• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) PADA SUB POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME

KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 JATEN

Diajukan Oleh : NINGSIH WIJAYANTI K.1303054

F A K U L T A S K E G U R U A N D A N I L M U P E N D I D I K A N

U N I V E R S I T A S S E B E L A S M A R E T

S U R A K A R T A

2 0 0 9

(2)

Nama : NINGSIH WIJAYANTI

NIM : K1303054

Judul Skripsi :

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SUB POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 JATEN Dosen Pembimbing :

1. Drs. Suyono, M.Si

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional diperlukan peran serta aktif dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan dan prioritas baik oleh pemerintah, keluarga, maupun pengelola pendidikan. Upaya pembangunan di bidang pendidikan masih perlu dilanjutkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.

Selain itu perkembangan jaman juga berpengaruh terhadap pendidikan sehingga mengakibatkan iklim pendidikan juga berubah. Kompleksitas masalah pendidikan menjadi semakin terasa, sehingga jika dipandang dari sudut kuantitas harus disediakan gedung sekolah, biaya pendidikan dan tenaga guru dalam jumlah yang memadahi. Dari sudut kualitas, yang saat ini menjadi perhatian umum adalah masalah mutu pendidikan.

Kenyataan sekarang ini, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa bahkan ada yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional (UNAS) SMP di Karanganyar tahun 2006/2007, dari 75 SMP negeri dan swasta diperoleh nilai rata-rata untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 7,91, Bahasa Inggris adalah 7,15 dan Matematika adalah 7,89. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa mata pelajaran matematika berada di urutan kedua untuk 3 mata pelajaran UNAS (http://www.puspendik.com). Menurut data hasil ujian nasional SMP N 1 Jaten yang diambil dalam kurun waktu dua tahun terakhir didapat rata-rata hasil ujian nasional untuk mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2005/2006 : 8,19 dan untuk tahun pelajaran 2006/2007 : 7,89. Dapat dilihat bahwa terjadi penurunan hasil ujian nasional pada dua tahun terakhir. Padahal matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting bagi siswa, karena mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu materi SMP kelas VIII adalah kubus dan balok. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada geometri termasuk pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok masih rendah. Pada materi geometri melibatkan pemahaman konsep-konsep yang lebih dibanding matematika lainnya. Hal ini nampak dari banyak siswa yang merasa kesulitan pada materi tersebut.

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan mampu menguasai metode pembelajaran karena suatu metode belum tentu cocok digunakan untuk setiap pokok bahasan yang berbeda. Ada kalanya guru harus menggunakan beberapa metode tertentu dalam penyampaian

(4)

suatu materi tertentu. Dengan adanya variasi metode dalam megajar akan membuat suasana kelas lebih hidup dan tidak membosankan. Namun pada kenyataannya, sebagian besar guru menggunakan metode yang sama yaitu metode konvesional dalam menyampaikan setiap materi pelajaran. Dalam metode konvensional siswa tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar tetapi mereka hanya mendengar dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Hal ini akan membuat siswa bosan dan dapat mematikan semangat belajar mereka sehingga akan menyebabkan prestasi belajar mereka turun.

Banyak metode pembelajaran dapat dipilih sebagai pengganti dari metode konvensional dan tentunya pemilihan metode tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Metode pembelajaran yang baik merupakan metode pembelajaran yang tidak hanya di dominasi oleh guru melainkan juga melibatkan keaktifan siswa, selain itu juga tidak hanya menekankan pada aspek kognitif siswa tetapi juga harus bisa meningkatkan kemampuan afektif siswa. Dalam hal ini dapat digunakan metode diskusi untuk mengubah perilaku afektif siswa secara konkrit dalam hal sikap atau nilai. Penggunaan diskusi secara terampil memungkinkan pembentukan sikap dalam suasana kelompok. Adanya penggantian metode pembelajaran diharapkan dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Metode pembelajaran yang menggunakan prinsip kerja kelompok sering disebut dengan metode pembelajaran kooperatif. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan cara membentuk kelompok kecil dimana seiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas kolektif sehingga akan menuntut siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Banyak metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru, salah satu diantaranya adalah metode Numbered Heads Together (NHT). Dalam metode ini, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, setiap anggota kelompok diberi nomor. Dengan pemberian nomor dari tiap anggota kelompok tadi, jika guru ingin mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswanya, tinggal menyebutkan salah satu nomor dan setiap anak dengan nomor tersebut harus dapat menyampaikan inspirasi dari kelompok mereka masing-masing, sehingga tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok sangat diperlukan dalam metode ini. Setiap apa yang diputuskan dalam kelompok tersebut harus diketahui oleh masing-masing anggota, sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain. Metode kooperatif termasuk NHT cocok digunakan untuk mengajar di kelas yang siswanya cukup banyak. Karena dengan adanya pengelompokan, selain mendapat penjelasan dari guru, mereka juga mendapat penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami, sehingga kendala siswa yang cukup banyak dapat diatasi dengan metode kelompok seperti NHT.

