• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Finansial Usaha Tambak Kepiting Bakau (Scylla serrata) dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20

Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan

(Financial analysis of mangrove crab (Scylla serrata) and seabass (Lates calcarifer) farming in West Sentosa Village Area 20 Sicanang Village, Medan Belawan District)

1

Dewi Susanty, 2Pindi Patana, 2Febrina Arli

1

Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

Email : dewisusanty1994@gmail.com

2

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

2

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT

Sicanang Village has a very potential aquacultue to be developed and support the farmer’s welfare. This research aims to analyze the financial value of Mangrove Crab and Seabass. It was held for two months from March to April 2016 in West Sentosa Village Area 20, Sicanang Village, Medan Belawan District. It used slovin formula and purposive sampling method. The result showed Mangrove Crab farming is more profitable for further improvement than Seabass farming which had a various issues and considered less worthy to develop. This is proved on the B/C ratio result of Mangrove Crab is 2.46, meanwhile Seabass only 0.93.

Keywords : Financial Analysis, Fishpond, Income, Lates calcarifer, Scylla serrata

PENDAHULUAN Latar Belakang

Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting di sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan negara dari ekspor. Budidaya perikanan juga berperan dalam mengurangi beban sumber daya laut. Di samping itu budidaya perikanan

dianggap sebagai sektor penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan. Melihat potensi perairan dan sumberdaya manusia serta sumberdaya ikan yang ada, maka budidaya ikan di Indonesia cukup prospektif baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun untuk luar negeri. Salah satu jenis perikanan budidaya adalah pemeliharaan ikan di tambak (Siregar, dkk., 2014).

Usaha budidaya perikanan saat ini semakin berkembang dan bervariasi. Usaha budidaya perikanan

(2)

diharapkan mampu memenuhi permintaan perikanan yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi manusia di dunia. Konsumsi ikan dunia dalam kurun waktu yang singkat semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, dari 93,6 juta ton (1998) menjadi 103 juta ton (2003) (Rubiana, 2010).

Potensi produksi sumber daya perikanan yang dapat dihasilkan dari usaha perikanan budidaya jauh lebih besar dari sektor perikanan tangkap yaitu sekitar 57,7 juta ton per tahun dan baru diproduksi 1,6 juta ton (0,3 persen). Indonesia saat ini merupakan produsen ikan terbesar keenam di dunia dengan volume produksi 6 juta ton per tahun. Bila Indonesia mampu meningkatkan produksi perikanannya, terutama yang berasal dari usaha perikanan budidaya, menjadi 50 juta ton per tahun (77 persen dari total potensi), Indonesia akan menjadi produsen komoditas perikanan terbesar di dunia (Perdana, 2008).

Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan terletak pada titik koordinat 3o 44' 55,5" LU dan 98o 38' 19" BT merupakan salah satu lokasi usaha tambak yang memiliki luas 600 ha dengan berbagai jenis komoditi yaitu kepiting bakau (Scylla serrata), udang windu (Penaeus monodon), ikan kakap putih (Lates calcarifer), bandeng (Chanos chanos), dan nila (Oreochromis niloticus). Jenis komoditi yang menjadi mayoritas dibudidayakan adalah kepiting bakau dan yang paling sedikit dibudidayakan adalah kakap putih yang memiliki prospek yang bagus di masa mendatang.

Dalam rangka pengembangan kegiatan usaha budidaya tambak kepiting bakau (S. serrata) dan ikan

kakap putih (L. calcarifer) dimasa yang akan datang, maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Untuk itu analisa kelayakan finanasial usaha ini diharapkan akan diketahui peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petambak jenis komoditi tersebut dan masyarakat sekitarnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pola pemanfaatan dan kegiatan usaha budidaya tambak yang terdapat di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

2. Menghitung analisis kelayakan finansial kegiatan usaha tambak kepiting bakau (S. serrata) dan ikan kakap putih (L. calcarifer) yang ada di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2016. Kegiatan penelitian ini dilakukan ditempat budidaya tambak di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan dengan titik koordinat 3o 44' 55,5" LU dan 98o 38' 19" BT.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain GPS (Global Positioning System), kamera digital, alat tulis, microsoft excel, dan laptop. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah kuisoner yang ditujukan pada

(3)

pihak-pihak terkait di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20, Kecamatan Sicanang, Kabupaten Medan Belawan.

