• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODE PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Sub DAS Batulanteh dengan memilih Desa Batudulang, Kecamatan Untir Iwis dan Kecamatan Sumbawa sebagai daerah sampel. Pemilihan lokasi tersebut, atas pertimbangan ketiganya dianggap sudah representatif untuk mewakili bagian hulu, tengah dan hilir dari Sub DAS Batulanteh, dimana Desa Batudulang berada di bagian hulu, Kecamatan Untir Iwis berada di zona tengah dan Kecamatan Sumbawa berada di bagian hilir. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara secara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang terstruktur. Sementara data sekunder diperoleh dari studi literatur dan data-data statistik yang berasal dari instansi-instansi terkait seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum, BPDAS Dodokan Moyosari, Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kabupaten Sumbawa, DPRD Kabupaten Sumbawa, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa, dan PDAM Kabupaten Sumbawa. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling, dimana responden ditentukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan, sehingga nantinya responden dikelompok menjadi 3 yaitu : kelompok masyarakat hulu, kelompok masyarakat tengah-hilir dan pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan. Dalam pengumpulan data akan menggunakan panduan kuesioner yang tersturktur. Untuk jumlah responden pada kelompok masyarakat hulu didekati dengan teknik Nomogram Harry King. Metode ini berlaku untuk populasi 30 – 2000 dengan tingkat kesalahan 0.3 -15% dan faktor pengali yang disesuaikan dengan taraf kesalahan, dimana dalam nomogram untuk confiden interval (interval

(2)

kepercayaan) 80% faktor pengalinya = 0,780; untuk taraf kepercayaan 85% faktor pengalinya = 0,875; untuk taraf kepercayaan 90% faktor pengalinya = 1,132; untuk taraf kepercayaan 95% faktor pengalinya = 1,195; dan untuk taraf kepercayaan 99% faktor pengalinya = 1,573.

Tabel 7. Tujuan, jenis dan sumber data penelitian

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data

1 Menganalisis peraturan

menyangkut jenis urusan dan peletakan kewenangan dari urusan tersebut UU dan Peraturan Pemerintah Kementerian Kehutanan dan Kementerian PU 2 Menganalisis respon Pemda dan masyarakat terhadap sejumlah amanat peraturan - Program kerja di masing-masing SKPD - Bentuk keterlibatan dan

inisitaif masyarakat dalam pelestarian sumber daya alam termasuk DAS Dishutbun Kab. Sumbawa, Dinas PU Kab. Sumbawa, BAPPEDA Kab. Sumbawa, studi literatur, wawancara 3 Memetakan ragam Hak kepemilikan

Data pola penggunaan lahan BPDAS Dodokan Moyosari, Dishutbun Kab. Sumbawa, wawancara 4 5 Menganalisis stakeholder Meredesain kelembagaan pengelolaan Sub DAS Kepentingan, sikap, pengaruh dan tingkat kerlibatan eksisting setiap stakeholder - Infrastruktur kelembagaan (eksisting) - Struktur kelembagaan (eksisting) wawancara

output dari analisis tujuan 1- 4

Penentuan jumlah sampel dengan metode ini dilakukan dengan cara menarik garis dari jumlah populasi dengan melewati garis tingkat kesalahan, misalnya 10% sehingga diperoleh persentase besarnya sampel yang kemudian dikalikan dengan jumlah populasi dan faktor pengali dari taraf kepercayaan 90% yakni : 1,132 (Sugiyono, 2008). Dengan metode Nomogram Harry King, maka jumlah sampel yang didapatkan dengan tingkat kesalahan 10% dan faktor pengali

(3)

dari taraf kesalahan 90% (1,132) adalah sebanyak 58 KK 8

dari 256 Kepala Keluarga (KK)9

yang ada di Desa Batudulang berdasarkan data BPS tahun 2010. Sedangkan jumlah responden pada kelompok masyarakt tengah-hilir dan pemerintah daerah ditentukan secara sengaja, dengan tetap memperhatikan aspek posisi dan peran mereka dalam organisasinya masing-masing. Berikut Tabel 8 di bawah ini, menyajikan komposisi responden untuk kelompok masyarakat hilir dan pemerintah daerah berdasarkan nama instansi, posisi/jabatan dan jumlahnya, yaitu:

Tabel 8. Komposisi responden berdasarkan insatansi, jabatan dan jumlah

Nama Instansi Posisi/ Jabatan Jumlah

(orang)

BAPPEDA Kab.

