• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkah Laku Makan Kerbau Murrah (Bubalus Bubalis) Di Balai Pembibitan Ternak Unggul (Bptu) Babi Dan Kerbau Siborong Borong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkah Laku Makan Kerbau Murrah (Bubalus Bubalis) Di Balai Pembibitan Ternak Unggul (Bptu) Babi Dan Kerbau Siborong Borong"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kerbau

Kerbau menurut Bhattarchya (1993) termasuk dalam klas mamalia, ordo ungulate, famili bovidae, subfamili bovina, genus bubalus dan spesies bubalis. Kerbau termasuk ke dalam spesies Bubalus bubalis yang di duga berevolusi dari Bubalus arnee, yakni kerbau liar di india. Hampir semua kerbau domestikasi saat ini berasal dari moyang Bubalus arnee. Kerbau yang ada di Indonesia secara umum dikeloompokkan menjadi dua jenis, yaitu kerbau lumpur atau kerbau rawa (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Sebagian besar kerbau lokal adalah kerbau rawa (sekitar 98%) dan sisanya dalam jumlah kecil (sekitar 2 %) adalah kerbau sungai. Kerbau sungai memiliki ciri senang berkubang dalam air jernih seperti sungai dan danau dan penyebaran terbanyak ada di Sumatera Utara.

Untuk dapat hidup nyaman kerbau memerlukan kondisi ideal dengan temperatur lingkungan berkisar 16–24ºC, dengan batas toleransi hingga 27,6ºC (Markvichitr, 2006). Walaupun pada kenyataannya kerbau ditemukan paling banyak di daerah tropis dan subtropis, akan tetapi kerbau tidak mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas. Kerbau akan menderita bila diletakkan dalam waktu lama yang langsung terkena sinar matahari. Apalagi bila dikerjakan secara berlebihan selama siang hari yang panas, yang menyebabkan temperatur tubuh, denyut nadi dan laju pernafasan akan meningkat lebih cepat dibandingkan sapi. Exposure langsung sinar matahari selama 2 jam menyebabkan temperatur

(2)

yang dimiliki sapi, sehingga pelepasan panas dengan cara berkeringat tidak banyak membantu. Selain itu, kerbau mempunyai bulu yang sangat jarang, sehingga mengurangi perlindungannya terhadap sinar matahari langsung. Hal inilah yang menyebabkan kerbau kurang tahan terhadap sengatan sinar matahari atau udara yang dingin. Penurunan temperatur yang tiba-tiba dapat menimbulkan pneumonia dan kematian (Hardjosubroto, 1994; Ligda, 1998). Kerbau aktif terutama pada senja dan malam hari, menghabiskan istirahat siang hari dengan berkubang di dalam lumpur atau beristirahat di tanah yang dinaungi pepohonan Karena kebiasaannya ini kerbau menjadi tidak mudah terserang kutu atau ektoparasit lainnya (FAO, 2000).

Kebutuhan energi untuk pemeliharaan kerbau dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Energi untuk Pemeliharaan Kerbau (Kcal ME / Wt kg / d) Tipe Kerbau Kebutuhan Energi Pernyataan

Masa Kering 100-147 Kurar dan Mugdal (1981)

Dara 188 Siviah dan Mugdal (1978)

Kerbau muda (anak) 186 Arora et al., (1978) Kerbau dewasa (non produksi) 125 Kearl (1982) Sumber : Ibrahim et. al., (2001).

Karakteristik Kerbau Murrah (Bubalus bubalis)

(3)

Kerbau Murrah adalah kerbau sungai yang sangat penting dan sangat efisien dalam menghasilkan susu. Kerbau Murrah dipelihara terutama untuk produksi susu di Thailand, Filipina dan Cina. Di Indonesia kerbau Murrah dipelihara oleh masyarakat keturunan India di daerah Sumatera Utara sebagai penghasil susu (Diwyanto dan Subandrio, 1995).

Ciri-ciri umum kerbau Murrah menurut Mason (1974) adalah berwarna hitam dengan muka bercak putih pada muka, mempunyai ujung ekor berwarna putih dan tanduk yang pendek. Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa warna coklat atau bhurra merupakan variasi lain dari warna kerbau Murrah yang terdapat dalam jumlah kecil. Warna coklat ditemukan sebanyak 30% dalam populasi kerbau Murrah dan diduga bersifat resesif (Mason, 1974).

Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa bentuk tanduk adalah karakteristik yang paling spesifik pada kerbau Murrah. Tanduk tumbuh ke arah belakang dan ke atas lalu membentuk lingkaran memutar ke dalam dengan bentuk spiral. Kepala kerbau Murrah betina biasanya kecil dan lebih terbentuk daripada kerbau jantan. Dahi luas dan agak menonjol, muka memiliki tanda putih di dahi dan lubang hidung terpisah jauh. Telinga kerbau Murrah kecil, tipis dan tergantung. Mason (1974) menambahkan bahwa bagian kaki belakang dan pinggang kerbau Murrah lebih besar dibandingkan bagian depannya. Pinggul kerbau Murrah luas dan tertutup halus. Ambing berkembang baik pada kerbau betina. Kerbau Murrah memiliki puting yang panjang, terpisah simetris dan baik. Secara umum puting bagian belakang lebih panjang daripada puting bagian depan.

