• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB SERTA KETER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB SERTA KETER"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB SERTA KETERKAITANNYA DENGAN ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERILAKU MEDIA

Kebebasan

Dalam Filsafat, kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri,kebebasan lebih bermakna positif,dan ada sebagai konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak.

Kebebasan sosial-politik

Kebebasan sosial politik merupakan produk perkembangan dan perjuangan sejarah. Dalam sejarah modern dapat dibedakan dua bentuk yaitu bentuk pertama adalah tercapainya kebebasan politik rakyat dengan membatasi kekuasaan absolut para raja. Bentuk kedua terdiri dari kemerdekaan yang dicapai negara-negara muda terhadap negara penjajah.

Kebebasan Individual

a)

kesewenang-wenangan (arbitrariness)

Orang disebut bebas bila dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya, terlepas dari segala kewajiban dan keterkaitan serta dilihat sebagai izin atau kesempatan untuk berbuat semau gue.

Cth: Orang yang mempraktekkan pergaulan bebas b) kebebasan fisik

Bebas berarti tiada paksaan atau rintangan dari luar. Orang menganggap dirinya bebas dalam arti ini,jika bisa bergerak ke mana saja ia mau tanpa hambatan apapun.

Cth: Selama meringkuk di penjara seorang narapidana tidak bebas,tetapi begitu masa tahanannya lewat ia kembali menghirup udara kebebasan. c) kebebasan yuridis

(2)

Cth: Manusia bebas untuk bekerja memilih profesinya,mempunyai milik sendiri,menikah,mendapat pendidikan dan sebagainya,karena dalam undang-undang dasar banyak negara modern kebebasan-kebebasan seperti itu dicantumkan secara eksplisit.

d) kebebasan psikologis

Menyangkut kemampuan yang dimiliki manusia untuk mengembangkan serta mengarahkan hidupnya karena kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berasio yang mampu berpikir sebelum bertindak,berkelakuan dengan sadar dan pertimbangan sebelumnya. Jika manusia bertindak bebas itu berarti ia tahu apa yang diperbuatnya dan apa sebabnya. Berkat kebebebasan ini ia dapat memberikan suatu makna kepada perbuatannya. Cth: Saya bebas memilih suatu profesi yang cocok untuk saya. Saya bisa menjadi dokter dengan segala kemampuan dan pendidikan saya dan dengan demikian dapat membantu sesama yang menderita meskipun dengan resiko biaya pendidikan yang lebih mahal.

e) Kebebasan Eksistensial

Kebebasan eksistensial adalah kebebasan menyeluruh yang menyangkut seluruh pribadi manusia dan tidak terbatas pada salah satu aspek saja. Dalam kebebasan eksistensial,penekanan nya ada pada segi bebas untuk apa,bukan bebas dari apa(sehingga tergantung tujuan dan pemikiran seseorang).

Contohnya: Ketika pemilu,seseorang dapat mengambil dan menentukan sikap sendiri,memilih siapa ataupun memilih untuk golput sesuai dengan pemikiran,perasaan dan tujuan dirinya.

Masalah Mengenai Kebebasan a. Kebebasan Negatif dan Positif

(3)

Pendekatan positif (kebebasan untuk ...) harus diisi oleh manusia sendiri, contohnya : kebebasan untuk berbicara.

b. Batas-batas Kebebasan

Ada beberapa faktor yang harus dilihat dalam batasan kebebasan:

• Faktor dalam (fisik maupun psikis) : batasan manusia fisik, contohnya : manusia tidak dapat terbang karena tidak memiliki sayap. Psikis, contohnya : seseorang tidak dapat menjadi profesor di universitas karena tingkat intelegensi yang kurang.

• Lingkungan: Kebebasan di batasi karna faktor lingkungan baik alamiah maupun sosial, contoh: negara swiss tidak bebas menjadi kuasa maritim yang bebas karna letaknya tidak di pinggir laut, orang yang berasal dari lingkungan miskin tidak bebas masuk perguruan tinggi.

• Kebebasan orang lain: Kebebasan dibatasi karna berbentrokan dengan orang lain. Ini adalah alasan mengapa diperlukan suatu tatanan moral di antara manusia. Tatanan moral ini menyeimbangkan kebebasan seseorang dengan orang lainnya. Mengakui kebebasan orang lain secara kongkret berarti menghormati hak-haknya.

• Generasi mendatang:Merupakan pendapat baru bahwa kita harus melakukan pembatasan pembatasan tertentu dengan alasan agar kelangsungan hidup generasi setelah kita menjadi lebih baik atau tidak terganggu.contoh: Pembatasan penggunaan sumber daya alam agar tidak habis dan bisa tetap ada sampai generasi anak cucu kita.

TANGGUNG JAWAB

Bertanggung jawab berarti dapat menjawab bila di tanyai tentang perbuatan -perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat di mintai penjelasan tentang tingkah laku dan perbuatannya.

(4)

kemarahan publik akan memaksa pemerintah untuk menetapkan peraturan untuk mengatur media. Ada beberapa aspek yang membuat media itu penting :

• Daya jangkauan terhadap media sangat luas menjadikannya alat untuk menyebarlauskan informasi

• Kemampuan media melipatgandakan pesan menjadi sangat luar baisa • Setiap media mampu menuliskan ide sesuai pandangannya masing-masing

• Media berhak memberitakan ide secara luas

Tanggung Jawab dan Kebebasan

Dalam “tanggung jawab” terkandung pengertian “penyebab”. Orang bertanggung jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya. Orang yang tidak menjadi penyebab dari suatu akibat tidak bertanggung jawab juga. Kebebasan adalah syarat mutlak untuk tanggung jawab.