Sumbawa

Kepala Bappeda

Kabid atau Kasi yang membidangi terkait objek penelitian

1 1 Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kab. Sumbawa

Kepala Dinas

Kabid atau Kasi yang membidangi terkait objek penelitian

1 1 Dinas Pekerjaan Umum

Kab. Sumbawa

 Kepala Dinas

 Kabid atau Kasi yang membidangi terkait objek penelitian

1 1 Dinas Pertanian Kab.

Sumbawa

 Kepala Dinas

 Kabid atau Kasi yang membidangi terkait objek penelitian

1 1 DPRD Kab. Sumbawa  Ketua DPRD

 Ketua komisi yang membidangi terkait objek penelitian

1 1

PDAM  Direktur PDAM 1

GP3A *P3A

 Ketua GP3A

 Ketua pada setiap P3A masing-masing 1 orang

1 5 Kelompok konservasi

lahan Lemak Sewe

 Ketua kelompok 1

Kelompok konservasi lahan Batu Balomo

 Ketua kelompok 1

Kelompok konservasi lahan Karya Baru

 Ketua kelompok 1

Total 20

Ket.*) ada 5 P3A pada irigasi Aji dan Pungka.

8

Untuk memilih responden sebanyak 58 KK dalam penelitian ini, menggunakan teknik simple random sampling, dimana teknik dipilih atas pertimbangan bahwa responden relatif homogen.

9

Dalam penelitian ini, KK dijadikan sebagai jumlah populasi dalam suatu wilayah, bukan jumlah penduduk sebagaimana yang lazim digunakan.

(4)

4.4 Metode Analisis Data

Sugiyono (2008), menerangkan bahwa analisis data adalah suatu proses mencari dan menyusun data yang telah diperoleh secara sistematis dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta terakhir membuat kesimpulan. Dari definisi di atas, maka dibawah ini disajikan penjelasan mengenai teknik analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian, yaitu :

4.4.1 Analisis Isi/Konten Peraturan 10

Analisis isi/konten adalah pemahaman makna peraturan melalui identifikasi issue atau aturan tertentu secara berjenjang mulai yang ada pada Undang-undang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pendalaman terhadap peraturan pemerintah yang terkait. Undang-undang dan peraturan pemerintah yang dijadikan objek kajian dalam penelitian ini adalah sebagaimana disebutkan dalam batasan operasional. Analisis ini akan menggunakan metode analytic comparation. Dalam analisisnya, dilakukan dalam dua tahapan yakni :pertama, mempelajari jenis urusan apa saja yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Kedua, dari informasi pada tahap pertama, selanjutnya dilakukan pemetaan peletakan wewenang atas sejumlah urusan tersebut pada organisasi tingkat makro, meso dan organisasi tingkat mikro dengan menggunakan matrik peta sebagaimana disajikan pada Gambar 7.

Makro ( Menteri) Meso (Gubernur) Mikro (Bupati/Walikota) NAMA PERATURAN Mikro (Kabupaten) Meso (Propinsi) Makro (Pusat) URUSAN

Gambar 7. Matrik peletakan kewengan urusan berdasarkan peraturan tertentu Sumber : Ismanto, 2010 (dimodifikasi)

10

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan penilaian dalam analisis ini, maka nantinya dalam proses analisis akan selalu dilakukan rekonfirmasi pada stakeholder yang berkompeten, misalnya DPR dan lain-lain K E W E N A N G A N

(5)

Berdasarkan matrik di atas, dapat diketahui apakah urusan-urusan tertentu telah ditempatkan kewengannya pada organisasi yang sesuai atau belum. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi yaitu : pertama, peletakan wewenang suatu urusan pada organisasi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pada gambar tersebut tercermin adanya urusan-urusan yang berada di atas atau dibawah garis (sel) diagonal. Kedua, urusan telah diletakkan secara tepat, apabila berada pada sel-sel diagonal atau bagian yang diarsir. Jika kolom “kewenangan” sebagai ordinat (sumbu) Y) dan baris “urusan” sebagai axis (sumbu X), maka posisi kebijakan dan institusi akan terklasifikasikan ke dalam 9 kelompok, yakni sebagai berikut : Institusi (1,1) : kebijakan dan institusi tingkat mikro telah diletakkan secara tepat

pada tingkat semestinya;

