• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN MAHASISW melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN MAHASISW melalui "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR ILMU SEJARAH

MELALUI BLENDED LEARNING1

Indah Wahyu Puji Utami

Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Abstrak: Para pendidik kini menghadapi generasi digital yang

berbeda dengan generasinya sendiri. Generasi digital memiliki karakteristik dan semangat jamannya sendiri. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pada awal abad XXI membentuk generasi digital yang multitasking, kolaboratif dan terkoneksi dengan jaringan global yang lebih luas. Pembelajaran di kelas saja tidak memuaskan bagi generasi ini. Mereka menginginkan pembelajaran yang lebih bervariasi dan sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu pembelajaran online

saja ternyata juga tidak memuaskan sehingga melahirkan blended learning yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran online. Blended learning yeng merupakan bagian dari pembelajaran konstruktivistik menyediakan berbagai kemungkinan dan lingkungan belajar. Oleh karenanya blended learning dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran, termasuk pada pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah.

Kata-kata kunci: blended learning, keterlibatan mahasiswa, Pengantar Ilmu Sejarah.

Internet kini ada di mana-mana. Setiap hari kita biasa mengecek akun facebook

melalui perangkat smartphone, membuka email melalui tablet, dan menyimpan data

di cloud. Pencarian informasi menjadi sangat mudah dengan menggunakan internet.

Kita bisa mengetahui peristiwa yang terjadi di belahan dunia yang lain dalam

sekejap melalui internet. Ko & Rossen (dalam Inoue, 2010) mengungkapkan bahwa

pada tahun 1993 kita belum mengenal world wide web (www) tapi sekarang ia ada

di mana-mana. Awal tahun 2000-an handphone hanya dapat digunakan untuk

(2)

menelepon dan sms, namun kini handphone sudah berkembang menjadi

smartphone yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai informasi dari segala

penjuru dunia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi rupanya

berjalan dengan sangat cepat. Dunia kini ada dalam genggaman manusia.

Perkembangan teknologi dan informasi ini juga mendorong perubahan

dalam pembelajaran. Siswa atau mahasiswa tidak lagi puas dengan pembelajaran

tradisional yang menekankan pada tatap muka. Mereka yang mengenal teknologi

informasi dan komunikasi yang interaktif tidak puas dengan proses transfer

pengetahuan melalui ceramah (Garrison dan Vaughan, 2008:ix). Mereka

mengarapkan pembelajaran yang lebih variatif dan interaktif serta memanfaatkan

teknologi yang ada. Bob Pletka (2007) mengungkapkan bahwa generasi digital

mengharapkan lingkungan belajar yang memungkinkan mereka untuk

berkolaborasi satu sama lain dalam komunitas mereka maupun dengan jaringan

global yang lebih luas. Mereka dapat dengan mudah menjelajah dunia maya dan

mencari informasi dari internet melalui smartphone, tablet, laptop atau komputer

kemudian mengasosiasikannya dengan informasi atau materi pembelajaran yang

didapatkan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran kini tidak

harus dilaksanakan secara synchronous tapi juga asynchronous. Pembelajaran dapat

dilakukan kapan saja dan di mana saja selama ada perangkat dan koneksi internet.

Pembelajaran online sempat mengemuka dalam dunia pendidikan sebagai

alternatif dari pembelajaran tatap muka. Namun sayangnya pembelajaran online

saja tidak memuaskan. Dwiyogo (2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran

online saja ternyata sama tidak efektifnya dengan pembelajaran tatap muka saja.

Oleh karenanya para ahli teknologi pendidikan kemudian mengembangkan blended

learning.

Blended learing terdiri dari dua kata, yaitu blended (kombinasi) dan

learning. Menurut Dwiyogo (2011:5) makna asli sekaligus yang paling umum

blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi antara pembelajaran

tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer. Sementara itu Bhonk dan Graham

(dalam Putra, 2012: 23) mengungkapkan “blended learning is the combination of

instruction form two historically separate models of teahing and learning.