 Tanggung jawab langsung : pelaku sendiri yang bertanggung jawab(cth:orang mencuri,dipenjara)

 Tanggung jawab tidak langsung: yang bertanggung jawab bukan pelakunya(cth:seorang bayi mengompol dipelukan orang lain,maka orang tuanya yang bertanggung jawab).

 Tanggung jawab retrospektif : atas perbuatan yang telah berlangsung dan segala konsekuensinya.(penjahat membunuh,masuk penjara)

 Tanggung jawab prospektif : atas perbuatan yang akan datang.(si A anak malas,apabila tidak belajar saat UN maka tidak lulus)

Regulasi Publik

(5)

halus dengan hegemoni atau secara kasar dengan penekanan pemihakan yang demonstratif.

Dalam hal ini prinsip demokrasi harus memberikan prioritas pada kepentingan public dan public tidak bisa di paksa untuk menerima informasi atau opini tanpa adanya persetujuan mereka. Hanya saja berbagai teknik presentasi, berkembangnya berbagai jenis media dan kesempatan dengan mudah akan memberikan sarana untuk menembus ke pemirsa, pembaca atau pendengar tanpa merasa di paksa.

Namun , sejauh mana hak itu efektif sangat di tentukan oleh regulasi dan Regulasi tidak bisa di buat tanpa mempertimbangkan hierarkisasi hak. Untuk kepentingan ini harus ada interpretasi dalam kerangka suatu regulasi media yang mendasarkan pada prioritas hak individu (B . libois, 1994: 95). Reaksi spontan terhadap upaya regulasi media biasanya adalah penolakan. Semua upaya untuk mengatur, membatasi, apalagi melarang terhadap pelaksanaan hak berekspresi dengan mudah akan di tafsirkan sebagai ungkapan melawan perjuangan nilai demorasi. Apakah regulasi public terhadap media selalu mempunyai konotasi yang negatif ?.Harus di akui bahwa regulasi media dalam situasi tertentu sangat di perlukan :

• Membantu konsumen mendapatkan informasi sesuai dengan tuntutan kualitas tertentu, media tidak bisa semena-mena memproduksi informasi tanpa standar kualitas yang memadai, tetapi secara tidak langsung juga membantu untuk menjaga kredibilitas dan reputasi media penghasil informasi.

• Menjaga aturan pasar agar lebih adil dengan melawan konsentrasi ekonomi pada media tertentu, di sisi lain mau menjawab kelangkaan program/informasi yang mendidik atau bersifat kultural atau yang di perlukan publik yang karena secara ekonomi tidak menguntungkan, tidak ada media yang tertarik untuk produksi.

(6)

pada mayoritas yang mengatur,,tetapi memasukan juga prosedur untuk mengikutsertakan kelompok minoritas dalam pengambilan keputusan, dan juga akan memaksa mayoritas untuk mau membuka diri terhadap kritik yang di arahkan padanya. Prinsip ini menghargai kesamaan individu dan memungkinkan partisipasi yang sama dalam proses demokrasi.

Regulasi publik dan pluralisme

Regulasi untuk menjamin pluralism ini memiliki beragam bentuk :

• Dalam rangka menghindari dominasi suatu bidang terhadap yang lain dengan mengusulkan pengorganisasian distribusi atau alokasi program

• Menjamin pembedaan lingkup riil dengan kekhasan ekspresinya untuk tetap mendapatkan akses yang cukup representative ke ruang publik. Contohnya mimbar agama tidak hanya diisi oleh kelompok agama dominan, padahal dalam agama itu terdapat banyak aliran

• Memungkinkan definisi politik menurut tatanan prioritas sehingga ruang public menjadi tempat berlangsungnya penentuan hierarkisasi nilai oleh masyarakat, maksudnya untuk menjamin perwasitan antara kebebasan dasar dari yang penting sampai dengan fakultatif

• Memungkinkan untuk mempertahankan adanya pemisahan berbagai ranah dan menentukan hak masing-masing.

(7)

Regulasi Prosedural

Cara peliputan , pengolahan, dan presentasi yang penuh rekayasa menonjol dalam televisi. Contohnya adalah bagaimana sensor yang tidak tampak beroperasi dalam media televisi.

Adanya serangkaian mekanisme televisi yang sebetulnya merupakan suatu bentuk kekerasan simbolik, yaitu kekerasan yang berlangsung dengan persetujuan tanpa terungkap dari korbannya, tetapi juga di sadari oleh pelakunya. Contohnya serba serbi dalam tv merupakan acara yang menghibur dan mengalihkan perhatian. Menurut Bourdieu berita di televisi mirip sekali dengan prinsip tukang sulap yaitu justru menarik perhatian ke arah lain dari hal yang sedang di lakukannya .

Dengan menghormati kekhasan kebebasan pers itu, regulasi public justru menghindari instrumentalisasi informasi dengan menekankan kembali tujuan utama media. Media merupakan instrumen pokok untuk melibatkan dan meningkatkan pastisipasi politik serta mendorong mewujudkan kemandirian kolektif masyarakat. Upaya ini meningkatkan tujuan kembali media di maksudkan juga agar informasi tidak hanya sekedar menjadi komoditi, tetapi memiliki nilai budaya dan pendidikan

Manipulasi Media dan Kesadaran Palsu

Manipulasi media dapat disebabkan oleh banyak hal. Namun ketika masuk ke dalam konteks pornografi dan kekerasan, terdapat dua jalan media memanipulasi informasi yakni dengan konglomerasi media dan framing.

