• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Dan Agama dan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Dan Agama dan 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A .Latar Belakang

Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Agama memang tidak mudah untuk di defenisikan karena agama mengambil bentuk yang bermacam-macam, namun semua orang berkesimpulan bahwa agama segala yang menunjukkan pada kesucian, rasa suci. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini. Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal

berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.”

Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.

Di samping itu, masih banyak tema-tema mendasar berkisar tentang hukum-hukum eksistensi di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam, dan semua ini yang hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat. Jika agama membincangkan tentang

(2)

apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.

Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud filsafat? 2. Apa yang dimaksud agama? 3. Apa perbedaan filsafat dan agama?

D. METODE PENULISAN

(3)

A. Pengertian Filsafat

Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.

Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat

mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu empiris. Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal hakikat yang ada.

Pengertian Agama

Kata agama dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi mempunyai makna antara lain: pahala dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat, kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan, cahaya, kehidupan hakiki, amar ma'ruf nahi munkar, amanat dan menepati janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal.

Agama ialah suatu sistem credo (tata keyakinan), ritus (peribadatan) dan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan alam lainnya sesuai tata ketentuan yang telah ditetapkan.

Menurut sumbernya agama dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Agama samawi (agama wahyu atau langit)

(4)

Contoh dari agama samawi salah satumya adalah islam. Agama islam adalah wahyu dari Allah yang diturunkan pada rosul-Nya sebagai suatu sistem keyakinan dan tata aturan yang mengatur segala pri kehidupan dan kehidupan manusia dalam hubungan nya dengan Tuhan, sesama makhluk maupun alam yang bertujuan mencari keridhoan Allah serta keselamatan dunia dan akhirat.

Agama islam bersumber dari kitab suci yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat manusia di atas planet bumi berupa Al quran sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya.

B. PERBEDAAN FILSAFAT DAN AGAMA Adapun titik perbedaanya adalah sebagai berikut :

Ilmu dan filsafat adalah hasil dari sumber yang sama yaitu : ra’yu (akal, budi, ratio, reason, nous,

rede, ver nunft) manusia. Sedangkan agama bersumber dari Wahyu Allah.

 Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyeledikan, pengalaman (empiri) dan

percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara

mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara redikal (mengakar), dan integral

(menyeluruh) serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan

tangannya sendiri yang disebut ’logika’ Manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran

dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari suatu

kepada kitab Suci, kondifikasi Firman Allah untuk manusia di permukaan planet bumi ini.

Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif, kebenaran filsafat ialah kebenaran

spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu

pengetahuan dan filsafat keduanya nisbi (relatif). Dengan demikian terungkaplah bahwa manusia

adalah mahluk pencari kebenaran. Di dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran

itu terdapat tiga buah jalan yang ditempuh manusia yang sekaligus merupakan institut kebenaran

yaitu : Ilmu, filsafat dan Agama. 1

C. Filsafat Dan Agama

(5)

Untuk membahas hubungan filsafat dengan agama dan peranannya terhadap agama, harus di selesaikan terlebih dahulu pengertian agama. Apa itu agama ?

Etimologi agama

Apabila kita kaji etimologinya, kata agama membawa kita kepada bahasa Sansekerta. Akar kata a-gam-a ialah gam, yang berarti pergi atau berjalan. Sansekerta adalah bahasa Indo Jerman. Dalam bahasa Belanda dan Inggris (kedua-duanya juga bahasa-bahasa Indo Jerman), kita temukan kata-kata ga (Belanda=gaan, dan Inggris=go) yang serumpun dengan gam dan berarti sama. Dengan ditambah dengan awalan a dan akhiran a, gam menjadi agama, yang berarti jalan. Kata agama dalam bahasa Indonesia kabur dan kacau pengertiannya. Umumnya ia

diekuivalenkan orang dengan religi (religion) kata religi sebagai istilah ilmu telah tertentu artinya.

Tiga cara religi. Paling kurang ada tiga cirri yang ditemukan pada tiap religi. i. Percaya kepada yang kudus.

ii. Melakukan hubungan dengan Yang Kudus itu dengan ritus (upacara), kultus (pemujaan), dan permohonan.

iii. Doktrin tentang Yang Kudus dan hubungan itu.

iv. Biasanya ada cirri yang ke-4, yaitu sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga cirri tersebut.