Deskripsi Area

Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara terletak pada titik koordinat 3o 44' 55,5" LU dan 98o 38' 19" BT. Lingkungan 20 ini memiliki luas area yang sangat luas yaitu 600 ha. Area yang sangat luas tersebut menjadikan tempat ini sebagai lokasi dimana terdapat pemukiman penduduk, usaha pertambakan, perindustrian kecil maupun besar dan perkebunan kelapa sawit serta kawasan hutan bakau yang masih alami atau belum mengalami reklamasi.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Angket/Kuisioner dan Wawancara Teknik yang menggunakan angket atau kuisioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan secara langsung mewawancarai pihak-pihak yang terkait Teknik pengumpulan data untuk ikan kakap putih dilakukan dengan metode purposive sampling dengan banyak responden yaitu 3 pemilik tambak sehingga, tidak menggunakan rumus slovin dalam pengambilan data responden atau wawancara.

Menurut Sembiring dkk (2012) untuk menentukan banyaknya petambak kepiting bakau yang dijadikan sebagai responden ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan yang ditoleransi yaitu 10%

b. Studi pustaka dan Dokumentasi Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari literatur terkait dan sumber-sumber lain yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini seperti buku, penelitian terdahulu, jurnal, dan internet. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat semua arsip dan catatan penting lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Analisis Data Analisis Ekonomi Penerimaan

Menurut Ashari (2011), untuk mencari total penerimaan dalam budidaya kepiting bakau (S. serrata) dan ikan kakap putih (L. calcarifer) dapat digunakan rumus :

TR = P. Q

Keterangan:

TR = Total revenue (Total penerimaan)

P = Harga jual (Rp/Kg)

Q = Jumlah komoditi yang dijual (Kg)

Total Biaya

Untuk mencari total biaya (total cost) dapat digunakan rumus :

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total Cost (Total biaya) (Rp) FC = Fixed Cost ( Biaya tetap) (Rp) VC = Variable Cost (Biaya variabel) (Rp)

(4)

Dengan kriteria usaha sebagai berikut :

TR > TC maka usaha menguntungkan TR < TC maka usaha rugi

TR = TC maka usaha dalam keadaan impas

Pendapatan

Analisis pendapatan dalam budidaya kepiting bakau (S. serrata) dan ikan kakap putih (L. calcarifer) digunakan persamaan berikut :

π = TR – TC

Keterangan: π = Pendapatan

TR = Total Revenue (Total penerimaan) (Rp)

TC = Total Cost (Total biaya) (Rp) Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan suatu usaha. Menurut Wardany (2007) rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah:

B/C > 1 = Manfaatnya positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi.

B/C < 1 = Manfaatnya negatif dan tidak layak untuk dilakukan karena tidak menguntungkan secara ekonomi.

Analisis Finansial

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Net B / C = ∑ ( ) ∑ ( ) Keterangan :

Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio Bt = Penerimaan yang

diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t

n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunga (%) t = Tingkat Investasi (t= 0,1,2,…n)

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) usaha pembudidayaan kepiting bakau dan ikan kakap putih adalah selisih present value (PV) arus benefit dengan PV arus cost. NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih selama waktu tertentu dan tingkat discount rate tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut (Swastawati, 2011) :

NPV = ∑ ( )

Keterangan :

Bt = Penerimaan dari produksi komoditi yang diperoleh pada tahun ke-t.

Ct = Biaya yang dikeluarkan dari produksi komoditi yang

diperoleh pada

tahun ke-t.

n = Umur ekonomis proyek. i = Tingkat suku bunga (%). t = Tingkat Investasi

(t= 0,1,2,…n).

Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari usaha budidaya kepiting bakau dan kakap putih sama

(5)

dengan nol. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut (Adiprima dan Sudradjat, 2012) :

IRR = ( )

Keterangan :

NPV1 = NPV yang bernilai positif. NPV2 = NPV yang bernilai

negatif.

i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif. i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif. Payback Period

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengambalian investasi suatu usaha. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan (Liana, dkk., 2014). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Ruchmana, 2013) :

Keterangan :

PBP = Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal I = Biaya investasi

A = Benefit bersih tiap tahun Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja

sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat dikeahui dan diantisipasi sebelumnya (Ainun, 2014). Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan Payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi (Hilipito, 2013). Analisis Penyusutan

Menghitung pajak penghasilan yang merupakan komponen dalam laba rugi dan cash flow diperlukan penyusutan aktiv tetap. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Secara matematis rumus penyusutan garis lurus yaitu sebagai berikut (Ainun, 2014) :

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih terletak dikawasan yang ideal untuk kegiatan budidaya tambak. Hal itu dikarenakan kawasan tambak kepiting dan ikan tersebut terletak dikawasan pesisir yang pasokan airnya terjamin. Sekitar usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih di Kampung Sentosa Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang juga ditumbuhi hutan mangrove dan kawasan memiliki akses jalan yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan literatur Nasution, dkk (2005) yang menyatakan bahwa tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya terdapat di daerah pantai yang diisi air dan dimanfaatkan

(6)

sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).

Tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih yang berada di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang ini terletak dekat dengan pantai. Ditinjau dari segi letak tambak terhadap laut dan muara sungai tersebut, tambak kepiting dan ikan di Kelurahan Sicanang ini merupakan tambak lanyah. Berdasarkan literatur Agustina (2006) menyatakan bahwa tambak lanyah adalah tambak yang terletak ditepi pantai, sehingga berisi air laut yang memiliki salinitas lebih

dari 300/00 dibandingkan dengan

tambak yang lain, air pada tambak lanyah cenderung lebih tinggi salinitasnya.

Analisis Ekonomi Usaha

Investasi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan satu kali selama umur proyek untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomis tidak dapat memberikan keuntungan lagi. Biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Rincian komponen investasi tambak kepiting bakau (Ha/Tahun)

Jenis Investasi Satuan Jumlah Unit Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%)

Petakan Tambak Petak 1 40.000.000 40.000.000 0.758

Trado Unit 1 5.000.000 5.000.000 0.094

Pipa Paralon 8 inchi Unit 4 300.000 1.200.000 0.022

Pipa Paralon 12 inchi Unit 2 1.200.000 2.400.000 0.045

Jaring Katrol Kg 10 50.000 500.000 0.009

Tanggok Unit 1 150.000 150.000 0.002

Bubu Unit 3 500.000 1.500.000 0.028

Cangkul Unit 2 80.000 160.000 0.003

Timbangan Unit 3 600.000 1.800.000 0.034

Total Biaya Investasi/Ha/Tahun 52.710.000 100%

Tabel 2. Rincian komponen investasi tambak ikan kakap putih (Ha/Tahun)

Jenis Investasi Satuan Jumlah Unit Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%)

Petakan Tambak Petak 1 40.000.000 40.000.000 0.704

Trado Unit 1 5.000.000 5.000.000 0.088

Kotak bibit Petak 1 5.000.000 5.000.000 0.088

Pipa Paralon 8 inchi Unit 3 300.000 900.000 0.015

Pipa Paralon 12 inchi Unit 3 1.200.000 3.600.000 0.063

Jaring Unit 2 300.000 600.000 0.01

Jala Unit 1 500.000 500.000 0.008

Ambai Unit 1 1.000.000 1.000.000 0.017

Cangkul Unit 1 80.000 80.000 0.001

Timbangan Unit 1 100.000 100.000 0.001

Total Biaya Investasi/Ha/Tahun 56.780.000 100%

Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai persentase yang paling besar dalam investasi yang ditanam perusahaan adalah pada pembuatan petakan tambak yaitu 0.75% dan

0.70%. Hal ini disebabkan karena konstruksi tambak sebagai media utama dalam budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih membutuhkan biaya yang relative besar.