Definisi Konglomerasi

(8)

Definisi Framing

Framing adalah cara pengemasan peristiwa yang terjadi. Framing tidak berbo-hong, tapi ia mencoba membelokkan fakta dengan halus melalui penyeleksian in-formasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi, atau gambar, hingga meniadakan informai yang seharusnya disampaikan. Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar terbentuklah sebuah citra, kesan, atau makna tertentu yang diinginkan oleh pihak media. Framing dilakukan dengan cara penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi, atau gambar, dan sampai dalam meniadakan informasi. Berikut beberapa metode fram-ing yang biasa dilakukan media, yaitu;

1. Cover both side, hanya saja porsi bicara tidak berimbang. Artinya bila satu orang diberikan ruang untuk berbicara, orang lainnya juga memiliki hak yang sama. Namun dalam metode ini, salah satu orang diberikan hak berbicara tidak sama dengan porsi orang lainnya. Media biasanya melakukan metode ini dengan mengutip pendapat salah satu orang ala kadarnya, atau dikutip bagian yang tidak menjawab persoalan.

2. Berita yang disampaikan sesuai fakta, tetapi menggunakan sudut pandang tertentu. Bahwa ada pemilihan fakta dan data-data tertentu agar dapat membentuk opini publik dengan sudut pandang tertentu, misalnya dalam demo buruh salah satu media membuat berita dengan judul, “Sampah Menggunung Setelah Demo Buruh.” Judul tersebut dapat memunculkan sudut pandang lain yaitu masyarakat tidak lagi simpati pada buruh melainkan geram karena demo yang malah menghasilkan pemandangan yang tidak enak dilihat.

3. Penggunaan kata sifat yang bernada positif atau negatif. Metode ini nantinya akan membentuk penilain terhadap seseorang. Ketika media berkata Ahok adalah gubernur tegas, biasanya mayoritas pendapat publik akan mengarah pada apa yang media katakan.

(9)

Ahok pasti selalu soal kegiatan blusukan dan marah-marahnya dan selalu dilatar belakangi musiknya tegang. Dengan adanya sarana audiovisual, persepsi masyarakat menjadi mudah terbentuk dan akhirnya sudut pandang pun mengikuti apa yang media gambarkan.

Dengan adanya kolaborasi antara konglomerasi dan framing, opini masyarakat mudah digiring menuju suatu pemikiran yang diinginkan oleh pihak tertentu. Kegiatan manipulasi informasi ini juga bisa disebut sebagai propaganda.

Definisi Propaganda

Propaganda adalah aktivitas atau kegiatan yang direncanakan dan dijabarkan den-gan kata atau tindakan atau kombinasi keduanya yang bermaksud mengubah suatu sikap dengan tujuan mengubah tingkah laku secara sukarela. Media yang mem-punyai dampak dahsyat dimanfaatkan oleh orang atau kelompok tertentu untuk menyebarkan doktrin ideologinya kepada masyarakat. Dengan adanya aktivitas-aktivitas media yang mengedepankan keuntungan bagi perusahaannya dengan berbagai cara – framing dan propaganda, masyarakat cenderung dibawa sudut pandang dan cara berpikirnya oleh media sehinggu masyarakat mengalamai keadaan yang bernama kesadaran palsu.

Definisi Kesadaran Palsu

Kesadaran palsu, yakni suatu situasi, di mana orang tidak sadar, bahwa ia sebe-narnya sedang ditindas. Di dalam masyarakat kapitalis, kata Marx, kaum buruh mengalami penindasan, tetapi mereka tidak merasakannya sebagai penindasan, dan bahkan merayakan penindasan itu.

Di dalam kajian psikologi, hal ini seringkali disebut sebagai sindrom Stockholm, yakni suatu situasi, di mana korban/tawanan merasakan empati pada pelaku keja-hatan. Banyak kaum buruh membela tuannya, walaupun tuannya telah jelas-jelas bersikap tidak adil dan tidak manusiawi terhadap dirinya.

(10)

hubungan sosial antara kelas dominan dan kelas bawahan. Kesadaran palsu diperkenalkan oleh Friedrich Engels, yakni dalam suratnya kepada Franz Mehring (14 Juli 1898). Konsep ini pada awalnya diungkapkan marx dari “ideologi dan fetisisme komoditas”.

Ideologi

Menurut KBBI, ideologi adalah “kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.”

Ideologi menurut Marx adalah sebuah cara berpikir yang tidak tepat tentang dunia. Menurutnya dalam teori kelas sosial, latar belakang munculnya ideologi adalah sebagai pembenaran usaha para kaum proletar (bawahan, buruh, dll) atas ketidakseimbangan antara usaha dan upah. Kaum borjuis (pemilik modal, pengu-pah, ahli, dll) yang memonopoli kaum proletar menciptakan ideologi yang dapat diterima kaum proletar tersebut agar mereka tetap membenarkan diri mereka un-tuk bekerja, padahal usaha dan upah tidak sebanding. Faktor ini yang memu-nculkan ideologi-ideologi dan lahirnya kapitalisme. Maka dari itu bisa disim-pulkan menurut Marx. Ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama struktur kekuasaan sehingga orang menganggapnya sah padahal tidak sah. Misalnya klaim negara bahwa ia mewujudkan kepentingan umum padahal ia melayani kepentingan kelas atas.

Ideologi dalam arti yang sebenarnya bukan sarana yang digunakan kelas atas un-tuk menipu. Ideologi benar-benar dipercayai seluruh masyarakat dengan polos. Akan tetapi, agama, moralitas dan berbagai nilai budaya dengan sendirinya men-guntungkan kelas atas. Hal ini disebabkan karena kelas atas yang menguasai sarana produksi materil dan spiritual yang berarti hanya kelas atas yang mampu meresmikan dan menyebarkan pikiran-pikiran mereka.