\Apabila yang Kudus itu dipercayai sebagai pribadi, yakni Tuhan (God), maka kata religi dalam bahasa Belanda berubah menjadi godsdients (kebaktian kepada Tuhan)

Agama dan kebudayaan

Apakah agama itu masuk kebudayaan atau tidak, terdapat pertikaian antara ilmu dan Islam. Sepanjang kita bicara tentang agama Islam, adalah agama itu bukan bagian dari kebudayaan Islam. Tetapi kalau kita berbicara tentang agama bukan-Islam, Islam dapat menerima teori ilmu. Hal ini baru dapat dipahami setelah menelaah-agama yang ada atau pernah ada.

Ada dua kategori agama (lihat, Perenggan 1)

i. agama budaya (yang disebut oleh kepustakaan Barat dengan natural religion) ii. Agama langit (disebut oleh kepustakaan tersebut dengan revaled religion)

Diantara banyak perbedaan antara kedua jenis agama itu, ada sejumlah perbedaan pokok, yang dapat menunjukkan kepada kita, apakah suatu agama jenis yang pertama atau kedua.

Ciri-ciri agama budaya:

i. Tidak disampaikan oleh Nabi atau Rasul Tuhan, tidak dapat dipastikan bila lahirnya.

(6)

iii. Sistem merasa dan berpikir agama inheren dengan sistem merasa dan berpikir tiap segi kehidupan (faset kebudayaan) masyarakat.

iv. Berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yang menganutnya.

v. Kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tak tahan terhadap akal; mengenai alam nyata dibuktikan ilmu kekeliruannya; mengenal alam gaib, tak termakan oleh akal.

vi. Konsep ketuhanannya bukan serba-esa tuhan.

Ciri-ciri agama langit:

i. Disampaikan oleh Rasul Tuhan (Utusan Tuhan), dengan pasti dapat dinyatakan waktu lahir agama.

ii. Memiliki Kitab Suci yang diwariskan Rasul tuhan dengan isi yang serba-tetap.

iii. Sistem merasa dan berpikirnya tidak inheren dengan system merasa dan berpikir tiap segi kehidupan (faset kebudayaan) masyarakat yang menganutnya, bahkan dikehendaki sistem merasa danberpikir tiap faset kehidupan, takluk atau mengarah kepada sistem brpikir dan merasa agama.

iv. Tidak berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yang menganutnya, sebaliuknya justru mengubah mentalitas penganutnya.

v. Kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata, manakala ilmu sampai ke ujung perkembangannya, terbukti kebenaran agama itu; mengenai alam gaib terterima oleh akal.

vi. Konsep ketuhanannya serba-esa tuhan.

Agama budaya=filsafat.

Yang mengenai agama budaya, jelas sekali betapa agama itu dilahirkan oleh filsafat. Agama-agama bersahaja dilahirkan oleh filsafat masyarakat bersahaja itu tentang dunia gaib, alam dan manusia, hidup dan mati, ketakutan dan har2apan, manusia dan akhirat. Pada agama Tao jelas

sekali pengaruh filsafat Lao Tze . Agama Kong Hu Cu dibentuk oleh filosof Kong Hu Cu. Antara agama Sinto dan filsafat bangsa Jepang jelas sekali hubung dan saling-pengaruhnya.

Filsafat agama bertolak dari yang gaib, yang di perperangi oleh hati, membawanya dengan berpikir ke alam budi. Tuhan Yang Maha Gaib, penunjukkan-Nya secara gaib atas seseorang menjadi Rasul-Nya, penurunan wahyu-Nya secara gaib, dan wahyu-wahyu itu sendiri yang berasal dari Yang Maha Gaib, yang member peringatan, member petunjuk dan menceritakan tentang yang gaib, dan lain-lain … kesemuanya itu dibenarkan oleh hati, sehingga menjadi kepercayaan, selanjutnya dibawa berpikir oleh budi, seingga daspat diterima oleh budi itu. Berbeda fungsi budi dalam agama budaya dari pada agama langit. Dalam agama budaya, hasil budi menjadi agama. Dalam agama langit, kepercayaan agama yang diwahyukan dibawa ke alam budi. Pemikiran budi itu yang sistematis, radikal dan universal tentang wahyu membentuk filsafat agama.

(7)

Filsafat Agama

Bertolak dari definisi filsafat, adalah takril filsafat agama: sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang di

persoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan berdisiplin) dan bebas. Ada dua bentuk filsafat agama, yakni filsafat pada umumnya dan filsafat sesuatu agama.

