• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

20

PEMBAHASAN

Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Tepat Jenis

Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH) berdasarkan rekomendasi dari bagian kantor pusat. Penentuan jenis dan distributor pupuk sepenuhnya dari manajemen kantor pusat atas pertimbangan rekomendasi yang dibuat oleh bagian Research and Development Departement. Rekomendasi pupuk tersebut berdasarkan hasil analisis tanah, analisis daun, dan analisis produksi. Jenis pupuk yang direkomendasikan di Kebun SAH pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis pupuk yang digunakan di Kebun SAH tahun 2014 Unsur Hara Jenis Pupuk Dosis Pupuk

Kg Pokok -1

Rumus Kimia Hara Utama Kelarutan dalam air Nitrogen (N) Urea 1.25 (NH2)2CO 46 % N Mudah Larut

Kalium (K) MOP 1.50 KCl 60 % K2O 45 % Cl Dapat Larut Fospor (P) RP 1.50 Ca3(H3PO4) 33 % P2O5 Sangat Rendah Magnesium (Mg)

Kieserite 1.50 MgSO4H2O 36 % MgO

22 % S

Dapat Larut Boron (B) HGFB 0.10 Na2B4O75(H2O) 45 % B2O3 Sukar Larut

Besi (Fe) FeSO4 40-60 FeSO47H2O 20 % Fe Mudah larut

Sumber: kantor Kebun PT. PISP I 2014

Berdasarkan Tabel 5 pupuk yang digunakan di Kebun SAH adalah pupuk tunggal. Berdasarakan pengamatan yang penulis lakukan di lapangan, pemupukan yang dilakukan di Kebun SAH sudah tepat jenis, karena sesuai dengan rekomendasi dari Research and Development Departement.

Ketepatan Dosis

Pengamatan ketepatan dosis untilan penulis lakukan dengan cara mengambil secara acak pupuk yang sudah diuntil sebanyak 30 karung untilan untuk setiap jenis pupuk, selanjutnya untilan pupuk ditimbang satu persatu untuk mengetahui bobot untilan sebenarnya. Jenis pupuk yang diamati terdiri atas tiga jenis yaitu pupuk Urea dengan dosis 1.25 kg per tanaman dengan standar bobot untilan sebesar 10 kg per untilan (untuk aplikasi 8 tanaman), pupuk MOP dengan dosis 1.50 kg per tanaman dengan standar bobot untilan sebesar 9 kg per untilan (untuk aplikasi 6 tanaman), dan pupuk Kieserite dengan dosis 1.50 kg per tanaman dengan standar bobot karung untilan sebesar 9 kg per untilan (untuk aplikasi 6 tanaman). Hasil pengamatan bobot untilan disajikan pada Tabel 6.

Berdasarkan hasil penimbangan 30 karung sampel pada tiga jenis pupuk didapatkan bahwa rata-rata bobot untilan pupuk Urea sebesar 10.89 kg per untilan, pupuk MOP sebesar 9.47 kg per untilan, dan pupuk Kieserite sebesar 9.73 kg per utnilan. Berdasarkan data tersebut sebaiknya dilakukan evaluasi terhadap metode

(2)

21 penguntilan dan kesesuaian dengan upah yang diterapkan perusahaan karena dari hasil pengamatan terhadap bobot untilan ditemukan bahwa masing-masing jenis pupuk memiliki bobot yang tidak sesuai dengan ketentuan bobot untilan yang menjadi standar perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena pekerja kurang terampil dalam penguntilan serta tidak menggunakan takaran yang tersedia. Kelebihan dosis untilan mengakibatkan ketidak tepatan dosis dalam penaburan pupuk di lapangan, serta kerugian dalam hal ekonomi kepada perusahan. Pada Blok B 30 rekomendasi pupuk sebesar 4724 kg/ blok dengan dosis 1.25/pokok sehingga jumlah untilan sebanyak 473 untilan, jika rata-rata bobot untilan pupuk Urea berlebih 0.89 kg maka kerugian akan pupuk sendiri sebesar 421 kg. Harga pupuk Urea Rp 4 100/ kg, maka kelebihan biaya pada pemupukan Urea sebesar Rp 1 7264 100 untuk satu kali aplikasi, maka kerugian biaya untuk satu tahun sebesar Rp 3 452 200 dan jika dikalikan satu Afdeling dengan jumlah Blok sebanyak 26 maka total kerugian sebesar Rp 89 757 200.

