• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Oleh:

Bernat Panjaitan, SH, M.Hum Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

ABSTRAK

Hak cipta merupakan hak milik oleh karena itu bersifat khusus karena hak tersebut hanya diberikan kepada pencipta atau pemilik/ pemegang hak yang bersangkutan untuk dalam waktu tertentu memperoleh perlindungan hukum guna mengumumkan, memperbanyak, mengedarkan, dan lain-lain hasil karya ciptanya, atau memberikan izin kepada orang lain untuk melaksanakan hal-hal tersebut. Hak cipta diklasifikasikan sebagai hak atas benda bergerak, sehingga hak cipta dapat dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibernarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengaturan pewarisan hak cipta diatur sesuai dengan hukum waris berdasarkan KUHPerdata yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan seseorang setelah meninggal dunia dengan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang mengatur tentang pewarisan hak cipta.

Adapun pembahasan dalam karya ini yaitu tentang bagaimana kedudukan hak cipta sebagai harta kekayaan dalam warisan; bagaimama pengaturan mengenai pewarisan hak cipta menurut KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014;dan bagaimana pengaturan pewarisan hak cipta yang tidak diketahui penciptanya.

Adapun juga kesimpulan bahwa hak cipta sebagai harta kekayaan dalam warisan dapat beralih atau dialihkan kepemilikannya baik seluruhnya atau sebagian yang berlangsung secara otomatis sejak meninggalnya pemilik hak cipta (pewaris) serta kedudukan hak cipta setelah diwariskan masih tetap diakui dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Dalam hal pewarisan hak cipta yang tidak diketahui penciptanya maka negaralah yang memiliki atau memegang hak cipta tersebut, artinya walaupun suatu ciptaan tidak diketahui penciptanya namun ciptaan tersebut harus tetap dijaga dan dilindungi kelestariannya.

Kata Kunci : Pewarisan, Hak Cipta, KUH Perdata, UU No. 28 Tahun 2014

I. PENDAHULUAN

Hak cipta merupakan salah satu macam hak kekayaan intelektual dan sejalan dengan macam-macam benda sebagaimana dibicarakan diatas termasuk sebagai benda bergerak tidak bertubuh. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditegaskan oleh

Pasal 16 Ayat (1) bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak.

Dengan status hak cipta dipandang sebagai benda bergerak mempunyai konsekuensi seperti benda bergerak lainnya yaitu dapat dibawa kesana kemari maupun dipindahtangankan kepada pihak lain. Mengenai hak cipta dapat dibawa kesana kemari, cara membawanya tidak

(2)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 seperti benda bergerak yang bertubuh

seperti dengan menjijing, memikul, mengirim atau mengangkut. Berhubung bendanya merupakan sebuah hak pribadi maka hak cipta selalu melekat pada penciptanya/pemegang hak cipta. Hak cipta selalu mengikuti keberadaan pencipta/pemegang hak cipta kemana yang bersangkutan berada di suatu tempat. Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut. Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain untuk

memproduksi, memperbanyak dan

menjual hasil copy-an ciptaan adalah bukan semata-mata karena perbuatan

memberi izin saja melainkan

pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar, pencipta/pemegang hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari penerimaan izin tersebut.

Sejalan dengan itu Muhammad mengatakan, bahwa hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan sendiri hak kekayaan intelektual atau karena penggunaan pihak lain berdasarkan lisensi. Dalam perjanjian lisensi hak cipta

selain memperjanjikan izin menggunakan hak cipta juga memperjanjikan pembagian keuntungan yang diperoleh penerima lisensi dengan pemberi lisensi. (Gatot Supramono, 2010 : 46)

Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan" atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis

yang tidak semua orang bisa

membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas (Harris Munandar dan Sally Sitanggang, 2010 : 25)

WIPO (World Intellectual

Property Organization) mengatakan copyright is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works. Yang artinya hak cipta

adalah terminologi hukum yang

menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.