Dasar-dasar agama itu merupakan pokok-pokok kepercayaan atau konsep tentang ketuhanan, alam, manusia, baik dan buruk, kejahatan hidup dan mati, dunia dan akhirat, hubungan manusia dengan tuhan, ruh dan lain-lainnya. Pada Islam dasar-dasar itu disebut Arkanul iman,Tiang-tiang Iman, terdiri atas enam sila:

i. Yakin kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. ii. Yakin kepada malaikat-mailakat.

iii. Yakin kepada kitab-kitab Suci. iv. Yakin kepada Rasullah-rasullah. v. Yakin kepada akhirat.

vi. Yakin kepada qadar, yang baik dan buruknya berasal dari Tuhan.

Yakin kepada Allah akibat logisnya yakin kepada Malaikat-malaikat yang diciptakan Allah untuk tugas-tugas tertentu. Salah satu tugas malaikat (Jibril) menyampaikan wahyu, yang membentuk kitab suci.

Teologi atau Ilmu Agama

Ilmu agama atau teologi juga membahas dasar-dasar agama, seperti yang dilakukan oleh filsafat agama. Teologi membahas dasar-dasar agama tertentu, misalnya teologi Islam, teologi Nasrani, teologi Yahudi. Perbedaan teologi dengan filsafat umum ialah:

i. Teologi tidak mempersoalkan kebenaran ajaran agama yang dibahasnya karena ajaran itu telah diterimanya sebagai kebenarannya; yang dikerjakannya ialah memberikan penjelasan, ulasan, kadang-kadang juga tafsiran tentang ajaran agama itu. Ketika ia memberikan tafsiran, menjadi kaburlah pembahasan antara teologi suatu agama dan filsafat agama itu.

ii. Filsafat agama umum tidak terikat pada dasar-dasar agama. Pembahasannya tentang ajaran-ajaran agama mungkin sampai kepada pembenaran agama atau mengingkari kebenarannya. Filsafat agama dapat menjadi senjata itu mungkin menjadi boomerang, karena ia mungkin pula menyerang apa yang tadinya hendak di pertahankan.

Teologi dalam pembahasannya terbelah dalam dua aliran. Aliran tradisional, bertolak dari ajaran agama sebagai kebenaran, dan memberikan penjelasan dan penafsiran tentang ajaran itu. Aliran liberal membahas dan menafsirkan dasar-dasar agama secara analitis dan kritis. 3

Apabila aliran ini sampai kepada sifat ekstrim, sehingga tidak terikat pada kepercayaan kebenaran dasar-dasar itu, ia sesungguhnya sudah berubah menjadi filsafat. Seperti telah

(8)

dinyatakan oleh definisi filsafat, pemikitan filsafat bersifat radikal.

Teologi natural, yang di Inggeris melahirkan deisme, mendasarkan teologinya pada pemikiran akal, dan bukan pada wahyu dari Tuhan atau dari Hadis Rasul-Nya disebut oleh Islam:naqal. Jadi naqal berasal dari Tuhan dan akal dari manusia. Kepercayaan teologi natural tidak berasal dari naqa, tetapi dari akal. Misalnya adanya Tuhan, diciptanya alam dan manusia oleh Tuhan, keabdian hidup, adanya masa akhirat nanti, nilai dosa dan pahala, penentuan nasib manusia, bukanlah dasar-dasar yang diberikan oleh naqal, tapi yang disimpulkan oleh akal. Teologi itu dikandung oleh nature (alam) itu sendiri. Lawan dari teologi natural ialah teologi supernatural. Teologi supernatural berdasarkan wahyu . wahyu tidak berasal dari alam, tapi dari luarnya. Yang di luar alam itu ialah Tuhan. Dengan demikian ia berasal dari Tuhan.

Teologi natural melahirkan agama budaya, sedangkan teologi supernatural membentuk agama langit.

Akal dan Wahyu

Akal dan wahyu jadi sumber pengetahuan dan alat untuk mencapai kebenaran. Demikian

pendapat umum filosof –filosof Islam. Banyak nas-nas Qur’an dan Sunnah-Hadis yang menurut lahirnya bertentangan dengan filsafat. Menurut Ibnu Rusyd nas-nas itu dapat ditafsirkan,

sepanjang aturan-aturan takwil dalam bahasa Arab, seperti pula kata-kata Syara’ dapat ditafsirkan menurut aturan-aturan fikih.

