• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Rr. Faiqotun Ni mah NIM ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Rr. Faiqotun Ni mah NIM ABSTRAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK TENTANG MATERI HUBUNGAN ANTAR GARIS MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN MEDIA APLIKASI WHATSAPP PADA PESERTA DIDIK KELAS IVB SD

GUNUNGSAREN SRANDAKAN BANTUL Oleh Rr. Faiqotun Ni’mah

NIM 201135149 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik tentang materi hubungan antar garis melalui pendekatan cooperative learning khususnya menggunakan aplikasi pesan Whatsapp pada kelas IVB SD Gunungsaren Srandakan Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang partisipannya yaitu guru sebagai peneliti untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Hubungan Antar Garis. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IVB di SD Gunungsaren Srandakan Bantul. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan pengamatan, tes dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan dan tes, sedangkan teknik analisis data berupa deskriptif dan persentase. Penelitian ini hanya dilakukan tiga Siklus. Setiap Siklus terdapat 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi tindakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika materi Hubungan Antar Garis. Terlihat pada siklus I sebanyak 8 peserta didik, mendapat nilai lebih besar sama dengan 75, sedang yang mendapat nilai kurang dari sama dengan 75 ada 7 peserta didik dengan ketuntasan belajar 62,5 %. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yang semula peserta didik 62,5 % menjadi 80 %. Pada siklus II sebanyak 8 peserta didik yang mendapat nilai lebih besar sama dengan 75. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil belajar yang semula 80% menjadi 100% yang berarti semua peserta didik tuntas dalam belajar.

(2)

EFFORTS TO IMPROVE COOPERATIVE LEARNING OUTCOMES OF THE INTER-LINE RELATIONSHIP WITH WHATSAPP APPLICATION SUBJECT IN CLASS IV-B STUDENTS, GUNUNGSAREN SRANDAKAN

ELEMENTARY SCHOOL, BANTUL By Rr. Faiqotun Ni’mah

NIM 201135149 ABSTRACT

This research aims to identify the learning outcome improvements on using cooperative learning on the subject of the inter-line relationship subject in Class IV-B, Gunungsaren Srandakan Elementary School, Bantul.

This research examines actions taken in a class by the researcher, a teacher, to improve participants’ learning outcomes in the inter-line relationship subject. The subject of the research are the students of Class IV-B, Gunungsaren Srandakan Elementary School, Bantul. The data collection used in this research is through observation, tests, and documentation. The instruments used in this research is observation forms and tests, after which the collected data are analyzed using descriptive and percentage techniques. There are three cycles to this research; each cycle consists of four stages: preparation, conduct, observation, and evaluation.

Results of this research reveal that the use of cooperative learning improves the outcomes achieved by the students in the subject of inter-line relationship, a part of mathematics. In the first cycle, eight students received a score of 75 or more while seven students received a score less than 75, amounting to a learning completion of 62.5 percent. In the second cycle, twelve students received a score of 75 or more, improving the learning completion percentage of 80.0 percent. In the third cycle, the learning completion percentage increases to 100.0 percent, which means that all students have fully completed their learning

(3)

PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh sebagian besar peserta didik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Shap dalam Darhim (2004), matematika merupakan sesuatu yang menakutkan dan sedapat mungkin dihindari. Kondisi ini menjadi tantangan bagi guru untuk menghilangkan pandangan tersebut. Kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan persoalan matematika menjadi alasan untuk tidak menyukai dan bahkan takut pada mata pelajaran matematika.

Materi garis merupakan salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh sebagian siswa. Siswa sulit mengingat pengertian garis, macam- macam garis, hubungan antar garis serta sifat – sifat sudut yang terbentuk jika dua buah garis sejajar dipotong oleh sebuah garis. Ketika menghadapi soal yang lebih bervariasi akan merasa kesulitan lagi, karena peserta didik tidak meguasai prinsip – prisip pada materi tersebut.

