• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ROTARY KILN SEBAGAI TEKNOLOGI P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APLIKASI ROTARY KILN SEBAGAI TEKNOLOGI P"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL PROGRAM

APLIKASI “ROTARY KILN” SEBAGAI TEKNOLOGI PENGOLAHAN

LIMBAH B3 DI TELUK JAKARTA

BIDANG KEGIATAN:

PKM GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

Miftakhul Ulumiah

Ketua

141311133159

Angkatan 2013

Reny Rachmalia

Anggota

141311133110

Angkatan 2013

Dini Rahayuning Mardika

Anggota

141311133129

Angkatan 2013

Muhammad Shokhikhul Islam

Anggota

141311133119

Angkatan 2013

Rodhiatul Ardiani

Anggota

141111087

Angkatan 2011

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(2)
(3)

iii

HALAMANJUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI...iii

RINGKASAN ...iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah ... 1

Tujuan ...2

Manfaat ...2

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ...2

Solusi yang Pernah Ditawarkan...3

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui

Gagasan yang Diajukan ... 5

Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu Mengimplementasikan

Gagasan...5

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan ... 6

Teknik Implementasi yang akan Dilakukan ...6

Prediksi Hasil yang akan Diperoleh ...6

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(4)

iv

RINGKASAN

Indonesia memiliki luas lautan mencapai 3,5 juta km

2

dan luas daratan mencapai 1,9

juta km

2

. Ekosistem laut di Indonesia dihuni oleh ribuan spesies ikan dan terumbu karang

yang sangat berpotensi untuk menambah devisa negara di bidang pariwisata. Selain itu,

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga akan menerapkan konsep Blue

Economy untuk mengoptimalkan eksplorasi laut Indonesia.Persoalan penting yang harus

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki luas lautan yang jauh lebih luas dibanding luas daratan. Luas

lautan mencapai 3,5 juta km2 dan luas daratan mencapai 1,9 juta km2. Ekosistem laut di Indonesia dihuni oleh ribuan spesies ikan dan terumbu karang yang sangat berpotensi untuk

menambah devisa negara di bidang pariwisata. Selain itu, Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) juga akan menerapkan konsep Blue Economy untuk mengoptimalkan

eksplorasi laut Indonesia.

Persoalan penting yang harus diperhatikan adalah terjaminnya pembangunan sektor

kelautan dan perikanan yang berlangsung secara berkelanjutan. Sebagaimana kesepakatan

Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro (Brazilia) tahun 1992,

World Commision on Enviromental and Development (WCED) memberikan pengertian

bahwa pembangunan berkelanjutan sebagai suatu kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungannya guna memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Perkembangan industri di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya telah berkembang cukup

pesat. Peningkatan jumlah industri ini akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah,

baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah tersebut mengandung bahan kimia yang

beracun dan berbahaya (B3) dan masuk ke Teluk Jakarta melalui 13 DAS yang bermuara ke

perairan ini. Pada saat ini, terdapat sekitar lima juta jenis bahan kimia yang telah

diidentifikasi dan dikenal, 60.000 jenis diantaranya sudah dipergunakan dan ribuan jenis

bahan kimia lain, setiap tahun diperdagangkan secara bebas.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) adalah setiap bahan sisa (limbah)

suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena

sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang

baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau

membahayakan kesehatan manusia. Contoh limbah B3 adalah logam berat seperti Al, Cr, Cd,

Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan

sebagainya. Limbah B3 tidak dapat didaur ulang kembali menjadi suatu produk yang

bermanfaat seperti limbah-limbah non B3 pada umumnya. Karena banyak terkandung zat-zat

racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dampak tersebut berlawanan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Oleh

karena itu, perlu adanya langkah strategis untuk mengolah limbah B3 agar tidak lagi

(6)

2

permasalahan di atas, kami menggagas adanya aplikasi “Rotary Kiln” sebagai teknologi

pengolahan limbah B3 di Teluk Jakarta untuk mendukung penerapan Blue Economy di

Indonesia.

