• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam Sebagai Studi Doktrinal Sosial dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam Sebagai Studi Doktrinal Sosial dan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR STUDI ISLAM

ISLAM SEBAGAI SASARAN STUDI

DOKTRINAL, SOSIAL, DAN BUDAYA

MAKALAH

DOSEN PEMBIMBING : Drs. Suwattah Nuruddin

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

Abdul Kharis

(B72214014)

Zainul Maftuhin (B72214034)

Anita Wahyu A. (B72214023)

Thol’atuz Zahria (B92214057)

JURUSAN

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

KELAS: B1

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapakan alhamdulillahirabbil ‘alamin, kami menyampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada umat manusia, dimana lantaran rahmat-Nya pula kami dapat menyelesaikan makalah ini, meski dalam penulisan makalah ini kami menemui banyak kesulitan namun dapat teratasi dengan baik. Makalah yang akan kami paparkan adalah mengenai “Islam Sebagai Sasaran Studi Doktrinal, Social, Dan Budaya”.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada Drs. Suwattah Nuruddin, selaku dosen yang

membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Semoga Allah senantiasa mencatat semua amal ini sebagai ibadah. Amin

Akhir kata, kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun proses

penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya kami dengan rendah hati dan sangat terbuka menerima masukan, saran dan usul yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, September 2014

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN

1.1...Latar Belakang Masalah

...4

1.2...Rumusan Masalah

...4

1.3...Tujuan Masalah

...4

BAB II PEMBAHASAN...

2.1 Islam Sebagai Doktrin ….

……….……5

2.2...Islam Sebagai Produk Imteraksi Sosial

...8

2.3...Islam Sebagai Produk Budaya

...9

BAB III PENUTUP...

(5)
(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Studi Islam adalah system fenomena keagamaan Islam.System keagamaan artinya menkaji konsep-konsep keagamaan baik sebagai nilai maupun doktrin agama Islam.Fenomena keagamaan itu sendiri adalah perwujudan sikap dan perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai dan doktrin tadi. Berarti studi Islam merupakan suatu usaha pengkajian terhadap aspek-aspek keagamaan Islam maupun aspek sosiologis yang menyangkut fakta-fakta empiris dalam kehidupan manusia yang timbul akibat dialog antara nilai agama keagamaan dengan realitas kehidupan manusia.

Islam dapat dikaji, dimana Islam merupakan sebuah doktrin, Islam sebagai produk budaya dan bahakan Islam juga merupakan produk interaksi social.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Islam sebagai doktrin?

2. Bagaimana Islam sebagai produk budaya?

3. Bagaimana Islam sebagai produk interaksi social? C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui islam sebagai doktrin

2. Untuk mengetahui islam sebagai produk budaya

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Islam Sebagai Doktrin

Kata doktrin berasal dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran.[1] Dari kata doctrine itu kemudian dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat ajaran.

Selain kata doctrine sebgaimana disebut diatas, terdapat kata doctrinaire yang berarti yang bersifat teoritis yang tidak praktis.Contoh dalam hal ini misalnya doctrainare ideas ini berrati gagasan yang tidak praktis.[2]

Studi doktinal ini berarti studi yang berkenaan dengan ajaran atau studi tentang sesuatu yang bersifat teoritis dalam arti tidak praktis.Mengapa tidak praktis?Jawabannya adalah karena ajaran itu belum menjadi sesuatu bagi seseorang yang dijadikan dasar dalam berbuat atau mengerjakan sesuatu.

Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi doctrinal tersebut.Ini berarti dalam studi doctrinal kali yang di maksud adalah studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan oleh Islam.

Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).[3]

Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-Qur`an dan al-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Nas, yang jumlahnya 114 surah.

(8)

disusun oleh Imam Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain.

Dari kedua sumber itulah, al-Qur`an dan al-Sunnah, ajaran Islam diambil. Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad.

Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang.Karena ajaran Islam yang ada di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan secara garis besar atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang tidak secara terang disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara ijtihad.

Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu.

Hasil ijtihad selama tersebar dalam semua bidang, bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, itab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan lain-lain.

Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup yang belum jelas jawabannya di dalam suatu sumber yang pertama itu.Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini semakin banyak.

Studi Islam dari sisi doctrinal itu kemudian menjadi sangat luas, yaitu studi tentang ajaran Islam baik yang ada di dalam al-Qur`an maupun yang ada di dalam al-Sunnah serta ada yang menjadi penjelasan kedua sember tersebut dengan melalui ijtihad.