(7)

Penerimaan Usaha

Penerimaan adalah jumlah hasil panen dikali dengan harga kepiting bakau dan ikan kakap putih

yang berlaku pada saat itu. Adapun rincian penerimaan pada budidaya kepiting bakau dan ikan kakap putih dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rincian penerimaan usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih ha/tahun Keterangan Produksi (Kg/ha/tahun) Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp) Ha/tahun Jumlah (Rp) Panen/musim Kepiting Bakau 523 150.000 78.450.000 26.150.000

Ikan Kakap Putih 671 45.000 30.195.000 30.195.000

Nilai rata-rata penerimaan pada usaha budidaya kepiting bakau dan kakap putih berubah tiap tahunnya hal ini dapat disebabkan oleh padat penebaran, luas sempitnya kolam yang tidak menentu dan harga kepiting yang berubah seiring dengan peraturan penangkapan terhadap jenis itu sendiri. Hal ini berdasarkan literatur Khazanani (2011) menyatakan bahwa lahan

sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain adalah dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan. Meskipun demikian, bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut.

Pendapatan Usaha

Pendapatan merupakan hasil penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Adapun pendapatan yang diperoleh pembudidaya kepiting bakau satu kolam atau hektar per tahun adalah Rp 39.980.000 sedangkan, dalam satu musim panen per tahun Rp 13.326.666, hal ini dikarenakan kepiting bakau memiliki musim panen sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Pendapatan yang diperoleh pembudidaya ikan kakap putih satu kolam atau hektar per tahun adalah Rp 5.258.761 sedangkan, jumlah pendapatan dalam satu musim panen per tahun memiliki nilai yang sama dengan satu kolam atau hektar per tahun dikarenakan ikan kakap putih memiliki masa panen sekali dalam satu tahun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan salah satunya adalah modal kerja, tenaga kerja dan kondisi alam/cuaca. Berdasarkan literatur Isrohah (2015) menyatakan bahwa faktor modal kerja secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan/produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan serta tenaga kerja dan kondisi alam yang baik juga secara teoritis akan mempengaruhi pendapatan usaha.

Pendapatan usaha pada ikan kakap putih mengalami kerugian disebabkan beberapa aspek yang membuat usaha ini tidak menghasilkan untung yang lebih pada petambak diantaranya : harga dan keberadaan benih, kondisi alam,

(8)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) dan Payback Period (PP)

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan analisis untuk

mengetahui kelayakan suatu usaha. Perhitungan nilai B/C dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Perhitungan Benefit Cost of Ratio (B/C) Usaha Budidaya Kepiting Bakau (Ha/Tahun)

Tahun Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) B/C

2011 82.790.000 36.580.000,00 2,263258611 2012 85.000.000 37.010.000,00 2,296676574 2013 100.260.000 40.125.000,00 2,498691589 2014 123.000.000 37.985.000,00 3,238120311 2015 78.450.000 38.470.000,00 2,039251365 Rata –Rata 2,46719969

Tabel 5. Perhitungan Benefit Cost of Ratio (B/C) Usaha Budidaya Kakap Putih (Ha/Tahun) Tahun Total Penerimaan (Rp) Total Biaya

(Rp) B/C 2011 23.400.000 24.079.119 0,97179635 2012 6.285.600 23.221.959 0,270674838 2013 26.685.000 24.454.819 1,09119597 2014 28.260.000 25.079.119 1,126833839 2015 30.195.000 24.936.239 1,210888296 Rata –Rata 0,934277859