Selain faktor ekstern seperti metode mengajar, hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah faktor intern seperti aktivitas belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, segala pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari usaha siswa sendiri, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat diperlukan. Aktivitas belajar siswa yang satu dengan yang lain tidak sama. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi akan mempunyai peluang yang lebih besar dalam keberhasilan belajarnya, karena dari aktivitas belajar tersebut dapat dilihat sejauh mana usaha yang mereka tempuh dalam peningkatan prestasi belajar

(5)

Bertolak dari uraian diatas, perlu diadakan penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa benar-benar memahami materi dan menguasai konsep. Tetapi masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional disetiap proses pembelajaran, padahal tidak semua pokok bahasan cocok disampaikan dengan metode konvensional. Maka dari itu perlu dikaji lebih lanjut apakah metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Metode pembelajaran kooperatif menuntut siswa aktif melakukan kegiatan belajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan teman, mencari pemecahan masalah melalui diskusi dan berbagai kegiatan kelompok.

3. Penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok mungkin menghasilkan prestasi belajar yang berbeda dengan metode konvensional, karena dengan metode NHT siswa tidak hanya mendapat penjelasan dari guru, tetapi mereka juga mendapat penjelasan dari teman sekelompoknya yang lebih memahami.

4. Kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh rendahnya aktivitas siswa dalam belajar matematika. Kebanyakan guru matematika saat ini kurang memperhatikan penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan keaktivan siswa dalam proses belajar mengajar. Berkenaan dengan hal ini jika metode pembelajaran para guru diperbaharui dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam belajar matematika, apakah prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume tabung, kerucut dan bola menjadi lebih baik.

C. Pemilihan Masalah

Penelitian dengan banyak permasalahan, tidak mungkin untuk dilakukan dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipecahkan masalah penelitian yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang kemudian dikaitkan dengan aktivitas belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah diatas, permasalahan yang dikaji lebih mendalam dan terarah maka masalah-masalah tersebut penulis batasi sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran matematika dalam penelitian ini adalah metode Numbered Heads Together (NHT) pada kelompok eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol.

(6)

2. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas belajar matematika pada siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 1 Jaten pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

3. Prestasi balajar pada penelitian ini dibatasi pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai barikut :

1. Apakah metode Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok?

2. Apakah terdapat pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume Kubus Dan Balok?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode Numbered Heads Together (NHT) dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok?

F. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah metode Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pemakaian metode Numbered Heads Together (NHT) dan aktivitas belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat :

1. Memberikan masukan kepada guru matematika bahwa metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar suasana belajar menjadi menyenangkan.

2. Dapat memberi gambaran bagi guru bahwa mengembangkan kreatifitas mengajar dapat menumbuhkan semangat belajar siswa dan mendukung proses kreatif siswa dalam belajar.

3. Memberi informasi kepada guru matematika akan pentingnya aktivitas dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran untuk mendorong siswa agar belajar secara efektif dan efisien.

(7)

4. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika.

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi

Dalam kehidupan, manusia selalu memperoleh hasil dari apa yang telah dilakukannya. Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar, siswa dituntut memberikan prestasi sebagai wujud penampakan dari hasil belajarnya. Prestasi diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai.

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan lain sebagainya). Sedangkan menurut Zainal Arifin (1990: 3), “Prestasi adalah hasil dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Sementara itu Winkle (1996:391) mengemukakan bahwa, “Prestasi adalah bukti usaha yang dicapai”.

Dari pendapat-pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai setelah melaksanakan usaha sebaik-baiknya.

b. Belajar

Dalam proses pendidikan, belajar merupakan hal yang pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami siswa sebagai peserta didik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 13), “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Beberapa ahli telah mengemukakan definisi belajar antara lain :

1) Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2006: 92)

2) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,2003:2)

3) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya. (Purwoto, 2003:24)

4) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung didalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap dan berbuat. (W.Gulo, 2002:8)

(9)

5) Belajar adalah salah satu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan ini relatif tetap dan berbekas. (Winkel, 1996:53)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan aspek sikap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

c. Prestasi Belajar

Salah satu indikator bahwa seseorang telah mengalami proses belajar adalah adanya prestasi belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787), “Prestasi balajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Sedangkan Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak tersebut kelompok anak pandai, sedang, atau kurang. Prestasi anak ini dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu. Sedangkan Zainal Arifin (1990:3) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan msalah”. Dalam hal ini prestasi belajar tidak hanya dapat ditunjukkan dengan nilai tes tetapi dapat juga ditunjukkan dengan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam simbol, angka, atau huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu.

d. Matematika

Matematika timbul mula-mula karena kebutuhan manusia untuk mempelajari alam. Dari kebutuhan ini, alam dijadikan ide-ide atau konsep abstrak dan mempelajarinya dalam bentuk simbol-simbol ini berlandaskan pada ide-ide nyata. Dari hal ini matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun hierarkis. Banyak orang yang menganggap matematika sebagi bidang studi yang sulit, meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 637), “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang bilangan”. Sedangkan menurut Purwoto (2003: 14) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang sruktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma dan teorema dan akhirnya ke dalil”.

Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, antara lain: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

(10)

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat

(Soedjadi, 2000: 11) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan yang berhubungan dengan bilangan-bilangan dan cara untuk menyelesaikan msalah mengenai bilangan.

e. Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu.

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

2. Metode Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, pemilihan metode yang tepat merupakan salah satu penunjang utama berhasil tidaknya seorang guru dalam mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:580), “Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.