(11)

Karena pemikiran independen tersebut Friedrich juga menyebutkan bahwa setiap ideologi muncul karena bertujuan untuk kepentingan tertentu.

Fetisisme Komoditas

Pada awalnya fetisisme (dari kata fetish) tidak bernuansa sensual, karena nuansa fetish diciptakan oleh Freud dalam tulisannya. Sementara Marx menerangkan ten-tang fetisisme sebelum tulisan Freud tersebut.

Marx merujuk pada kaum-kaum tertentu (biasa penganut agama tertentu) yang memahat dan membuat patung dan kemudian menyembahnya, inilah yang dimak-sud Marx dengan fetish, sesuatu yang kita buat untuk diri kita sendiri, akan tetapi sekarang kita menyembahnya, dan sekarang dia menjadi layaknya “dewa”.

(12)

Hasil-nya adalah konglomerasi media, dan manipulasi media dalam menciptakan ke-sadaran palsu.

Media telah menjadi perusahaan bisnis sebagaimana perusahaan lainnya, yaitu profit dan laba menjadi motivasinya. Saat ini yang dikejar media adalah menye-barkan informasi atau hiburan yang disukai oleh pasar. Biasanya konten yang mengandung tiga unsur seperti seks, kekerasan, dan horror laku di pasaran. Ter-bukti dari data Kementrian Komunikasi dan Informasi bahwa pada 2013, Indone-sia masuk ke dalam 10 besar negara pengakses situs pornografi di dunia maya. Dan jumlah itu terus meningkat setiap tahunnya.

Definisi Pornografi

Pornografi dapat didefinisikan sebagai representasi eksplisit (gambar, lukisan, dan foto) dari aktivitas seksual atau hal yang tidak senonoh dan bertujuan untuk diko-munikasikan ke publik. Mesum, cabul, atau tidak senonoh dipahami sebagai sesu-atu yang melukai dengan sengaja perasaan malu atau susila dengan membangk-itkan representasi seksualitas.

Argumen Penolakan Pornografi dan Etika Minimal

Dalam perdebatan publik, ada tiga alasan utama yang dikemukakan dalam meno-lak pornografi, (1) perlindungan terhadap remaja atau anak-anak, (2) mencegah perendahan martabat perempuan, (3) mencegah sifat subversif yang cenderung menghancurkan tatanan nilai seksual keluarga dan masyarakat (Haryatmoko,2003:7).

Etika minimal terdiri atas tiga pilar, yaitu sebagai berikut;

1. Sikap netral terhadap konsepsi tentang “baik”. Dalam kasus ini adalah kebebasan untuk memilih akan apa yang baik bagi dirinya dalam hal seksualitas.

(13)

3. Prinsip untuk menempatkan nilai yang sama pada suara atau kepentingan setiap orang. Prinsip ini melihat pada kewajiban setiap orang untuk tidak menjadikan orang lain sebagai sarana, tetapi tujuan pada dirinya.

Pada prinsip-prinsip tadi, prinsip tiga dan empat menjamin kesetaraan sehingga berfungsi sebagai pengatur hubungan dengan pihak lain dengan menghindari segala bentuk paternalisme.

Selain itu, pornografi dianggap merendahkan nilai seksualitas perkawinan. Konten tersebut tidak menghargai cinta-penuh-perasaan dalam hubungan. Sejalan dengan menyebarnya nilai hedonis, pornografi cenderung mengkedepankan kenikmatan dan pengakuan akan kebiasaan seksual yang tidak wajar.

Permasalahan pornografi menjadi pelik karena, pertama, dapat menghambat ke-bebasan berekspresi, terutama bila mengandung nilai seni. Kedua, menghadapi hak akan informasi. Dan ketiga, menjamin hak untuk memenuhi kebutuhan dan pilihan pribadi, bila pilihan ini tidak melukai orang lain.

Dalam menghadapi ketiga masalah tadi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan batas pornografi supaya masalah yang ada tidak dialihkan menjadi masalah relativisme. Masalah pornografi bukanlah masalah relativis bila mempertimbangkan empat hal berikut:

1. Mempertimbangkan konsepsi umum tentang seni. Diperhitungkan peran maksud pengarang dalam menentukan ciri-ciri karya seninya

2. Mempertimbangkan konsepsi moral. Dasar ukuran moral umum adalah apakah hal tersebut mengandung dehumanisasi atau terjadi pengobjekkan pada manusia

3. Perlu diperhitungkan reaksi emosional yang ditimbulkan. Reaksi emosional macam apa yang ditimbulkan oleh karya yang dibuat, misalnya rasa senang, jijik, atau rangsangan seksual.

4. Perlu dipertimbangkan pandangan dari beberapa teori psikologis, lewat teori catharis, imitasi, dan pembiasaan.

(14)

Definisi Kekerasan

Menurut P. Lardellier (2003:18) dalam buku Etika Komunikasi : Manipulasi Me-dia, Kekerasan, dan Pornografi, kekerasan bisa didefinisikan sebagai prinsip tin-dakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa per-setujuan. Dalam kekerasan terkandung unsur dominasi terhadap pihak lain dalam berbagai bentuknya seperti fisik, verbal, moral, psikologis atau melalui gambar. Ungkapan nyata kekerasan dapat berupa penggunaan kekuatan, manipulasi, fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata kata yang memojokkan, dan penghinaan.