Nilai Benefit Cost of Ratio (B/C) pada usaha tambak kepiting bakau rata-rata bernilai > 1 (lebih dari satu) yaitu pada tahun pertama bernilai 2.26, tahun kedua bernilai 2.29, tahun ketiga bernilai 2.49, tahun keempat bernilai 3.23, dan pada tahun kelima bernilai 2.03 yang berarti bahwa usaha tambak kepiting bakau ini memiliki manfaat yang positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi. Berbeda dengan usaha tambak ikan kakap putih memiliki nilai rata-rata BCR < 1 (kurang dari satu) yaitu pada tahun pertama bernilai 0.97, tahun kedua bernilai 0.27, tahun ketiga bernilai 1.09, tahun keempat bernilai 1.12, dan tahun kelima bernilai 1.21 yang berarti bahwa usaha tambak ikan

kakap putih ini memiliki manfaat yang negatif dan tidak layak untuk dilakukan karena kurang menguntungkan secara ekonomi. Menurut Kordi (2009) nilai BCR lebih dari satu berarti usaha tersebut memiliki manfaat positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi.

Analisis Payback Period (PP) bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menutupi nilai investasi. Rata-rata nilai Payback Period (PP) pada tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih adalah sebesar 1,01 dan -6,57 yang berarti tambak ini masing-masing membutuhkan waktu selama 1 tahun dan 6 tahun 5 bulan untuk mengembalikan nilai investasi.

Analisis Finanasial Usaha

Kelayakan finansial terhadap usaha kepiting bakau dan ikan kakap putih, dapat diketahui melalui pendekatan dengan tiga kriteria

investasi yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Nilai NPV, Net B/C, dan IRR dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

(9)

Tabel 6. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Tambak Kepiting Bakau di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang

Keterangan Satuan Nilai

Net Present Value (NPV) Rp 110.979.371

Net B/C - 3,10

Internal Rate of Return (IRR) % 42

Tabel 7. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Tambak Ikan Kakap Putih di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang

Keterangan Satuan Nilai

Net Present Value (NPV) Rp -64.169.289

Net B/C - -0,13

Internal Rate of Return (IRR) % -9.18

Nilai bersih sekarang atau Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa nilai NPV per ha/tahun sebesar Rp 110.979.371 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari nol. Berdasarkan Tabel 7 nilai NPV pada usaha tambak ikan kakap putih per ha/tahun sebesar Rp -64.169.289yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari nol. Menurut Swastawati (2011) bahwa jika NPV > 0 maka, suatu usaha layak untuk terus dilakukan.

Berdasarkan Tabel 6 diatas hasil perhitungan finansial unit usaha budidaya kepiting bakau sebesar 3.10. Data tersebut menunjukan pula bahwa hasil Net B/C lebih besar dari satu maka, usaha budidaya kepiting bakau layak untuk dikembangkan. Berdasarkan tabel 7 diatas hasil perhitungan finansial unit usaha budidaya ikan kakap putih sebesar -0.13. Data tersebut menunjukan pula bahwa hasil Net B/C lebih kecil dari satu maka, usaha budidaya ikan kakap putih tidak layak untuk dikembangkan. Hal ini sesuai dengan literatur Barokah (2012) bahwa Net

B/C digunakan untuk ukuran efisiensi dalam penggunaan modal. Criteria kelayakan pada metode ini adalah Net B/C > 1 maka usaha yang dijalankan akan memperoleh keuntungan dan dianggap layak.

Internal Rate of Return (IRR) adalah untuk mengetahui sebagai alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga keuangan yang membiayai proyek. Hasil analisis dari kedua nilai NPV dan tingkat bunga pada kepiting bakau ini diperoleh nilai IRR sebesar 42%. Nilai yang diperoleh ini lebih besar dari nilai tingkat suku bunga bank yang berlaku 20% dari bunga bank sedangkan, hasil analisis dari kedua nilai NPV dan tingkat bunga pada ikan kakap putih ini diperoleh nilai IRR sebesar -9.18%. Nilai yang diperoleh ini lebih kecil dari nilai tingkat suku bunga bank yang berlaku 20% dari bunga bank. Dengan demikian pada kriteria penilaian bahwa suatu usaha mengunttungkan apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan maka, usaha budidaya kepiting bakau ini layak untuk dikembangkan dan usaha budidaya ikan kakap putih tidak layak untuk dikembangkan.