Tujuan

a. Memberikan solusi atas permasalahan yang dapat menghambat penerapan Blue

Economy

b. Meningkatkan pola pikir masyarakat agar dapat mengembalikan ekosistem perairan

Teluk Jakarta yang bebas dari pencemaran limbah B3

c. Menciptakan terobosan baru untuk mempermudah terciptanya Blue Economy

Manfaat

a. Menciptakan teknologi yang lebih efisien dalam untuk mengatasi pencemaran limbah

B3

b. Mendukung penerapan Blue Economy di Indonesia

c. Menyelamatkan ekosistem perairan di Teluk Jakarta

GAGASAN

Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan

Limbah industri dan banyaknya sampah yang masuk ke laut, membuat Teluk Jakarta

semakin tercemar. Hingga awal tahun 2013 limbah-limbah industri, termasuk sampah rumah

tangga banyak dibuang langsung ke sungai. Limbah dan sampah tersebut hanyut langsung ke

laut melalui 13 sungai yang ada di Jakarta. Kondisi tersebut diakui Kepala Badan Pengelola

Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta Utara, Iswardi. Buruknya pelaku industri dalam

membuat Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana Penataan Lingkungan (RPL) ikut

menambah pencemaran di teluk Jakarta.

Teluk Jakarta semakin parah setelah menanggung beban sampah yang besar setiap

hari. Dari 13 muara sungai yang berhulu di Teluk Jakarta, setiap hari menumpuk 161 ton

sampah yang memenuhi area seluas 514 kilomter persegi. Kadar COD (Chemical Oxygen

Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) juga masih tinggi. Selain itu, ada industri

(7)

Gambar 1. Kondisi ikan yang mati

(Sumber : Indonesia Maritime Institute’s Picture)

Ribuan jenis ikan mati terdampar di Teluk Jakarta. Ikan-ikan itu mati karena

pencemaran limbah B3 yang menyumbang sekitar 80% dari industri yang limbahnya

langsung dibuang ke laut. Pemandangan tersebut sangat mengerikan dan mengkhawatirkan

bagi nelayan, karena hasil tangkapan mereka berkurang hingga 30%. Pencemaran limbah B3

tersebut juga merusak Cagar Alam Muara Angke sampai Kepulauan Seribu. Selain itu,

sampah-sampah padat itu juga dapat membahayakan arus lalu lintas kapal laut.

Sumber pencemaran, selain berasal dari sampah umum, juga akibat kegiatan

pembuangan minyak dari perusahaan pengeboran lepas pantai serta kapal-kapal tanker.

Kawasan Teluk Jakarta dan Pulau Seribu memerlukan penyelamatan segera jika tidak ingin

masyarakat dan lingkungan di sekitarnya hancur. Pencemaran itu mengakibatkan

terancamnya potensi budidaya laut di Teluk Jakarta. Bahkan, potensi pariwisata di

Kepulauan Seribu juga terancam rusak akibat limbah B3 tersebut.

Solusi yang Pernah Ditawarkan

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta mempunyai

wewenang untuk mengawasi industri-industri dalam penyusunan RKL serta RPL. Mereka

harus melaporkannya ke BPLHD DKI Jakarta dan laporan itu disebut laporan implementasi.

Laporan tentang limbah cair pihak industri harus melaporkannya setiap tiga bulan sekali

namun untuk limbah udara setiap enam bulan sekali.

Selain itu, pemerintah di tingkat nasional telah melakukan berbagai program namun

tidak efektif, seperti Program Nasional PROKASIH (Program Kali Bersih), Program Pantai

Lestari, Program Panati Bersih dan Indah, Program Bandar Indah dan Program Taman Lestari

dan lain sebagainya. Program-program tersebut sudah pernah dilaksanakan namun hasilnya

seolah-olah hilang begitu saja tanpa meninggalkan bekas. Perairan di tepi pantai Teluk

Jakarta pun tetap berwarna hitam atau hijau pekat dan di sekitar pantai masih dipenuhi

(8)

4

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan

yang Diajukan

Melihat usaha yang telah diterapkan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) DKI Jakarta dalam pengawasan dan penyusunan RKL serta RPL masih belum

memberikan solusi yang tepat bagi masyarakat di sekitar Teluk Jakarta, dimana satu sisi

BPLHD DKI Jakarta telah mengantisipasi Teluk Jakarta agar tetap terjaga dan terpelihara

dengan baik, akan tetapi aktualisasinya masih belum maksimal dan kandungan limbah B3

juga masih terdapat di dalam perairan Teluk Jakarta. Oleh karena itu, kami mencoba untuk

menggagas sebuah aplikasi “Rotary Kiln” sebagai teknologi pengolahan limbah B3 di Teluk

Jakarta.

