• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Campuran Edible Coating Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Jeruk Manis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Campuran Edible Coating Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Jeruk Manis"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAMPURAN EDIBLE COATING DAN LAMA

PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUAH JERUK MANIS

SKRIPSI

OLEH :

RONALD H SINURAT

070305019/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH CAMPURAN EDIBLE COATING DAN LAMA

PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUAH JERUK MANIS

SKRIPSI

OLEH :

RONALD H SINURAT

070305019/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Terip Karo-Karo, MS Ir. Lasma Nora Limbong

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

RONALD H SINURAT : Pengaruh Campuran Edible Coating dan Lama Penyimpanan

terhadap Mutu Buah Jeruk Manis, dibimbing oleh Terip Karo-Karo dan Lasma Nora Limbong.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh campuran edible coating dan lama penyimpanan terhadap mutu buah jeruk manis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu perbandingan emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan dalam 100 ml edible coating K1 = 0% : 45%, K2 = 15% :30%, K3 = 30% :15%, K4 = 45% : 15% dan lama penyimpanan L1 = 5 hari, L2 = 10 hari, L3 = 15 hari, L4 = 20 hari. Parameter yang diamati meliputi laju respirasi, kadar vitamin C, total asam, susut bobot, total soluble solid, kadar air, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total asam, total soluble solid, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur), berbeda nyata terhadap kadar vitamin C dan susut bobot, dan berbeda tidak nyata terhadap kadar air. Lama penyimpanan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, susut bobot, total soluble solid, kadar air, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total asam dan berbeda nyata terhadap susut bobot. Pelapisan buah jeruk manis disarankan menggunakan campuran edible coating dengan perbandingan 30% emulsi lilin lebah : 15% larutan kitosan dan disimpan selama 15 hari. Kata kunci: emulsi lilin lebah, larutan kitosan, lama penyimpanan, jeruk manis

ABSTRACT

RONALD H SINURAT : Effect of Edible Coating Mixture and Storage Time on Quality of Sweet Orange, supervised by : Terip Karo-Karo and Lasma Nora Limbong.

The experiments objective was to study the effect of edible coating mixture and storage time on quality of sweet orange. The design of the experiments was completely randomized design with two factors, i.e rate bees wax emulsion and solution of chitosan

in 100 ml of edible coating : K1 = 0% : 45%, K2 = 15% : 30%, K3 = 30% : 15%, K4 = 45% : 15% and storage time : L1 = 5 days, L2 = 10 days, L3 = 15 days, L4 = 20 days. The parameters observed were respiration rate, vitamin C content, total

acid, weight reduction, total soluble solid, water content, total microbial and organoleptic tests (color, aroma, taste and texture).

The results showed that the ratio of bees wax emulsion and solution of chitosan had highly significantly affected the total acids, total soluble solid, total microbial and organoleptic tests (color, flavour, taste and texture) and significantly affected the vitamin C content and weight reduction and did not affect the water content. Storage time had highly significants affected the vitamin C content, total acid, weight reduction, total soluble solid, water content, total microbial and organoleptic tests (color, aroma, taste and texture). The interaction between the mixture and storage time had highly significantly affected the total acid and had significantly affected the weight reduction. The recommended coating was to use a mixture of 30% beeswax emulsion and 15% solution of chitosan and stored for 15 days.

(4)

RINGKASAN

RONALD H SINURAT, “Pengaruh campuran edible coating dan lama

penyimpanan terhadap mutu buah jeruk manis” dibimbing oleh Ir. Terip Karo-Karo. M.S selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Lasma Nora Limbong selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran edible coating dan lama penyimpanan terhadap mutu buah jeruk manis.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu perbandingan emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan dalam 100 ml edible coating K1 = 0% : 45%, K2 = 15% :30%, K3 = 30% :15%, K4 = 45% : 15% dan

lama penyimpanan L1 = 5 hari, L2 = 10 hari, L3 = 15 hari, L4 = 20 hari.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan didapat bahwa : 1. Kadar vitamin C

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda nyata (p<0,05) terhadap kadar vitamin C. Kadar vitamin C tertinggi pada perlakuan K3 sebesar 45,1 mg/100 g bahan dan terendah pada

perlakuan K1 sebesar 37,4 mg/100 g bahan.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar vitamin C. Kadar vitamin C tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 50,6 mg/100 g bahan, dan

terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 31,9 mg/100 g bahan.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap kadar vitamin C sehingga uji

(5)

2. Total asam

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap total asam. Total asam tertinggi pada perlakuan K3 sebesar 0,296 % dan terendah pada K1 sebesar

0,224 %.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap total asam. Total asam tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 0,368 % dan terendah pada

perlakuan L4 sebesar 0,160 %.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap total asam. Total asam tertinggi pada kombinasi perlakuan K2L1, K3L1 dan K4L1 yaitu sebesar 0,384 %

dan terendah pada perlakuan K1L4 dan K4L4 yaitu sebesar 0,128 %.

3. Susut bobot

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda nyata (p<0,05) terhadap susut bobot. Susut bobot tertinggi pada perlakuan K1 sebesar 8,473 % dan terendah pada perlakuan K4 sebesar

7,177 %.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap susut bobot. Susut bobot tertiggi pada perlakuan L4 sebesar 12,211 % dan terendah pada

perlakuan L1 2,825 %.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda nyata (p<0,05) terhadap susut bobot. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan K1L4 sebesar 12, 647 % dan terendah pada perlakuan

(6)

4. Total soluble solid

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap total soluble solid. Total soluble solid tertinggi terdapat pada perlakuan K1 sebesar 10,8 0brix, dan

terendah pada perlakuan K3 sebesar 9,788 0brix.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap total soluble solid. Total soluble solid tertinggi pada perlakuan L4 sebesar 13, 463 0brix, dan

terendah pada perlakuan L1 sebesar 8,325 0brix.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap total soluble solid sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

5. Kadar air

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat tidak nyata (p>0,05) terhadap kadar air, sehinggga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1 sebesar 89,967 % dan terendah

pada L4 sebesar 85,255 %.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap kadar air sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

6. Total mikroba

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

(7)

mikroba tertinggi pada perlakuan K4 sebesar 6,863 koloni/ml x 104 dan terendah

pada perlakuan K1 sebesar 5,538 koloni/ml x 104.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap total mikroba. Total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan L4 sebesar 9,950 koloni/ml x 104

dan terendah pada L1 sebesar 3,275 koloni/ml x 104.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap total mikroba sehingga uji

Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan. 7. Uji organoleptik warna

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik warna. Uji organoleptik warna terdapat pada perlakuan K4 sebesar 3,325 dan terendah pada

K2 sebesar 3,125.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik warna. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan L1

sebesar 3,475 dan terendah pada L4 sebesar 3,013.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap uji organoleptik warna sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

8. Uji organoleptik aroma

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik aroma. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan K3 3,288, dan terendah pada

(8)

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik aroma. Uji organoleptik aroma tertinggi pada perlakuan L1 sebesar

3,638 dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,938.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap uji organoleptik aroma sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

9. Uji organoleptik rasa

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik rasa. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan K3 sebesar 3,350 dan terendah

pada perlakuan K1 sebesar 3,125.