Imam Trijono berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si

(3)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 pencipta dan hasil ciptaannya yang

mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasa pun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, berbunyi : “Hak cipta adalah hak eksklusifpencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Mengenai pemindahtanganan hak cipta bahwa hak cipta dapat beralih atau dialihkan oleh pemegangnya. Berdasarkan Pasal 16 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah diatur tentang hak tersebut, bahwa hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik sebagian atau seluruhnya karena :

1. Pewarisan; 2. Hibah; 3. Wakaf; 4. Wasiat;

5. perjanjian tertulis; atau

6. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas

dapat diambil suatu rumusan

permasalahan sebagai bentuk pembatasan

dalam pembahasan karya ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan hak cipta sebagai harta kekayaan dalam warisan?

2. Bagaimama pengaturan mengenai pewarisan hak cipta menurut KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014?

3. Bagaimana pengaturan pewarisan hak

cipta yang tidak diketahui

penciptanya?

II. HAK CIPTA SEBAGAI HARTA

KEKAYAAN DALAM WARISAN

Hak kekayaan intlektual

merupakan terjemahan atas istilah Intellectual Property Right (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Adapun Kekayaan Intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, satra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan seterusnya. Jadi, Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

merupakan hak- hak

(wewenang/kekuasaan) untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut, yang diatur oleh norma- norma atau hukum- hukum yang berlaku.

(4)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013

Rachmadi Usman memberi

definisi Hak Kekayaan Intelektual adalah hakatas kepemilikan terhadap karya-karya yang timbul atau lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Karya-karya tersebut merupakan

kebendaan tak berwujud sebagai hasil dari kemampuan intelektualitas seseorang atau manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa, dan karyanya.1

Titik tolak nilai yang dilindungi oleh hak kekayaan intlektual adalah proses berpikir penciptanya maka hak kebendaan yang melekat pada proses intelektual tersebut termasuk benda yang tidak berwujud. Hak tersebut berupa hak

untuk mempertahankan karangan

miliknya dan hak untuk memanfaatkan atau menggunakan karangan tersebut, misalnya untuk mendapatkan penghargaan secara ekonomis.

Hak Kekayaan Intelektual

merupakan bagian hukum harta benda (hukum kekayaan). Hak kekayaan intelektual dikelompokkan sebagai hak milik yang sifatnya tidak berwujud (intangible). Hak kekayaan intelektual bersifat sangat abstrak dibandingkan dengan hak atas benda bergerak pada umumnya, seperti hak kepemilikan atas

1 Rachmadi Usman. Hukum Hak Atas Kekayaan

Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia. Ed.1. Cet.1. Bandung: PT Alumni, 2003.

Hal. 2

tanah, kendaraan, dan properti lainnya yang dapat dilihat dan berwujud.

Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja ratio. Hasil dari pekerjaan ratio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial, benda tidak berwujud misalnya karya cipta lagu.

Pengaturan hak kekayaan

intelektual secara implisit ditemukan dalam sistem hukum benda yang mengacu pada ketentuan Pasal 499 KUHPerdata adalah sebagai berikut: " Menurut paham

undang-undang yang dinamakan

kebendaan ialah tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik".

Mahadi menguraikan lebih lanjut mengenai rumusan pasal tersebut yaitu yang dapat menjadi objek hak milik adalah barang dan hak. Adapun yang dimaksud dengan barang adalah benda materiil, sedangkan hak adalah benda

immaterial. Selanjutnya Pitlo

sebagaimana dikutip Mahadi menegaskan pula bahwa hak kekayaan intelektual dalam hak-hak yang disebut Pasal 499 KUHPerdata sebagai berikut: "Hak kekayaan intelektual termasuk ke dalam hak- hak yang disebut oleh Pasal 499 KUHPerdata. Hal ini menyebabkan hak milik immaterial itu sendiri dapat menjadi objek dari suatu hak benda. Hak benda adalah hak absolut atas sesuatu benda,

(5)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 tetapi ada hak absolut yang objeknya

bukan benda. Inilah yang disebut dengan hak kekayaan intelektual (intellectual property rights)".