(10)

Analisis Sensitivitas

Data perkembangan harga benih dan harga jual kepiting bakau selama 5 tahun, diperoleh presentase perubahan sebesar 25% dan -0.25% dan ikan kakap putih sebesar 0.25%

dan 0.125%. Perhitungan cash flow analisis finansial usaha tambak kepiting bakau dan ikan kakap putih dengan sensitivitas menghasilkan NPV, Net B/C, dan IRR yang terdapat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada kondisi normal, kenaikan harga benih, dan penurunan harga jual kepiting bakau.

Keterangan

Kondisi

Normal Kenaikan harga

benih sebesar 0.25%

Penurunan harga ikan sebesar -0.25%

NPV Rp 110.979.371 Rp 110.968.648 Rp 111.671.533

Net B/C 3,10 3,10 3,11

IRR 42% 44% 43%

Tabel 9. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada kondisi normal, kenaikan harga benih, dan penurunan harga jual ikan kakap putih.

Keterangan

Kondisi

Normal Kenaikan harga

benih sebesar 0.25%

Penurunan harga ikan sebesar 0.125%

NPV Rp -64.169.289 Rp -64.200.317 Rp -64.250.626

Net B/C -0,13 -0,13 -0,13

IRR -9.18% -4.73% -9.8%

Analisis Penyusutan

Hasil analisis penyusutan menunjukan bahwa usaha tambak kepiting bakau memiliki nilai yaitu Rp 6.401.916,66 per ha/tahun dan nilai sisa yaitu Rp 7.182.000 per ha/tahun. Hasil analisis penyusutan pada usaha tambak ikan kakap putih memiliki nilai Rp 8.034.119,04 per ha/tahun dan nilai sisa yaitu Rp 8.022.000 per ha/tahun. Hal ini sesuai dengan literatur Ainun (2014)

yang menyatakan bahwa Analisis penyusutan digunakan untuk menghitung pajak penghasilan yang merupakan komponen dalam laba rugi dan cash flow diperlukan penyusutan aktiv tetap. Nilai penyusutan didapat dengan menggunakan rumus yaitu biaya investasi dikurang nilai sisa dibagi dengan umur teknis dari benda invesatsi itu sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tambak di Kampung Sentosa Barat memiliki potensi yang besar untuk melakukan usaha budidaya karena memiliki tempat yang strategis dan berada dikawasan mangrove, pola pemanfaatan monokultur, jenis tambak tradisional, dan termasuk kedalam

golongan tambak lanyah yang menjadikan kegiatan usaha tersebut dapat menjadi prospek yang baik dimasa mendatang. 2. Rata-rata pendapatan yang di

peroleh pembudidaya kepiting bakau adalah sebesar Rp 93.110.000. Sedangkan pendapatan ikan kakap putih ratarata per tahun yaitu Rp -1.389.131. Secara finansial usaha

(11)

budidaya kepiting bakau layak untuk dijalankan ini terbukti dengan perolehan B/C ratio kepiting bakau yaitu 2,46 sedangkan ikan kakap putih memiliki B/C ratio sebesar 0,93 dan tidak layak diusahakan. Hal ini disebabkan karena beberapa aspek yaitu harga dan

keberadaan benih, kondisi alam, dan harga jual ikan. Namun, jika dilihat dari keuntungan pada tahun 3, 4, dan 5 yaitu Rp 2.230.181, Rp 3.180.881, dan Rp 5.258.761 maka usaha tambak kakap putih tersebut memiliki keuntungan dan masih layak untuk diusahakan dan dilanjutkan. Saran

1. Mengingat lokasi budidaya yang strategis dan dapat menambah devisa negara serta menciptakan lapangan kerja maka, kegiatan usaha tambak tersebut sangat potensial untuk dikembangkan. Oleh sebab itu hendaknya pemerintah lebih banyak memberikan perhatian dalam bentuk penyuluhan dan dukungan permodalan untuk penyediaan sarana produksi terhadap pengembangan usaha budidaya.