Roestiyah N.K. (1991: 1) mendefinisikan bahwa, “Metode mengajar atau teknik penyajian pelajaran yaitu suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan untuk guru/instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar/menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas agar pelajaran tersebut dapat diungkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik”.

Sementara itu, Muhibbin Syah (2006: 202) mengatakan bahwa, “Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”. Sedangkan menurut Purwoto (2003: 70), beberapa arti metode antara lain :

1) Metode mengajar adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik.

2) Metode mengajar adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya agar guru berhasil dalam mengajarnya dan dapat mencapai tujuan atau mengenai sasarannya.

3) Metode mengajar adalah cara mengajar yang umum diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi. Pada prinsipnya tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok untuk semua pokok bahasan yang ada pada setiap bidang studi, karena setiap metode memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan yang khas.

Beberapa metode pembelajaran yang telah dikembangkan antara lain metode konvensional (metode ceramah), metode kooperatif, metode ekspositori, meode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode demonstrasi dan lain-lain. Sedangkan karena pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu cara menyampaikan topik tertentu kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka NHT juga dianggap sebagai suatu metode mengajar. Dalam penelitian ini

(11)

akan diuraikan dua metode mengajar saja yaitu metode konvensional dan metode Numbered Heads Together (NHT)

a. Metode Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud disini adalah pembelajaran yang biasa dilakukan sehari-hari. Pada pembelajaran konvensional guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan yang kapasitasnya besar dan siswa diansumsikan mempunyai kemampuan dan kecakapan yang sama. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:523), “konvensional adalah tradisional”, sedang tradisional sendiri diartikan sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.

Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan metode konvensional adalah metode mengajar yang berpegang teguh pada adat kebiasaan yang ada. Metode konvensional yang selama ini sering dan banyak digunakan oleh guru dalam proses mengajar adalah metode ceramah. Menurut Purwoto (2003: 72), “Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak diapakai”. Hal ini mungkin metode ceramah dianggap guru sebagai metode mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Kalau bahan pelajaran sudah dikuasai dan sudah ditentukan urutan penyampaiannya, guru tinggal memaparkan di kelas. Siswa tinggal duduk memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya dan membuat penggalan-penggalan catatan.

Adapun keunggulan dan kelemahan metode ceramah menurut Purwoto (2003: 75) adalah sebagai berikut:

Keunggulan :

1) Dapat menampung kelas besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif lebih murah.

2) Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru, konsep-konsep yang disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.

3) Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.

4) Isi silabus dapat dielesaikan dangan mudah karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.

5) Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah.

Kelemahan :

1) Pelajaran berjalan membosankan murid dan murid pasif karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Murid hanya aktif membuat catatan.

2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat membuat murid tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.

4) Ceramah menyebabkan belajar murid menjadi “belajar menghafal” (role learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

Dalam pembelajaran matematika metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar adalah metode ekspositori. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwoto (2003: 69) yang mengemukakan “...cara mengajar matematika yang pada umumnya digunakan guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai metode ekspositori daripada metode ceramah”. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan interaksi kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan

(12)

pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori, dominasi guru banyak berkurang karena tidak terus bicara saja. Ia berbicara pada awal pelajaran, mengemukakan materi, dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja.

Dalam metode konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Pada pengajaran dengan metode ini kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sangat berkurang, kurang inisiatif dan bergantung pada guru.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Metode Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu sebelum membahas tentang Metode Numbered Heads Together (NHT), akan dibahas dulu mengenai pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Muhammad Nur (2005:2) menyatakan bahwa, “Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.”

Roger dan David (Anita Lie, 2002:31), menyatakan bahwa : Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yaitu :

a) Saling ketergantungan positif

Dalam unsur ini, siswa yang kurang mampu tidak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, tapi merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan andil.

b) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah kesiapan guru dalam penyusunan tugas.

c) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi.

d) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Salah satu variasi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dengan menekankan pada struktur yang dirancang untuk

(13)

mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur-struktur yang dikembangkan oleh Kagan diharapkan dapat menjadi alternatif dalam struktur kelas tradisional dimana guru memberikan pertanyaan pada seluruh kelas dan siswa-siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan mereka dan namanya dipanggil. Struktur dari Kagan mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan mengedepankan ciri kooperatif dari pada penghargaan pribadi. Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu contoh tipe dari pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktural.

Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah varian Diskusi Kelompok yang melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Menurut Anita Lie (2002:59), “Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”. Langkah-langkah dalam metode ini adalah :

a) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5 anggota dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda satu sampai lima.

b) Memberi pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat bervariasi dalam bentuk pertanyaan spesifik ataupun dalam bentuk pertanyaan.

c) Berpikir bersama (Heads together)

Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetaui jawaban tersebut.

d) Menjawab pertanyaan (Answering)

Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban apda seluruh anggota kelas.

Kelebihan dan kelemahan Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut: Kelebihan:

1) Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah akan meningkatkan ketrampilan sosial siswa.

2) Baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.

(14)

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Kelemahan:

1) Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai.

2) Diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai. 3) Pengelompokan siswa membutuhkan tempat duduk berbeda dan membutuhkan waktu.

Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual semua anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

3. Aktivitas Belajar

Di dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:20), aktivitas adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan”. Pengertian ini identik dengan aktivitas belajar berarti keaktifan, kegiatan, kesibukan dalam belajar.