Selanjutnya Pasal 503

KUHPerdata menggolongkan benda ke dalam dua bentuk yaitu, "Tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh dan tidak bertubuh". Ketentuan ini berarti barang adalah benda bertubuh atau benda materiil yang ada wujudnya, karena dapat dilihat dan diraba (tangible good), misalnya kendaraan, rumah, tanah, komputer, dan lain-lain. Sedangkan "hak" adalah benda tidak bertubuh atau benda immaterial yang tidak ada wujudnya karena tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba (intangible good), misalnya hak kekayaan intelektual, gadai, hipotik, piutang, hak pakai, hak pungut hasil, hak guna usaha.

Sebagai suatu hak atas kekayaan

yang timbul dari kemampuan

intelektualitas manusia, berkaitan dengan masalah ini van Apeldorn menyatakan sebagai berikut: " Hak pemilikan hasil intelektual sangat abstrak dibandingkan dengan hak pemilikan benda yang terlihat, tetapi hak-hak tersebut mendekati hak-hak benda, lagipula kedua hak tersebut bersifat mutlak. Selanjutnya terdapat analogi, bahwa pikiran manusia menjelma dalam suatu ciptaan seni, sastra dan ilmu pengetahuan atau dalam bentuk pendapat jadi berupa benda berwujud (lichamelijk zaak) yang dalam pemanfaatannya

(exploit), dan reproduksinya dapat merupakan sumber keuntungan uang. Inilah yang membenarkan penggolongan hak tersebut ke dalam hukum harta benda.

Hak cipta merupakan salah satu macam hak kekayaan intelektual dan sejalan dengan macam-macam benda sebagaimana dibicarakan diatas termasuk sebagai benda bergerak tidak bertubuh. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditegaskan oleh Pasal 16 Ayat (1) bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak.

Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak tidak berwujud sehingga hak cipta juga termasuk ke dalam harta warisan yang ditinggalkan pewaris. Hak cipta merupakan salah satu harta kekayaan pewaris yang menjadi objek warisan. Hak cipta dapat diwariskan setelah penciptanya atau pemegang hak cipta (pewaris) meninggal dunia. Ahli waris yang berhak mewaris diutamakan adalah golongan pertama, yaitu anak-anak dan istri atau suami yang hidup terlama, dan apabila tidak ada baru ahli waris golongan berikutnya sampai pada golongan keempat, dan apabila tidak ada juga maka segala harta peninggalan si pewaris menjadi milik negara. Jika terdapat ahli warisnya lebih dari satu orang, maka itu tidak menjadi masalah dalam menerima warisan karena hak cipta dapat dimiliki oleh mereka secara bersama-sama.

(6)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 Kedudukan ahli waris dalam

pewarisan hak cipta adalah bahwa ahli waris dapat menentukan sikapnya atas pewarisan hak cipta yaitu dengan:

a. Menerima harta warisan secara penuh b. Menerima warisan bersyarat

c. Menolak harta warisan

III. PENGATURAN PEWARISAN HAK CIPTA MENURUT KUHPERDATA DAN UU NO. 28 TAHUN 2014

Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan lebih khususnya. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan terjadinya peristiwa hukum kematian seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia tersebut.

Kemajemukan masyarakat di Indonesia diikuti dengan kemajemukan sistem hukum kewarisannya. Dimana hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata yang berkembang dengan sangat kental di masyarakat Indonesia. Kita ketahui kegiatan waris mewaris tidak bisa terlepas dari tata kehidupan masyarakat. Dalam hukum

waris di Indonesia terdapat berbagai macam cara yang dianut oleh masyarakat Indonesia dikarenakan banyaknya ras, suku, agama yang hidup berdampingan. Hukum waris sebagai bidang yang erat kaitannya dengan hukum keluarga adalah dalam kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen rasanya sangat sulit dan tidak mungkin dipaksakan agar terjadi unifikasi hukum waris.