Menurut Francois Chirpaz (2000:226), kekerasan adalah kekuatan yang sedemikian rupa dan tanpa aturan yang memukul dan melukai baik jiwa maupun badan, kekerasan juga mematikan entah dengan memisahkan orang dari kehidu-pannya atau dengan menghancurkan dasar kehidukehidu-pannya. Melalui penderitaan atau kesengsaraan yang diakibatkannya, kekerasan tampak sebagai representasi kejahatan yang diderita manusia, tetapi bisa juga ia lakukan terhadap orang lain. Jadi, kekerasan itu tidak harus dalam bentuk fisik seperti memukul, meninju, dan sebagainya. Tetapi bisa menghancurkan dasar kehidupan seseorang.

Aspek Estetik Kekerasan

(15)

seni, yang semakin mempersulit pemilahan mana yang mendidik dan mana yang merugikan atau destruktif.

Menurut Nel (2003:42), kekerasan dalam media sebagai seni mencari pembe-narannya dengan mengacu pada tiga bentuk yaitu:

1) Horor-Regresif yaitu menunjuk pada selera publik atau seniman akan kekejaman, menyeramkan, atau tidak waras karena melampaui reaksi akal sehat. Perhatian yang ekstrem diarahkan pada yang riil, tetapi harus autentik. Bila dipresentasikan dalam gambar-fiksi, motifnya ialah karena digerakkan oleh keter-tarikan pada hal yang meneror atau membuat merinding. Contohnya adalah kasus Sumanto, ia memakan daging manusia yang sempat menggegerkan masyarakat. Dan hal tersebut melampaui akal sehat atau tidak waras tetapi kejadian itu benar terjadi atau nyata.

2) Horor-Transgresif yaitu berupaya menampilkan kekerasan dalam konfig-urasi seni yang baru dengan sentuhan menonjol pada apa yang belum di eksplo-rasi, yang terlarang, dan yang dikutuk atau yang tabu. Dan semua hal tersebut belum tentu terjadi. Contohnya adalah film Hannibal (2001) yang menceritakan tokoh fiktif bernama Hannibal Lecter yang memiliki kepribadian ganda. Di satu sisi ia adalah psikiater yang memberikan nasihat nasihat kepada mereka yang mengalami gangguan kejiwaan, disisi lainnya ia merupakan sisi gelap yang selalu disembunyikan Hannibal, yaitu seorang psikopat yang mengerikan. Ia melakukan berbagai pembunuhan dan menjadikan korbannya seperti mainan yang ia mainkan sepuas hati. Bahkan seringkali ia memberikan nasihat yang buruk kepada pasien-nya. Jika dilihat dari alur ceritanya, film ini memasukkan kekerasan yang menyer-amkan sebagai utamanya. Namun, tokoh ini adalah karangan atau fiktif belaka.

3) Gambar-Simbol yaitu mengubah sesuatu yang sebenarnya konteks itu di-tandai oleh kekerasan, tetapi kemudian diganti dengan tatanan yang lebih manusi-awi dan dapat ditolerir sehingga akhirnya menjadi indah. Gambar-simbol me-mindahkan kekerasan keluar dari arena atau konteksnya, yang kemudian disem-bunyikan dan diseleksi melalui saringan tradisi ikonografi dan seni. Contoh:

(16)

Menurut hasil studi tentang kekerasan dalam media televisi di Amerika Serikat oleh American Psychological Association pada tahun 1995, yang dikutip Hray-atmoko dalam dalam bukunya, ada 3 kesimpulan menarik yang perlu mendapat perhatian serius:

1) Mempresentasikan program kekerasan meningkatkan perilaku agresif 2) Memperlihatkan secara berulang tayangan kekerasan dapat menyebabkan ketidakpekaan terhadap kekerasan dan penderitaan korban

3) Tayangan kekerasan dapat meningkatkan rasa takut sehingga akan mencip-takan representasi dalam diri pemirsa: betapa berbahayanya dunia.

Sophie Jehel (2003:123) mau meyakinkan betapa merusak pengaruh presentasi kekerasan dalam media bagi anak. Menurutnya, anak membutuhkan rasa aman su-paya bisa menemukan tempatnya dalam masyarakat. Meskipun ada ekspresi senang, puas atau tertarik terhadap kekerasan dalam media, sering tanpa disadari anak sebetulnya bergulat dalam suatu perjuangan, kegelisahan dan ditatapkan pada berbagai pertanyaan. Dalam situasi itu, anak terpaksa harus melindungi diri dengan mengembangkan mekanisme pertahanan yang berakibat bahwa anak lebih banyak berhadapan dengan stres atau kegelisahan. Dengan demikian, seluruh en-ergi anak harus dikerahkan untuk mempertahankan diri. Dampaknya, enen-ergi ter-sita sehingga justru kurang kesempatan untuk membangun identitas secara positif. Investasi dalam kegiatan konstrtuktif dan pemenuhan akan minatnya menjadi ter-hambat. Terlebih lagi, dalam masa pertumbuhan, gambar kekerasan bisa mempen-garuhi perilaku dan persepsi anak tentang dunia.

Menentukan Batas-Batas Kekerasan

1. Dari dimensi persepsi, masalahnya terumus dalam pertanyaan sejauh mana terkait dengan visual, pendengaran dan interaktif

2. Dari dimensi afeksi, sejauh mana kekerasan dalam media bisa menye-babkan traumatisme, kegelisahan, dan stres.

(17)

4. Dari dimensi moral, mana yang bisa dipercaya, diterima, dan berpengaruh jahat.

Menurut Noel Nel (2003:38-41) ada tiga bentuk kekerasan yaitu pertama, erasan-dokumen yang merupakan bagian dari dunia riil atau faktual; kedua, kek-erasan-fiksi yang menunjukkan kepemilikan pada dunia yang mungkin ada; misal-nya dalam kisah fiksi, film, kartun, komik, dan iklan; serta ketiga, kekerasan-sim-ulasi yang berasal dari dunia virtual seperti dalam video games dan permainan on-line.

