• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja - Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja - Analisis Diskriminan Dalam Menentuka Faktor Dominan Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi (studi kasus : SMA Prayatna Medan)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional social dan fisik. Remaja adalah seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap keberikutnyadan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah – masalah. (Hurlock,1998).

Masa remaja merupakan awal masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan. Dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis maupun secara social (Hurlock, 1973). Drs. Andi Mappiere dengan mengutip lengkap dari Elisabeth B Hurlock, menulis tentang adanya sebelas masa rentan kehidupan.

1. Prenata : Saat konsepsi sampai lahir

2. Masa neonatal : Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir 3. Masa bayi : Akhir minggu kedua sampai akhir minggu kedua 4. Masa kanak - kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun

5. Masa kanak – kanak akhir : Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun 6. Pubertas pra-adolesen : Sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai

empat belas tahun

7. Masa remaja awal : Tiga belas tahun atau empat belas tahun

sampai tujuh bekas tahun

(2)

Menurut parapsikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang berlangsung antara umur 13 tahun sampai dengan 21 tahun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa pendewasaan diri yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.

2.2Kenakalan remaja

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Menurut Sudarsono kenakalan adalah: “Bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat.” Dengan demikian masalah-masalah sosial yang timbul karena perbuatan remaja dirasakan sangat mengganggu, dan merisaukan kehidupan masyarakat, bahkan sebagian anggota masyarakat menjadi terancam hidupnya.

2.2.2 Gejala – gejala yang mengarah kenakalan remaja

Adapun beberapa gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut:

(3)

b. Anak-anak yang suka atau biasa menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau disekolah.

c. Anak-anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mereka mengalami masalah dan tidak sanggup mencari jalan pemecahannya. Kondisi ini akan menyebabkan anak mencari jalan kearah yang sering bersifat negatif, misalnya minum-minuman keras, dan menggunakan narkotika untuk menghilangkan masalah yang dihadapi. Akibatnya, kondisi hidupnya makin hancur.

d. Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah dalam bentuk melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.

e. Anak-anak yang suka dusta dan bohong. Dusta dengan penyimpangan perilaku ini cenderung mempunyai kaitan yang erat. Suatu kecenderungan umum apabila anak itu mempunyai mental suka dusta atau pembohong, dia akan suka atau sering melakukan tindakan yang menyimpang.

2.2.3 Jenis - jenis kenakalan remaja

Beberapa jenis kenakalan remaja yang sering terjadi dalam kehidupan adalah sebagai berikut.

1. Penentangan

Persamaan sifat seluruh remaja di dunia, yakni cenderung menentang otoritas orang tua. Transisi menuju kebebasan yang lebih besar pada masa remaja sangat bergantung pada sikap dan kerelaan orang tua. Penegakan disiplin diperlukan, tetapi harus disertai dengan kesabaran dan argumentasi rasional. Inti dari pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi, dan perhatian orang tua.

2. Perkelahian

(4)

menunjukan keberanian terutama dalam bentuk perkelahian. Contohnya: Tawuran.

3. Narkoba

Remaja banyak yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang mulai dari obat-obat psikotropika sampai narkoba, sebagai pemakai ataupun pengedar. Sebenarnya para remaja hanyalah korban permainan orang-orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan mereka. Contohnya : penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

4. Tindak Kriminal

Pada banyak kota besar di Indonesia tiada hari tanpa perkelahian anak-anak pelajar remaja. Bahkan banyak pelajar remaja sudah terlibat perbuatan kriminal berat, seperti penodongan, penganiayaan, pemerasan, perampasan, pemerkosaan, pelecehan, dan pembunuhan.

2.3 Faktor - faktor yang menyebabkan kenakalan remaja

Berikut ini merupakan faktor–faktor yang menyebabkan kenakalan remaja adalah

1. Kurangnya perhatian orang tua

(5)

yang temperamental menjadi anak yang nakal. Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan dalam perkembangan prestasi si anak, dengan cara menanyakan tugas si anak merupakan salah satu cara untuk membentuk si anak menjadi rajin belajar dan berprestasi.