Hukum Waris di Indonesia masih bersifat pluralistis, karena saat ini berlaku tiga sistem hukum kewarisan, yaitu Hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan Hukum Waris Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, 2006 : 1) Hukum Waris di Indonesia berbeda-beda, antara lain: 1) Adanya Hukum Waris Islam yang berlaku

untuk segolongan penduduk Indonesia; 2) Adanya Hukum Waris menurut Hukum

Perdata Barat yang berlaku untuk golongan penduduk yang tunduk pada Hukum Perdata Barat;

3) Adanya Hukum Adat yang disana sini berbeda-beda, tergantung pada daerah masing-masing, yang berlaku bagi orang-orang yang tunduk kepada Hukum Adat.

Definisi hukum kewarisan

KUHPerdata dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tidak dimuat secara tegas. Menurut A. Pitlo, hukum waris adalah kumpulan peraturan yang

mengatur hukum mengenai harta

(7)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 yaitu mengenai perpindahan kekayaan

yang di tinggalkan oleh si mayit dan akibat dari perpindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya,baik dalam hubungan antara mereka dengan mereka, ataupun hubungan antara mereka dengan pihak ketiga. Harta warisan adalah harta benda peninggalan dari pewaris. Harta benda tersebut dapat berupa benda bergerak dan tidak bergerak, benda berwujud dan tidak berwujud.

Intelectual Property Rights merupakan kebendaan immaterial yang

juga menjadi obyek hak milik

sebagaimana diatur dalam hukum kebendaan.71Pengaturan hak kekayaan intelektual secara implisit ditemukan dalam sistem hukum benda yang mengacu pada ketentuan Pasal 499 KUHPerdata adalah sebagai berikut: "benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap-tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik".

Hak milik sebagai hak kebendaan yang paling sempurna tentu saja jika dibandingkan dengan hak kebendaan yang lain memberikan kenikmatan yang sempurna pula kepada pemiliknya. Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan

yang berhak menetapkannya dan tidak mengganggu hak-hak orang lain.

Salah satu wujud pengakuan dari hak kebendaan yang sempurna itu adalah diperkenankannya oleh undang-undang hak kebendaan itu diwariskan oleh si pemilik. Hak cipta merupakan salah satu macam hak kekayaan intelektual dan sejalan dengan macam- macam benda sebagaimana disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta bahwa hak ciptamerupakan benda bergerak tidak bertubuh. Selain itu hak cipta juga merupakan hak yang dapat dimiliki, dan juga dapat menjadi objek pemilikan atau hak milik, oleh karenanya terhadap hak cipta itu berlaku syarat-syarat pemilikan, baik cara pemindahannya maupun cara pengalihan haknya, artinya hak cipta juga dapat diwariskan oleh pemilik hak cipta (pewaris) kepada keluarga sedarahnya ataupun orang lain yang ditunjuk di dalam wasiatnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pasal 1 angka 1, Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak cipta yang diberikan kepada pencipta atas karya ciptanya, hak kepemilikan ini didapat

(8)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 secara otomatis begitu seseorang

menghasilkan karya cipta.

Sama dengan hak milik intelektual lainnya, hak cipta sebagai hak kebendaan juga dapat beralih atau dialihkan. Ini suatu bukti bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 telah mengikuti prinsip-prinsip hukum benda yang dianut oleh seluruh negara di dunia dalam penyusunan undang-undang hak ciptanya. Sebagai kebendaan immaterial, hak cipta harus pula dihormati sebagai hak pribadi pemakainya. Wujud dari penghormatan hak pribadi itu adalah diakuinya oleh undang-undang tentang keberadaan hak milik, apakah itu hak milik atas benda materiil maupun hak milik atas benda immaterial seperti hak cipta. Hak milik sebagai hak kebendaan yang paling sempurna tentu saja jika dibandingkan dengan hak kebendaan yang lain memberikan kenikmatan yang sempurna pula kepada pemiliknya. Salah satu wujud pengakuan dari hak kebendaan yang sempurna itu dalah diperkenankannya oleh undang-undang hak kebendaan itu beralih atau dialihkan oleh si pemilik.

Seperti halnya bentuk- bentuk benda bergerak lainnya, hak cipta juga dapat beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun dalam keseluruhannya. Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu:

a. 'Transfer': merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak

kepada pihak/ orang lain, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.

b. 'Assignmenf : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak lain berupa pemberian izin/persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.