Kekerasan-Dokumen

Kekerasan dokumen adalah penampilan gambar kekerasan yang dipahami pemirsa atau pembaca dengan mata telanjang sebagai rekaman fakta kekerasan.

Kekerasan-fiksi

Kekerasan yang dibeberkan dalam kisah fiksi bukannya tanpa meninggalkan bekas luka pada pemirsa atau pembacanya, terutama pada anak bisa meninggalkan traumatisme dan perilaku agresif. Fiksi mampu memproyeksikan keluar dari yang riil meski mungkin tidak ada dalam kenyataan. Biasanya meski jauh dari realitas, fiksi masih memiliki pijakan atau analogi dengan dunia riil. Oleh karena itu, kek-erasan-fiksi menjadi berbahaya ketika justru memberi kemungkinan baru yang tidak ada dalam dunia riil.

Contohnya adalah siaran TV smack down.

Kekerasan-simulasi

(18)

keingi-nan. Semua berlangsung dalam kerahasiaan, dan kekerasan bisa ditampilkan se-maunya.

Contoh dari kekerasan-simulasi biasa muncul pada video.

Kekerasan Simbolik

Benoit Heilbrunn menjelaskan bahwa kekerasan simbolik di media iklan berop-erasi dengan tiga cara yaitu:

1. Melalui kekuasaan media. Budget komunikasi suatu produk bisa mencapai 40% dari biaya produksi. Dengan alokasi yang sebanyak itu, hampir tidak ada kekuatan yang bisa melawan gerak rayuan dan ajakan tersebut. Kekerasan iklan terletak dalam kemampuannya untuk hadir di semua tempat sehingga memungkinkan untuk menembus hampir semua celah kehidupan sosial.

2. Iklan bisa menjadi pengaruh transmisi kekerasan. Melalui strategi iklan, digunakan kemampuan mengubah kekerasan tersebut menjadi seakan bukan kekerasan.

3. Jika kekerasan tampak dalam tema yang selalu berulang, maka pengulangan itu akan mencetak ide bahwa iklan tersebut dapat mengubah dunia dan mampu mengubah konsumen. Iklan masuk ke dalam kehidupan sehari hari para konsumen dan dengan cara yang lembut tak terasa dapat memaksakan praktek dan sikap kepada setiap orang.

Contohnya di Indonesia adalah iklan rokok Sampoerna Mild dengan semboyan “jalan pintas dianggap pantas”, yang menggambarkan petinju yang tidak pernah berlatih, lalu pada saat pertarungan, ia memakai tongkat untuk memukul lawan-nya. Perilaku tersebut mengakibatkan persepsi penonton iklan tersebut menjadi “mencari jalan pintas” dalam melakukan segala hal.

Pornografi dalam Media/Pers

(19)

yang tidak jelas ucapannya. Selain karena kualitas rekaman yang minim, juga karena tertimpa suara siaran televisi. Video tersebut terlihat sudah hasil edit, karena terpotong-potong.

Kekerasan dalam Televisi

Empat dasar metode dalam merekam jenis dan kejadian kekerasan di televisi:

a. Kekerasan dalam televisi berkontribusi pada efek antisosial pada pemirsanya.

b. Terdapat tiga jenis utama efek menonton kekerasan di televisi: mempelajari sikap dan perilaku agresif, tidak sensitif terhadap kekerasan, meningkatkan ketakutan akan menjadi korban kekerasan

c. Tidak semua kekerasan menampilkan derajat efek berbahaya yang sama

d. Tidak semua pemirsa terpengaruh oleh kekerasan dengan cara yang sama.

Privasi dan Kerahasiaan/Konfidentialitas dalam Etika

Komu-nikasi dan Kepentingan Umum

(20)

Bentuk – bentuk pelanggaran privasi dapat digunakan catatan dari William Prosser yang pada tahun 1960 memaparkan hasil penelitiannya terhadap 300-an gugatan privasi yang terjadi. Pembagian yang dilakukan Prosser atas bentuk umum peristiwa yang sering dijaikan dasar gugatan privasi yaitu dapat kita jadikan petunjuj untuk memahami privasi terkait dengan media. Adapun peristiwa – persitiwa itu, yakni:

1. Intrusion, yaitu tindakan mengintervensi wilayah personal seseorang tanpa izin yang bersangkutan. Kasus terkait hal ini pernah diajukan oleh Michael Douglas dan istrinya Catherine Zeta Jones yang mempermasalahkan foto pesta perkawinan mereka yang diambil tanpa ijin oleh seorang paparazzi. Kegusaran Douglas timbul karena sebenarnya hal eksklusif pengambilan dan publikasi foto dimaksud telah diserahkan kepada sebuah majalah ternama.

2. Public disclosure of embarrassing private facts, yaitu penyebarluasan informasi yang memalukan tentang diri seseorang. Penyebarluasan ini dapat dilakukan dengan tulisan atau narasi maupun dengan gambar. Contohnya, kasus penyanyi terkenal Prince vs Out Magazine, Prince menggugat karena Out Magazine mempublikasi foto setengah telanjang Prince dalan sebuah pesta dansa. Out Magazine selamat dari gugatan ini karena pengadilan berpendapat bahwa pesta itu sendiri dihadiri sekitar 1.000 orang sehingga Prince dianggap cukup menyadari bahwa tingkah polanya dalam pesta diketahui oleh banyak orang.

3. Publicity which places some one false light in the public eye, yaitu publikasi yang mengelirukan pandangan orang banyak terhadap seseorang. Clint Eastwood telah menggugat majalah The National Enquirer karena mempublikasi foto Eastwood bersama Tanya Tucker dilengkapi berita “ Clint Eastwood in Love Triangle with Tanya Tucker”. Eastwood beranggapan bahwa berita dan foto tersebut dapat menimbulkan pandangan keliru terhadap dirinya.