(9)

B. Islam Sebagai Produk Interaksi Sosial

Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang Islam sebagai gejala social.Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling berkaitan.

Dengan demikian yang menjadi obyek dalam kaitan dengan Islam sebagai sasaran studi social adalah Islam yang telah menggejala atau yang sudah menjadi fenomena Islam.Yang menjadi fenomena adalah Islam yang sudah menjadi dasar dari sebuah perilaku dari para pemeluknya.

M. Atho Mudzhar, menulis dalam bukunya, pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, bahwa ada lima bentuk gejala agam yang perlu diperhatikan dalam mempelajari atau menstudi suatu agama. Pertama, scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan symbol-simbol agama.Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan penghayatan para penganutnya.Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.Keempat, alat-alat, organisasi-organisasi keagamaan tempat penganut agama berkumpul, seperti NU dan lain-lain.

Masih menurut M. Atho Mudzhar, agama sebagai gejala social, pada dasarnya bertumpu pada konsep sosiologi agama.Sosiologi agama mempelajari hubungantimbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agam, dan agama mempengaruhi masyarakat.Tetapi menurutnya, sosiologi sekarang ini mempelajari bukan masalah timbale balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku masyarakat.Bagaimana agama sebagai system nlai mempengaruhi masyarakat.

(10)

Persoalan berikutnya adalah bagaimana lita melihat masalah Islam sebagai sasaran studi social. Dalam menjawab persoalan ini tentu kita berangkat dari penggunaan ilmu yang dekat dengan ilmu kealaman, karena sesungguhnya peristiwa-peristiwa yang terjadi mengalami keterulangan yang hampir sama atau dekat dengan ilmu kealaman, oleh karena itu dapat diuji.

Jadi, dengan demikian menstudi Islam dengan mengadakan penelitian social. Penelitian social berada diantara ilmu budaya mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi dengan cara memahami keterulangan.

Sedangkan ilmu kealaman itu sendiri paradigmanya positivism.Paragdima positivism dalam ilmu ini adalah sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat dimati (observable), dapat diukur (measurable), dan dapat dibuktikan (verifiable).Sedangkan ilmu budaya hanya dapat diamati.Kadang-kadang tidak dapat diukur atau diverifikasi.Sedangkan ilmu social yang diangap dekat dengan ilmu kealaman berarti juga dapat diamati, diukur, dan diverifikasi.

Melihat uraian di atas, maka jika Islam dijadikan sebagai sasaran studi social, maka harus mengikuti paragdima positivisme itu, yaitu dapat diamati gejalanya, dapat diukur, dan dapat diverifikasi.

Hanya saja sekarang ini juga berkembang penelitian kualitatif yang tidak menggunakan paragdima positivisme.Ini berarti ilmu social itu dianggap tidak dekat kepada ilmu kealaman.Jika halnya demikian, maka berarti dekat kepada ilmu budaya ini berarti sifatnya unik.

Lima hal sebagai gejala agama yang telah disebut di atas kemudian dapat dijadikan obyek dari kajian Islam dengan menggunakan pendekatan ilmu social sebagaimana juga telah dungkap diatas.

(11)

C. Islam Sebagai Produk Budaya

Agama merupakan kenyataan yang dapat dihayati.Sebagai kenyataan, berbagai aspek perwujudan agama bermacam-macam, tergantung pada aspek yang dijadikan sasaran studi dan tujuan yang hendak dicapai oleh orang yang melakukan studi.

Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model studi budaya. Untuk yang pertama telah dibahas didalam sub bab yang lalu, sedangkan yang kedua akan menjadi pembahasan saat ini.

Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yang pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan.Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya, kalau yang pertama berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih awam, atau yang sudah sarjana.Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja, termasuk sarjana-sarjana bukan Isalam, yaitu memahami.Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar sebagai obyek penelitian saja.

Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua model, yaitu tekstual dan konstektual.Tekstua, artinya memahami Islam melalui wahyu yang berupa kitab suci.Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam lewat realitas social, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk agama bersangkutan.

Studi budaya di selenggarakan dengan penggunaan cara-cara penelitian yang diatur oleh aturan-aturan kebudayaan yang bersangkutan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai mahkluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan yang di hadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan.

(12)

Musa dab Nabi Isa sebagai utusan Allah yang menerima pewahyuan agama Yahudi dan Nasrani.