2. Broken home (Perceraian orang tua)

Salah satu penyebab broken home adalah perceraian orang tua, sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur.

Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Suasana kenyamanan rumah dapat menimbulkan si remaja untuk belajar lebih giat lagi.

3. Interaksi (hubungan) orang tua dan anak

(6)

a. Orang tua mengabaikan perasaan anak

b. Orang tua meletakkan kepentingan anak dalam rangka mengeja kepentingannya sendiri

c. Orang tua minim perhatian.

d. Orang tua mengkritik, menghakimi atau menyalahkan anak-anaknya.

4. Pengaruh teman

Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004) menunjukkan bahwa pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005) bahwa pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan (attachment). Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan dekat dan berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk terlibat dalam kenakalan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara dini (Billy, Rodgers, &Udry, dalam Santrock, 2004). Sementara itu, remaja alkoholik tidak memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya dan memiliki kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang lain (Muro & Kottman, 1995).

(7)

ketergantungan terhadap teman mereka tersebut, dan berpikir slalu mengandalkan teman mereka.

5. Masalah yang dipendam

Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak terbuka pada orang tua sehingga merek merasa bahwa mereka mampu mengatasi masalah itu sendiri. Ternyata mereka tidak sanggup. Contoh masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka tidak mau menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi yang mereka lakukan adalah memendam dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke hal-hal yang tidak baik seperti mabuk-mabukan, merokok,dll. Ketidaktahuan mereka akan penyelesaian masalah mereka, terkadang membuat mereka jadi malas melakukan apa yang bisa mereka lakukan.

6. Problema waktu luang

(8)

7. Kurangnya pemahaman dasar dasar tentang agama

Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) anak-anak sedang mengalami goncangan jiwa, manakala jiwa mereka tertekan dan mengalami ketegangan, sering mereka tidak mampu lagi mengendalikannya secara stabil, maka sering tindakan delikulen dimunculkan dalam perilaku sebagai wujud penyaluran goncangan jiwa tadi. Masalah kesehatan / ketenangan jiwa adalah masalah erat kaitannya dengan masalah supra logis, yaitu keimanan dan kepercayaan yang merupakan awal beragamanya seseorang.

Keimanan dan kepercayaan ini menjadi integral dari kepribadian, asal bukan pengakuan di lisan semata, sebab penyelewengan-penyelewengan yang datangnya dari orang-orang yang mengaku ber Tuhan itu karena kurang tertanamnya jiwa agama (mental religius) dalam kepribadiannya. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang memperhatikan hal ini. Terkadang dalam diri si remaja yang tak takut akan dosa mereka sering melakukan dosa, yang mereka anggap kecil seperti menyontek. Karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan.

8. Kondisi ekonomi

(9)

Kesemuanya itu menyebabkan para ibu lupa pada tugasnya sebagai pendidik, mereka tidak sempat memberikan perhatian, tuntunan dan kasih sayang yang wajar terhadap anak-anaknya. Kenyataan kita semua kebanyakan keluarga kaya mempercayakan pemeliharaan anak-anak mereka kepada pembantu yang pendidikannya relatif rendah, dimana mereka kurang mengerti bagaimana memelihara/mendidik anak yang baik. Sementara orang tua yang beranggapan bahwa anak cukup hidup hanya dengan diberi uang, perhiasan dan segala macam kebutuhannya tanpa mengingat kebutuhan rokhaniah anak. Contoh ekonomi rendah adalah orang tua yang tidak mampu membeli buku untuk anaknya, ini sering kali berdampak kepada si remaja menjadi malas untuk belajar dan mengembangkan prestasinya.

9. Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern

Teknologi informasi dan komunikasi sudah ada sejak zaman modern. Teknologi trsebut biasa dikenal dengan komputer, internet dan lain-lain. Komputer sejak dulu sudah sering digunakan di semua kalangan, di kalangan pelajar sekarang juga sudah banyak yang menggunakan komputer untuk pelajaran. Dan alat canggih tersebut juga sudah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang pekerjaaannya bersangkut paut dengan alat tersebut. Apa lagi sekarang juga sudah ada alat komputer yang lebih praktis di bawa kemana-kemana yaitu laptop. Laptop tidak hanya digunakan orang-orang penting saja, pelajar pun mamakai laptop untuk proses belajar mengajar.