(3)

central role of computer-based technologies in blended learning”. Thorne (2004)

juga mengungkapkan blended learning merepresentasikan sebuh kesempatan untuk

mengintegrasikan perkembangan inovasi dan teknologi yang ditawarkan oleh

pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan oleh

pembelajaran tatap muka secara tradisional. Blended learning mengintegrasikan

pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Keduanya tidak lagi

dianggap sebagai dua hal yang terpisah. Dwiyogo (2011) bahkan mengungkapkan

bahwa blended learning tidak hanya terdiri dari pembelajaran tatap muka dan

online saja, tapi juga offline. Blended learning berusaha mengambil aspek positif

dari ketiganya sehingga menghasilkan model pembelajaran yang lebih baik. Oleh

karenanya blended learning menyediakan berbagai kemungkinan dan pengalaman

belajar.

Blended learning juga dapat digunakan sebagai solusi untuk

meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran, terutama pada

mahasiswa semester pertama. Berdasarkan observasi pada mahasiswa semester

pertama Jurusan Sejarah FIS UM yang menempuh matakuliah Pengantar Ilmu

Sejarah pada Semester Gasal 2014/2015, tidak semua mahasiswa memilih Prodi

Pendidikan Sejarah maupun Ilmu Sejarah sebagai pilihan pertama. Konsekuensinya

beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman dan terpaksa mengikuti perkuliahan

serta tidak terlalu aktif dan terlibat dalam pembelajaran. Selain itu banyak

mahasiswa yang tampak memperhatikan ceramah pada pembelajaran tatap muka,

namun tidak banyak yang berani mengemukakan pendapat apalagi bertanya di

kelas.

Mahasiswa yang tidak berpendapat maupun tidak bertanya sebenarnya

bukan berarti tidak terlibat dalam pembelajaran. Committee on Increasing High

School Students' Engagement and Motivation to Learn (2004: 31) mengungkapkan

(4)

Keterlibatan dalam pembelajaran menyangkut aspek fisik dan emosional

mahasiswa yang tidak selalu tampak secara kasat mata. Beberapa mahasiswa

semester pertama Jurusan Sejarah FIS UM yang menempuh matakuliah Pengantar

Ilmu Sejarah pada Semester Gasal 2014/2015 menyatakan malu untuk berbicara di

depan umum dan takut jika pendapatnya salah atau ditertawakan teman atau dosen.

Namun mereka sebenarnya ingin mengemukakan pendapat atau bertanya. Hal ini

dapat diatasi dengan pembelajaran online yang memungkinkan mahasiswa untuk

lebih berani mengemukakan pendapat atau bertanya di media sosial tanpa harus

merasa malu atau takut ditertawakan secara langsung oleh teman ataupun dosen.

Pembelajaran online juga memungkinkan terjadinya interaksi antar

mahasiswa maupun mahasiswa dengan dosen dalam suasana yang lebih santai dan

terbuka meskipun masih dalam koridor akademis. Mahasiswa dapat mencari

informasi secara online, mengunduh berbagai media pembelajaran yang disediakan

oleh dosen, ataupun mengumpulkan tugas secara online. Mahasiswa juga dapat

mengunduh dan membaca karya yang ditulis oleh temannya, mengomentari,

bahkan berdiskusi secara online. Diskusi pada akhirnya tidak terbatas pada ruang

kelas kelas, namun juga di dunia maya. Dengan demikian maka keterlibatan

mahasiswa dalam pembelajaran juga dapat ditingkatkan.

Melalui blended learning mahasiswa diajak untuk belajar mandiri.

Mahasiswa diajak untuk mencari berbagai sumber informasi baik melalui buku,

makalah artikel dan sebagainya yang tersedia secara offline maupun online.

Mahasiswa juga diajak untuk bijak dalam menggunakan dan mengolah berbagai

informasi yang mereka dapatkan dari internet karena tidak semua informasi yang

tersedia di internet dapat dijamin kebenarannya. Hal ini merupakan bagian dari

paradigma konstruktivistik. Paradigma konstruktivistik dalam pembelajaran bisa

kita tarik dari teori Vygotsky maupun Wenger dan Lave (dalam Pletka 2007:22)

yang memandang “…learning as an active and communal process whereby

students build knowledge and construct meaning through interaction with others.”.

Paradigma konstruktivistik menurut Hariyono (2014) telah menggeser paradigma

behavioristik. Pandangan ini memposisikan pendidik bukan sebagai satu-satunya

(5)

termasuk internet. Oleh karenanya ketersediaan perangkat dan fasilitas internet

sangat diperlukan dalam blended learning.