Rousseau dalam Sardiman A.M (2003:96) memberikan penjelasan bahwa, “Dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rokhani maupun teknis”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Sedangkan Montessori dalam Sardiman A.M (2003:96) menegaskan bahwa, “Anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”. Pernyataan montessori tersebut memberikan petunjuk bahwa yang lebih benyak melakukan aktivitas adalah anak itu sendiri, sedang pendidik hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didiknya.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (2003:101) membuat suatu daftar aktivitas siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya adalah membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik audio, pidato. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin.

(15)

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnyal antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, meresapi, bermain,berkebun beternak.

7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika adalah segala kegiatan dan tingkah laku yang melibatkan fisik maupun mental dalam rangka belajar matematika. Meskipun aktivitas belajar cukup kompleks, namun tidak semua aktivitas (seperti yang disebutkan) dilakukan oleh siswa setiap belajar matematika.

4. Tinjauan Materi

Dalam penelitian ini materi yang akan dikaji adalah pokok bahasan kubus dan balok yaitu tentang luas permukaan dan volume kubus dan balok.

a. Luas Permukaan Kubus Dan Balok

1) Luas permukaan kubus

Permukaan kubus dibentuk oleh enam persegi yang paling kongruen, maka luas permukaan kubus sama dengan 6 kali luas satu persegi pembentuk kubus. Jika panjang rusuk kubus = s, maka luas satu persegi pembentuk kubus = (s x s), maka

Luas permukaan kubus = 6 x luas persegi = 6 x (s x s) = 6 s2 2) Luas permukaan balok

Permukaan balok dibentuk oleh enam persegi panjang yang terdiri dari tiga pasang. Masing-masing pasang saling kongruen. Ketiga pasang tersebut adalah :

a) Sisi alas dan sisi alas

Luas masing-masing = panjang x lebar = p x l

b) Sisi depan dan sisi belakang

Luas permukaan masing – masing = panjang x tinggi = p x t c) Sisi kiri dan sisi kanan

Luas permukaan masing-masing = lebar x tinggi = l x t Sehingga

Luas permukaan balok = 2 (p x l) + 2 (p x t) + 2 (l x t) = 2 (p x l + p x t + l x t)

b. Volum Kubus Dan Balok

1) Volum Kubus

Kubus memiliki satu sisi alas, dan sisi alas ini sering disebut alas kubus. Rusuk-rusuk tegak lurus dapat dinyatakan sebagai tinggi kubus. Secara umum, volume atau isi kubus = luas alas x tinggi.

(16)

Jika panjang rusuk = s, maka luasnya adalah s2, maka Volume kubus = s x s x s

= s3 2) Volum Balok

Secara umum, volume atau isi balok sama dengan luas alas kali tinggi. Luas alas balok = panjang x lebar = p x l dan tinggi balok = t

Dengan demikian

Volume balok = panjang x lebar x tinggi = p x l x t

B. Penelitian Yang Relavan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Inda Muliana (2006). Dalam penelitian yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Prstesi Belajar Siswa Kelas VII Semester 2 SMP Negeri 6 Surakarta Pada Pokok Bahasan Prisma Dan Limas Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa”. Hasil penelitian yang terkait tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dengan metode konvensional terhadap prestasi belajar matematika.

2. Tinton Agus Arianto (2006). Dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Metode Pembelajaran Interaktif Seting Kooperatif Dan Metode Ceramah Pada Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Di SMP N 1 Colomadu Kelas VIII Semester 2”. Hasil penelitian yang terkait adalah aktivitas belajar siswa (kategori tinggi, sedang, rendah) tidak berpengaruh pada prestasi belajar matematika pokok bahasan garis singgung lingkaran SMP kelas VIII semester ke 2.

3. Ulfah Zulaikha (2007). Dalam penelitian yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Pada Pokok Bahasan Fungsi Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Ajaran 2006/2007”. Hasil penelitian yang terkait adalah aktivitas belajar siswa kategori tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kategori sedang dan rendah pada pokok bahasan fungsi.

Adanya penelitian yang relevan diatas digunakan oleh penulis guna memperoleh gambaran mengenai prosedur penelitian dan hasil yang telah diperoleh. Meskipun menggunakan metode dan tinjauan yang sama akan tetapi penulis melakukan penelitian pada pokok bahasan yang berbeda. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) untuk mengetahui prestasi belajar matematika sub pokok bahasan luas permukaan dan volum kubus dan balok ditinjau dari aktivitas belajar siswa.

(17)

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Dari prestasi belajar tersebut dapat dilihat sampai sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru.

Penggunaan metode dalam mengajar berpengaruh terhadap keberhasilan yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar. Banyaknya metode mengajar yang ada mengharuskan bagi seorang guru untuk dapat memilih metode mana yang sesuai dengan materi yang disampaikan. Dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu metode konvensional (untuk kelas kontrol) dan metode NHT (untuk kelas eksperimen). Selama ini penggunaan metode konvensional dalam mengajar seringkali menyebabkan siswa pasif dan kurang berpikir kreatif. Padahal banyak metode yang dapat mengaktifkan siswa yang dapat dipilih. Salah satunya adalah metode Numbered Heads Together (NHT). Dalam metode NHT, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil dimana setiap anggota memiliki tanggung jawab yang sama dalam menentukan keberhasilan belajar dalam kelompok tersebut, karena jika guru ingin mengetahui sejauh mana pemahaman dari tiap kelompok, maka guru tinggal menunjuk salah satu nomor dan setiap anak dengan nomor tersebut akan mewakili aspirasi kelompoknya. Jadi, jika anak dengan nomor tersebut tidak memahami hasil diskusi dalam kelompoknya, secara otomatis poin untuk kelompoknya menjadi turun. Sehingga dalam metode ini setiap siswa harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengerti keputusan kelompoknya. Dengan adanya penunjukan acak ini, mengharuskan setiap siswa untuk belajar lebih baik agar tidak merugikan anggota kelompok yang lain sehingga akan meningkatkan kualitas belajar tiap anggota yang secara langsung berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka masing-masing.

