• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstract. sasaran segmen tertentu yang diinginkan dengan berbagai daerah yang berbedabeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstract. sasaran segmen tertentu yang diinginkan dengan berbagai daerah yang berbedabeda."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI SISTEM TRANSPORTASI PRODUK OLAHAN

KACANG PT.GARUDA FOOD DI KOTA SOLOK DENGAN

PENDEKATAN MODEL QUANTITATIVE SYSTEM BUSINESS (STUDI

KASUS PT. GARUDA FOOD)

Sri June Fitri, Nurul Huda1, Evi Susanti Tasri2

Economic Development, Faculty of Economic, Bung Hatta University Email: Srijunefitri@yahoo.com, nurulhuda114@yahoo.com, evitasri@yahoo.com

Abstract

The objective of this research was PT.Garuda Food warehouse in the Solok city precisely on Jl. St. Sunan Pamuncak Solok or near Terminal Bareh Solok. This Research aimed to examine whether using transport models can save transportation costs and can determine the shortest route or optimal and whether there is any difference between the cost of transportation before use after transport model by using the model of transport.

Tests carried out using transport models Stepping Stone (Stepping Stone Method). Where the program used is WinQSB. Results from this study showed that using a model of transportation, saving transportation cost and can determine the shortest or optimal route that can be passed or taken by transport warehouse PT.Garuda Food in distributing products. And there is a difference between the cost of transportation before using transport models with after using transport models. The difference in transportation costs in the amount of Rp 2.271.550,-. Where before using the model of transport, warehouse transportation costs PT.Garuda Food / day Rp 3.500.000,- / day and after using transport models, the cost of transportation to Rp 1.228.450,- / day.

Keywords: transportation costs, the shortest / optimal route and Stepping Stone (Stepping Stone Method).

PENDAHULUAN

Dalam suatu perusahaan dibutuhkan cara-cara tertentu agar produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut dapat laku di pasaran dan dapat memperoleh laba atau untung yang besar demi kelangsungan perusahaan tersebut. Berbagai cara yang dapat dilakukan agar produk tersebut dapat laku di pasaran yaitu salah satunya terletak pada cara pendistribusiannya. Dimana tujuan dari distribusi ini adalah untuk menyalurkan produk-produk yang dihasilkan suatu perusahaan tersebut dapat mencapai

sasaran segmen tertentu yang diinginkan dengan berbagai daerah yang berbeda-beda.

Di Kota Solok terdapat sebuah gudang dari PT. Garuda Food dimana gudang ini merupakan salah satu gudang yang menyimpan produk Garuda yaitu berbagai macam produk kacang Garuda untuk didistribusikan ke seluruh daerah yang sudah menjadi langganannya. Gudang PT.Garuda Food di kota Solok ini sudah beroperasi selama 15 tahun. Kegiatan yang biasanya dilakukan digudang ini adalah mendistribusikan

(2)

produk-produknya ke seluruh daerah tujuannya setiap hari.

Setiap kali produk datang dari pabrik dan kemudian diantarkan ke gudang, maka para karyawan gudang akan menyimpan, mengecek, serta siap untuk mendistribusikan kepada konsumen. Dimana produk yang didistribusikan oleh gudang PT.Garuda Food ini yaitu berupa berbagai olahan kacang. Macam-macam dari olahan kacang tersebut adalah : Kacang kulit original, Kacang kulit rasa bawang, Kacang kedelai pedas, Kacang kedelai rasa gurih, Kacang atom manis, Kacang atom pedas.

Kemudian, produk-produk PT.Garuda Food tersebut akan didistribusikan ke berbagai daerah. Daerah-daerah yang menjadi daerah tujuan dari gudang ini adalah sebagai berikut :

1) Sawah Lunto 2) Sijunjung 3) Dharmasraya 4) Alahan Panjang 5) Muara Labuh 6) Pasar Solok

7) Daerah kabupaten Solok

Rute-rute inilah yang akan dilalui dan sudah menjadi daerah dan tempat langganannya gudang Garuda di Kota Solok. Pendistribusiannya dilakukan setiap hari.