2. Usaha tambak kepiting bakau di Kampung Sentosa Barat Lingkungan 20 Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan sebaiknya perlu adanya campur tangan pemerintah terhadap budidaya tradisional terkhusus budidaya ikan kakap putih yang sebenarnya memiliki

nilai ekonomi yang

menguntungkan sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal dan dapat memperluas usaha budidaya tambak dengan baik. DAFTAR PUSTAKA

Adiprima, K.P dan A. Sudradjat. 2012. Kajian Kesesuaian Lahan Tambak, Konservasi dan Permukiman Kawasan Pesisir Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Pesisir Pangandaran, Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Agustina, L. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Udang Windu di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ainun, A.N. 2014. Analisis dan Studi Kelayakan Proyek Usaha Budidaya Sapi Potong Skala 500 Ekor. Jurnal Penelitian Sains. 11 (1) : 77-85.

Ashari, R. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Barokah, U. 2012. Strategi Pengembangan Perikanan Tambak sebagai Sub Sektor Unggulan di Kabupaten Sidoarjo. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

(12)

Hilipito, A. 2013. Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Usaha Ternak Ayam Boiler. Jurnal Ilmiah Platax. 4 (2) : 178-183. Isrohah, R. 2015. Analisi Pengaruh

Modal Kerja dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Besih Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Ngaliyan Semarang. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Universitas Negeri Walisongo. Semarang. Kordi. G. 2009. Budidaya Perairan.

PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Khazanani, A. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Kabupaten Temanggung. [Skripsi]. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nasution, Z., S. Koehendrajana, dan A.H. Purnomo. 2005. Prosiding Seminar Indikator Kinerja dan Hasil Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jakarta, 14 Mei 2014. Balai Besar Riset Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta Pusat. Perdana, H. 2008. Analisis

Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. [Skripsi].

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rubiana, G. 2010. Analisis

Kelayakan Pembesaran Ikan Bandeng dengan Keramba Jaring Apung di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ruchmana, A.D. 2013. Proses

Pembelajaran Usaha Tambak Bandeng di Desa Ujungwatu Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Sembiring, I., A.S. Wantasen, dan E.LA. Ngangi. 2012. Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat dalam Pemanfaatan Terumbu Karang di Desa Tumbak Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Platax. 1 (1) : 29-32.

Siregar, G., H. Sunarno, dan Samsidar. 2014. Strategi Pengembangan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Agrium. 18 (3) : 235-242.

Swastawati, F. 2011. Studi Kelayakan dan Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan dengan Asap Cair Limbah Pertanian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro, Semarang. 3 (12) : 19-30.

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja karyawan BMT BIF lebih dipengaruhi oleh faktor internal karyawan yaitu efikasi diri, efikasi diri memiliki peranan yang besar dalam mewujudkan engagement karyawan

Keamanan pada suatu jaringan sangat diutamakan, karena berfungsi untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Saat ini, telah

Selain itu, digunakan pula teori kreativitas sebagai pisau bedah untuk membahas proses penciptaan karya musik Youth kelompok musik Soloensis.. Buku Ilmu Bentuk

semua kegiatan atau program yang telah direncanakan tersebut adalah ada... keterkaitan dan saling menunjang antara program satu dengan program

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pengelasan merupakan pekerjaan dengan potensi bahaya terbanyak dengan 13 tahapan kerja yang memiliki 43 potensi

Banyak terdapat dayah - dayah tradisional yang dipelopori oleh ulama, seperti Tengku Chik Samalanga, dayah didirikan tidak terlepas dari bantuan uleebalang. Tak jarang

Tata cara yang digunakan dalam analisa Pembebanan Seismik pada struktur gedung adalah SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Namun disisi lain masih ada siswa yang kurang memiliki perilaku prososial, diantaranya adalah siswa lebih suka berbohong saat ada masalah dibandingkan dengan