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik rasa. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L1

sebesar 3,463 dan terendah pada L4 sebesar 2,938.

Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan berbeda tidak nyata (p>0,05) terhadap uji organoleptik rasa sehingga uji Least Significant Range (LSR) tidak dilanjutkan.

10. Uji organoleptik tekstur

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai

edible coating berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik tekstur. Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan K3 sebesar 3,325 dan

(9)

Lama penyimpanan berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap uji organoleptik tekstur. Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan L1

sebesar 3,425 dan terendah pada L4 sebesar 3,0

(10)

RIWAYAT HIDUP

RONALD H SINURAT, dilahirkan di Sumbul pada tanggal 27 Agustus 1988. Anak pertama dari Bapak K. Sinurat dan Ibu R. Turnip, Penulis merupakan anak pertama dari Lima bersaudara.

Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 030334 Teladan Sumbul, tahun 2004 lulus dari SLTP Negeri 1 Sumbul, dan tahun 2007 lulus dari SMA ST Petrus Sidikalang. Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB. Penulis lulus di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus IM-THP (Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian) dan anggota di Ikatan Pemuda/i Pelajar Sumbul Sekitarnya (IPPSS-Medan).

(11)

KATA

PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Campuran Edible Coating dan Lama Penyimpanan terhadap

Mutu Buah Jeruk Manis”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Terip Karo-Karo, M.S. selaku ketua komisi pembimbing, serta Ir. Lasma Nora Limbong selaku anggota komisi

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda K. Sinurat dan Ibunda R. br Turnip atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayangnya. Kepada Adik-adik saya yang tercinta Riadi Tua Sinurat, Roy Charles Sinurat, Antoni M Sinurat dan Daniel Sinurat yang mendoakan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman seperjuangan THP’07, serta para adik adik Stambuk 2008 sampai 2010 dan juga para rekan-rekan dari Penghuni Lope yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2012

(12)

DAFTAR ISI

(13)

Pelaksanaan penelitian ... 20

Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati ... 33

Laju respirasi buah jeruk Laju respirasi O2 ... 35

Laju respirasi CO2 ... 36

Kadar vitamin C Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar vitamin C .... 38

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C ... 40

Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C ... 41

Total asam Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total asam ... 42

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam ... 44

Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap total asam ... 45

Susut bobot Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap susut bobot ... 48

Pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot ... 50

Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap susut bobot ... 51

Total soluble solid Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total soluble solid ... 54

(14)

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

total soluble solid ... 57 Kadar Air

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan

larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar air ... 57 Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air ... 57 Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

kadar air ... 59 Total mikroba

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan

larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total mikroba ... 59 Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba ... 61 Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

total mikroba ... 62 Uji organoleptik warna

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji organoleptik

warna ... 63 Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna ... 65 Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

uji organoleptik warna ... 66 Uji organoleptik aroma

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji organoleptik

aroma ... 67 Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma ... 68 Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

uji organoleptik aroma ... 70 Uji organoleptik rasa

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji organoleptik

rasa ... 70 Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik rasa ... 72 Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

uji organoleptik rasa ... 73 Uji organoleptik tekstur

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji organoleptik

tekstur ... 74 Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik tekstur ... 75 Pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan dan lama penyimpanan terhadap

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Komposisi kimia per 100 g sari buah jeruk manis ... 4

2 Standar kitosan ... 14

3 Skala uji hedonik warna, aroma dan rasa ... 25

4 Skala uji hedonik tekstur ... 25

5 Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap parameter yang diamati ... 32

6 Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati ... 34

7 Data pengamatan analisa laju respirasi O2 ... 35

8 Data pengamatan analisa laju respirasi CO2 ... 37

9 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar vitamin C ... 38

10 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C ... 40

11 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin Lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total Asam ... 42

12 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam ... 44

13 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating dan lama penyimpanan terhadap total asam ... 46

14 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap susut bobot ... 48

(17)

16 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating

dan lama penyimpanan terhadap susut bobot ... 52 17 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total

soluble solid ... 54 18 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total

soluble solid ... 56 19 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar

air ... 58 20 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap

total mikroba ... 60 21 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total

mikroba ... 61 22 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap Uji

organoleptik warna ... 63 23 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

organoleptik warna ... 65 24 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik aroma ... 67 25 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

organoleptik aroma ... 69 26 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik rasa ... 70 27 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

organoleptik rasa ... 72 28 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik tekstur ... 74 29 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Struktur kitin ... 13

2 Skema pembuatan emulsi lilin lebah 30% ... 26

3 Skema pembuatan larutan kitosan 2 % ... 27

4 Skema pencampuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan ... 28

5 Skema pelapisan buah jeruk manis dengan edible coating hasil pencampuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan ... 29

6 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi O2 ... 36

7 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi CO2 ... 37

8 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar vitamin C ... 39

9 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan kadar vitamin C ... 41

10 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total asam ... 43

11 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan total asam ... 45

12 Grafik interaksi antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating dan lama penyimpanan terhadap total asam ... 48

13 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap susut bobot ... 49

(19)

dengan larutan kitosan sebagai edible coating dan lama

penyimpanan terhadap susut bobot ... 53 16 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah

dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total

soluble solid ... 55 17 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan total soluble solid... 56 18 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan kadar air ... 58 19 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah

dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap total

mikroba ... 60 20 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan total mikroba ... 62 21 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah

dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik warna ... 64 22 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik

warna ... 66 23 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah

dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik aroma ... 68 24 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik

aroma ... 69 25 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah

dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik rasa ... 71 26 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik

rasa ... 73 27 Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah

dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap uji

organoleptik tekstur ... 75 28 Grafik hubungan lama penyimpanan dengan uji organoleptik