Selain penggunaan metode mengajar, faktor lain yang berpengaruh terhadap proses belajar adalah aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam belajar yang bersifat fisik maupun mental, yang meliputi kegiatan bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal, dan mempelajari kembali catatan. Dengan aktivitas belajar yang tinggi maka pemamahaman siswa tentang materi yang dipelajari akan meningkat, sehingga prestasi belajarnya juga meningkat.

Penggunaan metode mengajar harus diperhatikan kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi, keadaan siswa (tingkat intelektual, karakteristik siswa, banyaknya siswa dalam kelas dan aktivitas siswa), kesiapan guru dan ketersediaannya sarana dan prasarana sekolah. Cepat atau lambatnya seorang siswa dalam memahami penjelasan dari guru dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa. Jadi aktivitas belajar saling berpengaruh dengan metode mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut :

Metode Mengajar

Aktivitas Belajar Siswa

(18)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka serta kerangka pemikiran diatas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada metode konvensional pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volum kubus dan balok.

2. Siswa dengan aktivitas belajar lebih tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa dengan aktivitas belajar lebih rendah pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volum kubus dan balok .

3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jaten dengan subyek penelitian siswa-siswa kelas VIII tahun pelajaran 2007/2008. Untuk uji coba tes dan angket dilaksanakan di SMP Negeri 5 Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2007 sampai dengan selesai, meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data dan penyusunan laporan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi-experimental research). Hal ini dikarenakan peneliti tidak memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82) bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari kelompok eksperimen yang menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 108). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten pada tahun pelajaran 2007/2008 sebanyak 6 kelas.

2. Sampel

Budiyono (2003: 34) mengemukakan bahwa karena berbagai alasan, seperti tidak mungkin, tidak perlu, atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subyek atau hal lain yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti (diamati), maka hanya perlu mengamati sampel saja. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 115), “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.

3. Teknik pengambilan sampel

Sampel diambil dua kelas secara acak, dengan asumsi bahwa tidak adanya kebijakan pihak sekolah dalam pengelompokan siswa dalam kelas unggulan serta adanya kebijakan pemerataan tingkat kemampuan

(20)

siswa sehingga nilai rata-rata ujian semester ganjil, khususnya mata pelajaran matematika, tidak jauh berbeda. Sehingga populasi dianggap homogen.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang sebagai satuan kelompok kemudian tiap kelas diacak dengan undian. Pengambilan sampel secara random sampling dengan cara undian untuk mengambil dua kelas eksperimen. Kemudian dilakukan pengundian lagi untuk menentukan kelas manakah yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan agar setiap kelas pada populasi dapat terwakili. Setelah dilakukan pengundian terpilih kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas, yaitu:

a. Variabel terikat

1). Prestasi Belajar Matematika a) Definisi Operasional

Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh siswa pada periode tertentu.

b) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

c) Skala Pengukuran : skala interval d) Simbol : X

b. Variabel Bebas

Budiyono (2003: 29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel independen atau variabel penyebab. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu:

1). Metode Mengajar a) Definisi operasional

Metode mengajar adalah suatu cara yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar, yang meliputi metode Numbered Heads Together (NHT) dan metode konvensional.

b) Indikator : Pemberian perlakuan metode Numbered Heads Together (NHT) pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol.

c) Skala pengukuran : Skala nominal. d) Simbol:

(21)

a2 : Metode Konvensional 2). Aktivitas Belajar Matematika

a) Definisi Operasional

Aktivitas belajar siswa adalah segala kegiatan dan tingkah laku yang melibatkan fisik maupun mental dalam belajar matematika.

b) Indikator : Skor angket aktivitas belajar matematika siswa

c) Skala Pengukuran : Skala interval yang ditransformasikan ke dalam skala ordinal dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.

Untuk kategori tinggi : Xi > X + s

Untuk kategori sedang : X – s ≤ Xi ≤ X + s Untuk kategori rendah : Xi < X – s

Dengan:

s adalah standar deviasi

Xi adalah skor total siswa ke-i, dimana i = 1, 2, 3,…, n

X adalah rerata dari seluruh skor total siswa

d) Simbol :

b1 : aktivitas belajar tinggi b2 : aktivitas belajar sedang b3 : aktivitas belajar rendah

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan maksud untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Tabel rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Tabel Rancangan Penelitian Aktivitas Belajar Siswa (B)

Metode Mengajar (A)

Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)

Numbered Heads Together (NHT) (a1) ab11 ab12 ab13

Konvensional (a2) ab21 ab22 ab23

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206), “…metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Metode Dokumentasi dalam penelitian ini adalah nilai rapor siswa kelas VIII semester 1 yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari kelas eksperimen

(22)

dan kelas kontrol. Selain itu, metode dokumentasi digunakan juga untuk mengetahui daftar nama dan nomor absen siswa.

b. Metode Angket

Menurut Budiyono (1998: 47), “Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis”. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk pilihan ganda. Metode angket ini digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar matematika siswa.