(10)

Tetapi ada juga yang salah menggunakannya, misalnya untuk membuka situs-situs yang berbau pornografi. Biasanya hal tersebut di lakukan para siswa zaman sekarang. Sebaiknya sebagai remaja/pelajar yang mengaku berpendidikan, tidak membuka situs-situs yang berbau tersebut. Itu akan sangat meruusak otak kita dan akan mencemari otak kita.

2.4 Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007)

a. Variabel kontinu

Variabel Kontinu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dengan desimal yang tidak terbatas.

b. Variabel descrete

Variabel descrete adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.

c. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel output, variabel terpengaruh, variabel terikat atau variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dan disebut variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent. d. Variabel Independent

Variabel ini sering disebut variabel stimulus, predictor, variabel pengaruh atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

e. Variabel Moderator

(11)

f. Variabel aktif

Variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti dinamakan variabel aktif. g. Variabel atribut

Ada juga variabel variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan. Variabel demikian dinamakan variabel atribut.

2.5Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima dapat berbentuk berupa angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya (Andi Supangat,2007)

2.5.1 Menurut Sifatnya

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau berwujud pernyataan-pernyataan bukan dalam bentuk angka. Biasanya bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Biasanya bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh orang lain.

2.5.2 Menurut Cara Perolehannya a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu instansi yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.

b. Data sekunder

(12)

dengan sengaja melakukan pengumpulan data atau instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian

2.5.3Menurut Waktunya

a. Data silang (cross section data) merupakan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan/kegiatan pada waktu tersebut

b. Data berkala (time series data) merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu.

2.6 Skala Pengukur

Bentuk-bentuk model skala pengukur yang sering digunakan dalam penelitian ada 5 (lima), yaitu:

a. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur dan dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

a. 5 = Sangat setuju (SS)

b. 4 = Setuju (S) c. 3 = Ragu – Ragu (RG

d. 2 = Tidak Setuju (TS)

(13)

b. Skala Gruttman

Skala Gruttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

c. Skala Diferensial Semantik

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub).

d. Skala Rating (Rating scale)

Berbeda dengan ketiga skala diatas, jika skala likert, skala gruttman, dan skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

e. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10 tetapi nilai- nilainya tidak diketahui responden.

2.7Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Supranto, 2010). Teknik sampling secara statistik dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk menentukan jumlah sampel, sehingga setiap sampel terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya. Metode slovin dipilih sebagai teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai berikut (Arikunto, 2010):

2

1 Ne N n

 

(14)

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

2.8 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini untuk uji validitas pengumpul data dengan menggunakan metode uji regresi linear, dengan cara regresi linear dapat diketahui uji normalitasnya, atau bisa disebut dengan uji validitas data secara keseluruhan. Dan dikatakan valid jika Rhitung > Rtabel.

2.9Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkanTeknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Brown, yaitu :

𝑟11 = 2𝑟𝑏 1 + 𝑟𝑏

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas rb = nilai validitas ( rhitung)

2.10 Analisis Korelasi

(15)

dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation.

Tujuan dilakukan analisis korelasi antara lain ialah:

a) Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antarvariabel. b) Bila sudah ada hubungan, maka dapat digunakan untuk melihat tingkat

keeratan hubungan antarvariabel.

c) Dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti.