Menurut Pasal 830 KUHPerdata, dikatakan bahwa " Pewarisan hanya berlangsung karena kematian". Jadi, harta peninggalan baru terbuka jika si pewaris telah meninggal dunia, dan saat ahli waris masih hidup ketika warisan terbuka. Dalam hal ini, ada ketentuan khusus dalam Pasal 2 KUHPerdata, yaitu anak

yang dalam kandungan seorang

perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya. Apabila anak tersebut meninggal sewaktu dilahirkan, maka ia dianggap tidak pernah ada. Jadi, seorang anak yang lahir disaat ayahnya telah meninggal, maka ia berhak mendapat warisan.

Siapa yang sebenarnya layak menjadi ahli waris? Secara garis besar ada dua kelompok yang layak dan berhak sebagai ahli waris, kelompok pertama adalah seseorang atau beberapa orang yang menurut hukum dan undang- undang

(9)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 telah ditentukan sebagai ahli waris, dalam

Pasal 832 KUHPerdata, disebutkan: "Menurut undang-undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah para keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin dan si suami atau istri yang hidup terlama, semua menurut peraturan tertera dibawah ini. Dalam hal, bilamana baik keluarga sedarah, maupun yang hidup terlama diantara suami istri tidak ada, maka segala harta peninggalan si peninggal menjadi milik negara, yang mana berwajib akan melunasi segala hutangnya, sekedar harga harta peninggalan mencukupi untuk itu".

Lalu siapakah yang tidak layak menerima harta warisan? Orang-orang yang tidak layak menerima harta warisan menurut Pasal 838 KUHPerdata adalah sebagai berikut:

1. Mereka yang dengan putusan hakim telah dihukum karena membunuh atau mencoba membunuh pewaris.

2. Mereka yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan memfitnah dan mengadukan pewaris, bahwa pewaris melakukan kejahatan yang diancam hukuman penjara lima tahun atau lebih berat.

3. Mereka yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau mencegah pewaris untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya.

4. Mereka yang telah menggelapkan, memusnahkan, dan memalsukan surat wasiat si pewaris.

Hak cipta atau ciptaan seperti apa yang dapat diwariskan oleh pemiliknya? Ciptaan yang dapat diwariskan adalah hasil karya pencipta atau ciptaan yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan satra.

Pasal 9 ayat 2 TRIPs menyatakan:

Perlindungan hak cipta hanya diberikan pada perwujudan suatu ciptaan dan bukan pada ide, prosedur, metode pelaksanaan atau konsep- konsep

matematis semacamnya.

IV. PEWARISAN HAK CIPTA YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA

Negara memegang hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa "dalam hal ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan tersebut belum dilakukan pengumuman, hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh negara untuk kepentingan pencipta". Hal ini untuk mempertegas kepemilikan hak cipta dalam hal suatu karya yang penciptanya tidak diketahui dan belum diterbitkan, misalnya dalam hal karya tulis yang belum diterbitkan dalam bentuk buku atau karya musik yang belum direkam, dan sebagainya.

Selanjutnya dalam hal ciptaan telah dilakukan pengumuman tetapi tidak

(10)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 diketahui penciptanya, atau hanya tertera

nama aliasnya atau samaran penciptanya, maka hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh pihak yang melakukan

pengumuman untuk kepentingan

pencipta.2

Sedangkan apabila suatu ciptaan tidak diketahui baik penciptanya maupun pihak yang melakukan pengumuman atas ciptaan yang telah diterbitkan tersebut, maka hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh negara.3( Pasal 39 ayat (3) UU No 28 Tahun 2014)

V. KESIMPULAN

1. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta ditegaskan oleh Pasal 16 Ayat (1) bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak.Dengan status hak cipta dipandang sebagai benda bergerak mempunyai konsekuensi seperti benda bergerak lainnya yaitu dapat dibawa kesana kemari maupun dipindahtangankan kepada pihak lain.Berdasarkan Pasal 16 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Ciptatelah diatur secara limitatif tentang hak tersebut, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak sehingga hak cipta dapat dialihkan, baik seluruhnya

2 Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

3 Pasal 39 ayat (3), Ibid

maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wkaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Hak cipta merupakan salah satu harta kekayaan pewaris yang menjadi objek warisan, oleh sebab itu hak cipta dapat diwariskan.