Blended learning sangat mungkin diterapkan dalam pembelajaran di

Jurusan Sejarah FIS UM. Hal ini didukung oleh beberapa hal, anatara lain: 1)

adanya fasilitas wifi yang memungkinkan mahasiswa untuk mengakses internet dari

laptop ataupun gadgetnya; 2) adanya fasilitas komputer yang terkoneksi pada

jaringan internet dan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa di Laboratorium Sejarah

FIS UM; 3) mahasiswa dan dosen yang sudah melek teknologi dan mengenal

internet, bahkan memiliki laptop atau gadget yang dapat digunakan untuk

mengakses internet.

Penelitian tentang blended learning pada pembelajaran sejarah sudah

pernah dilakukan, antara lain oleh Arif Permana Putra (2012) yang menemukan

adanya pengaruh signifikan blneded learning terhadap prestasi belajar sejarah.

Sementara itu Tarunasena (2013) mengungkapkan bahwa blended learning mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Namun potensi blended

learning yang dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran

sejarah justru belum banyak dikaji.

Perencanaan Blended Learning pada Pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah

Pengantar Ilmu Sejarah merupakan matakuliah wajib dalam kurikulum

Jurusan Sejarah FIS UM tahun 2013. Mata kuliah ini mengkaji mengenai konsep

dasar dalam sejarah, sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu serta seni. Kompetensi

yang hendak dicapai dalam matakuliah ini adalah mahasiswa mampu memahami

sejarah sebagai peristiwa, kisah, dan ilmu beserta proses penelitian dan

penulisannya. Oleh karenanya matakuliah ini sangat penting bagi mahasiswa baik

Program Studi S1 Pendidikan Sejarah maupun S1 Ilmu Sejarah.

Materi yang dikembangkan guna mencapai kompetensi tersebut tentu saja

tidak sedikit, sehingga tidak mungkin hanya mengandalkan pembelajaran dengan

tatap muka saja selama 16 kali pertemuan. Mahasiswa juga diajak untuk

mengembangkan sendiri materi serta mengonstruksi pengetahuan dari berbagai

(6)

digunakan sebagai model pembelajaran yang memfasilitasi mahasiswa untuk

belajar.Dwiyogo (2011:8) mengungkapkan

Blended learning bertujuan untuk menfasilitasi terjadinya belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan memperhatikan karakteristik pebelajar dalam belajar. Pembelajaran juga dapat mendorong peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kontak tatap muka dalam mengembangkan pengetahuan. Lalu, persiapan dan tidak lanjutnya dapat dilakukan secara offline dan online.

Oleh karenanya diperlukan perencanaan pembelajaran yang baik yang dapat

mengintegrasikan semuan komponen yang diperlukan untuk memaksimalkan

pembelajaran melalui blended learning pada matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah: 1)

mepersiapkan RPS; 2) mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan

dalam tatap muka, offline maupun online; 3) mensosialisasikan blended learning

pada mahasiswa.

RPS yang akan digunakan dalam matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah

memuat berbagai hal, antara lain deskripsi matakuliah, kompetensi yang hendak

dicapai, indikator, materi, rancangan kegiatan perkuliahan, sumber dan media

pembelajaran, hingga asessement. Blended antara pembelajaran tatap muka dengan

pembelajaran offline maupun online terutama tampak pada rancangan kegiatan

perkuliahan, sumber dan media pembelajaran serta asessement.

Kegiatan perkuliahan dirancang dalam 16 kali pertemuan tatap muka dan

pembelajaran online di media sosial edmodo selama satu semester. Pada kegiatan

tatap muka pada pertemuan pertama hingga ketiga dosen lebih banyak

menggunakan ceramah dan tanya jawab, presentasi kelompok dalam diskusi kelas

baru dilakukan mulai pertemuan keempat hingga keempat belas. Pada pertemuan

ke delapan dilakukan UTS, pertemuan kelima belas direncakan untuk review

materi, dan pertemuan keenambelas untuk UAS. Sementara pembelajaran secara

online dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja melalui edmodo.