Tinggi-rendah, kuat-lemah atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang disebut angka indeks korelasi atau coefficient of correlation, yang disimbolkan dengan ρ

atau r. Koefisien korelasi untuk data populasi disimbolkan dengan ρ, sedangkan korelasi untuk data sampel disimbolkan dengan r. Angka korelasi berkisar antara

0<r<1. Perhatikan tanda plus minus (±) pada angka indeks korelasi. Tanda plus minus pada angka indeks korelasi ini fungsinya hanya untuk menunjukkan arah korelasi jadi bukan sebagai tanda aljabar. Apabila angka indeks korelasi bertanda plus (+) maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah dan apabila angka indeks korelasi bertanda minus (-), maka korelasi tersebut negatif berlawanan arah, serta apabila angka indeks korelasi sama dengan 0, maka hal ini menunjukkan tidak ada korelasi. Dengan demikian, arah korelasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bersifat satu arah dan yang sifatnya berlawanan arah.

Apabila terdapat dua buah variabel yaitu X dan Y yang keduanya memiliki tingkat pengukuran ordinal maka koefisien korelasi yang dapat dipergunakan ialah koefisien korelasi product moment dan angka indeks korelasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

𝑟𝑥𝑦 = 𝑛(∑𝑋𝑌) − (∑ 𝑋. ∑ 𝑌)

(16)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor pertanyaan

Y = skor total

n = jumlah sampel

Untuk menentukan valid/tidaknya suatu instrumen dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai koefisien (r) pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan sebesar 95 %.

Apabila rxy ≥ rtabel → valid dan apabila rxy< rtabel → tidak valid

2.11 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan teknik menganalisis data, kalau variabel tak bebas (criterion) merupakan kategori (non-metrik, nominal atau ordinal, bersifat kualitatif) sedangkan variabel bebas sebagai prediktor merupakan metrik (interval atau rasio, bersifat kuantitatif) (Supranto, 2004). Analisis diskriminan mirip dengan regresi linear berganda (multivariable regression).Perbedaannya, analisis diskriminan dipakai kalau faktor dependennya kategoris (maksudnya kalau menggunakan skala ordinal ataupun skala nominal) dan faktor independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).Sedangkan dalam regresi independen, bisa metrik maupun nonmetrik. Model analisis diskriminan adalah sebuah persamaan yang menunjukkan suatu kombinasi linier dari berbagai variabel independen, Simamora (2005).

Model Analisis Diskriminan dapat ditulis sebagai berikut ini :

𝐷𝑖 = 𝑏0+ 𝑏1𝑋𝑖1+ 𝑏2𝑋𝑖2+ 𝑏3𝑋𝑖3+ ⋯ + 𝑏𝑗𝑋𝑖𝑗 + ⋯ + 𝑏𝑘𝑋𝑖𝑘

Keterangan :

(17)

𝑏0 = Intersep

𝑏𝑖 = Koefisien (slope kemiringan) dari variabel atau atribut ke j.

𝑋𝑖𝑗 = Variabel bebas/prediktor ke-j dari responden ke-i, disebut juga atribut.

Analisis diskriminan berguna untuk menganalisis data kalau variabel criterion atau dependent (tak bebas) berupa kategori/non-metrik/kualitatif dan variabel bebas atau prediktor merupakan skala interval (kuantitatif,hasil penilaian/rating). Kalau variabel tak bebas (dependent) terdiri dua kategori, disebut analisis diskriminan dua kelopmok, sedangkan kalau variabel dependet lebih dari dua kategori disebut analisis diskriminan berganda.

Analisis diskriminan dapat digunakan jika variabel dependen terdiri dari dua kelompok atau lebih kelompok. Pengelompokkan pada analisis ini bersifat apriori, artinya seorang peneliti sudah mengetahui sebelumnya individu atau objek mana saja yang masuk ke dalam kelompok 1, 2, dan 3.Analisis diskriminan memiliki kemiripan dengan regresi linier berganda (multivariable regression). Perbedaannya ialah analisis diskriminan dipakai jika variabel dependennya kategori (menggunakan skala ordinal ataupun nominal) dan variabel independennya menggunakan skala metrik (interval dan rasio).