Tabel 6 Pengamatan tepat dosis untilan di Kebun SAH Jenis pupuk Dosis

pertanaman (kg) Standar bobot untilan (kg) Jumlah karung untilan yang di amati Rata-rata bobot untilan yang di amati Urea 1.25 10 30 10.89 MOP 1.50 9 30 9.47 Kieserite 1.50 9 30 9.73

Sumber: pengamatan di lapangan (2014)

Penulis melakukan pengamatan ketepatan dosis pupuk MOP di tiga blok B30, B31, dan B32. Pada penaburan pupuk kali ini takaran yang digunakan berupa mangkuk yang dapat menampung pupuk dengan berat 0.5 kg. Penulis mengambil 90 sampel tanaman dari 3 orang penabur (tiap orang 30 sampel tanaman). Hasil pengamatan ketepatan dosis taburan pupuk MOP disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Ketepatan dosis pupuk MOP di Afd II PT. PISP I Blok Jenis pupuk Dosis kg pokok-1 Penabur Jumlah tanaman TTD TKD TLD % TD % KD % LD B31 MOP 1.50 1 30 23 2 5 76.6 6.6 16.6 1.50 2 30 27 2 1 90.0 6.6 3.3 1.50 3 30 21 7 2 70.0 23.3 6.6 B32 MOP 1.50 1 30 28 1 1 93.3 3.3 3.3 1.50 2 30 26 1 3 86.6 3.3 10.0 1.50 3 30 29 1 0 96.6 3.3 0 B33 MOP 1.50 1 30 21 4 5 70.0 13.3 16.6 1.50 2 30 27 1 2 90.0 3.3 6.6 1.50 3 30 22 4 4 73.3 13.3 13.3 Rata-rata 82.9 8.4 8.4

Sumber: Pengamatan di lapang 2014 a

TTD: Tanaman tepat Dosis; TKD: Tanaman Kurang Dosis; TLD: Tanaman Lebih Dosis; TD: Tepat Dosis; KD: Kurang Dosis; LD: Lebih Dosis

(3)

22

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata ketepatan pemupukan MOP dengan dosis 1.50 kg per pokok secara umum adalah 82.9%. Hasil tersebut dapat dikatakan kurang baik, karena masih jauh dari standar perusahaan yaitu 95-100%. Untuk tanaman yang kekurangan dosis sebesar 8.4%, sedangkan untuk tanaman yang lebih dosis sebesar 8.45%. Pemberian pupuk MOP di Kebun SAH pada Afdeling II dapat dikatakan tepat dosis, karena kebutuhan pupuk tiap blok yang telah ditetapkan oleh balai Research and Development Departement telah teraplikasi seluruhnya tanpa ada kekurangan dan kelebihan pupuk. Penebar pupuk menggunakan mangkuk tabur yang sudah dikalibrasi terhadap masing-masing dosis pemupukan, sehingga terdapat standarisasi takaran penaburan. Hal ini mampu meminimalisir kekurangan maupun kelebihan dosis pupuk dalam penaburan.

Ketepatan Waktu

Aplikasi pemupukan di Kebun SAH dilaksanakan dalam dua semester, semester pertama dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober dan semester kedua dilaksanakan pada bulan Januari-Mei setiap tahunnya. Interval antara dua rotasi pemupukan yang diterapkan di Kebun SAH bahwa rotasi pemupukan pupuk yang sejenis sebaiknya dilakukan tidak kurang dari dua bulan. Rekomendasi pemupukan di kebun SAH disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Rekomendasi waktu pemupukan di Kebun SAH Juni 2013–Mei 2014 Jenis

Pupuk

Bulan

Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Urea I I I I I II II II II II MOP I I I I II II II II II RP X X X X X X Kis X X X X X X X X FeSO4 X X X X X X X X X X HGFB X X X ]

Sumber: Kantor Kebun PT. PISP I

a

I : Aplikasi pupuk pertama; II : Aplikasi pupuk kedua; x : Aplikasi pupuk hanya satu kali.

Menurut Setyamidjaja (2006) pemberian pupuk pada kelapa sawit di atur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu pada bulan Maret-April dan pemberian pupuk yang kedua pada awal musim hujan yaitu bulan September-Oktober. Kelapa sawit telah ditanam di seluruh Indonesia, maka penentuan bulan dilakukannya pemupukan dapat bergeser sesuai dengan keadaan iklim di wilayah yang bersangkutan.