2. Hak cipta yang beralih karena pewarisan terjadi berdasarkan ketentuan undang-undang sehingga kepemilikan beralih kepada ahli waris karena ketentuan undang-undang, beralih otomatis sejak meninggalnya pemilik hak.Hak cipta dapat diwariskan setelah penciptanya atau pemegang hak cipta (pewaris) meninggal dunia. Ahli waris yang berhak mewaris diutamakan adalah golongan pertama, yaitu anak-anak dan istri atau suami yang hidup terlama, dan apabila tidak ada baru ahli waris golongan berikutnya, dan apabila tidak ada juga maka segala harta peninggalan sipewaris menjadi milik negara.Selanjutnya setelah adanya proses peralihan hak cipta melaui pewarisan, maka kedudukan hak cipta baik yang menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum. Jelaslah bahwa sesungguhnya hak

(11)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 perlindungan dari undang-undang

secara tepat dan sempurna, walaupun si pencipta yang telah meninggal dunia namun kedudukan hak cipta tersebut masih tetap diakui dan dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Berdasarkan Pasal 58, maka hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia dan berlangsung hingga 70 (lima puluh) tahun sesudahnya.

3. Negara sebagai pemegang hak atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui baik ciptaan yang belum dilakukan pengumuman, maupun ciptaan yang telah dilakukan pengumuman, serta ciptaan yang telah diterbitkan, berlaku selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman baik ciptaan tersebut yang dipegang oleh negara ataupun yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pengumuman.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Abdulkadir Muhammad. Hukum dan

Penelitian Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004.

_______________. Hukum Perdata

Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011.

_______________. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001.

Arif Lutviansory, Hak Cipta dan

Perlindungan Folklor di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Effendi Parangin. Hukum Waris. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Gatot Supramono. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Harris Munandar dan Sally Sitanggang. Mengenal HAKI Hak Kekayaan Intelektual Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk-Beluknya.

OK Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Cetakan keempat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Rachmadi Usman. Hukum Hak Atas

Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia. Ed.1. Cet.1. Bandung: PT Alumni, 2003.

Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah. Hukum Kewarisan Perdata Barat: Pewarisan Menurut Undang-Undang. Jakarta: Kencana Renada Media Group, 2006.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa, 2003.

Suyud Margono. Aspek Hukum

Komersialisasi Aset Intelektual. Bandung: Nuansa Aulia, 2010.

Suyud Margono. Hukum Hak Cipta

Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World Trade

Organization/ WTO-TRIPs

Agreement. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Tim Lindsey,dkk. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Penganta. Bandung: PT Alumni, 2006.

(12)

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 02. September 2013 Zainuddin Ali. Pelaksanaan Hukum Waris di

Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2008

2. Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetbook). Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pemanfaatan Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional

Referensi

Dokumen terkait

kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi

Οι τιμές της παραμέτρου α* του χρώματος του φλοιού αυξήθηκαν μετά από 4 μήνες συντήρησης (κύρια στους καρπούς που δέχτηκαν 1-MCP)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat terhadap pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pada pembentukan karakter kejujuran siswa dalam

Untuk mengetahui kadar antioksidan pada buah kiwi, dilakukan serangkaian analisis... Analisis kuantitatif berupa penentuan aktivitas antioksidan, kadar flavonoid kadar fenolik

Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang banyak sekali selama saya kuliah

Matematika sebagai ilmu yang mempelajari konsep-konsep yang abstrak mengakibatkan adanya sikap yang negatif dari sebagian siswa terhadap pelajaran matematika.

Dari hasil uji akurasi yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa dengan penggunaan koreksi kolom air lyzenga maka dapat meningkatkan akurasi citra dalam

Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya.Pada perkara