(18)

2.11.1 Hal-hal pokok tentang analisis diskriminan

Bentuk multivariat dari analisis diskriminan ialah dependen sehingga variabel dependen ialah variabel yang menjadi dasar pada analisis diskriminan. Variabel dependen bisa berupa kode grup 1 atau grup 2 atau lainnya. Tujuan dilakukannya analisis diskriminan ialah:

a) Menentukan secara statistik ada perbedaan yang bermakna, mengenai nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (populasi) yang terlebih dahulu diketahui dengan secara jelas dan mantap pengelompokannya.

b) Menetapkan prosedur-prosedur untuk mengelompokkan satuan-satuan statistik (individu atau objek) ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan nilai- nilai dari beberapa peubah.

c) Menentukan peubah-peubah bebas yang memberikan sumbangan terbanyak untuk membedakan nilai tengah dari dua atau lebih kelompok (Hair et al, 1988).

2.12 Langkah – Langkah Analisis Diskriminan

Langkah-langkah dalam analisis diskriminan ialah sebagai berikut:

1. Pemilihan variabel dependen dan independen

Variabel dependen merupakan variabel kategorik sedangkan variabel independen merupakan variabel numerik. Bedasarkan jumlah kelompok variabel dependen yang dalam hal ini harus mutually exclusive dan exhaustive, analisis diskriminan dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Analisis diskriminan dua kategori/kelompok, dimana variabel dependen dikelompokkan menjadi 2 (dikotomi), diperlukan satu fungsi diskriminan.

(19)

lebih dari 2 kelompok (multikotomi), diperlukan fungsi diskriminan sebanyak (k-1) kalau ada k kategori.

2. Melakukan uji equality

Untuk memenuhi asumsi bahwa semua variabel independen harus equal dilihat pada significancy dari Wilk’s Lambda jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa variabel equal. Untuk melihat bahwa variabel tersebut equal, juga dilihat dari group covariance adalah relative sama.

3. Pembentukan fungsi diskriminan

Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan:

1. Direct Method (Simultaneous Estimation), dimana semua variabel dimasukkan secara bersama – sama kemudian dilakukan proses diskriminan.

2. Step-wise Discriminant Analysis, dimana variabel dimasukkan satu persatu kedalan model diskriminan.

a. Fungsi Diskriminan

(20)

1 11 1 12 2 1 1

X = Vektor variabel acak yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan.

1

X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok pertama.

1

X = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok kedua.

(21)

Nilai ˆ dipilih sedemikian sehingga fungsi diskriminan berbeda sebesar mungkin antara kelompok, atau sehingga rasio antara jumlah kuadrat antar kelompok dengan jumlah kuadrat dalam kelompok maksimum.

b. Pembentukan Fungsi Linier (dengan bantuan SPSS)

Pada output SPSS, koefisien untuk tiap variabel yang masuk dalam model dapat dilihat pada tabel Canonical Discriminant Function Coefficient. Tabel ini akan dihasilkan pada output apabila pilihan Function Coefficient bagian

Unstandardized diaktifkan.

c. Menghitung discriminant score

Setelah dibentuk fungsi liniernya, maka dapat dihitung skor diskriminan untuk tiap observasi dengan memasukkan nilai-nilai variabel penjelasnya.

d. Menghitung Cutting Score

Untuk memprediksi responden/observasi akan termasuk kedalam kelompok yang mana, kita dapat menggunakan optimum cutting score. Memang dari computer informasi ini sudah diperoleh. Sedangkan cara mengerjakan secara manual

Cutting Score (m) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan ketentuan untuk dua grup yang mempunyai ukuran yang sama cutting score dinyatakan

Apabila dua grup berbeda ukuran, rumus cutting score yang digunakan ialah:

(22)

NB = Jumlah anggota grup B

ZA = Centroid grup A

ZB = Centroid grup B

Kemudian nilai-nilai discriminant score tiap observasi akan dibandingkan dengan

cutting score, sehingga dapat diklasifikasikan suatu obsevasi akan termasuk kedalam kelompok yang mana.