Institusi (1,2) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat mikro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat meso;

Institusi (1,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat mikro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat makro;

Institusi (2,1) : kebijakan dan institusi tingkat meso telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya;

Institusi (2,2) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat meso tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat mikro;

Institusi (2,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat meso tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat makro;

Institusi (3,1) : kebijakan dan institusi tingkat makro telah diletakkan secara tepat pada tingkat semestinya;

Institusi (3,2) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat makro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat mikro; dan

Institusi (3,3) : kebijakan dan institusi seharusnya berada pada tingkat makro tetapi secara aktual ditempatkan pada tingkat meso.

4.4.2 Analisis Respon Terhadap Peraturan

Analisis respon terhadap peraturan, merupakan tindak lanjut dari analisis konten di atas. Fokus dari analisis ini adalah melihat apakah urusan atau tugas dan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundangan mulai dari undang-undang samapai dengan peraturan pemerintah yang sebelumnya dibahas dalam

(6)

analisis konten di atas sudah dilaksakan atau belum oleh pemerintah daerah yang notabene sebagai eksekutor di tingkat daerah dan masyarakat hulu sebagai penerima dampak dari peraturan atau kebijakan tersebut.

Untuk mengukur respon pemerintah daerah terhadap peraturan adalah dengan melihat kesesuaian antara substansi/amanat dari peraturan perundang-undangan tersebut dengan program kerja yang terdokumentasi dalam rencana strategis (RENSTRA) dan laporan akuntabilitas kinerja pemerintah (LAKIP) pada setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang telah disusun dalam periode 2005-2010. Substansi/amanat dari peraturan perundangan-undangan yang dijadikan acuan perbandingan dengan program kerja SKPD terlampir (lihat lampiran 1). Sedangkan untuk mengukur respon masyarakat sebagaimana dijelaskan dalam batasan operasional adalah dengan melihat keterlibatan masyarakat dalam sejumlah program pemerintah dan upaya atau inisiatif yang pernah dilakukan dalam rangka pelestraian Sub DAS.

4.4.3 Pemetaan Ragam Hak Kepemilikan

Pemetaan hak kepemilikan dalam penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap : pertama, mengidentifikasi hak kepemilikan yang ada, guna memberikan gambaran tentang regims hak kepemilikan yang ada, apakah kepemilikan pribadi, kepemilikan pemerintah, kepemilikan bersama, akses terbuka atau kombinasi diantara keempatnya; kedua, melalui pendekatan Hanna (1995), informasi pada tahap pertama kemudian ditindak-lanjuti dengan melihat apakah para pemilik hak atau pemegang akses baik pemerintah maupun masyarakat telah melaksanakan hak dan kewajibanya terhadap hak kepemilikannya atau belum. Selanjutnya dalam tahap ini juga akan dilakukan pendalaman lagi dengan melihat strata hak kepemilikan melalui pendekatan Schlager dan Ostrom (1992) sebagaimana disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Strata hak kepemilikan berdasarkan klasifikasi Schlager dan Ostrom Strata Hak Pemilik Pengelola Penyewa Pengguna

Access and Withdrawal X X X X

Management X X X

Exclusion X X

Alienation X

(7)

Acces adalah hak memasuki areal atau sumber daya tertentu yang telah ditetapkan batas-batas secara fisik

Withdrawal adalah hak memanfaatkan produk dari sumber daya tertentu

Management adalah hak mengubah/memanipulasi sumber daya menjadi produk tertentu dan hak untuk mengatur manfaatnya.

Exclusion adalah sebagai hak menentukan siapa yang akan dan tidak mendapatkan akses dan hak menentukan cara tersebut dapat dialihkan

Alienation adalah sebagai hak menjual dan atau menyewakan sumber daya tersebut.