(21)

pada tindakan pengambilan keuntungan sepihak atas ketenaran seorang selebritis.

Nilai privasi

1. Privasi memberikan kemampuan untuk menjaga informasi pribadi yang bersifat rahasia (mengontrol apa yang akan terjadi pada dirinya).

2. Privasi dapat melindungi dari cacian dan ejekan orang lain, khususnya dalam masyarakat dimana toleransi masi rendah, dimana gaya hidup dan tingkah laku aneh tidak diperkenankan, seperti kaum LGBT, penderita AIDS, dll karena hal ini dinilai sebagai kejahatan yang tidak menjadikan pembenaran bagi pelanggaran privasi.

3. Privasi merupakan mekanisme untuk mengontrol reputasi seseorang. Semakin banyak orang tahu tentang diri kita semakin berkurang kekuatan kita untuk menentukan nasib kita sendiri. Begitu privasi dilanggar, maka keduanya pun tidak dapat lagi mengontrol reputasi keduanya.

4. Privasi merupakan perangkat bagi berlangsungnya interaksi sosial. Berbagai regulasi yang mengatur penyusupan membuktikan bahwa privasi penting bagi interaksi sosial

5. Privasi merupakan benteng dari kekuasaan pemerintah.

Privasi sebagai nilai moral

Wacana privasi sebagai etika mempunyai unsur – unsur pokok, yaitu:

1. Kebebasan: unsur pokok dan utama dalam wacana privasi

2. Tanggung jawab: kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang mungkin timbul dari tindakan – tindakan

3. Hati nurani

4. Prinsip – prinsip moral dasar: tatanan yang perlu diketahui untuk memposisikan tindakan individu dalam kerangka nilai moral tertentu

Problematika privasi dalam media

(22)

1. Penyakit menular

Di Indonesia sendiri, pelanggaran privasi oleh media terlihat ketika kasus flu burung merebak dimana media massa sangat detail meliput identitas sang korban yang sudah pasti dilakukan tanpa izin.

2. Homo seksual

Orientasi seksual seseorang merupakan urusan privat. 3. Korban kejahatan seksual

Pada kondisi ini, praktik komunikasi dituntut untuk menjaga privasi korban kejahatan seksual, karena akan menambah derita korban berupa stigma sebagai perempuan yang tidak baik.

4. Tersangka di bawah umur

Pelanggar hukum dibawah umur perlu dilindungi privasinya, jadi hukumannya berupa rehabilitasi.

5. Bunuh diri

Bagian dari privasi seseorang karena begitu peristiwa itu terpublikasi, maka segalanya yang bersangkutan akan kehilangan harga dirinya di mata orang lain.

6. Kamera dan rekaman tersembunyi

Baik jurnalis maupun sumber harus berada pada wilayah publik, bukan dalam hubungan privat dalam kapasitas sebagai manusia.

Prinsip untuk terjadinya keseimbangan antara menghormati privasi seseorang dan kebutuhan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, antara lain:

1. Hormat terhadap pribadi dan tujuan peliputan (tidak boleh digeser menjadi komersial atau tujuan tendesisu lainnya)

2. Kegunaan sosial (insan media sejatinya adalah agen moral yang dapat memilah informasi mana yang berguna bagi audiensnya)

3. Keadilan (berkaitan dengan pertanyaan sejauh mana privasi subjek layak untuk diangkat)

4. Minimalisasi hal yang bisa menyakitkan bagi orang lain (ketika ada kepentingan yang lebih luas bagi masyarakat, maka peliputan mesti mempertimbangkan, apakah suatu detil memang diperlukan atau tidak)

(23)

Prinsip konfidensialitas (kerahasiaan) adalah kewajiban untuk menyembunyikan nama narasumber informasi atau informasi itu sendiri dari pihak ketiga dalam kondisi tertentu yang ditegaskan dalam perspektif komunikasi bahwa minimal ada 3 jenis hubungan yang meniscayakan konfidensialitas, yakni:

1. Janji cepat. Seperti ketika seorang jurnalis berjanji untuk tidak menyebutkan nama narasumber. Biasanya sering disebut off the record. 2. Hubungan yang memerlukan loyalitas. Contoh sopir dan majikannya, atau

teman karib. Walaupun tidak dinyatakan bahwa ini atau itu rahasia tapi dalam kedua hubungan tersebut masing – masing pihak harus tahu mana yang merupakan rahasia dan mana yang tidak.

3. Hubungan konfidensialitas yang dilindungi oleh hukum.

Konfidensialitas merupakan nilai yang harus dijaga, yakni:

1. Kemampuan untuk menyimpan rahasia merupakan perwujudan otonomi individu

2. Setiap orang butuh ruang pribadi. Konfidensialitas mewujudkan ruang pribadi

3. Konfidensialitas menumbuhkan rasa saling mempercayai

4. Konfidensialitas penting untuk mencegah tindakan menyakiti orang lain

5. Konfidensialitas merupakan saran untuk mewujudkan tujuan kelompok sosial

TANGGUNGJAWAB ETIS MEDIA ATAU PERS

Pers bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Tugas sebagai pelapor ini juga diwujudkan ketika pers kadangkala berperan sebagai alat pemerintah. Namun, media kerap dijadikan saluran untuk penyebaran pernyataan-pernyataan pemerintah yang sering dieksploitasi oleh tokoh-tokoh politik yang berkuasa. Selain sebagai pelapor, pers juga memiliki peran sebagai interpreter yang memberikan penafsiran atau arti pada suatu peristiwa.