Pada pertemuan pertama hingga ketiga, dosen menyampaikan pengantar

dan beberapa konsep dasar dalam pengkajian sejarah melalui ceramah dan tanya

(7)

yang akan dibahas melalui tanya jawab, baru kemudian dilanjutkan dengan

ceramah. Materi yang disampakan dalam ceramah dikaitkan dengan konteks

kehidupan yang dialami oleh mahasiswa. Misalnya dalam menjelaskan tentang

konsep peristiwa sejarah yang bersifat einmalig (tidak berulang) dikaitkan dengan

fenomena pacaran di kalangan remaja yang sering putus-sambung namun tidak

berarti peristiwanya berulang karena meskipun pelaku atau aktor sejarahnya sama

namun waktu dan tempatnya berbeda. Hal ini dilakukan agar mahasiswa yang baru

masuk Jurusan Sejarah tidak merasa bosan dengan pembelajaran Pengantar Ilmu

Sejarah dan pembelajaran lebih bermakna karena dekat dengan keseharian mereka.

Selain itu dalam kegiatan tatap muka selalu disisipi motivasi agar

mahasiswa lebih tertarik dengan sejarah dan tidak beranggapan bahwa kuliah di

Jurusan Sejarah adalah akhir dari dunia mereka. Misalnya saja dalam membahas

relasi manusia dan sejarah, dosen berusaha menyadarkan mahasiswa bahwa mereka

adalah subyek dalam sejarah. Sebagai subyek, manusia harus aktif dalam

menentukan sejarah hidupnya. Sebagai manusia, ia memang selalu dipengaruhi

oleh masa lalunya, namun ia punya kuasa untuk menentukan apa yang ingin ia

lakukan di masa kini dan masa yang akan datang. Misalnya, sebagai manusia ia

tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim perempuan tertentu atau dalam

kondisi keluarga yang berkecukupan, namun ia bisa memaknai pengalaman dan

sejarah hidupnya di masa lalu untuk masa kini dan masa depan yang lebih baik.

Anak seorang tukang becak tidak harus jadi tukang becak, begitu pula anak orang

kaya tidak berarti bahwa ia akan selalu kaya. Semua sangat bergantung pada cara

manusia memaknai sejarah hidupnya. Dalam hal ini, sejarah menjadi pelajaran

kehidupan. Mahasiswa diajak untuk belajar dari pengalaman dan merefleksikan

sejarah hidupnya sendiri.

Pengalaman atau sejarah hidup merupakan salah satu sumber belajar yang

berharga bagi mahasiswa. Dalam pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah, sumber

belajar memang tidak terbatas pada dosen dan buku tapi juga dapat berasal dari

lingkungan, pengalaman mahasiwa sebelumnya, maupun dari internet.

Pemanfaatan berbagai sumber belajar ini diharapkan akan membantu mahasiswa

untuk belajar secara lebih baik. Selain itu pemanfaatan berbagai media

(8)

video juga akan membantu mahasiswa dalam belajar. Sementara itu asessement

yang digunakan terutama menekankan pada penilaian proses dan hasil belajar yang

dapat berupa tes maupun nontes baik yang dilakukan melalui tatap muka maupun

online di edmodo.

Edmodo merupakan jejaring sosial yang dipilih untuk blended learning

pada pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah. Edmodo merupakan jejaring sosial

pembelajaran yang gratis dan mudah digunakan. Ia memiliki tampilan layaknya

facebook sehingga sering dianggap sebagai facebooknya pembelajaran. Mahasiswa

ataupun dosen yang sudah terbiasa dengan facebook tidak akan kesulitan untuk

menggunakan edmodo.

Patmantara dan Hidayat (2014) mengungkapkan bahwa edmodo amat baik

dan berkesan pada mahasiswa karena mereka mampu membina pengetahuan baru

dan bermanfaat kepada diri sendiri. Dengan penglibatan mahasiswa dalam laman

sosial berkenaan akan membuat pelajar terlibat secara aktif dan dapat membina

ingatan jangka panjang tentang sesuatu konsep; mengaitkan pengetahuan yang baru

diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.

Mahasiwa dan dosen dapat berinteraksi dalam dunia maya secara bertanggung

jawab dalam koridor akademik. Mahasiswa maupun dosen dapat berbagi pakai file

maupun link yang dapat menjadi sumber ataupun media pembelajaran. Edmodo

juga dapat digunakan untuk memberikan tugas pada mahasiswa maupun untuk

membuat tes secara online.