Dalam menjalankan proses pendistribusian ini, gudang Garuda ini

mempunyai karyawan berjumlah 17 orang. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1 orang bertindak sebagai Pimpinan Depo, 2 orang Pimpinan Sales, 3 orang karyawan bagian Administrasi, 5 orang karyawan gudang, 5 orang sopir, dan 1 orang security.

Di Gudang PT.Garuda Food di Kota Solok ini mempunyai armada transportasi yaitu sebanyak 6 unit. Dimana alat transportasi berfungsi untuk mengantarakan dan mendistribusikan produk-produknya ke daerah yang hendak dituju. Transportasi yang dimiliki Gudang ini diantaranya yaitu terdiri dari 6 unit alat transportasi :

1. Truk roda 6 sebanyak 3 unit 2. Truk roda 4 sebanyak 2 unit 3. Mobil pick up sebanyak 1 unit

Namun, gudang PT. Garuda food ini menyadari bahwa persaingan makin kompetitif dan membutuhkan strategi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi produk Garuda di pasaran. Dan yang menjadi salah satu kendala dari gudang ini adalah mahalnya biaya transportasi dalam mendistribusikan produk-produk. Agar hal ini tidak terjadi maka perlu suatu cara untuk mengoptimalkan dan meminimumkan biaya trasportasi dan menentukan rute terpendek yang dapat ditempuh agar biaya transportasinya dapat ditekan.

Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil tema

(3)

model transportasi dengan judul Optimalisasi Pengelolaan Komoditi Kacang Tanah di Kota Solok Dengan Pendekatan Model Quantitative System Business (Studi Kasus Pt.Garuda Food)”.

Bersarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model transportasi distribusi dengan menggunakan pendekatan model Quantitative System Business dapat menghemat biaya transportasi distribusi pada PT.Garuda Food ?

2. Apakah penerapan model transportasi distribusi dengan menggunakan pendekatan model Quantitative System Business dapat menentukan rute terpendek transportasi distribusi pada PT.Garuda Food ?

3. Apakah terdapat selisih biaya transportasi sebelum penerapan model transportasi distribusi dan setelah penerapan model transportasi distribusi dengan pendekatan model Quantitative System Business pada PT.Garuda Food ?

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diduga penerapan model transportasi pada PT.Garuda Food dapat meminimumkan biaya transportasi. 2. Diduga dengan menerapkan model

transportasi pada PT.Garuda Food dapat menentukan rute atau jalur terpendek dalam mendistribusikan produk PT.Garuda Food.

3. Diduga terdapat selisih positif antara biaya transportasi sebelum penerapan model transportasi distribusi dan sesudah penerapan model transportasi distribusi pada PT.Garuda Food.

TINJAUAN PUSTAKA Model Transportasi

Asumsi dasar model ini adalah biaya transport pada suatu rute tertentu proporsional dengan banyaknya unit yang dikirimkan. ( Subardi, 1992 ).

Model transportasi diformulasikan menurut karakteristik-karakteristik unik permasalahannya yang meliputi :

1) Suatu barang dipindahkan (transported), dari seluruh sumber ke tempat tujuannya dengan biaya yang seminim mungkin

2) Atas barang tersebut tiap sumber dapat memasok suatu jumlah yang tetap dan tiap tujuan mempunyai jumlah permintaan yang tetap.

Menurut Taha (1996), “Dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi

(4)

sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan.

Jenis–jenis Model Transportasi

Terdapat beberapa cara dalam model transportasi atau metode distribusi, yaitu:

1. Untuk menentukan solusi awal dapat digunakan :

 Metode North West Corner (Metode Sudut Barat Laut)

 Metode Least Cost (Metode Biaya Terkecil)

 Metode VAM (Vogel’s Approximation Method)

2. Untuk menentukan solusi akhir yang optimal dapat digunakan :

 Metode Modified Distribution (MODI)

 Metode Stepping Stone (SSM) Distribusi

Distribusi adalah kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.