Prosedur pemberian skor berdasarkan aktivitas belajar matematika siswa, yaitu: 1) Untuk instrumen positif

Jawaban a, skor 4 menunjukkan aktivitas belajar matematika paling tinggi. Jawaban b, skor 3 menunjukkan aktivitas belajar matematika tinggi. Jawaban c, skor 2 menunjukkan aktivitas belajar matematika rendah

Jawaban d, skor 1 menunjukkan aktivitas belajar matematika paling rendah 2) Untuk instrumen negatif

Jawaban a, skor 1 menunjukkan aktivitas belajar matematika paling rendah. Jawaban b, skor 2 menunjukkan aktivitas belajar matematika rendah. Jawaban c, skor 3 menunjukkan aktivitas belajar matematika tinggi. Jawaban d, skor 4 menunjukkan aktivitas belajar matematika paling tinggi.

c. Metode Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa berupa prestasi belajar matematika. Tes ini memuat soal-soal obyektif yang berisi tentang materi-materi sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk tes obyektif dengan empat alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika dan angket aktivitas belajar siswa untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar matematika siswa.

a. Tahap Penyusunan Instrumen

1) Menyusun kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi pada materi sub pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok untuk instrumen tes dan kisi-kisi aktivitas belajar matematika untuk instrumen angket aktivitas belajar matematika siswa.

2) Menyusun butir-butir soal instrumen tes yang berupa tes obyektif dengan empat alternatif jawaban dan butir-butir soal aktivitas belajar matematika siswa dengan empat alternatif jawaban.

(23)

Sebelum dikenakan pada sampel penelitian, instrumen yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan di SMP Negeri 5 Karanganyar pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2007/2008 berdasarkan kesamaan karakteristik antara subyek uji coba dan sampel penelitian. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tes yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Instrumen Tes

Instrumen tes yang berupa tes obyektif dengan empat alternatif jawaban terdiri dari 30 butir soal tentang materi luas permukaan dan volume kubus dan balok.

a) Validitas Isi

Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur.

Untuk instrumen ini, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut: (1) Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari

materi yang telah diajarkan.

(2) Penekanan materi yang akan diujikan harus seimbang dengan penekanan materi yang telah diajarkan.

(3) Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah pernah dipelajari dan dapat dipahami oleh testi.

(Budiyono, 2003: 69) Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement (penelitian yang dilakukan oleh para pakar) dan semua kriteria penelaahan angket harus disetujui semua oleh validator.

b) Uji Konsistensi internal

Konsistensi masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor-skor butir soal dengan skor totalnya. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tes yang telah dibuat benar-benar konsisten artinya instrumen tersebut memiliki daya pembeda yang dapat membedakan antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai. Untuk menghitung konsistensi internal untuk tiap butir ke-i digunakan rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson sebagai berikut

(

)(

)

(

)

÷øöçèæ -

(

)

÷øö ç è æ -=

å

å

å

å

å

å

å

2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy dengan : xy

r = indeks validitas/koefisien korelasi suatu butir tes X = skor butir item tertentu

Y = skor total n = cacah subyek

(24)

Berdasarkan perhitungan, jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir soal harus dibuang.

(Budiyono, 2003: 65) c) Uji Reliabilitas

Menurut Budiyono (2003: 65), menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan”.

Dalam penelitian ini tes prestasi belajar yang penulis gunakan adalah tes obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1, dan setiap jawaban salah atau tidak menjawab diberi skor 0. sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas tes ini digunakan rumus Kuder- Richardson dengan KR-20, yaitu: ÷ ÷ ø ö ç ç è æ -÷ ø ö ç è æ -=

å

2 2 11 1 t i i t s q p s n n r dengan : 11

r : indeks reliabilitas instrumen

n : banyaknya butir instrumen

i

p : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

i q : 1- pi 2 t s : variansi total (Budiyono, 2003: 69) Suatu instrumen dianggap baik atau dapat digunakan dalam kaitannya dengan uji reliabilitas jika indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7 atau r > 0,7. 11

(Budiyono, 2003: 72) 2) Instrumen Angket Aktivitas Belajar Matematika

Angket aktivitas belajar matematika digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dalam belajar matematika. Angket aktivitas belajar matematika ini terdiri dari 30 butir soal yang berisi tentang aktivitas belajar matematika dengan empat alternatif jawaban yang dijawab oleh siswa sesuai dengan kondisi siswa yang sebenarnya. Angket aktivitas belajar matematika tersebut dikatakan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Validitas Isi

Supaya angket aktivitas belajar matematika mempunyai validitas isi, maka harus diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angket (2) Kesesuaian kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan

(25)

(3) Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa sebagai responden (4) Ketetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket

Untuk menilai apakah instrumen angket aktivitas belajar matematika tersebut mempunyai validitas isi, penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (experts judgment) dan semua kriteria penelaahan angket harus disetujui semua oleh validator.