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1 Data pengamatan analisa laju respirasi O2 (mg/kg-jam) dan data

pengamatan analisa laju respirasi CO2 (mg/kg-jam)... 83

2 Data pengamatan analisa kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 84

3 Data pengamatan analisa total asam (%) ... 85

4 Data pengamatan analisa susut bobot (%) ... 86

5 Data pengamatan analisa total soluble solid (0brix) ... 87

6 Data pengamatan analisa kadar air (%) ... 88

7 Data pengamatan analisa total mikroba (koloni/ml x 104) ... 89

8 Data pengamatan analisa uji organoleptik warna (numerik) ... 90

9 Data pengamatan analisa uji organoleptik aroma (numerik) ... 91

10 Data pengamatan analisa uji organoleptik rasa (numerik) ... 92

11 Data pengamatan analisa uji organoleptik tekstur (numerik) ... 93

12 Buah jeruk yang disimpan selama 5 dan 10 hari ... 94

13 Buah jeruk yang disimpan selama 15 dan 20 hari ... 95

14 Larutan kitosan 2 % dan emulsi lilin lebah 30 % ... 96

15 Colony counter dan Autoclave ... 97

(21)

ABSTRAK

RONALD H SINURAT : Pengaruh Campuran Edible Coating dan Lama Penyimpanan

terhadap Mutu Buah Jeruk Manis, dibimbing oleh Terip Karo-Karo dan Lasma Nora Limbong.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh campuran edible coating dan lama penyimpanan terhadap mutu buah jeruk manis. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu perbandingan emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan dalam 100 ml edible coating K1 = 0% : 45%, K2 = 15% :30%, K3 = 30% :15%, K4 = 45% : 15% dan lama penyimpanan L1 = 5 hari, L2 = 10 hari, L3 = 15 hari, L4 = 20 hari. Parameter yang diamati meliputi laju respirasi, kadar vitamin C, total asam, susut bobot, total soluble solid, kadar air, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total asam, total soluble solid, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur), berbeda nyata terhadap kadar vitamin C dan susut bobot, dan berbeda tidak nyata terhadap kadar air. Lama penyimpanan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, susut bobot, total soluble solid, kadar air, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Interaksi antara perbandingan campuran edible coating dan lama penyimpanan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap total asam dan berbeda nyata terhadap susut bobot. Pelapisan buah jeruk manis disarankan menggunakan campuran edible coating dengan perbandingan 30% emulsi lilin lebah : 15% larutan kitosan dan disimpan selama 15 hari. Kata kunci: emulsi lilin lebah, larutan kitosan, lama penyimpanan, jeruk manis

ABSTRACT

RONALD H SINURAT : Effect of Edible Coating Mixture and Storage Time on Quality of Sweet Orange, supervised by : Terip Karo-Karo and Lasma Nora Limbong.

The experiments objective was to study the effect of edible coating mixture and storage time on quality of sweet orange. The design of the experiments was completely randomized design with two factors, i.e rate bees wax emulsion and solution of chitosan

in 100 ml of edible coating : K1 = 0% : 45%, K2 = 15% : 30%, K3 = 30% : 15%, K4 = 45% : 15% and storage time : L1 = 5 days, L2 = 10 days, L3 = 15 days, L4 = 20 days. The parameters observed were respiration rate, vitamin C content, total

acid, weight reduction, total soluble solid, water content, total microbial and organoleptic tests (color, aroma, taste and texture).

The results showed that the ratio of bees wax emulsion and solution of chitosan had highly significantly affected the total acids, total soluble solid, total microbial and organoleptic tests (color, flavour, taste and texture) and significantly affected the vitamin C content and weight reduction and did not affect the water content. Storage time had highly significants affected the vitamin C content, total acid, weight reduction, total soluble solid, water content, total microbial and organoleptic tests (color, aroma, taste and texture). The interaction between the mixture and storage time had highly significantly affected the total acid and had significantly affected the weight reduction. The recommended coating was to use a mixture of 30% beeswax emulsion and 15% solution of chitosan and stored for 15 days.

(22)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Jeruk manis (Citrus sinensis L) merupakan komoditi hasil pertanian Indonesia yang sangat diminati konsumen dari dalam dan luar negeri. Jeruk mengandung beragam zat gizi dan non gizi yang bermanfaat dalam mencegah kanker dan meningkatkan kesehatan. Masyarakat yang mengkonsumsi buah jeruk dalam jumlah relatif banyak dalam makanan sehari-hari memiliki risiko penyakit degeneratif yang rendah. Salah satu komponen bioaktif yang berkhasiat dalam buah jeruk adalah vitamin C.

Buah jeruk manis merupakan salah satu produk hortikultura dengan prospek yang cukup baik. Pada umumnya, buah jeruk manis dipasarkan pada suhu kamar. Masalah utama dalam penyimpanan buah jeruk pada suhu kamar adalah penurunan kualitas akibat menurunnya berat serta nilai gizi seperti vitamin C dan nilai gizi lainnya. Hal ini disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi yang berlangsung cepat dan terus menerus.

Namun saat ini sebelum melakukan penyimpanan buah, sering juga ditambahkan bahan pelapis (edible coating) pada buah. Yang digunakan untuk menghambat terjadinya evapotranspirasi, sehingga nantinya akan membuat umur simpan buah jeruk manis menjadi lama. Lapisan yang ditambahkan pada buah tidak berbahaya bila ikut dikonsumsi oleh tubuh.

(23)

lilin alami buah yang hilang karena operasi pencucian dan pembersihan, dan dapat membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan dan pemasaran serta membantu memberikan proteksi dari serangan mikroorganisme pembusuk.

Namun, pada kenyataannya pelapisan lilin tersebut kurang bisa menghambat pertumbuhan mikroba yang sudah ada pada buah-buahan tersebut pada saat pemanenan, sehingga perlu penambahan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang nantinya akan dicampurkan dalam emulsi lilin tersebut sebelum digunakan pada buah-buahan maupun komoditi lainnya, dalam hal ini digunakan kitosan, karena kitosan dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu, kitosan juga aman digunakan karena berasal dari bahan organik yaitu dari kulit udang.

Kitosan sangat cocok sebagai pengembangan edible coating karena memiliki sifat anti mikroba yang hampir sama dengan sifat anti bakteri dari desinfektan. Sehingga nantinya diharapkan dengan adanya pencampuran antara pelapis dari bahan lilin dan juga kitosan diharapkan dapat menjadi edible coating

yang baik untuk mempertahankan mutu buah jeruk manis.

(24)

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran edible coating dan lama penyimpanan terhadap mutu buah jeruk manis.

Kegunaan penelitian

Penelitian ini berguna sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di program studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh campuran edible coating dan lama penyimpanan terhadap mutu buah jeruk manis.

Hipotesa penelitian

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Jeruk manis

Tanaman jeruk dikenal dengan nama latin Citrus sinensis L. Tumbuhan ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta mempunyai persyaratan air tertentu (Simbolon,2008).

Buah jeruk manis mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, banyak mengandung vitamin C untuk mencegah penyakit sariawan dan menambah selera makan. Selain vitamin C, buah jeruk mengandung vitamin dan mineral lainnya yang berguna untuk kesehatan. Bila kita memakan jeruk manis setiap hari, maka tubuh akan sehat (Pracaya, 2000).