Menurut Nelfiyanti dan Dedi Dermawan (2012) Distribusi produk sering menciptakan hirarki dari lokasi penyimpanan,yang dapat meliputi : pusat-pusat produksi (manufacturing service), pusat-pusat produksi (distribution centre),

grosir (wholesalers), dan pengecer (retailers). Dimana distribusi produk ini kata lainnya adalah logistik, istilah ini sering digunakan dalam lingkungan militer.

Rute Terpendek

Permasalahan rute terpendek adalah permasalahan untuk menemukan rute terpendek antara titik asal (initial node) menuju titik tujuan (final node) dalam suatu jaringan jalan. Walaupun demikian cukup banyak permasalahan lain yang dapat juga dimodelkan dengan pendekatan model rute terpendek ini, antara alain permasalahan strategi penggantian mesin, kendaraan atau fasilitas (Taha, 1996).

Program atau Software WinQSB

Software WinQSB atau yang dikenal dengan Windows Quantitative System Business merupakan program yang dapat memecahkan masalah-masalah kuantitatif dalam hal bidang manajemen.

Menurut Winarno (2008) WinQSB merupakan salah satu program komputer yang dirancang dan dibuat guna untuk memecahkan segala permasalahn kuantitatif di bidang manajemen. Dimana salah satu keunggulannya adalah merupakan kelanjutan dari program QSB yang pada tahun 1990-an sudah banyak digunakan di kalangan akademisi maupun di kalangan pembuat keputusan. Bedanya

(5)

QSB masih dijalankan dibawah sistem DOS, sedangkan WinQSB sudah berbasis Microsoft Windows. Dikarenakan WinQSB sudah berbasis Microsoft Windows, maka WinQSB sudah memanfaatkan kemampuan grafis komputer. Masing-masing modul yang adda di program ini sudah memilliki ikon sendiri.

Penyelesaian Optimalisasi

Menurut Haningsih (2013), metode yang digunakan untuk uji optimalisasi adalah:

 Metode Batu Loncatan (Stepping Stone)

Berikut adalah langkah-langkah Metode Batu Loncatan (Stepping Stone):

a. Penyusutan Tabel Alokasi

Untuk bisa memahami dengan lebih mudah dan memecahkan masalah, maka data diatas harus disusun ke dalam suatu tabel yang menunjukkan hubungan antara kapasitas pabrik, kebutuhan gudang, dan biaya pengangkutan. Pada tabel yang berupa matriks tersebut jumlah kebutuhan pasar diletakkan pada baris terakhir dan kapasitas tiap gudang pada kolom terakhir. Sedang biaya pengangkutan diletakkan pada segi empat kecil pada tabel itu.

b. Prosedur Alokasi

Setelah data tersusun dalam bentuk tabel, maka langkah selanjutnya adalah mengalokasikan produk dari gudang-gudang ke tempat-tempat tujuan distribusi. Pedoman yang merupakan prosedur

alokasi sistematis pertama adalah pedoman sudut barat laut (northwest comer rule). Mulai dari sudut kiti atas dari tabel dialokasikan sejumlah maksimum produk dengan melihat kapasitas gudang dan kebutuhan pasar.

c. Mengubah Alokasi Secara Trial and Error

Untuk mengurangi biaya pengangkutan, alokasi pada tabel dapat diubah secara trial and error. Perubahan alokasi ini dapat dilakukan melalui segi empat berdekatan maupun segi empat berjauhan atau tidak berdekatan. Demikian seterusnya diadakan perubahan bila dengan perubahan itu dapat mengurangi biaya, sampai akhirnya diperoleh biaya pengangkutan yang terendah (optimal). METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah gudang PT. Garuda Food yang berlokasi di Kota Solok yang beralamat di jalan St. Sunan Pamuncak Kota Solok atau dekat Terminal Bareh Solok.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer. Dimana data primer adalah data yang langsung didapatkan dari obyek penelitian yaitu dengan cara mengamati secara langsung ataupun dengan melalui wawancara.