(4)

23

Gambar 7 Grafik curah hujan PT PISP I Juni 2013-mei 2014

Hasil pengamatan penulis selama magang, pelaksanaan pemupukan sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan perusahaan. Waktu pelaksanaan pemupukan tersebut dapat berubah, bergantung pada ketersediaan jumlah pupuk di gudang dan ketepatan waktu datangnya pupuk ke gudang. Pengamatan waktu pemupukan untuk Urea, MOP, Rock Phospat (RP), dan Kieserite di Afdeling II disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Realisasi waktu pemupukan di Afdeling II

Jenis pupuk Bulan Aplikasi

Urea Januari – Maret

MOP Januari – April

RP Februari – Maret

Kieserite Februari dan April

Sumber: pengamatan di lapangan

Berdasarkan data pada Tabel 9 dapat dikatakan pemupukan di kebun SAH sudah tepat waktu karena sudah sesui dengan waktu rekomendasi aplikasi. Tetapi pada pemupukan kieserite hanya dilakukan pada bulan Februari dan April serta pemumupukan lainnya tidak dilakukan sampai Mei karena ketersediaan pupuk di gudang pupuk pada bulan Mei habis.

Ketepatan Cara

Aplikasi pemupukan berpedoman pada rekomendasi dan luas areal yang akan dipupuk. Dari luas areal yang akan dipupuk dapat diketahui jumlah pokok yang kemudian dapat ditentukan kebutuhan pupuk. Di PT Perdana Inti Sawit Perkasa I aplikasi pemupukan dilakukan secara manual dan mekanik dengan menggunakan fertilizer spreader.

Pemupukan secara mekanik (fertilizer spreader) dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit serta untuk meningkatkan keefektifan dan keefesienan pemupukan. Pemupukan secara manual dilakukan untuk lahan-lahan yang tidak bisa dilewati fertilizer spreader. Pemupukan menggunakan fertilizer spreader mulai dilaksanakan di PT Perdana Inti Sawit Perkasa I pada bulan Januari 2014. Pemupukan dengan fertilizer spreader tidak dapat diaplikasikan di semua kebun karena hanya dilakukan untuk daerah datar atau flat.

Pemupukan secara manual dilakukan pada daerah bergelombang atau

rolling serta pada blok yang terdapat parit alam. Organisasi pemupukan terdiri

(5)

24

mengawasi dan mengarahkan jalannnya pemupukan. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah ember plastik, kain untuk menggendong ember, dan mangkuk takaran yang telah dikalibrasi.Perbandingan antara pemupukan secara manual dengan mekanik disajikan pada Tabel 10.

Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat beberapa hal yang menghambat pelaksanaan kegiatan pemupukan dengan fertilizer spreader. Beberapa hambatan tersebut, yaitu masih terdapat beberapa jalan pikul yang dipisahkan oleh parit, sehingga menyulitkan fertilizer spreader untuk mencapai jalur tersebut. Ada beberapa blok yang pasar pikulnya terdapat anak kayu sehingga menyulitakn fertilizer spreader untuk melewatinya.

Tabel 10 Perbandingan antara pemupukan secara manual dan secara mekanik di blok B30

Uraian Manual Fertilizer spreader

Prestasi kerja 4.87 ha HK-1 7.31 ha HK-1

Tenga kerja 6 4

Kualitas aplikasi Kurang terjamin Terjamin/seragam

Pengawasan Intensif Tidak intensif

Taburan pupuk Tidak merata Merata

Pemadatan tanah Tidak terjadi Terjadi

Areal aplikasi Tidak terbatas Kemiringan 0-50%

Biaya Rendah Tinggi

Sumber: Pengamatan di lapang 2014

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, aplikasi pemupukan dengan

fertilizer spreader memiliki sebaran yang lebih merata dibandingkan dengan

pemupukan secara manual, pada pemupukan secara manual masih sering terdapat taburan pupuk yang berbentuk bongkahan, sedangkan pada fertilizer spreader pupuk tidak ada bentuk bongkahan karena pupuk melewati proses penyaringan. Hal tersebut akan mengakibatkan tanaman lebih mudah menyerap hara karena taburan pupuk merata.

Berdasasrkan perhitungan biaya, pemupukan secara mekanik lebih tinggi bianya dibandingkan dengan pemupukan secara manual. Akan tetapi pemupukan dengan mekanik tetap di lakukan karena lebih terjamin kualitas aplikasi pemupukan serta penggunaan tenaga kerja yang tetap, karena tenaga kerja yang di gunakan adalah tenaga kerja karyawan harian tetap bukan SPKL.