Adapun komposisi kimia buah jeruk manis dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Komposisi kimia per 100 g sari buah jeruk manis

Komponen Jumlah

Kalori (Kal) 44,0

Protein (g) 0,8

Lemak (g) 0,2

Karbohidrat (g) 11,0

Kalsium (mg) 19,0

Fosfor (mg) 16,0

Vitamin A (SI) 190,0

Vitamin B1(mg) 0,08

Vitamin C (mg) 49,0

Air (g) 87,5

Sumber : Departemen kesehatan RI (1989).

(26)

Komposisi buah jeruk terdiri dari bermacam - macam, diantaranya air 70-92 % (tergantung kualitas buah), gula, asam organik, asam amino, vitamin, zat warna, mineral dan lain-lain. Kandungan asam sitrat pada waktu cukup muda, tetapi setelah buah masak makin berkurang. Kandungan asam sitrat jeruk manis yang telah masak akan berkurang sampai duapertiga bagian (Pracaya, 2000).

Pada umumnya buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna untuk kesehatan manusia. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per 100 g bahan, tergantung jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin berkurang kandungan vitamin C-nya. Vitamin C terdapat dalam sari buah, daging dan kulit, terutama pada lapisan terluar kulit buah (Pracaya, 2000).

Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki sifat mudah rusak karena mengandung banyak air dan setelah dipanen komoditas ini mash mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama (Handoko, et al., 2000). Buah jeruk segar setelah dipetik masih melangsungkan proses hidup. Beberapa proses hidup yang penting pada buah jeruk adalah respirasi, transpirasi, dan proses pematangan buah. Proses (sifat) biokimia tersebut menurunkan mutu kesegaran buah jeruk yang dapat dilihat dari penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizinya (Handoko, et al., 2000).

(27)

penyimpanan dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 – 10oC. Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (Sutopo, 2011), sedangkan menurut pangestuti (2007), buah jeruk kebanyakan disimpan dalam kondisi ruang apalagi dalam jumlah sangat besar, sehingga biasanya hanya dapat bertahan selama 2 minggu karena adanya resiko kebusukan sehingga perlakuan pelapisan lilin sangat dianjurkan.

Penanganan pasca panen buah jeruk pada umumya meliputi, pemanenan, pencucian, sortasi, penguningan, pelapisan lilin, penyimpanan dan pengemasan. Buah jeruk harus dipanen tepat saat tua/matang. Pencucian diperlukan untuk menghilangkan residu fungisida, spora, jamur dan tanah pada permukaan buah. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan buah jeruk yang cacat atau rusak dan mengkelaskan buah. Pelapisan lilin dilakukan agar kulit buah tampak bersinar dan mengurangi susut bobot selama penyimpanan dan juga untuk mempertahankan mutu buah jeruk selama penyimpanan (Handoko, et al., 2000)

Pelapisan lilin terhadap buah-buahan dapat mengurangi respirasi dan transpirasi, sehingga proses biologis penurunan kandungan gula dan unsur organik buah jeruk dapat diperlambat dan umur simpan buah jeruk dapat lebih lama. Pelapisan lilin dapat dilakukan dengan pembusaan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan (Handoko, et al., 2000).

(28)

keadaan aerobik pada buah dan memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap luka dan goresan pada permukaan buah (Pantastico, 1993)

Buah jeruk termasuk non klimaterik

Menurut Saputera, et al (2000), laju konsumsi O2 buah jeruk utuh tanpa

dikupas yang berada dalam kemasan termodifikasi aktif pada suhu 10, 15 dan 27,5

0

C berturut-turut yaitu 4,64, 5,92 dan 8,87 ml/kg-jam, sedangkan produksi CO2

berturut-turut adalah 5,10, 6,56 dan 10,17 ml/kg-jam.

, sebaiknya panen dilakukan sebelum akhir fase kemasakan buah agar daya simpannya lebih lama. Adanya respirasi menyebabkan buah menjadi masak dan tua yang ditandai dengan proses perubahan fisik, kimia, dan biologi antara lain proses pematangan, perubahan warna, pembentukan aroma dan kemanisan, pengurangan keasaman, pelunakan daging buah dan pengurangan bobot. Laju respirasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui daya simpan sayur dan buah setelah panen. Semangkin tinggi laju respirasi, semakin pendek umur simpan. Bila proses respirasi berlanjut terus, buah akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukan yang sehingga zat gizi hilang (Sutopo, 2011).

Pada umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali setiap kenaikan suhu 10 0C. Kandungan O2 pada ruang penyimpanan juga perlu diperhatikan karena

semakin tinggi kadar O2 maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang

sesuai dapat memperpanjang umur simpan karena terjadi gangguan pada respirasinya (Pantastico,1993).

Edible coating

(29)

diantara komponen-kompenen makanan (film) yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan massa (misalnya kelembaban, oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut) atau sebagai pembawa aditif serta untuk meningkatkan penanganan suatu makanan (Harris, 2001).

Zat pelapis buah adalah lapisan tipis bahan dapat dimakan yang diterapkan pada permukaan buah sebagai tambahan atau pengganti untuk lapisan lilin pelindung alami. Mereka telah menunjukkan potensial untuk mengendalikan transfer kelembaban, oksigen, lipid aroma, dan rasa senyawa dalam sistem pangan, tanpa mempengaruhi kualitas makanan. Pelapisan diterapkan pada produk makanan dengan mencelupkan, menyikat atau penyemprotan. Film

diterapkan dengan membungkus mereka di permukaan sampel setelah terbentuk (Sonti, 2003).

Edible coating telah lama dikenal untuk melidungi produk makanan sehingga lebih tahan terhadap kerusakan, karena dapat menghambat dehidrasi, menghambat respirasi, meningkatkan kualitas tekstur, membantu mempertahankan rasa dan mengurangi pertumbuhan mikroba. Akhir-akhir ini perhatian telah berkembang pesat pada pengembangan dan penggunaan bahan kemasan organik untuk memperpanjang masa hidup, mempertahankan kesegaran yang ditujukan untuk produk makanan (Han et al., 2003).

(30)

menekan respirasi, pengendalian kehilangan kelembaban (Lin and Zhao, 2007).

Lilin lebah

Lilin lebah (malam) merupakan produk alami dari alam. Ketika diproduksi oleh lebah madu pekerja, lilin berwarna putih tapi sangat cepat berwarna gelap akibat kontaminasi dengan serbuk sari dan kontak dengan lebah dalam sarang lebah. Lilin lebah memiliki titik lebur yang cukup tinggi antara 143-145 0F. lilin lebah sangat lambat dibakar. Lilin lebah sangat stabil dan tidak mudah rusak oleh pelarut. Lilin lebah memiliki aroma yang alami dan sangat harum. Dua kualitas, yaitu aroma dan pembakaran yang lambat membuat lilin lebah benar-benar unik dan unggul. Lilin lebah sangat berguna untuk kosmetik dan sebagai lilin untuk berbagai tujuan (Caron, 1999).