(4)

jantan dan betina memiliki tinggi pundak sekitar 142 cm dan 133 cm dengan panjang badan 151 cm (jantan) dan 149 cm (betina). Tinggi pundak kerbau Murrah jantan dan betina menurut Fahimuddin (1975) masing-masing adalah 142,2 cm dan 132,2 cm dengan panjang badan 149,8 cm dan 147,2 cm. Ukuran lingkar dada kerbau Murrah jantan dan betina menurut Fahimudin (1975)

berturut-turut adalah 220,7 cm dan 218,4 cm. Mason (1974) menyatakan

ukuran lingkar dada yang lebih besar yaitu 223 cm dan 220 cm. Puslitbang Peternakan (2006) melaporkan bahwa bobot badan kerbau Murrah

betina pada umur 2,5-4 tahun mencapai 407 kg sedangkan jantan mencapai 507 kg. Halgberg dan Lind (2003) menyatakan bahwa rata-rata produksi susu kerbau Murrah selama 294 hari laktasi adalah 1.764 kg per laktasi.

Tingkah Laku Umum

Lokomosi (pergerakan)

(5)

produksi pertanian dan kehutanan di lokasi-lokasi yang hampir mustahil dilalui oleh kendaraan lainnya.

Tingkah Laku Sosial

Kerbau jantan lebih cenderung untuk menyerang kerbau jantan dibandingkan sapi perah atau sapi potong jantan, sehingga memerlukan perhatian untuk memelihara mereka secara terpisah. Perkelahian antar kerbau jantan sangat berbahaya dan sering berakhir dengan kematian (Banerjee, 1982 dalam Handirwirawan, E., et, al.,, 2008). Kerbau liar hidup dalam kelompok-kelompok kecil dengan betina dan anak kerbau beranggota 10 - 20 individu meskipun teramati bisa sampai 100 individu, yang menempati area untuk mencari pakan, minum, berkubang dan istirahat. Ada hirarki yang terbentuk di dalam kelompok dimana pemimpin kelompok adalah kerbau betina paling tua dan sering dikawal oleh satu kerbau jantan dewasa. Kerbau jantan lain hidup menyendiri atau membentuk kelompok kerbau jantan muda berjumlah sekitar 10 ekor. Kerbau jantan muda berlatih bertarung dengan kerbau jantan muda yang lain untuk menegaskan dominansi tetapi menghindari perkelahian yang serius. Kerbau jantan akan bergabung dengan kelompok betina pada musim kawin (Massicot, 2004).

Tingkah laku Alelomimetik (Kecendrungan untuk Berkelompok)

Alelomimetik merupakan kecenderungan untuk berkelompok dan terikat

pada tingkah laku yang sama dalam satuan waktu (Wodzicka-Tomaszewska et. al., 1993). Tingkah laku ini meliputi berjalan, berlari, makan dan tidur

(6)

Tingkah Laku Makan

Schoenian (2005).menyatakan kerbau termasuk hewan yang suka merumput (grazer) Kerbau kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu mengkonsumsi dalam jumlah besar pakan yang kurang bermutu, tidak seperti sapi. Hal ini menjadi alasan mengapa kerbau dapat berkembangbiak dengan baik dibandingkan sapi pada kondisi pakan yang buruk (Banerjee, 1982 dalam Handirwirawan, E., et. al., 2008). Sering kali karena sifat kurang memilih pakan maka kerbau diberi pakan seadanya tanpa memperhatikan kualitas yang diberikan yang mengakibatkan laju pertumbuhan yang dicapai rendah. Justru dengan sifat tersebut maka kerbau dapat diberikan pakan yang mempunyai palatabilitas rendah bagi ternak lain namun memiliki nilai nutrisi yang baik.

Kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermutu rendah lebih efisien daripada sapi, dengan kemampuan mencerna 23% unit lebih tinggi. Hal ini diduga erat kaitannya dengan lambannya gerakan makanan dalam saluran pencernaan kerbau sehingga makanan tersebut dapat diolah lebih lama dan penyerapan gizinya akan lebih banyak (Devendra, 1987; Wanapat et al., 1994).

(7)

tinggi (Wanapat, 2001). Oleh karena itu jarang sekali ditemukan kerbau yang kurus walaupun dengan ketersediaan pakan yang seadanya.

Yurleni (2000) menyatakan hanya menemukan 2,5 - 12,5% kerbau yang diamati dalam kondisi kurus. Pada kondisi pakan yang jelek setidaknya kerbau dapat tumbuh menyamai sapi, tetapi pada kondisi pakan yang sangat baik misalnya pada penggemukan, kecepatan pertumbuhannya tidak dapat melampaui pertumbuhan sapi (Hardjosubroto, 1994).