e. Perhitungan Hit Ratio

Setelah semua observasi diprediksi keanggotaannya, dapat dihitung hit ratio yaitu rasio antara observasi yang tepat pengklasifikasiannya dengan total seluruh observasi. Misalkan ada sebanyak n observasi, akan dibentuk fungsi linier dengan observasi sebanyak n-1. Observasi yang tidak disertakan dalam pembentukan fungsi linier ini akan diprediksi keanggotaannya dengan fungsi yang sudah dibentuk tadi. Proses ini akan diulang dengan kombinasi observasi yang berbeda-beda, sehingga fungsi linier yang dibentuk ada sebanyak n. Inilah yang disebut

f. Kriteria posterior probability

(23)

 

k k

 

 

Suatu observasi dengan karakteristik x akan diklasifikasikan sebagai anggota kelompok 0 jika p k x p k x -nilai posterior probability inilah yang mengisi kolom di 1_1 dan kolom di 1_2 pada sheet SPSS. g. Akurasi statisik,

Dapat di uji secara statistik apakah klasifikasi yang dilakukan (dengan menggunakan fungsi diskriminan) akurat atau tidak. Uji statistik tersebut ialah prees-Q Statistik. Ukuran sederhana ini membandingkan jumlah kasus yang diklasifikasi secara tepat dengan ukuran sampel dan jumlah grup. Nilai yang diperoleh dari perhitunngan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis (critical velue) yang diambil dari tabel Chi-Square dan tingkat keyakinan sesuai yang diinginkan. Statistik Q ditulis dengan rumus:

 

Menguji signifikansi dari fungsi diskriminan.

(24)

1. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan

Untuk menguji ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan dilakukan uji dengan Casewise Diagnostics. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan mengklasifikasi kasus > 50 %, ketepatan model dianggap tinggi.

2. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut.

2.13 Pengujian Hipotesis

Intepretasi hasil analisis diskriminan tidak berguna jika fungsinya tidak signifikan. Hipotesis yang akan diuji ialah H0 yang menyatakan bahwa rata-rata semua

variabel dalam semua grup ialah sama. Dalam SPSS, uji dilakukan dengan menggunakan Wilks’ λ. Jika dilakukan pengujian sekaligus beberapa fungsi sebagaimana dilakukan pada analisis diskriminan, statistik Wilks’ λ ialah hasil λ univariat untuk setiap fungsi. Kemudian, tingkat signifikansi diestimasi berdasarkan chi-square yang telah ditransformasi secara statistik.Setelah hasil analisis diketahui, kemudian dilihat apakah Wilks’ λ berasosiasi dengan fungsi diskriminan. Selanjutnya, angka ini ditransformasi menjadi chi-quare dengan derajat kebebasan (df ) yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan dengan uji kriteria hipotesis berikut:

H0: Tidak ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja

H1: ada pengaruh prestasi terhadap faktor penyebab kenakalan remaja

Dengan titik keputusan sebagai berikut:

Jika F hitung >F tabel maka H0ditolak

Jika F hitung F tabel maka H1 diterima

Referensi

Dokumen terkait

Data analisa biaya pemasangan pelat lantai panel pada tabel 9 diperoleh dari perhitungan sendiri oleh peneliti dan analisa Harga Satuan Pemasangan yang di tetapkan

(2) Mendeskripsikan tingkat kesejahteraan rumah tangga masyarakat Desa Pangek Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat.. Tempat dan waktu penelitian ini dilaksanakan di

Atas dasar uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pengelolaan salah satu potensi lokal Kabupaten Kebumen yaitu sarang burung walet saat ini sudah menjadi kuasa

Topik-topik yang dipelajari termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan transformasi pembangunan ekonomi di pedesaan, peranan pertanian dalam pembangunan

Untuk masalah ketersediaan buah mungkin dapat teratasi karena buah-buahan yang umumnya dikonsumsi seperti alpukat, pepaya, nanas, pisang, jeruk, semangka, melon dan salak

Untuk mengetahui kestabilan sebuah lereng batu perlu dilakukan analisis kinematik lereng dan klasifikasi massa batuan yang bertujuan untuk mengetahui jenis longsoran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan hal-hal sebagai berikut; (1) bagi guru geografi agar menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai salah satu model pembelajaran yang

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perbandingan volume metanol dalam campuran minyak goreng bekas dan konsentrasi katalis Na- metoksida berpengaruh terhadap