Perlu disadari bahwa saat ini yang dihadapi tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu Matematika tetapi lebih dituntut untuk mengubah citra agar siswa lebih menyadari pentingnya menguasai dan menggemari Matematika. Pembelajaran aktif diyakini mampu membantu peserta didik untuk mudah memahami materi sehingga tidak mudah lupa. Kemudahan yang diperoleh untuk memahami materi matematika akan menghilangkan menganggap bahwa matematika itu sulit dan pelajaran yang perlu dibenci. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang disediakan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu. Selama belajar di sekolah, para peserta didik diwajibkan untuk mengikuti semua mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di semua sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Matematika yang diberikan di jenjang persekolahan itu yang sekarang disebut sebagai matematika sekolah. Soedjadi (2000. h.11) menyebutkan beberapa definisi matematika, antara lain matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik, matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

Johnson dan Myklebush (1967, dikutip Abdurrahman, 1999. h.252) mendefinisikan matematika sebagai bahasa simbolis yang fungsi praktisnya adalah untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Berdasarkan pengertian-pengertian tentang matematika tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan salah satu cabang pengetahuan eksak yang berhubungan dengan bilangan dan kalkulasi, sebagai bahasa simbolis untuk menunjukkan hubungan kuantitatif dan keruangan dengan penalaran yang logis, serta memudahkan dalam berpikir.

(4)

Banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Salah satu alasan mengapa matematika dipelajari adalah karena berguna, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bahasa dan alat dalam pengembangan sains dan teknologi (Sembiring, 2002). Cockrof (dikutip Abdurrahman, 1999. h.253) menyebutkan alasan-alasan perlunya belajar matematika, yaitu matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, teliti, dan kesadaran akan keruangan, dan matematika dapat memberikan kepuasan terhadap usaha untuk memecahkan masalah yang menantang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa matematika berguna dan erat kaitannya dengan segala segi kehidupan manusia, khususnya bagi pelajar. Ironisnya, matematika dianggap sebagai momok bagi pelajar (Surya, 2005). Anggapan tersebut menjadi masalah klasik yang terjadi pada hampir semua jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Pendidikan Tinggi. Pada kenyataannya, masih ada image yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.

KAJIAN TEORI

Abdurrahman (1999, h.252) menyatakan bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit bagi para siswa, baik bagi mereka yang tidak berkesulitan belajar maupun bagi siswa yang berkesulitan belajar. Anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit sudah melekat pada sebagian besar siswa, sehingga pada saat menghadapi pelajaran matematika siswa menjadi malas untuk berpikir (Surya, 2005).

Hasil penelitian Garfield (1993) menyebutkan bahwa aktivitas belajar dalam Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) dapat meningkatkan produktivitas kelompok, mengembangkan sikap positif siswa, dan juga meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebenarnya metode mengajar dengan mengelompokkan siswa telah diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia, namun demikian, hasilnya masih kurang efektif. Kondisi tersebut disebabkan karena pengelompokan-pengelompokan siswa dalam belajar kurang berpedoman pada prinsip-prinsip tertentu, seperti guru yang membiarkan siswanya berdiskusi sendiri tanpa memberi pengarahan atau tugas diserahkan sepenuhnya kepada kelompok tanpa menuntut tanggung jawab tiap siswa (Lie, 2002. h.7).

(5)

Pengelompokan belajar seperti telah disebutkan di atas mengakibatkan munculnya berbagai sikap dan kesan negatif terhadap pelaksanaan metode kerja kelompok. Misalnya muncul kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak senang bila harus bekerja sama dengan siswa lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompok mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder bila ditempatkan dalam kelompok bersama mereka yang pandai (Lie, 2002. h.8).

Sebenarnya, pembagian kerja yang dirasa kurang adil seperti di atas tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok, jika pengajar benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) (Lie, 2002. h.28). Seperti telah disebutkan di atas, Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) juga menggunakan sistem kerja secara kelompok yang terstruktur dengan lima unsur pokok di dalamnya, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut menjadi kelebihan Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) dibandingkan dengan metode belajar kelompok yang lain.

Pengelolaan kelas dalam Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Metode mengajar ini juga relatif mudah untuk diterapkan dan tidak mahal, hanya diperlukan persiapan yang cukup, baik persiapan materi, pengelolaan kelas, desain tempat duduk, maupun pengetahuan dan ketrampilan para pengajar mengenai Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning). Selain terbukti efektif, metode pembelajaran ini juga cocok diterapkan di semua jenjang pendidikan. Tampaknya, Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) cocok diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia karena metode pembelajaran ini menggunakan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu sifat gotong royong.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) efektif diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di SD Gunung Saren. Fokus penelitian ini adalah meneliti efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika.