Tuhan menjadikan manusia bertingkat-tingkat. Wajarlah kalau si ajaran agama berbeda-beda, agar dapat dipahami oleh semua orang. Ada golongan yang cukup mempunyai iman, sesuai dengan lahir nas dan memahaminya menurut kesanggupannya. Tujuan Syara’ bukan

mengajarkan hakikat semata-mata, tapi yang terpenting ialah amalan mendirikan keutamaan, menyuruh yang baik dan mencegah yang buruk.

Syarat-syarat takwil.

Ibnu Ruyd menetapkam syarat-syarat takwil sebagai berikut:

i. Tiap orang mesti menerima prinsip-prinsip Syara’ menjalankannya dan menyadari bahwa Syara’ melarang untuk memperkatakan hal-hal yang tidak disinggungnya.

ii. Yang berwenang melakukan takwil hanya golongan filosof, mereka yang dalam ilmunya. Takwil tidak boleh dikerjakan oleh ulama-ulama fikih, karena mereka terbatas ilmunya dan berbeda-beda pendapatnya, sedangkan merekalah yang jadi penyebab perpecahan di kalangan umat Muslimin.

iii. Hasil takwil hanya bisa dikemukakan pada golongan pemakai qiyas-burhani, bukan kepada orang-orang awam. Kalau takwil itu benar, orang awam tak mampu memahaminya. Kalau takwil itu salah, orang awam itu akan tersesat. Dengan demikian bagi orang banyak tersedia Syara’ saja, sedangkan hakikat dan yang terpendam dari nas-nas adalah untuk filosof-filosof. Dengan jalan demikian kesatuan dalam lingkungan agama terpelihara, perbedaan aliran-aliran akan sirna. 4

(9)

iv. Di kalangan kaum Muslimin sudah ada kesepakatan, bahwa Syara’ terbagi menjadi tiga: a. bagian yang harus di artikan menurut lahirnya.

b. bagian yang harus ditakwilkan. c. bagian yang masih di perselisihkan.

Demikianlah Ibnu Rusyd mendudukkan filsafat dalam Islam. Syara’dengan arti lahir teruntuk orang banyak. Dalam arti batinnya, ia teruntuk bagi kaum berpikir.

Kedudukan akal

Pertalian antara filsafat dan agama berkisar sekitar kedudukan akal. Ada yang mengatakan, bahwa agama memerlukan akal untuk menjelaskan dan mempertahankannya. Ada pula mengatakan, akal jadi penghubung antara manusia dengan Tuhan. Tugas filsafat sebagai

pekerjaan akal semata-mata, menjelaskan kebenarkebenaran agama dan memberikan alas an-alasannya. Akal itu terbatas kemampuannya. Apabila batas itu tidak dapat dilaluinya, maka ia harus menuju dan berlindung kepada wahyu, misalnya dalam soal-soal alam langit.

Sebagaimana mesranya hubungan filsafat dan ilmu, demikian pula hubungan filsafat dan agama. Filsafat berusaha mendapatkan pengertian yang satu dan lengkap tentang dunia, sedangkan agama berusaha lebih dari itu. Agama berusaha memastikan kesatuan yang seibang antara manusia dan dunia, terutama antara individu dan Tuhan. Tiap agama mempuyai kepercayaan tentang alam, penciptanya, konstitusinya dan tujuan akhirnya. Tetapi pusat perhatiannya bukan pada segala sesuatu itu, melainkan hubungan kita dengan sesuatu itu. Pengetahuan tentang tuhan adalah penting, tapi lebih penting lagi mendapatkan rida-Nya dan perlindungan-Nya. Karena itulah inti agama, setelah percaya kepada Tuhan, wajib melakukan hubungan dengan dia (dengan ritus dan kultus) untuk mendapatkan rida-Nya dan perlindungan dari-Nya (dengan

permohonan).

(10)

Tujuan ilmu, filsafat, agama.

Ilmu, filsafat, agama bertujuan sama, yaitu memahami dunia, Tetapi tujuan kepemahaman itu berbeda-beda.

i. Dalam ilmu tujuan itu hanya teori atau pengetahuan demi pengetahuan, umumnya pengetahuan itu diabadikan untuk tujuan-tujuan ekonomi praktus.

ii. Dalam filsafat tujuan itu ialah cinta kepada pengetahuan yang bijaksana, dengan hasil kedamaian dan kepuasan jiwa.

iii. Dalam agama tujuan itu damai, keseimbangan, penyesuaian, keselamatan, dirangkum dengan satu istilah dalam Islam:salam

Sering filsafat dan agama meperkatakan ide-ide yang sama, misalnya ruh, asal dan tujuamnya, rohaniah, Tuhan dan ciptaan-Nya , kelamjutan kehidupan ruh setelah jasad mati dan sebagainya. Tetapi perhatian antara kedua itu berbeda, yang pertama bersifat teori dan intelektual, sednagkan yang kedua bersifat emosional dan abadi.