Beberapa syarat yang diperlukan untuk lilin sebagai bahan pelapis antara lain, tidak mempengaruhi bau dan rasa buah yang dilapisi, mudah kering, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, murah harganya dan tidak beracun (Furness,1997).

(31)

Salah satu sumber lilin yang memenuhi syarat adalah lilin lebah (beeswax). Lilin lebah merupakan salah satu lilin yang sifat kimianya stabil dengan titik lebur berkisar 61-69 0C. berat jenis pada suhu 20 0C adalah 0,96, tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol dingin. Pelepasan tutup madu menghasilkan 0,45-0,91 kg lilin lebah per 43,5 kg madu terekstraksi (Lubis, 2008).

Lilin lebah merupakan hasil sekresi dari kelenjar lilin lebah madu Apis mellifera, Apis cerana atau lebah lainnya. Madu yang diekstrak dengan ekstraktor, sisir madunya dapat digunakan lagi, sedangkan yang diekstrak dengan pengepresan sarangnya hancur. Sarang yang hancur dapat dibuat lilin atau fondasi sarang baru. Hasil sisa pengepresan sarang dicuci dan dikeringkan, kemudian dipanaskan hingga menjadi lilin atau malam (Syamsuri, 2000).

Emulsi lilin lebah

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil,sehingga dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan.Tujuan dari penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya. Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah. Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :

1) Emulsi A/M yaitu butiran – butiran air terdispersi dalam minyak

Pada emulsi ini butiran – butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak yang hidrofobik.

(32)

Minyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilik (Pujiyati, et al., 2009).

Cara pembuatan emulsi lilin standar (12%) adalah dengan memanaskan 120 g lilin pada suhu 90 0C sampai mencair. Lalu ke dalam lilin yang mencair tersebut tambahkan 20 g asam oleat dan diaduk hingga rata. Setelah rata kemudian ditambahkan 40 g trietanolamin, sambil terus diaduk suhu dipertahankan pada 90 0C. Tahap terakhir, ditambahkan ke dalam emulsi lilin tersebut air mendidih sebanyak 850 ml. Bila semuanya telah bercampur, segera angkat dari tempat pemanasan dan segera didinginkan dengan air mengalir sambil diaduk (Simbolon, 2008).

Lilin lebah diperoleh dengan cara merebus sarang lebah pada suhu 65 0F, lilin lebah akan mengapung di permukaan air. Kemudian lilin lebah tersebut dipindahkan pada wadah perebusan lain dan direbus lagi pada suhu 90 0C dan didinginkan sehingga lilin lebah yang lebih murni dan bersih. Selanjutnya lilin lebah dibuat menjadi emulsi dengan konsentrasi 12% sebagai berikut : lilin lebah dipanaskan sampai mencair, kemudian ditambahkan 20 g asam oleat, kemudian ditambahkan lagi 40 g trietanolamin perlahan-lahan sambil diaduk, ditambahkan 820 ml air mendidih sambil terus diaduk, kemudian didinginkan dengan air mengalir. Emulsi lilin ini dapat diencerkan dengan menambahkan air panas (Lubis, 2008).

Emulsi lilin lebah 30%

(33)

penggunaannya sebagai edible coating lebih efisien. Sebagai contoh jika ingin melapisi buah-buahan atau produk hasil pertanian lainnya, maka kita hanya perlu membawa emulsi lilin 30% saja, dan pada waktu akan melakukan pelapisan maka diencerkan dengan menambahkan air panas sampai konsentrasi tertentu tercapai yang disesuaikan dengan produk hasil pertanian yang akan dilapisi.

Kitosan

Kitosan merupakan salah satu polisakarida kationik alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin yang banyak terdapat di alam. Kitin dapat diperoleh dari

crustacean atau berbagai fungi. Kitin merupakan bentuk molekul yang hampir sama dengan selulosa, yaitu suatu bentuk polisakarida yang dibentuk dari molekul-molekul glukosa sederhana yang identik.Proses produksi kitosan (dari sebelum terbentuknya kitin) meliputi demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam encer yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam bahan baku. Deproteinasi dilakukan dengan menggunakan larutan basa encer untuk menghilangkan sisa-sisa protein yang masih terdapat dalam bahan baku (Herianingsih, 2010).

(34)

Kitosan merupakan bahan kimia multiguna berbentuk serat dan merupakan kopolimer berbentuk lembaran tipis, berwarna putih atau kuning, tidak berbau. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin melalui proses kimia menggunakan basa natrium hidroksida atau proses enzimatis menggunakan enzim chitin deacetilase. Serat ini bersifat tidak dicerna dan tidak diserap tubuh (Rismana, 2003). Struktur kitin menurut Iranian Polimer Journal (2002), dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kitin

Sifat fisik dan kimia kitosan

Menurut Rismana (2003), sifat alami kitosan dapat dibagi menjadi dua sifat besar yaitu, sifat kimia dan biologi. Sifat kimia kitosan sama dengan kitin tetapi yang khas antara lain :

1. Merupakan polimer poliamin berbentuk linier. 2. Mempunyai gugus amino aktif.

3. Mempunyai kemampuan mengikat beberapa logam. Sifat biologi kitosan antara lain :

1. Bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alami, sifatnya tidak mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna dan mudah diuraikan oleh mikroba (biodegradable).

(35)

3. Bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Berdasarkan kedua sifat tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, pasta, membran dan serat yang sangat bermanfaat.

Standar kadar air kitosan untuk komersial maksimum 10 persen. Kadar air merupakan parameter yang penting karena dengan adanya kandungan air dalam kitin dan khitosan akan berpengaruh terhadap masa simpan dari kitin dan khitosan itu sendiri. Cara pengemasan dan penyimpanan yang baik akan menghasilkan khitosan dengan kadar air yang rendah (Moelyanto, 1997).

Kitosan kering tidak mempunyai titik lebur. Bila disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama pada suhu sekitar 100 0F maka sifat keseluruhannya dan viskositasnya akan berubah. Bila kitosan disimpan lama dalam keadaan terbuka maka akan terjadi dekomposisi warna menjadi kekuningan dan viskositasnya berkurang. Suatu produk dapat dikatakan kitosan jika memenuhi beberapa standar seperti tertera pada Tabel 2 berikut

Tabel 2. Standar kitosan

Sifat-Sifat Kitosan Mutu yang Dikehendaki

Ukuran partikel Butiran atau Bubuk

Kadar Protein (%) < 20

Kadar Air (%) < 10

Kadar Abu (%) < 2

Derajat Deasetilasi > 70

Sumber : Unhas (2003) Larutan kitosan 2%

(36)

melapisi buah-buahan atau produk hasil pertanian lainnya, maka kita hanya perlu membawa larutan kitosan 2% saja, dan pada waktu akan melakukan pelapisan maka diencerkan dengan menambahkan aquades sampai konsentrasi tertentu tercapai yang disesuaikan dengan produk hasil pertanian yang akan dilapisi.