Pola Tingkah Laku Makan

Hewan-hewan herbivore (pemakan rumput) seperti domba, sapi kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tempat pada struktur gizi, yaitu terdapat geraham belakang (molar yang besar), berfungsi untuk mengunyah rerumputaan yang sulit dicerna. Disamping itu terdapat pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu rumen

(perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab) dan abomasum (perut masaro). Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan

alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, abomasum 7-8% (Prawirokusumo, 1994)

Sistem pencernaan hewan ruminansia :

(8)

2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar. 3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: rumen, retikulum, omasum dan abomasum

(Akoso, 1996).

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi ataupun pengunyahan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi-kontraksi otot sepanjang usus pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah pencernaan. Mikroorganisme hidup dalam pencernaan ruminasi. Pencernaan oleh mikroorganisme ini juga dilakukan secara enzimatik yang enzimnya dihasilkan oleh sel-sel mikroorganisme (Tillman, et al., 1981).

Aktivitas makan terdiri atas:

1) aktivitas mencium hijauan yaitu awal aktivitas mencium hijauan hingga kerbau mulai melakukan aktivitas lainnya,

2) aktivitas merenggut makanan yaitu awal perenggutan hijauan hingga diangkat untuk dikunyah,

3) aktivitas mengunyah makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari hasil perenggutan hijauan yang telah dikumpulkan di dalam mulut hingga aktivitas menelan, dan

(9)

Aktivitas ruminasi terdiri dari :

1) aktivitas mengeluarkan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari dikeluarkan bolus ke mulut hingga kerbau melakukan aktiivitas mengunyah bolus,

2) aktivitas mengunyah bolus yaitu aktivitas yang dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut hingga aktivitas menelan beberapa bolus, dan

3) aktivitas menelan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari bolus yang langsung ditelan setelah dikeluarkan dari rumen ke mulut atau menelen bolus yang melalui proses pengunyahan hingga aktivitas mengeluarkan bolus kembali. (Setianah, et al., 2004).

Pengunyahan selama makan dan ruminasi dapat mengurangi ukuran partikel dan mengubah bentuk pakan. Tingkat pengurangan ukuran partikel pakan

dicerna atau bahan yang diruminasi akan ditentukan oleh waktu yang

diperlukan untuk makan, ruminasi dan jumlah kunyahan per satuan waktu dalam setiap kegiatan dan oleh tingkat keefektifan pengunyahan (Wodzicka-Tomaszeweka et, al., 1993).

Proses pengunyahan pada saat makan dan ruminasi merupakan aktivitas lengkap di dalam pengurangan partikel. Partikel yang lebih kecil mungkin mempunyai waktu retensi yang relatif lebih pendek di dalam rumen, sehingga

tingkat kecernaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecernaan ingesta, tetapi juga oleh waktu tersimpan di dalam rumen

(Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991).

(10)

sapi. Kerbau lebih suka merumput dan hanya meramban bila pakan sangat langka. Biasanya, kerbau merumput pada siang hari. Kalau temperatur lingkungan sangat tinggi, merumput dilakukan di pagi hari dan sore hari dan kadang-kadang pada malam hari. Anak kerbau mulai belajar menggigit rumput pada umur 3 sampai 4 minggu walaupun mereka belum benar-benar merumput. Setelah anak kerbau berumur dua bulan, pakan hijauan mulai jadi lebih penting daripada sebelumnya

dan sebagian besar asupan zat gizi berasal dari pakan hijauan ketimbang susu induknya

Ruminansia berasal dari kata lain “ruminate” yang berarti “mengunyah berulang”. Proses ini disebut proses ruminasi yaitu suatu proses pencernaan pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan ke dalam rongga mulut dan masuk ke rumen setelah menjadi bolus-bolus dimuntahkan kembali (regurgitasi), dikunyah kembali (remastikasi), lalu penelanan kembali (redeglutasi) dan dilanjutkan proses fermentasi di rumen dan kesaluran berikutnya. Proses ruminasi berjalan kira-kira

15 kali sehari, dimana setiap ruminasi berlangsung 1 menit – 2 jam (Prawirokusumo, 1994).

Waktu yang dihabiskan untuk ruminasi tergantung pada asupan bahan dinding sel dalam pakan. Waktu yang dihabiskan untuk ruminasi umumnya dibagi menjadi berbagai periode diselingi dengan interval makan, minum dan istirahat Ibrahim et. al., (2001). Ruminasi menghabiskan 60 - 70% dari waktu ternak kerbau makan selama siang hari, mereka menghabiskan lebih banyak waktu ruminasi pada malam hari dibandingkan siang hari. Kerbau telah ditemukan untuk

(11)

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Energi untuk Pemeliharaan Kerbau (Kcal ME / Wt kg / d)

Referensi

Dokumen terkait