitan yang sangat erat juga mempunyai peran dan fungsi yang sama. Keterkaitan antara sains dan teknologi adalah keberadaan teknologi merupakan aplikasi seluruh konsep yang terdapat di dalam sains. Adapun dalam hal peran dan fungsinya, sains dan teknologi sama-sama sebagai sarana (tools) untuk menggali sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.

B. Motivasi Agama Terhadap Pemberdayaan Akal

Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern.Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimentasi dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk dikelolah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Islam sangat menganjurkan kepada umat manusia untuk senantiasa memberdayakan rasionya (i’mal al-aql) guna memikirkan dan merenungkan ciptaan-ciptaan Allah Swt yang ada di alam semesta. Ayat al-Quran pertama kali turun adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Pada ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca yang selanjutnya harus dilakukan oleh umatnya. Perintah tersebut mengandung arti agar umat Islam melakukan pengkajian (tadabbur), penalaran (i’mal al-‘aql), pengamatan secara empiris (ibshar),memahami (tafaqquh), berpikir (tafakkur), dan perenungan dan kontemplasi (tadzakkur). Keenam langkah tersebut adalah interpretasi dari kata Iqra’ yang terdapat dalam al-Quran suratal-‘Alaq ayat pertama.Dengan melakukan pengamatan secara empiris di lapangan, maka akan lahir ilmu pengetahuan yang positif, yaitu pengetahuan tentang realitas obyektif (ayatun bayyinah) yang menimbulkan ilmu-ilmu baru seperti ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu kimia, ilmu astronomi dan ilmu-ilmu lainnya yang sekarang telah tersebar dan berkembang di muka bumi.

C. Membangun Paradigma Sains Islam

Keberhasilan sains Barat dalam memajukan ilmu pengetahuan, ternyata tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh manusia secara keseluruhan. Apa yang telah dilakukan saintis Barat, sesungguhnya bukan sekedar membangun kemajuan teknologi yang dibanggakan. Lebih dari pada itu, para saintis Barat telah mengantarkan kehidupan manusia pada gerbang kehancuran, karena dari pencapaian tersebut kehidupan manusia semakin mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan.

Pada tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar epistemologinya. Sebagai sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat saat ini sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang multidimensional yang mengakibatkan kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah berhasil membantu manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang ditimbulkan jauh lebih parah dibandingkan dengan kemajuannya.Menurut konsep kaidah fiqih Islam:

“Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih didahulukan dari pada menarik manfaat dari sesuatu tersebut”.

Melihat kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu mencontoh apa yang telah diraih oleh santis Barat.Mengingat paradigma yang dibangun dalam sains Barat tidak berbasiskan pada nilai dan etika.

(2)

penekanannya akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai, fisika dengan metafisika.Penekanannya pada keragaman metode dan penggunaan sarana-sarana yang benar untuk meraih cita-cita yang benar itulah yang memberikan gaya yang khas pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri utamanya.

Menurut konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut :

1. Sumber ilmu adalah Allah, manusia hanya diberikan sedikit saja dari ilmuNya. Quran surat al-kahfi:109. Quran surat al-Isra’: 85

2. Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan ibadah kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan jindan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56

3. Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6

4. Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang dianugerahkan kepada umat manusia. QS.Luqman:20

5. Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak melampaui batas-batas ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31.

6. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh menimbulkan kerusakan (mafsadah) apalagi mengancam kehidupan manusia. QS.Al-Ankabut: 36.

7. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. QS. Al-Baqarah: 201.

D. Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi

Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).

Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.

Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya , Kitab al-Uluf

Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia, Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.

Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang dipakai dalam ilmu bedah). Buku-bukunya yang beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”.

(3)

Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern.Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan bagian dari karyanya yang terbesar.

Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam, meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya.

Walaupun demikian, sesungguhnya setiap individu muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala ilmu, termasuk sains dan teknologi.

Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses trasformasi budaya dalam Islam.

E. Kesimpulan

Sains dan Teknologi dalam Islam adalah sebagai sarana (tools) untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan sebagai kunci kebangkitan Islam oleh karena itu umat Islam harus menempatkan sains dan teknologi sebagai kebutuhan primer bukan sekunder. Mempelajari sains dan teknologi sama wajibnya dengan amalan fardhu lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.

Sains dan tekonologi dalam Islam harus didasari dengan nilai-nilai agama yang universal agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, sains dan teknologi yang tidak didasari noleh nilai-nilai agama pasti akan membawa kehancuran, kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia

MAKALAH STUDY ISLAM IV

(4)

DISUSUN OLEH:

1. MOHAMMAD DEDI KURNIAWAN (09020026) 2. ELNANDA ARDIYANT SAPUTRA (09020005)

3. MUHAMMAD IRSAN B (09020010)

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2012

I.

PENDAHULUAN

(5)

Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)”

Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca,

mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.

Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.

II.

PEMBAHASAN

Ilmu

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sekalipun demikian, kata ini berbeda dengan ‘arofa (mengetahui), ‘arif (yang mengetahui), dan ma’rifah (pengetahuan).

(6)

Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugrahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepada ilmu dari sisi Kami”.

Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia dinamai ‘ilm kasbi. Ayat-ayat ‘ilm kasbi jauh lebih banyak dari pada yang berbicara tentang ilmu laduni.

Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Al-Qur’an terdapat hal-hal yang “ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak, sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Qur’an, antara lain firman-Nya:

Aku bersumpah dengan yang kamu lihat dan yang kamu tidak lihat”. (Q.S. Al-Haqqah, 69:38-39).

Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan non materi. Fenomena dan non-fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui manusia pun tidak.

Dia menciptakan apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S. Al-Nahl, 16:8).

Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas, karena itu wajar sekali Allah menegaskan.

Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit”. (Q.S. Al-Isra’, 17:85).

Teknologi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk menusia.

Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugrah) dari-Nya”.

(Q.S. Al-Jatsiyah, 45:13).

Jadi, dapatkan dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Qur’an. Sebelum menjawab pertanyaan, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.

(7)

Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami

jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”. (Q.S. Al-Anbiya, 27:30).

Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang (Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, serta keharusan beriman kepada-Nya.

Ini berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik.

Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhara yang maknanya bermuara pada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik.

Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.

Dan kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini.

A. Motivasi Agama Terhadap Pemberdayaan Akal

Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.

(8)

Iqra’ terambil dari kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.

Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.

Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut peranannya untuk memahami obyek. Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang subyek. Misalnya komet Halley yang memasuki cakrawala hanya sejenak setiaap 76 tahun. Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan mutakhirnya untuk mengamati dan mengenalnya, sesungguhnya yang lebih berperan adalah komet itu dalam memperkenalkan dirinya.

Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang diduga sebagai “kebetulan” yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajarah tanpa qalam yang ditegaskan oleh wahyu pertama Al-Qur’an tersebut.

B. Membangun Paradigma Sains Islam

(9)

Pada tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar epistemologinya. Sebagai sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat saat ini sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang multidimensional yang mengakibatkan kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah berhasil membantu manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang ditimbulkan jauh lebih parah dibandingkan dengan kemajuannya.Menurut konsep kaidah fiqih Islam:

“Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih didahulukan dari pada menarik manfaat dari sesuatu tersebut”.

Melihat kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu mencontoh apa yang telah diraih oleh santis Barat.Mengingat paradigma yang dibangun dalam sains Barat tidak berbasiskan pada nilai dan etika.

Sains Islam sebagaimana dibuktikan dari sejarahnya, jelas berusaha untuk menjunjung dan mengembangkan nilai-nilai dari pandangan dunianya dan peradaban Islam, tidak seperti sains barat yang berusaha mengesampingkan semua masalah yang menyangkut nilai-nilai.Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari penekanannya akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai, fisika dengan metafisika.Penekanannya pada keragaman metode dan penggunaan sarana-sarana yang benar untuk meraih cita-cita yang benar itulah yang memberikan gaya yang khas pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri utamanya.

Menurut konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut :

1. Sumber ilmu adalah Allah, manusia hanya diberikan sedikit saja dari ilmuNya. Quran surat al-kahfi:109. Quran surat al-Isra’: 85

2. Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan ibadah kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan jindan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56

3. Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6

4. Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang dianugerahkan kepada umat manusia. QS.Luqman:20

5. Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak melampaui batas-batas ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31.

6. lmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh menimbulkan kerusakan (mafsadah) apalagi mengancam kehidupan manusia. QS.Al-Ankabut: 36.

7. Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. QS. Al-Baqarah: 201.

C. Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi

(10)

Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.

Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya , Kitab al-Uluf.

Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn Haitsam dalam karyanya “Kitab Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia, Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.

Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang dipakai dalam ilmu bedah). Buku-bukunya yang beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”.

(11)

Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern.Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan bagian dari karyanya yang terbesar.

Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam, meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya.

Walaupun demikian, sesungguhnya setiap individu muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala ilmu, termasuk sains dan teknologi.

Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses trasformasi budaya dalam Islam.

III.

KESIMPULAN

(12)

Sains dan Teknologi dalam Islam adalah sebagai sarana (tools) untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan sebagai kunci kebangkitan Islam oleh karena itu umat Islam harus menempatkan sains dan teknologi sebagai kebutuhan primer bukan sekunder. Mempelajari sains dan teknologi sama wajibnya dengan amalan fardhu lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.

Sains dan tekonologi dalam Islam harus didasari dengan nilai-nilai agama yang universal agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, sains dan teknologi yang tidak didasari noleh nilai-nilai agama pasti akan membawa kehancuran, kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia.

Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).

IV.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Quraish Shihab; Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Mizan, Mei 1992).

Dr. M. Quraish Shihab; Wawasan Al-Qur’an; (Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. (Mizan, Maret 1996).

http://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah mereka secara pribadi memiliki penilaian tersendiri bagaimana mereka mengkonstruksikan sosok lesbian dari sudut pandang mereka, seorang feminim

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kedelai, isolat protein kedelai, kedelai yang ditambahkan dekstrin, serta dua puluh produk minuman bubuk komersial berbasis

Lingkungan Eksternal Lingkungan Internal Lingkungan Sosial Lingkungan Tugas Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program/ Kegiatan Internal Struktur Budaya SDO Anggaran

Kepuasan Kerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moleok Provinsi Lampung yaitu : kepuasan kerja perawat suadah bisa di kategori tinggi atas yang diberikan oleh

Namun, meningkatnya ekspektasi pasar terhadap masih dipertahankannya kebijakan suku bunga rendah oleh bank sentral AS hingga September tahun ini, dan seiring

Penyajian merupakan komponen yang turut menentukan kualitas naskah buku pengayaan pengetahuan dan pengayaan keterampilan. Penyajian berkaitan dengan pengemasan atau

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes keterampilan proses sains dan angket sikap terhadap sains

Karakter seleksi jagung hibrida yang berpengaruh langsung terhadap hasil pada kondisi kekeringan adalah tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol, diameter tongkol, dan