(6)

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian ini yaitu pada gudang PT.Garuda Food yang berada di Kota Solok untuk mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Interview

Interview ini adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi melalui Tanya jawab secara langsung dengan salah seorang narasumber yang paham dan mengetahui tentang obyek dari penelitian ini guna memperoleh data-data dan

informasi yang berguna demi kelancaran penelitian. Dimana sebagai narasumbernya adalah pihak manajemen ataupun karyawan dari PT.Garuda Food dimana narasumber tersebut paham dan mengetahui mengenai obyek penelitian ini. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis dengan Menggunakan Metode Stepping Stone (Metode Batu Loncatan )

- Tahap 1

Mengisi kotak matriks sesuai dengan jumlah kapasitas gudang dengan jumlah kebutuhan distribusi.

Tabel 5.1

Iterasi 1 Tahap Awal, Pedoman Sudut Barat Laut

KE

DM ALPA SJG SWL MLB PSR SLK KAB SLK KAPASITAS

DARI GUDANG GUDANG 1 7000 3500 4300 3500 10000 2000 3500 133 45 30 25 33 GUDANG 2 6700 3300 4200 3300 9750 1800 3250 120 45 35 35 5 KEBUTUHAN 45 45 35 30 35 25 38 253 DISTRIBUSI

Sumber : Data Lapangan Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa tabel diatas merupakan tahap awal iterasi 1 dari proses model Stepping

Stone dimana, tabel diisi dengan cara pedoman sudut barat laut yang mana, tabel tersebut diisi mulai dari sudut kiri atas

(7)

tabel. Produk PT.Garuda Food pertama kali diantarkan atau didistribusikan ke daerah Dharmasraya selanjutnya ke Alahan Panjang, kemudian Sijunjung, Sawah Lunto, Muara Labuh, Pasar Solok dan terakhir ke Kabupaten Solok. Setelah tabel diatas diisi dengan batu-batu maka perhitungan untuk mendapatkan berapa besar biaya transportasi distribusi serta rute terpendek yang dapat dilalui perusahaan PT. Garuda Food dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Gudang 1 – Dharmasraya 45 x 7.000 = Rp 315.000

b. Gudang 1 – Sawah Lunto 30 x 3.50 = Rp 105.000

c. Gudang 1 – Pasar Solok 25 x 2000 = Rp 50.000

d. Gudang 1–Kabupaten Solok 33x 3.500 = Rp 115.500

e. Gudang 2–Alahan Panjang 45 x 3.300 = Rp 148.500

f. Gudang 2 – Sijunjung 35 x 4.200 = Rp 147.000

g. Gudang 2 – Muara Labuh 35 x 9.750 = Rp 341.250

h. Gudang 2 –Kabupaten Solok 5 x 3.250 = Rp 16.250

Jadi, Biaya Transportasinya adalah sebesar Rp1.238.500.

Jadi, dari tahap 1, iterasi 1 didapatkan rute dan biaya sebagai berikut :

1. Gudang 1 – Dharmasraya 2. Gudang 1 – Sawah Lunto 3. Gudang 1 – Pasar Solok 4. Gudang 1 – Kabupaten Solok 5. Gudang 2 – Alahan Panjang 6. Gudang 2 – Sijunjung 7. Gudang 2 – Muara Labuh 8. Gudang 2 – Kabupaten Solok

Dengan biaya transportasi nya yaitu sebesar Rp 1.238.500,- (satu juta dua ratus tiga puluh delapan ribu lima ratus rupiah).