Teknologi “Rotary Kiln” merupakan teknologi pengolahan limbah B3 yang cukup

menarik. Karena teknologi ini dapat mengubah limbah padat yang kasat mata menjadi bentuk

gas yang tidak kasat mata. Proses ini menghasilkan energi dalam bentuk panas. Teknologi

yang ditawarkan cukup ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang sangat rendah

dan dapat mengolah limbah jenis apapun dengan teknologi yang cukup terdepan.

Prinsip teknologinya dengan menggunakan sistem rotary kiln atau tungku berputar

untuk membakar limbah-limbah padat yang kemudian dicampur dengan oli bekas untuk

meningkatkan nilai kalornya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas pada suhu yang

sangat tinggi mencapai 1000oC yang kemudian dikirim ke ruang pembakaran sekunder dimana disini limbah cair disemprotkan untuk mengontrol suhunya hingga turun menjadi

sekitar 850oC. Setelah itu, gas panas ini kemudian disuplai ke boiler untuk memanaskan air yang ada di dalamnya hingga menjadi uap. Uap yang dihasilkan ini kemudian dikeluarkan ke

udara bebas.

Gambar 2. Prinsip teknologi Rotary Kiln

Keterangan :

1. Primary Burner

2. Secondary Burner

3. Boiler

(9)

Komponen dasar dari Rotary Kiln adalah gulungan baja ringan tahan api yang

tebalnya antara 15 sampai 30 mm. Berbentuk silinder dengan panjang 230 meter dan

berdiameter hingga 6 meter. Teknologi ini juga dilapisi oleh lapisan refraktori yang berguna

untuk melindungi gulungan baja dari suhu tinggi. Ketebalan lapisan refraktori ini sekitar

80-300 mm.

Pihak-Pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan

dan Uraian Peran atau Kontribusi Masing-Masing

Gagasan ini dapat terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak berikut :

Pelaksana Kontribusi

Kementerian Kelautan dan Perikanan Mengatur regulasi pembangunan secara

berkelanjutan

Kementerian Perindustrian Mengatur regulasi permasalahan

perindustrian

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Memberikan pengawasan terhadap penyusunan RPL dan RKL

BPOL (Badan Penelitian dan Observasi Laut)

Memberikan pengawasan dan pemantauan terhadap kondisi perairan Teluk Jakarta

BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)

Mensosialisasikan pengembangan industri kreatif

Tabel 1.1 Pihak-pihak pembantu pengimplementasian

Langkah-Langkah Strategis yang Harus Dilakukan umtuk Mengimplementasi Gagasan

Pelaksanaan gagasan Rotary Kiln dapat berjalan baik apabila didukung oleh hal-hal

strategis sebagai berikut :

1. Pengaturan regulasi oleh pemerintah untuk terwujudnya teknologi Rotary Kiln

2. Pengaturan regulasi oleh Kementerian Kelautan untuk memberikan izin dan

pendampingan dalam mengeksplorasi perairan Teluk Jakarta

3. Bekerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)

untuk merancang teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan ramah

lingkungan

(10)

6

5. Adanya komitmen pemerintah untuk benar-benar menjalankan program

pembangunan secara berkelanjutan sesuai dengan konsep Blue Economy

KESIMPULAN

Gagasan yang Diajukan

Gagasan teknologi Rotary Kiln ini pada dasarnya merupakan sebuah ide untuk

mencari jalan keluar dalam problematika sektor kelautan dan perikanan di Indonesia. Dimana

pada tahun-tahun yang lalu bahkan sampai sekarang, bermunculan ide untuk menanganinya.