b) Konsistensi Internal

Uji konsistensi internal yang digunakan dalam angket aktivitas belajar matematika menggunakan rumus korelasi produk momen Karl Pearson sama dengan uji konsistensi internal instrumen tes prestasi belajar matematika.

c) Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas digunakan rumus Alpha, sebab skor butir angket bukan 0 dan 1. hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 171) yang menyatakan bahwa, “Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”. Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut: ÷ ÷ ø ö ç ç è æ -÷ ø ö ç è æ -=

å

2 2 11 1 1 t i s s n n r dengan : 11

r = indeks reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir instrumen

si2 = Variansi butir ke-i, i = 1,2,3,…,n

st2 = Variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba

(Budiyono, 2003: 70) Interpretasi indeks reliabilitas instrumen angket sama dengan interpretasi indeks reliabilitas instrumen tes, instrumen angket dikatakan reliabel jika indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7 atau r 11 > 0,7.

(Budiyono, 2003: 72) c. Tahap Revisi

Instrumen yang telah diujicobakan direvisi dengan menghilangkan atau mengganti butir-butir instrumen yang tidak memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik.

d. Penetapan Instrumen

Butir-butir instrumen yang memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik ditetapkan sebagai instrumen penelitian.

(26)

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah anava dua jalan 2 x 3. Dua faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, serta kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap prestasi belajar adalah faktor A (metode mengajar) dan faktor B (aktivitas belajar). Teknik analisa data ini digunakan untuk menguji ketiga hipotesis yang telah dikemukakan di depan.

Selain analisis variansi, digunakan pula analisis data yang lain, yaitu uji-Z untuk menguji keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, metode Lilliefors, dan metode Bartlett yang digunakan untuk menguji prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas

1. Uji Keseimbangan

Sebelum peneliti melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Langkah-langkah untuk menguji keseimbangan dengan menggunakan uji-Z sebagai berikut :

a. Hipotesis :

H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok berasal dari dua populasi yang seimbang) H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang seimbang) b. Tingkat signifikansi : α = 0,05 c. Statistik uji :

(

)

2 2 2 1 2 1 2 1 n n X X Z s s + -= Keterangan : Z = Z hitung; Z ~ N (0,1) 1

X = Rata-rata nilai raport matematika semester I pada kelompok eksperimen

2

X = Rata-rata nilai raport matematika semester I pada kelompok kontrol

2 1

s = Variansi kelompok eksperimen

2 2

s = Variansi kelompok kontrol

n1 = Banyaknya siswa kelompok eksperimen n2 = Banyaknya siswa kelompok kontrol. d. Daerah kritik : DK = { Z | Z < - 2 a Z atau Z > 2 a Z } e. Keputusan uji :

H0 ditolak jika harga statistik uji Z berada di daerah kritik. f. Kesimpulan :

1) Kedua kelompok berasal dari dua populasi yang seimbang jika H0 diterima. 2) Kedua kelompok tidak berasal dari dua populasi yang seimbang jika H0 ditolak.

(27)

2. Uji Prasyarat a. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas populasi dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Prosedur uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett adalah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis H0 : 2 1 s = 2 2 s = 2 3 s = ...= 2 k s (populasi-populasinya homogen) H1 : Tidak semua variansi sama (populasi-populasinya tidak homogen) b. Tingkat signifikansi : a =0,05 c. Statistik uji ú û ù ê ë é -=

å

= k j j j s f RKG f c 1 2 2 log log 303 . 2 c dengan : ) 1 ( ~ 2 2 -k c c

k = Banyaknya cacah sampel

f = Derajat kebebasan untuk RKG = N – k

fj = Derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1

j = 1, 2, 3, …, k

N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j

c =

(

)

úúû ù ê ê ë é -+

å

f f k j 1 1 1 3 1 1 RKG =

å

å

j j f SS ;

( )

(

)

2 2 2 1 j j j j j j n s n X X SS =

å

- = -d. Daerah Kritik DK = {c2 |c2 >c2a;k-1} e. Keputusan uji H0 ditolak jika 2

c Î DK atau H0 diterima jika

2

c Ï DK

f. Kesimpulan

1). Populasi-populasi homogen jika H0 diterima. 2). Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2004: 176-177)

b. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Untuk menguji normalitas populasi digunakan metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors adalah sebagai berikut :

(28)

a. Menentukan hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal b. Tingkat signifikansi : a =0,05 c. Statistik uji

( ) ( )

| |F zi S zi Maks L= -dengan : F(zi) = P(Z£zi) Z ~ N(0,1)

S(zi) = proporsi cacah z £ zi terhadap banyaknya zi

zi =

(

)

s X Xi

-d. Daerah kritik

DK = { L | L > La,n} dengan n adalah ukuran sampel

La,n diperoleh dari table Lilliefors

e. Keputusan uji

H0 ditolak jika L Î DK atau H0 diterima jika L Ï DK f. Kesimpulan

a. Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima b. Sampel berasal dari populasi tidak normal jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2004: 170)

3. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 ´ 3 dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut:

( )

ij ijk j i ijk X =m+a +b + ab +e dengan :

Xijk = Data amatan ke- k pada baris ke-i dan kolom ke-j m = Rerata dari seluruh data amatan

i

a = Efek baris ke-i pada variabel terikat

j

b = Efek kolom ke-j pada variabel terikat

( )

ab = Kombinasi efek baris ke-I dan kolom ke-j pada variabel terikat ij ijk

e = Deviasi data amatan terhadap rataan populasi

( )

m yang berdistribusi normal dengan rataan 0. ij

Deviasi amatan terhadap rataan populasi juga disebut galat (eror). i = 1, 2, 3, …,p ; p = Banyaknya baris.