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada bidang Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan mengenai pengaruh Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning)

(6)

untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika.

Secara praktis, bagi siswa, diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika, sehingga nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa itu sendiri. Sedangkan bagi pengajar, penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan memberikan gambaran pada guru tentang Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) untuk kemudian menerapkan Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) dalam proses di belajar mengajar sebagai salah satu upaya untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika.

Peningkatan kualitas pembelajaran matematika perlu dilakukan tidak hanya semata-mata karna urgensi ilmu matematika, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik Indonesia (Afriansyah, 2017). Penggunaan model pembelajaran kooperatif adalah solusi dari masalah tersebut dimana model pembelajaran ini digunakan sebagai perangsang minat dan motivasi belajar peserta didik agar bisa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, serta dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.

Dari gambaran, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terjadi peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik setelah mendapatkan Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning)?

2. Apa kendala yang dihadapi oleh peserta didik saat Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) diberlakukan dengan menggunakan platform Whatssapp? 3. Bagaimana respon peserta didik terhadap Metode Pembelajaran

Gotong Royong (Cooperative Learning)?

Beberapa penelitian relevan mengenai kemampuan pemahaman matematis yang telah dilakukan, yaitu:

1) Kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman matematis yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa antara yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif dengan metode lainnya.

(7)

METODE PENELITIAN

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan prasiklus untuk mengetahui kemampuan awal tentang keterampilan

peserta didik melaksanakan Metode Pembelajaran Gotong Royong

(Cooperative Learning). Siklus I dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada tindakan awal penelitian. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan di siklus II, sedangkan siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan melakukan Metode Pembelajaran Gotong Royong

(Cooperative Learning) setelah dilakukan perbaikan pada pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan pada refleksi siklus I. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas dalam setiap siklus, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK)

Prosedur penelitian kelas ini dilakukan dengan rincian sebagai berikut.

(8)

1) Studi Pendahuluan

Pada bagian studi pendahuluan ini dipaparkan mengenai pengamatan dan hasil tes awal perencanaan Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) yang dilakukan secara daring menggunakan platform Whatssapp. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan pengamatan pembelajaran dan diskusi yang pernah dikerjakan peserta didik mengenai hubungan antar garis melalui diskusi kelompok Group Video Call dan Group Message di aplikasi percakapan Whatssapp.

2) Penetapan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan tersebut adalah media aplikasi Whatsaap dalam bentuk panggilan video bersama dan pesan teks bersama.

3) Persiapan Penelitian

Pada persiapan penelitian dibahas beberapa hal yaitu penyusunan format diskusi pembelajaran kooperatif peserta didik dan penyusunan format alat evaluasi.

4) Pelaksanaan Siklus I

Pada siklus I terdapat empat tahap yang dilalui, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

5) Pelaksanaan Siklus II

Pada siklus II terdapat empat tahap yang dilalui, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

2. Subjek dan Objek Penelitian 1) Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Bantul, Yogyakarta.

2) Objek Penelitian

Untuk objek penelitian ini adalah menyelesaikan tugas belajar dengan menggunakan platform Whatssapp sebagai bentuk tugas belajar secara berkelompok sebagai tindakan pembelajaran kooperatif.

3. Metode dan Pengambilan Data

Penelitian Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan siswa dalam kegiatan menganalisis gambar yang ditampilkan mengenai arah garis dan titik pada garis pada pembelajaran hubungan antar garis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu;

1. Proses belajar dengan berkelompok dalam video group whatsapp. Peserta didik dalam satu kelompok mendiskusikan materi hubungan antar garis.

(9)

2. Proses belajar dengan berkelompok dalam grup whatsapp. Peserta didik dalam satu kelompok menyusun hasil diskusi untuk dipresentasikan di kelas melalui pesan teks di grup Whatsapp.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis akan menyajikan data hasil penelitian dengan menguaraikan 2 hal, yaitu 1) penerapan penggunaan platform whatsapp dalam meningkatkan keterampilan menyelesaikan proses belajar kelompok pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Bantul, Yogyakarta. 2) peningkatan kemampuan menyelesaikan soal hubungan antar garis pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Bantul, Yogyakarta.