Efek filsafat pada agama

Sering timbul pertanyaan apa efek kajian filsafat terhadap kepercayaan agama. Kajian filsafat dapat mengganggu kepercayaan agama, terutama manakala kepercayaan agama seseorang sempit dan tidak ada tolak-angsurnya.

Filsafat juga dapat mengganggu kepercayaan seseorang yang beragama budaya. Agama budaya adalah hasil filsafat. Studi filsafat dapat menimbulkan pertentangan antara dua filsafat.

Sekalipun filsafat dan agama sama-sama mengabdi kepada kebenaran, terdapat perbedaan besar kedudukan kebenaran itu dalam lapangan masing-masing. Pada filsafat kebenaran itu terletak di ujung. Ia mulai dengan ke sangsian, berpikir selangkah demi selangkah dengan teratur, sadar dan konsisten, untuk akhirnya diujung pemikiran sampai kepada kebenaran. Pada agama kebenaran itu terletak pada pangkal. Ia mulai dengan kepecayaan, setelah itu baru ia berpikir. Dan

pemikiran itu tidak boleh lepas dari pangkal itu. Kesangsian itu menyuburkan filsafat. Apabila kesangsian itu lenyap, filsafat itu berhenti. Apabila seseorang sangsi pada agamanya, bermakna ia tengah meninggalkan kepercayaa.

Persamaan filsafat dan agama

Persamaan lain antara filsafat dan agama ialah, masing-masing merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilai etika. Perbedaan nya lagi dalam hal ini, nilai-nilai etika filsafat merupakan produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan oleh Tuhan. Pada agama budaya sesungguhnya ia masih produk akal juga. Pada agama langitlah baru dapat dikatakan sebagai ketentuan Tuhan, sepanjang di percayai bahwa agama langit dibentuk oleh wahyu, sedangkan agama budaya dilahirkan oleh filsafat.

(11)

Nilai dalam filsafat dan agama.

Laku perbuatan baik mendapat nilai pahala, sebaliknya laku perbuatan buruk memperoleh nilai dosa. Nilai pahala itu baru terujud di akhirat dalam bentuk surga. Sebaliknya nilai dosa dalam bentuk neraka.

Nilai-nilai etika filsafat berubah-ubah menurut ruang dan waktu, seirama dengan perubahan cara berpikir dan merasa manusia. Sedangkan nilai-nilai etika agama (agama langit) mengatasi ruang dan waktu, abadi, bahkan mengatasi perahlian dunia kepada akhirat. Ia mutlak, karena berasal dari Yang Mutlak pula. Dan laku perbuatan etika menurut agama itu, adalah pasti.

(12)

A. Kesimpulan

Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah

kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.

B. SARAN

(13)

Daftar Pustaka

H.A. Dardiri. Filsafat dan Logika, Jakarta : Press. Rajawali.1986. Tafsir Ahmad. Filsafat Umum. Bandung : Rosdakarya.1994.

Gazalba Drs. Sidi Sistematika filsafat, Jakarta:PT Bulan Bintang.1992

Internet:

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menguji secara empirik Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri pada Gelandangan dan Pengemis

Berdasarkan hasil skoring dari akumulasi tingkat keberlanjutan dari lima aspek (infrastruktur, lingkungan, ekonomi, sosial, dan kelembagaan) dimana tidak berkelanjutan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan kedisiplinan pengumpulan tugas dengan menggunakan aplikasi Google Classroom pada siswa kelas IVB SD

Potensi di bidang industri pertambangan tersebut membutuhkan strategi perencanaan dan pengembangan yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan beberapa aspek,

(1) Tanah gambut atau tanah organik adalah tanah yang berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak

Panjang antrian RIO-D meningkat sesuai dengan jumlah penambahan sampai 20 sumber dan stabil untuk jumlah sumber 15 dan 20, tetapi rata-rata ukuran antriannya masih lebih

Manajemen telah menjalankan sistem pengendalian intern secara jelas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat/pelaksana dalam rangka pengendalian risiko

Pembelajaran konsumen terhadap minuman isotonic merek Mizone lebih terbentuk karena pengalaman diri sendiri dan media iklan di televisi, sehingga apabila pengalaman