Edmodo merupakan layanan jejaring sosial yang relatif baru sehingga

belum semua mahasiswa mengenalnya. Oleh karenanya dosen perlu melakukan

sosialisai pada mahasiswa tentang penggunaan edmodo dalam konteks blended

learning, misalnya tentang cara mendaftar edmodo, memasukkan kode grup dalam

edmodo, berbagi pakai file dan link, bekerja dalam kelompok, mengumpulkan

tugas, dan sebagainya. Selain itu mahasiswa juga perlu diingatkan bahwa edmodo

tidak menggantikan pembelajaran tatap muka sehingga mereka tetap harus hadir

dalam kegiatan tatap muka.

(9)

Pada pertemuan pertama dosen melakukan perkenalan pada mahasiswa

dan melakukan kontrak belajar dengan mahasiswa. Pada pertemuan pertama ini,

dosen juga menjelaskan mengenai penggunaan edmodo untuk pembelajaran serta

memberikan kode grup yang harus dimasukkan oleh mahasiswa agar bisa masuk

dalam kelas virtual di edmodo. Dosen juga menjelaskan mengenai tugas individu

maupun kelompok yang harus diupload ke edmodo. Mahasiswa juga membagi

kelompok pada pertemuan pertama tersebut. Pada pertemuan kedua, sebagian besar

mahasiswa sudah mendaftar di edmodo, namun masih ada juga yang kebingungan

dengan menggunakan edmodo sehingga dosen kembali menjelaskan tentang

penggunaan edmodo.

Semua kelompok harus sudah mengumpulkan tugasnya pada akhir minggu

ketiga perkuliahan. Tugas berupa makalah tersebut diunggah ke edmodo yang

langsung dapat dibaca, diunduh, disimpan ke fitur library edmodo maupun

dikomentari. Dengan demikian mahasiswa dapat membaca makalah kelompok

yang akan maju dan mempresentasikan makalahnya dalam pertemuan tatap muka.

Presentasi tugas kelompok dimulai pada pertemuan keempat. Kelompok

yang presentasi tidak perlu membagi handout pada kelompok lain karena

makalahnya sudah dapat dibaca dan diunduh dari edmodo. Pada umumnya

mahasiswa masih kebingungan dengan presentasi dan diskusi kelas karena baru

pertama kali melakukannya. Namun dosen membantu mengarahkan agar diskusi

dapat berjalan dengan baik, termasuk mengingatkan bahwa dalam diskusi kelas

siapapun boleh berpendapat, bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Beberapa

mahasiswa pun berani berpendapat. Presentasi pada pertemuan-pertemuan

berikutnya berjalan dengan lebih baik dan semakin banyak mahasiswa yang terlibat

aktif dalam perkuliahan baik dalam kegiatan tatap muka maupun di edmodo.

Mahasiswa mengungkapkan bahwa mereka senang dengan blended

learning yang diterapkan, misalnya saja Binti Khoiru N mengatakan “blended

learning yang dilakukan pada matakuliah ini cukup membantu saya, apalagi dalam

dunia teknologi, saya dapat berkomunikasi dengan dosen untuk menyelesaikan

masalah yang tidak terpecahkan dalam tatap muka”. Sementara bagi Ari Ardiansyah “blended learning seru dan menjadi model pembelajaran yang

(10)

kuliah Pengantar Ilmu Sejarah cukup efektif sehingga perkuliahan tidak hanya

dilakukan melalui tatap muka atau sekedar berdiskusi dalam kelas, namun bisa

juga bertukar informasi lewat internet, misalnya lewat edmodo.

Eko Prasetyo misalnya memulai diskusi di edmodo dengan mengajukan

pertanyaan “apa yang mendasari sejarah disebut ilmu?” yang kemudian mendapat

beragam tanggapan dari mahasiswa yang lain maupun dosen. Diskusi pun

berkembang hingga menyangkut masalah atau isu kontroversial dalam sejarah

seperti yang diungkapkan oleh Faruq Amrulloh “bagaimana jika sejarah itu

diakali? Misalnya masalah PKI itu kan banyak yang dirubah menurut akal-akalan

orang tertentu.”

Mahasiswa juga dapat menuliskan refleksi pembelajaran di edmodo.