KODE ETIK PERS

(24)

2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik

3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik

10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Media Baru dan Kebebasan Berekspresi Media/ Pers dan

Indi-vidu

(25)

de-wasa adalah Internet. Internet diakui bisa memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan terlebih bagi kebutuhan informasi masyarakat yang semakin hari se-makin bebas dan beragam, tetapi juga memunculkan dampak negatif yang menye-babkan degredasi moral generasi muda dan konsumsi media yang bersifat tidak edukatif. Contohnya masyarakat lebih memanfaatkan media untuk hiburan bukan yang sifatnya mendidik serta mengonsumsi konten-konten informasi di internet yang berbau kekerasan dan pornografi.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya media baru:

- Masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia cenderung lebih emosional. Contohnya : informasi yang dimuat di internet bisa mempengaruhi emosi publik secara keseluruhan dengan tampilan visual (gambar) ataupun sudut pandang penulis informasi online. - Tingkat diskriminasi meningkat di kalangan masyarakat. Contohnya:

isu terkini yang menjadi sorotan internet juga menjadi sorotan publik luas, isu tersebut tak lain adalah LGBT. Berbagai sudut pandang orang di seluruh dunia tentang LGBT bisa kita ketahui melalui konten yang dimuat di internet sehingga terjadi diskriminasi terhadap kaum ini. Bukan berarti di masa yang lalu LGBT tidak dipermasalahkan, tapi dengan internet suatu bentuk diskriminasi bisa terbentuk dengan cepat di seluruh pelosok dunia.

- Kebebasan berekpresi membuat kontrol diri semakin sulit

(26)

akhirnya Florence mendapatkan sanksi sosial yaitu penolakan atas keberadaannya oleh masyarakat Jogja, dikucilkan oleh lingkungan sosialnya, disoroti publik dan pemerintah setempat.

Media dan Informasi

Media atau pers mempunyai peran penting dalam penyampaian informasi ke pub-lik, terlebih lagi pada saat ini dimana orang-orang sangat bergantung pada sumber informasi yang terpercaya dari para jurnalis. Oleh karena itu, pers melakukan berbagai cara untuk memenuhi kewajibannya dalam menyajikan kebenaran. Tetapi di balik itu, terdapat 7 dosa pers, antara lain :

1. Distorsi informasi. 2. Dramatisasi fakta 3. Mengganggu privasi 4. Pembunuhan karakter 5. Eksploitasi seks 6. Meracuni pikiran anak 7. Penyalahgunaan kekuasaan

Di sisi lain, terdapat 9 elemen jurnalistik, antara lain : 1. Kewajiban jurnalisme adalah pada kebenaran.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah pada masyarakat/publik. 3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.

4. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan.

5. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat.

6. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting, menarik, dan relevan.

7. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif&proporsional. 8. Praktisi jurnalistik harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

Kebebasan dan Tanggungjawab Media Massa dan Individu

(27)

- Cerminan untuk media adalah cerminan dari masyarakat pengguna itu sendiri. Secara tak langsung masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam mekanisme kerja suatu media. Media bisa dinilai baik atau buruk berdasarkan penilaian masyarakat itu sendiri.

- Tujuan belajar kesadaran media (media literacy) adalah untuk memberdayakan individu-individu untuk mengontrol program media agar kita dapat memilah apa konten yang berguna dan tidak berguna.

Media mempunyai kemampuan dasyat

1. Media mampu gandakan pesannya : berita dapat dinikmati secara bersama-sama di seluruh tempat dalam waktu yang bersamaan. 2. Media mampu menciptakan opini publik : Melalui berita yang

dimuat oleh media memuncukan opini baik/buruk. Contohnya cinta segitiga antara Ahmad Dhani, Mulan Jamella, dan Maia Estianti memberikan kesempatan untuk media membentuk opini buruk kepada Mulan Jamella dan opini baik terhadap Maia Estianti sampai memunculkan banyak haters yang kontra pada Mulan. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kakuatan media sebagai control sosial.

3. Coverage yang luas

o Geografis : berita dapat dijangkau di seluruh wilayah di Indonesia, dan online (Global).

o Demografis : Dapat menjangkau semua gender, pendidikan, agama, dll.

o Psikografi : menjangkau semua kalangan dengan gaya hidup yang berbeda-beda sekalipun.

- Pandangan tentang kebebasan komunikasi

(28)

RESUME

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

PERTEMUAN 8 – 13

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan, kemudahan penggunaan dan pengalaman berpengaruh terhadap minat nasabah dalam menggunakan internet

Grafik Rerata Nilai pH Serbuk Effervescent Ekstrak Daun Mengkudu Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi asam malat memberikan pengaruh yang sangat nyata

pemrosesan, informasi pada lembar data keamanan ini tidak diperlukan untuk material yang baru dibuat. Referensi dan sumber literatur utama

IOS tergantung pada pengeluaran yang ditetapkan oleh manajemen di masa yang akan datang, dimana pada saat ini merupakan pilihan investasi yang diharapkan

Paparan data Pelaksanaan Tindakan ( Siklus 1) ... Tahap Perencanaan Tindakan ... Tahap Pelaksanaan Tindakan ... Tahap Observasi ... Observasi Peneliti dan Siswa ... Hasil Observasi

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Landasan Teori dan Program sebagai sidang akhir yang

Jika hasil kali ketiga bilangan tersebut adalah 216, suku pertama dan suku ketiga barisan tersebut berturut-turut adalah.. E-book ini hanya untuk

Dengan rasa kepahlawanan yang sangat tinggi membuat Will ingin selalu menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan untuk membela suatu keadilan buat semua