- Tahap 2

Perbaikan pertama dengan trial and error (segi empat berjauhan). Cara dan perhitungannya akan dijabarkan sebagai berikut:

(8)

Tabel 5.2

Iterasi 2, Trial And Error (Segi Empat Berjauhan)

KE

DM ALPA SJG SWL MLB PSR SLK KAB SLK KAPASITAS

DARI GUDANG GUDANG 1 7000 3500 4300 3500 10000 2000 3500 133 45 + 30 25 33 - GUDANG 2 6700 3300 4200 3300 9750 1800 + 3250 120 45 35 35 5 KEBUTUHAN 45 45 35 30 35 25 38 253 DISTRIBUSI

Sumber: Data Lapangan Tahun 2015 Tabel 5.2 ini menunjukkan tahap kedua dari model Stepping Stone. Pada tahap ini sudah dilakukan perbaikan pertama dengan trial and error berjauhan

(segi empat sberjauhan). Dari perbaikan tersebut, maka hasil nya akan ditunjukkan dalam tabel 5.3 yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.3

Iterasi 2, Hasil Trial And Error Berjauhan (Segi Empat Berjauhan)

KE

DM ALPA SJG SWL MLB PSR SLK KAB SLK KAPASITAS

DARI GUDANG GUDANG 1 7000 3500 4300 3500 10000 2000 3500 133 45 33 30 25 GUDANG 2 6700 3300 4200 3300 9750 1800 3250 120 45 2 35 38 KEBUTUHAN 45 45 35 30 35 25 38 253 DSTRIBUSI

Sumber: Data Lapangan Tahun 2015 Tabel 5.3 merupakan hasil dari perbaikan menggunakan trial and error (segi empat berjauhan). Dimana alur dari perbaikan tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.3. Sehingga perhitungan biaya transportasi distribusi dan penentuan rute terpendek yang dapat ditempuh oleh

transportasi untuk pendistribusian produk PT.Garuda Food dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Gudang 1 – Dharmasraya 45 x 7.000 = Rp 315.000

b. Gudang 1 – Sijunjung 33 x 4.300 = Rp 141.900

(9)

c. Gudang 1 – Sawah Lunto 30 x 3.500 = Rp 105.000

d. Gudang 1 – Pasar Solok 25 x 2.000 = Rp 50.000

e. Gudang 2 –Alahan Panjang 45 x 3.300 = Rp 148.500

f. Gudang 2 – Sijunjung 2 x 4.200 = Rp 8.400

g. Gudang 2 – Muara Labuh 35 x 9.750 = Rp 341.250

h. Gudang 2–Kabupaten Solok 38 x3.250 = Rp 123.500

Jadi, Biaya Transportasinya adalah sebesar Rp1.233.550

Jadi, rute transportasi yang didapatkan dari tahap kedua yaitu :

1. Gudang 1 – Dharmasraya

2. Gudang 1 – Sijunjung 3. Gudang 1 – Sawah Lunto 4. Gudang 1 – Pasar Solok 5. Gudang 2 – Alahan Panjang 6. Gudang 2 – Sijunjung 7. Gudang 2 – Muara Labuh 8. Gudang 2 – Kabupaten Solok

Dengan biaya trasnportasinya yaitu sebesar Rp 1.233.550,- (satu juta dua ratus tiga puluh tiga ribu lima ratus lima puluh rupiah).

- Tahap 3

Perbaikan kedua dengan trial and error berdekatan (segi empat berdekatan). Cara dan perhitungannya akan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 5.4

Iterasi 3, Trial And Error Berdekatan (Segi Empat Berdekatan).

KE

DM ALPA SJG SWL MLB PSR SLK KAB SLK KAPASITAS

DARI GUDANG GUDANG 1 7000 3500 4300 3500 10000 2000 3500 133 45 + 33 - 30 25 GUDANG 2 6700 3300 4200 3300 9750 1800 3250 120 - 45 + 2 35 38 KEBUTUHAN 45 45 35 30 35 25 38 253 DISTRIBUSI

Sumber: Data Lapangan Tahun 2015 Tabel 5.4 menunjukkan perbaikan menggunakan segi empat berdekatan. Dimana alur dari perbaikan tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.4. Hasil dari

perbaikan diatas dapat dilihat di tabel selanjutnya yaitu di tabel 5.5 yang akan ditampilkan seperti berikut ini :

(10)

Tabel 5.5

Iterasi 3, Hasil Trial And Error (Segi Empat Berdekatan)