Satu diantaranya adalah terjaminnya pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang

berlangsung secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tetapi dalam konteks di Perairan

Teluk Jakarta, masih belum mampu untuk menerapkan ide tersebut. Teluk Jakarta memang

kaya akan sumber daya perikanan, tetapi masih ditemukan limbah B3 dalam perairan

tersebut. Dengan ini, kami mencoba untuk menerapkan Rotary Kiln sebagai teknologi

pengolahan limbah B3. Gagasan ini menjadi terobosan untuk menyelamatkan ekosistem

kelautan Indonesia serta menerapkan terwujudnya Blue Economy dalam proses pembangunan

sektor kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.

Teknik Implementasi yang akan Dilakukan

Langkah-langkah dalam mewujudkan teknologi Rotary Kiln adalah :

1. Membuat sistematika dan konsep konstruksi teknologi Rotary Kiln

2. Membuat teknologi kontrol yang mampu mengontrol dan memberi pengawasan

terhadap pembuangan limbah-limbah industri

3. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar Teluk Jakarta agar selalu

melindungi ekosistem perairan tersebut

Prediksi Hasil yang akan Diperoleh

Adanya teknologi Rotary Kiln diharapkan mampu mengatasi problem limbah B3 yang

ada di Teluk Jakarta serta menambah penghasilan masyarakat sekitar. Teknologi ini guna

mempermudah dalam pencapaian program Blue Economy dalam pembangunan secara

berkelanjutan. Konsep ini juga bermanfaat dalam meningkatkan penghasilan nelayan sekitar

yang hanya mengandalkan potensi perikanan Teluk Jakarta sebagai mata pencaharian mereka

sehari-hari. Dengan demikian, dampaknya akan terasa dalam masyarakat. Dan perubahan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

A. Ilahude, Liasaputra. 1980. Pengkajian Fisika, Kimia, Biologi dan Geologi. Jakarta:

LON-LIPI.

Edward. 2003. Kandungan Zat Hara Fosfat dan Nitrat di Teluk Jakarta. Jakarta: Balai

Dinamika Laut Pusat Penelitian Oseanologi-LIPI.

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Umum.

G.W. Bryan. 1976. Effects of pollutants on Aquatic Organisms. Cambridge: Cambridge

University Press.

H. Palar. 1994. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta

Indonesia, Maritime Institute. 2010. Teluk Jakarta, Merintih Tertindih Polutan. Diambil

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

Gambar

Gambar 1. Kondisi ikan yang mati (Sumber : Indonesia Maritime Institute’s Picture)
Gambar 2. Prinsip teknologi Rotary Kiln
Tabel 1.1 Pihak-pihak pembantu pengimplementasian

Referensi

Dokumen terkait

Uraian yang menjelaskan turunan atau rincian dari strategi berupa jenis materi konten dan media komunikasi publik serta khalayak sasaran secara spesifik sesuai dengan materi konten

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian quasy eksperiment , dimana penulis tidak terlibat langsung saat melakukan

Pada lokasi bekas tebangan suhu tanah lebih tinggi daripada hutan belum terganggu, sedangkan kelembaban udara pada bekas tebangan lebih rendah daripada hutan

Apabila kepentingan nasional diartikan sebagai apa yang telah ditetapkan dalam struktur dan isi kurikulum dan kepentingan daerah dikembangkan dalam mata pelajaran muatan

Pada tabel 2 didapatkan laju reaksi rata-rata dan nilai koefisien korelasi formalin dan diketahui bahwa proses degradasi formalin adalah mengikuti orde 1 karena laju

Dilaksanakannya lokakarya pengendalian kebakaran hutan-lahan pengalaman dan pelajaran musim kemarau tahun 2006 dimaksudkan untuk saling tukar informasi dan pengalaman terhadap

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PERUSAHAAN ...(Listijowati Hadinugroho) 61 umumnya memiliki kewajiban biaya bunga khususnya pada penggunaan hutang jangka panjang. Besar

Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.Wagiran, M.Hum dan Pembimbing II: Drs. Kata kunci: keterampilan menulis, karangan narasi,