Penelitian sebelumnya

Tujuan pelapisan lilin pada buah jeruk adalah membuat kulit buah tampak bersinar dan mampu bertahan selarna proses pemasaran, serta rnengurangi susut bobot buah yang terjadi selama penyimpanan. Buah jeruk dibersihkan atau dicuci untuk menghilangkan kontaminan pada pemukaan buah. Namun hal itu dapat mengganggu lapisan alami lilin, mengakibatkan peningkatan kehilangan uap air. Pada kondisi komersial pelapisan lilin mampu mengurangi susut berat minimal 30 %, namun pada kondisi percobaan yang memadai pengurangan susut bobot 50 % dapat dicapai (Handoko, et al., 2000).

Pelapisan buah dengan lilin lebah mampu menghambat teroksidasinya vitamin C, tetapi pelapisan dengan konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan terjadinya respirasi anaerob didalam buah sehingga vitamin C mengalami kerusakan. Pelapisan lilin yang terlalu banyak akan menghasilkan atmosfir didalam buah, yang mengandung sedikit O2 dan CO2 banyak, sehingga

mengakibatkan asam askorbat teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki sifat vitamin C lagi, sehingga kadar vitamin C menurun (Lubis, 2008).

(37)

pertumbuhan P. italicum dan P.digitatum didalam buah jeruk, sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit-penyakit buah pada buah jeruk. Selain itu ternyata pelapisan dengan kitosan mampu untuk mengurangi susut bobot pada buah jeruk jika dibandingkan dengan buah yang tidak dilapisi dengan kitosan (Saputra, et al., 2009).

(38)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2011 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah buah jeruk manis yang diperoleh dari petani di Tanah Karo, lilin lebah dan kitosan yang dibuat sendiri di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah : aquadest, iodium 0,01 N, indikator phenolphthalein 1%, NaOH 0,01 N, trietanolamin (TEA), Asam Oleat, pati 1 %, NaOH 60%, Asam Asetat dan Asam Klorida.

Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah beacker glass, termometer,

(39)

Metoda penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, yang terdiri dari :

Faktor I : Perbandingan emulsi lilin lebah 30 % dengan larutan kitosan 2% dalam 100 ml edible coating (K), ada 4 taraf yaitu :

K1 = 0 % : 45 %

K2 = 15 % : 30 %

K3 = 30 % : 15 %

K4 = 45 % : 0 %

Faktor II : Lama penyimpanan (L), ada 4 taraf yaitu : L1 = 5 Hari

L2 = 10 Hari

L3 = 15 Hari

L4 = 20 Hari

Kombinasi perlakuan (Tc) = 4 x 4 = 16 dengan jumlah minimum perlakuan (n)

adalah:

Tc (n-1) > 15

16(n-1) > 15 16 n > 31

(40)

Model rancangan (Sastrosupadi, 2000).

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor dengan model:

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf

ke –j dalam ulangan ke –k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor K pada taraf ke-i

βj : Efek faktor L pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j

dalam ulangan.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least Significant Range).

Pelaksanaan penelitian

Pembuatan emulsi lilin lebah 30 %

(41)

diaduk selama 1 menit. Kemudian dimasukkan kembali campuran akuades panas 10 ml dan 5 ml trietanolamin. Seterusnya ditambahkan sebanyak 10 ml akuades setiap 1 menit sampai volume 100 ml, sehingga komposisi total 30 g lilin, asam oleat 5 ml, Trietanolalamin 10 ml dan air 55 ml.

Pembuatan larutan kitosan 2 % dalam asam asetat 2%

- Ditimbang kitosan 20 g.

- Ditambahkan asam asetat 2 % sampai 1000 ml, diaduk dan disaring.

Pencampuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan

- Diambil larutan kitosan (45 %, 30 %, 15 % dan 0 % dari volume akhir campuran).

- Ditambahkan emulsi lilin lebah (0 %, 15 %, 30 % dan 45 % dari volume akhir campuran) sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanaskan dengan suhu 550C.

- Ditambahkan akuades sambil diaduk sampai volume 100 ml. - Diaduk selama 30 menit.

Prosedur pelapisan edible coating pada buah jeruk

- Disediakan buah jeruk manis segar dan disortasi.

- Disediakan edible coating hasil campuran emulsi lilin dan kitosan.

- Dilakukan pelapisan dengan cara melapisi seluruh permukaan kulit jeruk dengan kain yang telah dicelupkan dalam edible coating.

(42)

- Diulangi perlakuan pelapisan dengan kain yang telah dicelupkan dalam

edible coating hingga merata dan dikeringkan selama 60 menit untuk memastikan buah kering secara sempurna.

- Disimpan dalam suhu ruang selama 5, 10, 15 dan 20 hari.

- Dilakukan analisa terhadap laju respirasi, kadar vitamin C, total asam, susut bobot, total soluble solid (TSS), kadar air, total mikroba dan uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur.

Pengamatan dan pengukuran data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis data terhadap parameter :

- Laju Respirasi - Kadar Vitamin C - Total Asam - Susut bobot

- Total Soluble Solid (TSS) - Kadar Air

- Total Mikroba

- Uji Organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur)

Penentuan laju respirasi (Julianti dan Suhaidi., 2011)

(43)

dan selang pipa ditekuk dan dijepit. Lalu dilakukan pengukuran konsentrasi O2

dan CO2 setiap 6 jam sekali. Setiap pengukuran, udara dikembalikan kedalam

keadaan normal dengan mengusir kelebihan CO2 dengan Aerator. Dihitung

besarnya laju produksi CO2 atau laju konsumsi O2 dengan rumus :

R = 103 x M x Q x V W x 22,4 x (T/273,15) x V Keterangan:

R = laju respirasi CO2 atau laju konsumsi O2 (mg/kg.jam)

M = berat molekul (kg/mol) V = volume kemasan

Q = perbedaan konsentrasi CO2 dan O2 (%/jam) w = berat contoh (kg)

T = suhu kamar (25oC)

Penentuan kadar vitamin C (Sudarmadji, et al., 1989)