Setelah membahas materi relasi manusia dengan sejarah di kelas, M. Bella Ajuzuli

menulis pada diding grup Pengantar Ilmu Sejarah di edmodo “Sejarah sebagai alat

pengukur kemampuan. Dengan belajar sejarah kita bisa mengingat dan

mengetahui seberapa besar kemampuan kita, sehingga di masa yang akan datang

kita akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dan berkompeten di

bidang kita masing-masing serta siap menghadapi tantangan hidup (Y) :D

#MbeLFighter”.

Blended learning juga sangat membantu bagi dosen. Dosen dapat

memantau perkembangan belajar dan tugas mahasiswa kapan saja dan di mana saja.

Namun, dosen juga tidak meninggalkan pembelajaran tatap muka. Melalui

pembelajaran tatap muka dosen dapat memberikan penjelasan tambahan ataupun

memantau diskusi yang dilakukan di kelas.

Simpulan

Mahasiswa yang merupakan generasi digital tidak lagi puas dengan

pembelajaran tatap muka. Mereka menginginkan pembelajaran yang lebih interaktif

dan memanfaatkan berbagai teknologi komunikasi dan informasi. Blended learning

yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online

memberikan jawaban bagi kebutuhan mahasiswa. Blended learning juga dapat

digunakan untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran karena

(11)

yang bisayanya tidak tampak aktif dalam pembelajaran di kelas bisa aktif di grup

edmodo. Blended learning juga memudahkan bagi dosen untuk membantu

memfasilitasi mahasiswa dalam belajar.

Daftar Rujukan

Committee on Increasing High School Students' Engagement and Motivation to Learn. 2004. Engaging Scholls: Fostering Highscholl Students’ Motivation

to Learn. Washington, DC: The National Academies Press.

Dwiyogo, W.D. 2011. “Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis

Blended Learning”. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum Sejarah Berbasis Kewirausahaan, Jurusan Sejarah FIS UM, 21 Juni 2011

Garrison, D.R. dan Vaughan, N.D. 2008. Blended Learning in Higher Education: Framework, Principles, dan Guidelines. San Francisco: Jossey-Bass

Hariyono. 2014. ”Pembelajaran Sejarah: Sebuah Tantangan dalam Dunia yang

Terus Berubah”. Makalah disampaikan dalam Seminar “Pembelajaran

Sejarah: Tantangan dan Harapan”, yang diadakan oleh Program

Pascasarjana Universitas Negeri Malang Tanggal 18 Juni 2014

Inoue, Y. 2010. Cases on Online and Blended Learning Technologies in Higher Education: Concepts and Practices. New York: IGI Global

Patramantara, S. dan Hidayat, W.N. 2014. Pembelajaran Online. Malang: LP3 UM

Pletka, B. 2007. Educating the Net Generations: How to Engaged Students in the 21st Century. Santa Monica: Santa Monica Press.

Putra, A.P. 2012. “Pengaruh Penerapan Model Blended Learning pada Materi

Reformasi terhadap Orestasi Belajar Sejarah Ditinjau dari Kelompok

Jurusan IPS dan IPA Siswa Sekolah Menengah Atas di Wonogiri”. Tesis.

Tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tarunasena. 2013. “Upaya Penerapan Model Blended Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah”.

Tesis. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulis mengambil topik Tugas Akhir tersebut karena ingin menganalisis kontrol optimal pada model tumor anti angiogenesis sehingga diperoleh persamaan pemberian

[r]

Hasil uji F terhadap setiap Kecamatan di setiap Kabupaten/Kota di wilayah Subosuka Wonosraten menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap nilai IPD di Kota

prikazane su CIE L*a*b* vrijednosti originala i reprodukcije za boju Process Black – crna za pet mjerenja tijekom tiska naklade.

Namun, untuk penambahan waktu terbang pada quadcopter dengan melakukan pengisian baterai pada saat terbang cukup sulit dan tidak mungkin jika pengisian baterai

43 Tahun 2014 (PP Desa) disebutkan bahwa BUM Desa adalah suatu badan usaha yang dimiliki oleh desa dengan modal baik sebagian maupun seluruhnya dari kekayaan desa

Institusi penulis diketik dengan 10 point, italic, centered diketik terpisah dalam baris yang terpisah antara institusi yang berbeda dan diikuti dengan satu baris