Agama wahyu bukan merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian pendapat Endang Saifuddin Anshari yang mengatakan dalam suatu tulisannya bahwa:

"agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari.Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya."[5]

Atas dasar pandangan di atas, maka agama Islam sebagai agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan (Islam), demikian pula sebaliknya kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama Islam.Masing-masing berdiri sendiri, namun terdapat kaitan erat antara keduanya. Menurut Faisal Ismail, hubungan erat itu adalah bahwa Islam merupakan dasar, asas pengendali, pemberi arah, dan sekaligus merupakan sumber nilai-nilai budaya dalam pengembangan dan perkembangan cultural. Agama (Islam)lah yang menjadi pengawal, pembimbing, dan pelestari seluruh rangsangan dan gerak budaya, sehingga ia menjadi kebudayaan yang bercorak dan beridentitas Islam.[6]

(13)

Proses interaksi Islam dengan budaya dapat terjadi dalam dua kemungkinan. Pertama adalah Islam mewarnai, mengubah, mengolah, an memperbaharui budaya. Kedua, justru Islam yang diwarnai oleh kebudayaan. Masalahnya adalah tergantung dari kekuatan dari dua entitas kebudayaan atau entitas keislaman. Jika entitas kebudayaan yang kuat maka akan muncul muatan-muatan local dalam agama, seperti Islam Jawa. Sebaliknya, jika entitas Islam yang kuat mempengaruhi budaya maka akan muncul kebudayaan Islam.

Agama sebagai budaya, juga dapat diihat sebagai mekanisme control, karena agama adalah pranata social dan gejala social, yang berfungsi sebagai kontro, terhadap institus-institus yang ada.

Dalam kebudayaan dan peradaban dikenal umat Islam berpegang pada kaidah: Al-Muhafadhatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al jaded al-ashlah, artinya: memelihara pada produk budaya lama yang baik dan mengambil produk budaya baru yang lebih baik.

(14)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Islam sebagai doktrin, di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: "al-Islamu wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam lisa`adati al-dunya wa al-akhirah" (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).

Agama samawi dan kebudayaan tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian dari yang lainnya; masing-masing berdiri sendiri.Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan istri, yang dapat melahirkan putra, namun suami bukan merupakan bagian dari si istri, demikian pula sebaliknya

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun: Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pengantar Studi Islam.2005.Surabaya: IAIN AMPEL PRESS SURABAYA

Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9Bnadung: C.V. Pelajar. 1996)

Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993,

Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998),

M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek. 1998 (Pustaka Pelajar, Yogyakarta)

[1]Baca: John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus Inggris Indonesia, 1990, Gramedia, Jakarta, hal. 192

[2]Ibid

[3]M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam;dalam Teori dan Praktek.1998 (Pustaka Pelajar, Yogyakarta) hal.19.

[4]Persudi Suparlan. "Kebudayaan dan Pembengunan" dalam kapan Agama dan Masyarakat, Balitbang Agama. Departemen Agama. Jakarta. 1991-1992. Hal.85

[5]Endang Saifuddin Anshari. Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam.cet. 1 9Bnadung: C.V. Pelajar. 1996), hlm.46

[6]Faisal Ismail, Paragdima Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 43-44.

[7]ibid

[8]Simuh. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju, 2003)hlm.8.

[9]Masyhur Amin, Ismail S. Ahmad (ed), Dialog Pemikiran Islam dan Empirik, LAKPESDAM. Yogyakarta, cet. I, 1993, hal.VI.

[10]M. Atho Mudzhar. Pengantar Studi Islam dalam Teori dan praktek, hal.13-14

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja, dibutuhkan lima orang tenaga kerja room boy untuk ditugaskan pada hari Senin di shift pagi, namun hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan standarisasi ekstrak kayu kuning yang meliputi parameter organoleptis, susut pengeringan, kadar flavonoid total dan

Penjalaran gelombang dari Laut Jawa (tipe gelombang laut transisi) menuju ke Perairan Timbul Sloko (tipe gelombang laut dangkal) yakni pendangkalan gelombang

STUDI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO dapat terselesaikan Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran HAM yang dapat diadili di Pengadilan HAM adalah pelanggaran HAM berat yaitu kejahatan genosida

Apabila sesuai maka penguji dapat melaksanakan ujian, setelah ujian dilaksanakan maka hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh seorang penguji adalah menginput hasil ujian

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SMA KELAS X BERBASIS ANDROID..

Menurut Maryunani (2013) Dengan perkembangan perawatan luka yang sangat pesat, penggunaan dressing /balutan didasarkan dengan mengukur kemampuan biaya yang ada, tentunya