Kandungan vitamin C dilakukan dengan cara titrasi sebanyak 10 g contoh dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ukuran 100 ml dan ditambahkan aquadest kemudian diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring. Filtrate diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi dengan menggunakan iodium 0.01N hingga terjadi perubahan warna biru sambil dicatat berapa ml iodium yang dipakai. Kadar Vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :

KVC (mg / 100 g bahan) =

Berat contoh (g)

ml iod 0.01 N x 0.88 x FP x 100

(44)

Penentuan total asam (Ranganna, 1977)

Contoh ditimbang sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan aquades sampai volume 100 ml, kemudian diaduk merata dan disaring dengan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml, dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolpthalein 1 % sebanyak 2 - 3 tetes. Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah

timbul warna merah jambu stabil.

ml NaOH x N NaOH x BM Asam Dominan x FP

Total Asam (%) = x 100% Berat contoh (g) x 1000 x Valensi asam

Keterangan : Asam Dominan = Asam Sitrat

FP = Faktor Pengencer (10) BM = Berat Molekul (192)

Valensi = 3

Penentuan susut bobot

Sebelum dilakukan penyimpanan, bahan ditimbang berat awalnya dan setelah dilakukan penyimpanan, ditimbang lagi untuk mendapatkan berat akhir dan dihitung susut bobotnya dengan rumus sebagai berikut :

Berat Awal – Berat Akhir

Susut Bobot = x 100% Berat Awal

Penentuan total soluble solid (TSS) ( Sudarmadji, et al., 1989)

(45)

Penentuan kadar air (Apriyantono, et al., 1989)

Ditimbang contoh seberat 5 gram dalam cawan aluminium yang telah diketahui beratnya, dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang. Dipanaskan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan kembali dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai didapat berat yang konstan, dihitung pengurangan berat yang merupakan banyaknya air dalam bahan dengan perhitungan :

Kadar Air (%) =Berat awal – Berat akhir Berat Awal

x 100%

Uji total mikroba (koloni/ml) (Tim Mikrobiologi, 2011)

- Diambil sampel 1 ml dan ditambahkan akuades sampai 10 ml (pengenceran 10 kali)

- Diambil sampel dari pengenceran 10 kali sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan akuades sampai 10 ml (pengenceran 100 kali)

- Diambil sampel dari pengenceran 100 kali sebanyak 1ml kemudian ditambahkan akuades sampai 10 ml (Pengenceran 1000 kali)

- Diambil sampel dari pengenceran 1000 kali sebanyak 1ml kemudian ditambahkan akuades sampai 10 ml (Pengenceran 10000 kali)

- Dimasukkan satu tetes suspense 10000 kali pengenceran kedalam cawan petridish yang telah diisi media agar.

- Dibalik cawan petridish dan diinkubasi selama 24 jam. - Dihitung jumlah koloni dengan koloni counter.

(46)

- Jumlah mikroba (Koloni/ml) = Banyak pengenceran X banyaknya koloni

Uji Organoleptik warna, aroma dan rasa (numerik) (Sukarto, 1981)

Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode bahan yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Tabel berikut :

Tabel 3. Skala uji hedonik warna, aroma dan rasa

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Suka 4

Suka 3

Agak Suka 2

Tidak Suka 1

Uji organoleptik tekstur (numerik) (Sukarto, 1981)

Penentuan uji organoleptik tekstur dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10 orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Uji organoleptik yang digunakan untuk menentukan tingkat kekerasan dilakukan berdasarkan skala numerik sebagai berikut :

Tabel 4. Skala uji hedonik tekstur

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Keras 4

Keras 3

Agak Keras 2

(47)

Gambar 2. Skema pembuatan emulsi lilin lebah 30 % Lilin ditimbang 30 gram

Dipanaskan (T= 850 C)

Ditambahkan 5 ml Asam Oleat (Sedikit demi sedikit, sambil diaduk)

Dtambahkan Akuades (T = 850 C) 10 ml setiap 1 menit sampai 100 ml

Emulsi Lilin Lebah 30 %

Dimasukkan akuades panas 10 ml dan diaduk 1 menit (T= 850 C)

Ditambahkan campuran 10 akuades panas dan 5 ml trietanolamin (Sambil diaduk, T = 850 C)

Ditambahkan campuran 10 akuades panas dan 5 ml trietanolamin (Sambil diaduk, T = 850 C)

Ditimbang Kitosan 20 gam

Ditambahkan Asam Asetat 2 % sampai 1000 ml

(48)
(49)

Gambar 4. Skema pencampuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan.

Larutan Kitosan (45 %, 30 %, 15 %, 0%)

Ditambahkan Emulsi Lilin Sedikit demi sedikit (0 %, 15 %, 30 %, 45 % dan T = 550C, sambil

diaduk)

Edible coating Campuran Emulsi Lilin dengan Kitosan Ditambahkan Akuades sampai

100 ml

(50)

Gambar 5. Skema pelapisan buah jeruk manis dengan edible coating hasil pencampuran emulsi lilin dengan larutan kitosan.

Pelapisan II

Perbandingan emulsi lilin dengan larutan kitosan dalam 100 ml

edible coating : K1 = 0 % : 45%

K2 = 15 % : 30%

K3 = 30 % : 15%

K4 = 45 % : 0%

Disimpan pada suhu ruang

Analisa

1. Laju respirasi 2. Kadar vitamin C 3. Total asam 4. Susut bobot

5. Total soluble solid (TSS) 6. Kadar air

7. Total mikroba

8. Uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur

Pelapisan I dengan kain yang dicelupkan dalam edible coating

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan volume campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan sebagai edible coating dan lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan sebagai

edible coating dan lama penyimpanan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap parameter yang diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan memberikan pengaruh terhadap laju respirasi, kadar vitamin C (KVC) , total asam, susut bobot, total soluble solid (TSS), kadar air, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Tabel 5 dibawah ini, menunjukkan bahwa perbandingan campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar vitamin C (KVC) tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar

45,1 mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar 37,4 mg/100 g

bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 0,288 % dan

terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar 0,224 %. Susut bobot tertinggi terdapat

pada perlakuan K1 yaitu sebesar 8,475 % dan terendah pada perlakuan K4 yaitu

sebesar 7,187 %. Total soluble solid (TSS) tertinggi terdapat pada perlakuan K1

yaitu sebesar 10,8 oBrix dan terendah pada perlakuan K3 yaitu sebesar

9,787 oBrix. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 87,97 %

(52)

terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 6,863 koloni / ml x 104 dan terendah

pada perlakuan K1 yaitu sebesar 5,538 koloni / ml x 104. Uji organoleptik warna

tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 3, 325 dan terendah pada

perlakuan K2 yaitu sebesar 3,125. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada

perlakuan K3 yaitu sebesar 3,28 dan terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar

3,087. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar

3,35 dan terendah pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,087. Uji organoleptik tekstur

tertinggi terdapat pada perlakuan K3 yaitu sebesar 3,325 dan terendah pada

(53)
(54)

Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kadar vitamin C (KVC), total asam, susut bobot, total soluble solid (TSS), kadar air, total mikroba dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Tabel 6 dibawah ini menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar vitamin C (KVC) tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 50,6 mg/100 g bahan dan

terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 31,9 mg/100 g bahan. Total asam

tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 0,368 % dan terendah pada

perlakuan L4 yaitu sebesar 0,168 %. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan

L4 yaitu sebesar 12,21 % dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,825 %. Total soluble solid (TSS) tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar

13,462 oBrix dan terendah pada perlakuan L1 yaitu sebesar 8,325 oBrix. Kadar air

tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 89,967 % dan terendah pada

pelakuan L4 yaitu sebesar 85,255 %. Total mikroba tertinggi terdapat pada

perlakuan L4 yaitu sebesar 8,950 x 104 koloni/ml dan terendah pada perlakuan L1

yaitu sebesar 3,275 x 104 koloni/ml. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,47 dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar

3,01. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar

3,63 dan terendah terdapat pada perlakuan 2,93. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,46 dan terendah terdapat pada

perlakuan L4 yaitu sebesar 2,93. Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada

perlakuan L1 yaitu sebesar 3,425 dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar

(55)
(56)

Laju respirasi buah jeruk

Dalam penelitian ini, laju respirasi tidak diamati secara statistik karena penyimpanan buah jeruk hanya dilakukan selama 5 hari, dalam hal ini hanya untuk melihat pengaruh edible coating dengan berbagai perbandingan terhadap laju respirasi buah jeruk.

Perlakuan pengamatan laju respirasi pada buah jeruk ini dilakukan setiap 6 jam sampai 5 hari. Dalam hal ini setiap 6 jam dilakukan pengukuran kadar O2

dan CO2 didalam stoples kaca yang terdiri dari 2 buah jeruk didalamnya untuk

1 perlakuan pelapisan, lalu setelah dilakukan pengukuran tersebut maka udara didalam stoples dikembalikan dalam keadaan normal dengan mengusir kelebihan CO2 dengan aerator aquarium agar tidak terjadi respirasi anaerob.

Laju respirasi O2

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi O2 buah jeruk yang disimpan selama

5 hari dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Data pengamatan analisa laju respirasi O2

Perbandingan campuran emulsi lilin

lebah dengan larutan kitosan (%)

Ulangan Total Rataan (mg/kg-jam)

Adapun hubungan antara perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi O2 dapat

(57)

Gambar 6. Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi O2

Gambar 6 menunjukkan bahwa laju respirasi tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 14,29 mg/kg-jam dan terendah pada perlakuan K4 yaitu

sebesar 9,60. Pada perlakuan K4 memiliki aktivitas respirasi yang rendah karena

pada perlakuan K4 memiliki konsentrasi lilin lebah yang tertinggi dari pada

perlakuan lainnya, dengan semakin tingginya konsentrasi lilin lebah melapisi buah maka pori-pori buah akan semakin kecil sehingga aktivitas respirasi akan semakin lambat. Menurut Dalal et al. (1991), kehilangan air akibat proses transpirasi dan kehilangan berat akibat proses respirasi akan semakin kecil dengan semakin kecilnya pori-pori buah.

Laju respirasi CO2

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi CO2 buah jeruk yang disimpan

selama 5 hari dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini. 14,29

(58)

Tabel 8. Data pengamatan analisa laju respirasi CO2

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan (%)

Ulangan Total Rataan (mg/kg-jam)

Hubungan perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi CO2 dapat dilihat pada

Gambar 7.

Gambar 7. Histogram pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap laju respirasi CO2

Gambar 7 menunjukkan bahwa laju respirasi CO2 tertinggi terdapat pada

perlakuan K1 yaitu sebesar 17,36 mg/kg-jam dan terendah pada perlakuan K4

yaitu sebesar 12,84 mg/kg-jam. Pada perlakuan K4 memiliki aktivitas respirasi

yang rendah karena pada perlakuan K4 memiliki konsentrasi lilin lebah yang

tertinggi dari pada perlakuan lainnya, dengan konsentrasi lilin yang tinggi dalam melapisi buah maka laju respirasi buah akan semakin rendah, karena pori-pori pada buah semakin kecil.

17,36

(59)

Kadar vitamin C

Pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar vitamin C

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating memberi pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap kadar vitamin C.

Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh perbandingan emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar vitamin C dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan campuran emulsi lilin lebah dengan larutan kitosan sebagai edible coating terhadap kadar vitamin C

Jarak LSR

Perbandingan campuran emulsi lilin lebah

Rataan (mg/100 g bahan)

Notasi

0,05 0,01 dengan larutan kitosan (%) 0,05 0,01

- - - K1 = 0 : 45 37,4 c A

2 5,716 7,869 K2 = 15 : 30 44,0 ab A

3 6,002 8,269 K3 = 30 : 15 45,1 a A

4 6,154 8,478 K4 = 45 : 0 38,5 bc A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda antar baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.

Gambar

Gambar 1. Struktur Kitin
Gambar 2. Skema pembuatan emulsi lilin lebah 30 %
Gambar 4. Skema pencampuran emulsi lilin lebah dengan larutan
Gambar 5. Skema pelapisan  buah jeruk manis dengan edible coating hasil pencampuran emulsi lilin dengan larutan kitosan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kaupan toimipaikat olivat selvästi teollisuustoimi- paikkoja alttiimpia rikoksille sekä rikosmäärillä mitattu- na että sen perusteella, kuinka moni toimipaikoista oli vuoden

Penelitian ini bermaksud mengungkap lebih mendalam tentang hubungan konsep diri dengan pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan

Form ketiga adalah form hasil yang berisi hasil dari perhitungan dan form terakhir merupakan form bantuan yang berisi semua perhitungan yang tidak ditampilkan

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Dapkevicius (2009), Natalia (2010), Iswayanti (2010), Soenawan (2015), dan Anggi (2016) yang

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini antara lain, secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat bagi Fakultas Teologi yakni dapat menambah pengetahuan

Dalam hal ini, maka desain untuk menarik minat para konsumen/pembeli pun sangat penting, pada awalnya para konsumen pasti akan tertuju pada bentuk promosi, cover,

Produk maltodekstrin tidak berasa dan dikenal sebagai bahan tambahan makanan yang aman (Blancard dan Katz, 1995). Maltodekstrin memiliki kelarutan yang tinggi dan

Berdasarkan fakta tersebut nilai kapitasi dan premi rawat jalan rujukan program JKJ dihitung berdasarkan angka rujukan normal dari angka kunjungan normal peserta umum JKJ,