1) penerapan penggunaan platform Whatsapp dalam meningkatkan pembelajaran kelompok pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Bantul, Yogyakarta.

Langkah-langkah pembelajaran menyelesaikan soal hubungan antar garis melalui diskusi kelompok dengan platform Whatsapp dijelaskan dalam tahapan penelitian PTK dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada tahap prasiklus, pembelajaran sudah menggunakan platform whatssapp untuk belajar kelompok tetapi masih belum maksimal dan interaktif. Sementara itu, pada tahap siklus I dan siklus II pembelajaran sudah dilaksanakan menggunakan maksimal menggunakan platform whatsaap dengan lebih intensif dan metode video call.

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran hubungan antar garis dalam sesi belajar kelompok dengan platform Whatsapp No Kegiatan Prasiklus Siklus I Siklus II

1. Perencanaan 1. Menentukan jadwal penelitian; 2. Menyusun RPP; 3. Menyiapkan materi yang berkaitan dengan hubungan antar garis; 4. Membuat Grup Whatsapp 1. Menyiapkan RPP; 2. Menyusun lembar kegiatan sesuai materi yang akan diberikan; 3. Memastikan ketersediaan perangkaat peserta didik dalam penggunaan 1. Menyiapkan RPP; 2. Menyusun lembar kegiatan sesuai materi yang akan diberikan; 3. Memastikan ketersediaan perangkaat peserta didik

(10)

yang akan digunakan; 5. Menyusun instrumen penelitian berupa soal cerita/LKPD, platform Whatsap. 4. Menyiapkan lembar soal cerita dan Screen Shot pembelajaran; dalam penggunaan platform Whatsap. 4. Menyiapkan lembar soal cerita dan Screen Shot pembelajara n; 2 Tindakan 1.Guru memberikan materi matematika; 1. Guru memberikan materi tentang hubungan antar garis; 2. Guru menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal hubungan antar garis; 3. Siswa diminta untuk menyelesakan tugas dalam kelompok belajar 4. Siswa menyelesaikan tugas menggunakan kartu kerja dari LKPD yang dibagikan guru. 1. Guru memberikan materi tentang hubungan antar garis; 2. Guru menjelaskan langkah-langkah menyelesaikan soal hubungan antar garis; 3. Siswa diminta untuk mendiskusikan tugas dalam kelompok. 4. Siswa menyelesaikan soal menggunakan kartu kerja dari LKPD yang dibagikan guru. 3 Pengamatan Pada tahap ini

dilakukan pengamatan pada proses pembelajaran hasil kemampuan menyelesaikan soal hubungan Pengamatan proses pembelajaran, hasil kemampuan siswa menyelesaikan soal hubungan antar garis Dilakukan observasi pada proses pembelajaran, hasil kemampuan menyelesaikan soal hubungan

(11)

antar garis melalui diskusi kelompok di platform Whatsapp antar garis melalui diskusi kelompok di platform Whatsapp. 4 Refleksi Pada proses

Pembelajaran siswa kurang aktif, kurang dinamis, dan cenderung pasif. Hasil tes menyelesaikan soal hubungan antar garis di bawah rata-rata. Keaktifan siswa mulai meningkat. Hasil kemampuan Menyelesaikan soal hubungan antar garis sudah mencapai kategori baik Hasil menyelesaikan soal hubungan antar garis sudah baik. Hampir semua siswa aktif. Siswa terlihat lebih Familiar dan adaptif menggunakaan platform Whatsapp dalam belajar kelompok. 2) Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal hubungan antar garis

menggunakan platform Whatsapp pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Srandakan, Bantul, Yogyakarta

Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal soal hubungan antar garis menggunakan platform Whatsapp pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Srandakan, Bantul, Yogyakarta, dapat dilihat pada setiap pertemuan, yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap siklus, dapat diketahui bahwa keterampilan menyelesaikan soal hubungan antar garis menggunakan platform Whatsapp pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Srandakan, Bantul, Yogyakarta ternyata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut bisa dilihat melalui grafik berikut ini:

(12)

Grafik 1. Hasil Keterampilan Menyelesaikan Soal Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Penggunaan Platform Whatsapp dalam

Cooperative Learning KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan platform Whatsapp pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Srandakan, Bantul, Yogyakarta dalam pembelajaran Cooperative Learning adalah adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan platform whatsapp dalam meningkatkan keterampilan menyelesaikan proses belajar kelompok pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Bantul, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika materi Hubungan Antar Garis. Terlihat pada siklus I sebanyak 8 peserta didik, mendapat nilai lebih besar sama dengan 75, sedang yang mendapat nilai kurang dari sama dengan 75 ada 7 peserta didik dengan ketuntasan belajar 62,5 %. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yang semula peserta didik 62,5 % menjadi 80 %. Pada siklus II sebanyak 8 peserta didik yang mendapat nilai lebih besar sama dengan 75. Pada siklus III terjadi peningkatan hasil belajar yang semula 80% menjadi 100% yang berarti semua peserta didik tuntas dalam belajar.

2. Untuk mengoptimalkan peningkatan kemampuan keterampilan menyelesaikan proses belajar kelompok pada siswa kelas IV B SD Gunungsaren, Bantul, Yogyakarta, maka: a) guru perlu memberikan pengingat pada siswa untuk mempersiapkan dukungan saat pembelajaran

(13)

menggunakan media Whatsaap diantaranya ketersediaan perangkat, kuota dan jaringan yang memadai, b) guru perlu masuk ke dalam kelompok belajar Whatsapp untuk memastikan pembelajaran berjalan intensif dan komunikatif, c) bagi siswa yang berhasil dalam belajarnya perlu diberikan penghargaan (reward), agar termotivasi berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam pembahasan, maka saran yang dapat disimpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru

a. Jika guru ingin meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya menyelesaikan pembelajaran kelompok pada mata pelajaran Matematika sebaiknya menggunakan platform Whatsapp yang lebih familiar digunakan dibandingkan platform yang lain.

b. Jika siswa sudah mulai berkurang intensitas diskusinya maka guru dapat memberikan batasan terhadap penggunaan Whatsapp dan diselingi dengan platform lainnya misalnya Google Meet atau Zoom. 2. Bagi Siswa

Pada proses pembelajaran, terutama di masa pandemi, sebaiknya siswa aktif menggunakan platform Whatsapp untuk mempermudah dan mengintesifkan komunikasi antar peserta didik dan menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru kelas. Media pembelajaran dengan platform Whatsapp akan memudahkan peserta didik untuk terbagi dalam kelompok dan belajar secara intensif.

Gambar

Gambar 1. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK)  Prosedur  penelitian  kelas  ini  dilakukan  dengan  rincian  sebagai berikut
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran hubungan antar garis  dalam sesi belajar kelompok dengan platform Whatsapp    No  Kegiatan  Prasiklus  Siklus I  Siklus II
Grafik 1. Hasil Keterampilan Menyelesaikan Soal Tahap Prasiklus,  Siklus I, dan Siklus II Penggunaan Platform Whatsapp dalam

Referensi

Dokumen terkait

Sarwono.W.Sarlito, Meinamo.A.Eko, 2009, Psikologi Sosial , Salemba Humanika.. b) Kemudian peneliti akan menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan

Penelitian ini membuktikan bahwa perceived usefulness, perceived credibility, dan social influence memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan layanan

Amin dan Amri (2011) mengutip pendapat Budiyono (2006) dan Carr (1992) menjelaskan bahwa ruang terbuka publik merupakan salah satu elemen kota yang ditujukan

Pegawai di Direktorat Kompensasi Aparatur Sipil Negara Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta juga termotivasi apabila melihat keberhasilan rekan kerja dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan variasi penambahan sari buah sirsak pada kembang gula keras berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar gula reduksi,

kesenjangan kepuasan pada aplikasi Line dan blackberry messenger dengan mean skor GS> GO artinya motif pengguna belum terpenuhi atau kepuasan yang diterima lebih

Masih dengan tujuan yang sama untuk meminimalisir penyebaran covid-19 di tatanan kampus maka Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi, untuk pembelajaran di semester genap

Hasil karakterisasi Struktur mikro komposit bioplastic menunjukkan adanya ikatan yang baik antara matriks dan serat.Namun, terjadi kerusakan ikatan setelah