Sumber: Data Lapangan Tahun 2015 Tabel 5.5 merupakan hasil dari perbaikan menggunakan trial and error (segi empat berdekatan). Perbaikan menggunakan segi empat berdekatan ini merupakan langkah terakhir dan hasil akhir yang dapat diambil karena dalam tahap ini didapatkan biaya transportasi distribusi yang paling kecil dan optimal diantara tahap-tahap sebelumnya. Sehingga perhitungan biaya transportasi distribusi dan penentuan rute terpendek yang dapat ditempuh oleh transportasi untuk pendistribusian produk PT.Garuda Food dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Gudang 1 – Dharmasraya 45 x 7.000 = Rp 315.000

b. Gudang 1–Alahan Panjang 33 x 3.500 = Rp 115.500

c. Gudang 1 – Sawah Lunto 30 x 3.500 = Rp 105.000

d. Gudang 1 – Pasar Solok 25 x 2.000 = Rp 50.000

e. Gudang 2–Alahan Panjang 12 x 3.300 = Rp 39.600

f. Gudang 2 – Sijunjung 35 x 4.200 = Rp 138.600

g. Gudang 2 – Muara Labuh 35 x 9.750 = Rp 341.250

h. Gudang 2–Kabupaten Solok 38 x3.250 = Rp 123.500

Jadi, Biaya Transportasinya adalah sebesar Rp 1.228.450.

Jadi, rute transportasi yang didapat dari tahap terakhir ini yaitu :

1. Gudang 1 – Dharmasraya 2. Gudang 1 – Alahan Panjang 3. Gudang 1 – Sawah Lunto 4. Gudang 1 – Pasar Solok 5. Gudang 2 – Alahan Panjang 6. Gudang 2 – Sijunjung 7. Gudang 2 – Muara Labuh

KE

DM ALPA SJG SWL MLB PSR SLK KAB SLK KAPASITAS

DARI GUDANG GUDANG 1 7000 3500 4300 3500 10000 2000 3500 133 45 33 30 25 GUDANG 2 6700 3300 4200 3300 9750 1800 3250 120 12 35 35 38 KEBUTUHAN 45 45 35 30 35 25 38 253 DISTRIBUI

(11)

8. Gudang 2 – Kabupaten Solok

Oleh karena itu, gudang PT. Garuda Food dapat menghemat biaya transportasi sebesar Rp 2.271.550/hari. Dimana biaya transportasi mula-mula sebelum menggunakan model transportasi yaitu sebesar Rp 3.500.000/harinya dan setelah menggunakan model transportasi menjadi Rp 1.228.450,-.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan hasil perhitungan yang telah didapat dan diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan terhadap pelaksanaan model transportasi pada gudang PT. Garuda Food. Simpulan yang diperoleh yaitu :

1. Penerapan model transportasi distribusi dengan menggunakan pendekatan model Quantitative System Business dapat menghemat biaya transportasi distribusi pada PT.Garuda Food.

2. Penerapan model transportasi distribusi dengan menggunakan pendekatan model Quantitative System Business dapat menentukan rute terpendek transportasi distribusi pada PT.Garuda Food.

3. Terdapat selisih biaya transportasi sebelum penerapan model transportasi distribusi dan setelah penerapan model transportasi distribusi dengan pendekatan model Quantitative System Business pada PT. Garuda

Food. Dimana, sebelum menerapkan model transportasi distribusi biaya transportasi/harinya yaitu sebesar Rp 3.500.000,- dan setelah menerapkan model transportasi distribusi biaya transportasi/harinya yaitu sebesar Rp 1.228.450,-. Dengan demikian, PT.Garuda Food dapat menghemat biaya transportasinya sebesar Rp 2.271.550,-/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. A. (2014). Penerapan Model Transportasi Dan Distribusi Vogel's Approximation Method (VAM) Dan Modified Distribution (MODI) Pada UD.Tani Berdikari. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Derisma, A. H. (2013). Model Optimasi Pengiriman Produk Coca-Cola Ke Sales Center (Studi Kasus : Pt. Coca-Cola Bottling Indonesia Sumatera Bagian Tengah). Teknik Industri Universitas Bung Hatta, Vol. 2 No. 1.