(29)

k = 1, 2, 3, …, nij ; nij =Banyaknya data amatan pada sel ij.

(Budiyono, 2004:207)

Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan, yaitu : a. Hipotesis

1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... p (tidak ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika)

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat)

2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ... q (tidak ada perbedaan efek antara kolom terhadap variabel terikat)

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)

3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... p dan j = l, 2, ... q (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat).

(Budiyono, 2004: 228) b. Komputasi

· Notasi dan Tata Letak Data

Tabel 3.2. Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan B A B1 b2 b3 Total B A B1 B2 B3 n11 n12 n13 ΣX11k ΣX12k ΣX13k X 11 X12 X 13 ΣX2 11k ΣX212k ΣX213k C11 C12 C13 Al SS11 SS12 SS13 n21 n22 n23 ΣX21k ΣX22k ΣX23k X 21 X22 X 23 ΣX2 21k ΣX222k ΣX223k C21 C22 C23 A2 SS21 SS22 S S2 3

(30)

a1 AB11 AB12 AB 13 A1

a2 AB21 AB22 AB 23 A2

Total B1 B2 B3 G

Sel abij memuat: Xij1; Xij2; …;Xijn

Pada analisis variansi dua jalan didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut: nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)

= cacah data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij

h

n = rataan harmonik frekuensi seluruh sel

h n =

å

j i nij pq , 1

N = cacah seluruh data amatan

å

= j i ij n N ,

SSij = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij 2 2 ij ijk k ijk k ij n X X SS ÷ ÷ ø ö ç ç è æ -=

å

å

ij

AB = rataan pada sel ij =

ij k ijk n X

å

Ai =Jumlah rataan pada baris ke-i =

å

j ij

AB

Bj = Jumlah rataan pada kolom ke-j =

å

i ij

AB

G = Jumlah rataan semua sel =

å

=

å

=

å

j j i i j i ij A B AB ,

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (l), (2), (3), (4) dan (5) sebagai berikut : pq G2 ) 1 ( = =

å

j j p B2 ) 4 (

å

= j i ij SS , ) 2 ( =

å

j i ij AB , 2 ) 5 (

å

= i i q A2 ) 3 (

(31)

JKA = nh

{

(3)-(1)

}

JKB = nh

{

(4)-(1)

}

JKAB = nh

{

(1)+(5)-(3)-(4)

}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

dengan : JKA = jumlah kuadrat baris

JKB = jumlah kuadrat kolom

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan

JKG = jumlah kuadrat galat

JKT = Jumlah kuadrat total

Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah:

dkA = p-1 dkT = N-1

dkB = q-1 dkG = N-pq

dkAB = (p-1)(q-1)

Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh rataan kuadrat berikut RKA = dkA JKA RKAB= dkAB JKAB RKB = dkB JKB RKG = dkG JKG c. Statistik Uji · Untuk H0A adalah Fa = RKG RKA · Untuk H0B adalah Fb = RKG RKB

· Untuk H0AB adalah Fab =

RKG RKAB

d. Taraf Signifikansi (α) = 0.05 e. Daerah Kritik

(1). Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa│Fa > Fα:p-1, N-pq} (2).Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb │ Fb > Fα:q-1, N-pq}

(3).Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab │ Fab > Fα:(p-1)(q-1), N-pq } f. Keputusan Uji

H0 ditolak jika Fhit Î DK Tabel 3.4. Rangkuman analisis

Sumber JK Dk RK Fh i t Fα

A (baris) JKA dkA RKA Fa Fα,p-1,N=pq

Gambar

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan               B        A  B 1 b 2 b 3 Total                  B          A B1 B2  B3n11 n12n13ΣX11kΣX12kΣX13kX11 X12X13ΣX211k ΣX212kΣX213kC11C12C13AlSS11SS12SS13n21n22n23ΣX21kΣX22kΣX23kX21X22X23ΣX221kΣX222kΣX223kC21C22 C23
Tabel 4.1 Prestasi Belajar Matematika Siswa Menurut Metode Pembelajaran       dan Aktivitas Belajar Siswa  Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 4.6  Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Tabel Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan diagram 4.38 di atas memberikan gambaran tanggapan melaporkan kegiatan kepada pimpinan dengan menyusun laporan untuk diketahui tingkat kinerja yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor sosial ekonomi petani, persepsi petani dan tingkat patisipasi petani dalam program BUMDes, hubungan antara faktor

4.3 Analisis Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kesiapan Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Administrasi Bisnis (D3)

Prosedur pelaksanaan teknik tersebut adalah setelah data terkumpul maka data direduksi, artinya proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan

Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggotanya tidak memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan

persyaratan penting karena dengan higienitas diri dari staf yang buruk maka. konsekuensinya tentu saja higienitas dan sterilitas dari peralatan

KREDIT PAJAK TAHUN PAJAK YANG LALU ATAS PENGHASILAN YANG TERMASUK DALAM ANGKA 14a.. YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK

angsana tersebut akan dilakukan penelitian mengenai daya inhibisi ekstrak. etanol daun angsana terhadap enzim