Pemupukan secara manual menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan fertilizer spreader, karena pada pemupukan secara manual tenaga kerja yang digunakan sebanyak 6-9 orang setiap satu kali pemupukan sedangkan pada pemupukan menggunakan fertilizer spreader tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah 4 orang dimana 1 orang menjadi operator dan 3 orang menjadi helper. Helper bertugas membantu operator untuk memasukan pupuk ke dalam hopper yang berfungsi sebagai tempat penampung pupuk.

(6)

25 Tepat Tempat

Pengamatan tepat tempat penulis lakukan dengan mengambil sampel pada tiga blok (Blok B32, A28, dan B25 ) tanaman kelapa sawit pada jenis pupuk Kieserite dan MOP. Masing-masing blok dipilih lima jalur tanam yaitu jalur 5, 10, 15, 20, dan 25, kemudian setiap jalur diambil 10 tanaman contoh, sehingga total contoh ada 50 tanaman per blok. Metode pengukuran yang penulis lakukan dengan cara menghitung jarak terdekat pupuk yang telah ditabur dari tanaman kelapa sawit.

Rekomendasi tempat tempat disajikan pada Tabel 11 sedangkan hasil pengamtan tepat tempat disajikan pada Tabel 12.

Tabel 11 Tempat penempatan pupuk pada areal tanaman menghasilkan (TM) Jenis pupuk Golongan pupuk Aturan aplikasi pupuk Zn. Borate. CuSO4. dan

FeSO4

Mikro Di sekeliling tanaman dengan radius 0.5-1 meter dari pangkal tanaman

Urea dan MOP Makro Berbentuk U-shape dengan Radius 1.2-2 meter dari pangkal tanaman ke arah dalam piringan

RPH Makro Berbentuk U-shape dengan radius

>2 meter dari pangkal tanaman arah luar piringan

Sumber: Kantor Kebun PT PISP 1

Standar jarak penaburan pupuk yang ditetapkan perusahaan yakni 150 cm dari tanaman (arah kedalam piringan) untuk pupuk Kieserite dan 200 cm dari tanaman (arah keluar piringan) untuk pupuk RP.

Tabel 12 Pengamatan tepat tempat pemupukan di Kebun SAH afdeling II Blok T T Jenis

Pupuk

Dosis (kg pokok-1)

Rataan Jarak Pupuk Ke Tanaman (cm) Rata-Rata (cm) 5 10 15 20 25 B32 1994 Kies 1.50 68.7 64.3 67.6 60.89 62.6 64.81 A28 1994 Kies 1.25 69.8 61.2 65.4 66.25 72.5 67.03 Rata-rata 65.92 B24 1995 MOP 1.50 65.4 66.7 72.3 45.5 66.9 63.36 Rata-rata 63.36

Sumber: pengamatan di lapang

Berdasarkan hasil pengamatan rataan taburan pupuk kieserite adalah 65.92 cm dan pupuk MOP sebesar 63.36 cm. Terbukti bahwa pemupukan di Kebun SAH belum memenuhi kaidah tepat tempat. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi piringan yang kecil (ukuran diameter <1.5 meter dari tanaman kelapa sawit), kurang terampilnya penabur dalam melaukan penaburan pupuk serta kurangnya pengawasan.

(7)

26

Gejala Defisiensi Hara Utama Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Pahan (2010) ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur N adalah daun menguning (klorosis) mulai dari ujung anak daun. Defisiensi unsur P anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan. Defisiensi unsur K bagian tepi anak daun mengering (nekrosis). Defisiensi unsur Mg terjadi klorosis pada daerah sekitar tulang daun sedangkan sebahagian helaian daunnya masih hijau. Defisiensi unsur Ca adalah anak daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mengering pada bagian ujungnya. Sedangkan defisiensi unsur B daun termuda menjadi kecokelatan, membengkok (hook leaf), tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounde frond tip), anak daun pada ujung pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput (bristle tip) atau tumbuh rapat, pendek, seolah-olah bersatu dan padat (little leaf).

Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan secara acak dengan cara 12 x 9, artinya tiap 12 dalam barisan dan tiap 9 pokok dalam jalur, mulai diambil dari pokok ke-5 baris ke-3. Total tanaman yang diamati tiap blok adalah 35 tanaman dengan mangambil dari dari empat blok yang berbeda yaitu blok B30, A39, B21, dan A25 sehingga total tanaman yang diamati sebanyak 140 tanaman. Gejala defisiensi yang diamati oleh penulis adalah gejala defisiensi unsur N, P, K, Mg, B, dan Fe. Setiap pohon sampel yang teridentifikasi mengalami satu atau lebih defisiensi hara diasumsikan hanya mengalami satu defisiensi hara dengan gejala yang terlihat paling dominan. Pengamatan tersebut diambil dengan membandingkan daun kelapa sawit dengan contoh gambar daun yang mengalami defisiensi.

Defisiensi hara ini akan menentukan ketepatan dosis pupuk yang digunakan oleh perusahaan. Hasil pengamatan gejala defisensi hara disajikaan pada Tabel 13 dan untuk gambar gejala defisiensi hara disajikan pada Gamabar 8. Tabel 13 Pengamatan defisiensi hara pada 4 blok di Afd II Kebun SAH

Defisiensi Hara Blok Jumlah

Tanaman Defisiensi % Tanaman Defisiensi B 30 A 29 B 21 A 25 Normal 5 7 10 8 - - N 0 0 0 0 0 0 P 5 1 4 7 17 12.14 K 7 13 9 11 40 28.57 Mg 4 0 1 2 7 5 Fe 10 11 8 6 35 25 B 4 3 3 1 11 7.85 Total 110 78.57

Sumber: Pengamatan di lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual (Tabel 13) mengenai gejala defisiensi hara tanaman kelapa sawit pada 4 blok dengan jumlah tanaman normal sebanyak 30 tanaman. Hasil pengamatan tanaman yang mengalami gejala defisensi hara sebanyak 110 tanaman atau sebesar 78.57 % dari tanaman contoh. Defisiensi hara terbanyak adalah hara K sebanyak 40 tanaman atau sebanyak 28.57 %, diikuti oleh defisiensi hara Fe sebanyak 35 tanaman atau sebesar 25 %,

(8)

27 defisiensi hara P sebanyak 17 tanaman atau sebesar 12.14 %, defisiensi hara B sebanyak 11 tanaman atau sebsesar 7.57 %, dan defisiensi hara Mg sebanyak 7 tanaman atau sebsesar 5 %.

Defisiensi hara yang terjadi disebabkan dosis yang diperoleh setiap tanaman berbeda pada saat aplikasi pemupukan berlangsung di lapangan, meskipun dosis sesuai dengan rekomendasi yang ditetapkan perusahaan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keahlian pekerja dalam menetapkan dosis pupuk mulai dari penguntilan, pelangsiran dan penaburan pupuk.

Menurut Ditjenbun (2013) produktivitas untuk tanaman kelapa sawit denagan umur tanaman 18 tahun untuk kesesuaian lahan S2 27.0 ton/ha. Berdasarkan Tabel 1 produktivitas 5 tahun terakhit TBS di Kebun SAH, rata-rata produktivitas TBS sebesar 24.59 ton/ha. Penurunan produksi dipengaruhi dengan adanya defisiensi unsur hara. Salah satunya defisiensi unsur hara Mg dan K, ciri-ciri kekurangan Mg adalah daunnya menguning yang bermula dari tepi daun. Daun menguning dikarenakan tanaman kekurangan klorofil sehingga tanaman melakukan proses fotosintesis. Hal ini akan berpengaruh terdapat produksi TBS sehingga akan memungkinkan terjadi penurunan produktivitas TBS. Sedangkan defisiensi K berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan. Selisih produksi antara Kebun SAH dengan standart Ditjenbun tidak terlalu jauh ini dipengaruhi oleh sistem panen di Kebun SAH yang berjalan dengan baik, mulai dari pusingan potong buah yang baik, tidak adanya buah restan dan buah tinggal di pokok, pengawasan mandor yang baik, dan perawatan infrastuktur jalan yang baik. Pihak kebun juga memprediksi akan mendapat produksi melebihi budget yang telah ditentukan.

Gambar 8 Gejala defisiensi hara, a). Gejala defisiensi K, b). Gejala defisiensi B, c). Gejala defisiensi Mg

Tenaga Kerja

Penentuan jumlah tenaga kerja berpengaruh penting terhadap kegiatan pemupukan. Bila tenaga kerja yang digunakan melebihi target maka dapat terjadi pemborosan penggunaan tenaga kerja. Tenaga kerja pemupuk manual yang digunakan di PT PISP 1 adalah SPKL berjumlah 6 orang yang terdiri atas 3 orang sebagai penebar pupuk dan 3 orang sebagai pelangsir pupuk. Sedangkan tenaga kerja pemupuk secara mekanik berjumlah 4 orang, yang terdiri dari 1 orang sebagai operator fertilizer spreader dan 3 rang lain sebagai kernet.