Eka. Penentuan Rute Distribusi Produk Minuman Ringan Pt.Coca Cola Distribution Indonesia Dc (Distribution Center) Pontianak Menggunakan Metode Travelling Salesman Problem. Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura.

Gusnitowati, Fera Marlinda, R., Supriyono. (2014). Penerapan Algoritma Branch And Bound Untuk Menentukan Rute Objek Wisata Di Kota Semarang. UNNES Journal of Mathematics.

Haningsih. (2013). Pengertian Model Transportasi dan Aplikasinya.

(12)

Heizer, Jay, B. R. (2007). Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Hidayat, Arinten Dewi, B. Y., Dian

Septiana. Analisis Pemecahan Masalah Rute Terpendek Antara Kota Jakarta dengan Kota Bandung.

Huda, N. (2007). Teknik Perencanaan Pembangunan. Padang: Bung Hatta University Press.

http://ekokusnur.com/pengertian-

distribusi-dan-fungsi-distribusi.html (diakses pada 21/09/2015)

http://perpustakaancyber.blogspot.com/201 3/05/pengertian-distribusi-tujuan-fungsi-saluran.html (diakses pada 21/09/2015)

Mulyono, S. (1999). Operations Research. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nelfiyanti, D. D. (2012). Penentuan Rute Distribusi BBM yang Optimal Menggunakan Metode Minimal Spanning Tree (MST) dan Algoritma Heuristik di PT.Telkomsel Area Kabupaten Pelalawan. Teknik Industri Universitas Bung Hatta, Vol.1 No.1.

Nelwan, Claudia, J. S. K., Yohanes Langi (2013). Optimalisasi Pendistribusian Air dengan Menggunakan Metode Least Cost dan Metode Modified Distribution (Studi Kasus : Pdam Minahasa Utara). Ilmiah Sains, Vol.13 No. 1. Subagyo, P. (1997). Dasar-Dasar Operation Research. Yogyakarta: BPFE UGM.

Subardi, A. (1992). Metode Modified Distribution Dalam Operations Research. prosiding manajemen dan usahawan, Vol. 21 No. 05.

Taha HA. (1996). Riset Operasi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Winarno, W.W.. (2008). analisis manajemen kuantitatif dengan winQSB. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. www.kamubisa- io.com/2015/02/Pengertian- Distribusi-Tujuan-Fungsi-Kegiatan-Ekonomi-Distribusi.html (diakses pada 21/09/2015)

Zainuddin. (2011). analisis penerapan model transportasi dan distribusi (dengan VAM dan MODI) pada PT.Coca-Cola bottling indonesia. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : Bahwa dalam rangka mendayagunakan potensi sumber daya yang ada di UPN “Veteran” umum memperoleh pemasukan tambahan pendapatan di luar kewajiban keuangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor proses apa yang berpengaruh terhadap respon, mengetahui rancangan level faktor kendali yang mengoptimalkan semua

Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup organisme, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan dapat memberikan keterangan yang berarti mengenai

Fenomenologis menunjukan proses “menjadi” dan kemampuan mengetahui bentuk-bentuk (gejala yang nampak) secara bertahap untuk menuju pengetahuan (makna) yang benar dari

Hasil ketera ngan dari pasangan usia subur yang termasuk kedalam umnet need ter- dapat sebanyak 5% sedang hamil namun tidak pada waktu yang diinginkan, sebanyak 22,5%

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah berkaitan dengan hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM pada Mata

Pemanfaatan mikroorganisme dalam bidang teknologi semakin banyak digunakan misalnya dalam menghasilkan berbagai produk seperti bahan pangan, industri, pertanian,

Konseptual merupakan unsur penting dalam penelitian berdasarkan kajian teoritis di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran pada umumnya adalah kegiatan yang