4.4.4 Analisis Stakeholder

Ramirez (1999) menerangkan bahwa analisis stakeholder mengacu pada seperangkat alat untuk mengidentifikasi dan mendiskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal baliknya dan kepentingannya dalam kaitannya dengan isu atau sumber daya yang ada. Adapun tahapan analisis stakeholder dalam penelitian ini adalah:

1. Membuat tabel stakeholder, yang berisi informasi mengenai : a. Daftar stakeholder

b. Kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannya pada kebijakan. c. Sikap stakeholder, yaitu reaksi dari setiap stakeholder dalam memutuskan

pandangan terhadap kebijakan. Untuk penilaian sikap akan menggunakan skala likert yaitu dari 3 hingga -3, dimana : 3 = sangat mendukung; 2 = cukup mendukung; 1 = netral; -2 = cukup menentang; dan -3 = sangat menentang.

d. Pengaruh dari masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat kewenanganya. Untuk penilaian tingkat pengaruh akan menggunakan skala likert yaitu antara 1 sampai 5, dimana : 5 = sangat kuat; 4 = kuat; 3 = rata-rata; 2 = lemah; dan 1 = sangat lemah.

e. Nilai total yaitu perkalian antara sikap dan pengaruh

f. Keputusan menyangkut kebutuhan keterlibatan. Untuk memutuskan kebutuhan keterlibatan stakeholder dalam kebijakan, dimana jika nilai total kurang dari 6 maka stakeholder dapat diabaikan dan jika lebih dari atau sama dengan 6 maka stakeholder harus dilibatkan.

(8)

g. Tingkat keterlibatan eksisting stakeholder, dimana penilaiannya menggunakan skala likert yaitu 1 sampai 5, dimana: 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = sedang; 2 = rendah; dan 1 = sangat rendah.

Tabel 10. Analisis stakeholder pengelolaan Sub DAS Batulanteh

Stakeholder Kriteria evaluasi Keputusan

keterlibatan

Tingkat keterlibatan

eksisting Kepentingan Sikap Pengaruh Total

Sumber : Wijayanti, 2009 (dimodifikasi)

Dari informasi pada Tabel 10, maka selanjutnya disusunlah diagram untuk menggambarkan tingkat pengaruh dan keterlibatan masing-masing stakeholder.

Gambar 8. Tingkat keterlibatan dan pengaruh stakeholder dalam pengelolaan Sub DAS Batulanteh (Sumber : Wijayanti, 2009) (dimodifikasi)

4.4.5 Re-Desain Kelembagaan Pengelolaan Sub DAS Batulanteh

Kelembagaan didefinisikan sebagai aturan main yang membentuk interaksi dalam masyarakat. Dalam konteks yang lebih konkret kelembagaan adalah aturan formal maupun informal beserta bentuk pengorganisasianya. Hasil analisis pada tahap sebelumnya mulai dari analisis peraturan perundang-undangan, kemudian respon terhadap peraturan, struktur hak kepemilikan lahan sampai pada analisis stakeholder yang terlibat akan menjadi input dalam melakukan re-desain kelembagaan pengelolaan Sub DAS Batulanteh.

Tinggi Pengaruh Tinggi Rendah (I) (II) (IV) (III) K et er li ba ta n

Gambar

Tabel 7. Tujuan, jenis dan sumber data penelitian
Tabel 8. Komposisi responden berdasarkan insatansi, jabatan dan jumlah
Tabel 10. Analisis stakeholder pengelolaan Sub DAS Batulanteh

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kualitas layanan M’Go Shuttle, SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu

Kalau penyebab yang terpilih dihubungkan dengan satu atau lebih kondisi lain di dalam sertifikat oleh sebuah ketentuan di dalam klasifikasi atau di dalam catatan

Rescyana Putri Hutami (2012) Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaaan Industri Manufaktur Yang Tercatat

Tugas KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 35 huruf a, b, c, d dan Pasal 4 Keppres 75/1999 telah dilakukan oleh KPPU yaitu melakukan penilaian terhadap

Sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving yang dilengkapi media laboratorium

Kelimpahan mikroplastik dari setiap zona di tiga stasiun, tiga transek, dan dua kedalaman yang diamati menunjukkan bahwa zona 1 memiliki kelimpahan mikroplastik tertinggi

Untuk operasional kegiatan peran dan fungsi TKPK provinsi, maka tim teknis TKPK Provinsi telah melakukan fasilitasi, koordinasi dan pengendalian terhadap TKPK Provinsi dan

Dengan kurang maksimalnya penegakan hukum terhadap penambang pasir tanpa izin di Kabupaten Bener Meriah dapat kita pahami bahwa hukum belum bekerja secara baik terhadap