(9)

28

Pengawasan kegiatan pemupukan di PT PISP I dilakukan oleh mandor pupuk. Pengawasan dilakukan di luar dan di dalam blok. Di luar blok yaitu mandor mengawasi penabur di sepanjang collection road dan mengecek serta memastikan penabur selesai menabur pupuk pada hancanya masing-masing. Didalam blok yaitu mandor mengawasi dan memastikan penabur menabur pupuk sampai ke pasar tengah, dan semua pokok mendapat pupuk sehingga dosis pupuk per pokok antara tanaman pinggir dan tengah sama. Prestasi kerja pemupuk disajikan pada Tabel 14 dan 15.

Berdasarkan hasil pengamtan prestasi kerja pemupukan secara mekanik lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan secara manual dengan rata-rata prestasi kerja secara mekanik 7.28 Ha HK-1 dan 1 174.43 kg HK-1, sedangkan rata-rata prestasi kerja pemupukan secara manual sebesar 4.89 Ha HK-1 dan 889.03 kg HK-1.

Tabel 14 Prestasi kerja penabur dan pelangsir pupuk secara manual di PT PISP I di Afd II Blok Luas (Ha) Jenis Pupuk Dosis Pupuk (Kg Pkk-1) Bobot Pupuk Blok-1 (Kg) Jumlah tenaga kerja Prestasi Kerja Ha HK-1 Kg HK-1 A 29 33.26 Urea 1.25 5 161 6 5.543 860.16 B 34 28.29 MOP 1.50 5 588 6 4.712 931.30 A 24 23.27 Kieserite 1.50 4 331 6 3.878 721.834 A 31 32.72 RP 1.50 6 257 6 5.453 1 042.83

Sumber : pengamatan di lapangan

Tabel 15 prestasi kerja penabur pupuk secara mekanik di PT PISP I Afd II Blok Luas (Ha) Jenis Pupuk Dosis Pupuk (Kg Pkk-1) Bobot Pupuk Blok-1 (Kg) Jumlah tenaga kerja Prestasi Kerja Ha HK-1 Kg HK-1 B30 29.27 Urea 1.25 4 724 4 7.14 1 181 B31 29.60 Urea 1.25 4 733 4 7.40 1 183.25 B32 28.94 Urea 1.25 4 631 4 7.23 1 157.75 B33 29.42 Urea 1.25 4 703 4 7.35 1 175.75

Gambar

Tabel 5 Jenis pupuk yang digunakan di Kebun SAH tahun 2014  Unsur Hara  Jenis Pupuk  Dosis Pupuk
Tabel 6 Pengamatan tepat dosis untilan di Kebun SAH  Jenis pupuk  Dosis
Tabel 8 Rekomendasi waktu pemupukan di Kebun SAH Juni 2013–Mei 2014  Jenis
Gambar 7 Grafik curah hujan  PT PISP I Juni 2013-mei 2014
+5

Referensi

Dokumen terkait

(1) Penyelenggara atau Pelaksana yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), Pasal 28 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dan

Manajemen konflik (Wirawan, 2010:129) merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar

Oleh sebab itu, CECOM Foundation memposisikan diri sebatas sebagai fasilitator yang mengedepankan kredo pendampingan partisipatif yaitu “memulai dari sesuatu yang dimiliki

Sumber Daya M anusia (SDM ) yang dikelola dalam BPPT adalah Pihak–pihak yang mempunyai keahlian dan kemampuan ( vital ) dalam organisasi yaitu Bidang Penyajian Data dan

Therefore, a reliable inverter that can produce a good output voltage is necessary.The main purpose of this paper is to design and develop a dynamic evolution control (DEC) for a PV

skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI NEW DUTA FOTO DI PASAR KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG dengan baik. Skripsi ini

Peningkatan Kualitas Pendidikan Dan Pelatihan Di Batalyon Artileri M edan 11 / Kostrad M agelang masih belum optimal karena kegiatan protokoler cenderung mengganggu suatu perencanaan

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji independent t test p hitung = 0,000 (p = &lt; 0,05) menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan