• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN TINDAKAN DALAM

PENANGANAN DISMENOREA DI SMP SWASTA KUALUH KABUPATEN LABUHAN

BATU UTARA TAHUN 2015

Yuli S. BR Sitorus1, Sri Rahayu Sanusi2, Maya Fitria2 1

Alumni Mahasiswa Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM-USU 2

Staf Pengajar FKM-USU ABSTRACT

Dysmenorrhea is pain in the abdomen and pelvic area experienced by women as a result of her menstrual period. Dysmenorrhoea is one of the most common gynecological problems experienced by women of all ages. The incidence of dysmenorrhoea in the world is very large, approximately 50% of all women in the world suffer from dysmenorrhoea. This study aims to determine the correlation between knowledge and attitudes of young women with the action in the treatment of dysmenorrhoea in Junior High School Kualuh district Labuhan Batu Utara 2015.

This type of research is a survey by using explanatory research approach. The population in the study were all students who had as many as 53 people dysmenorrhoea class I, II, III, and made the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.

From the results of the chi-square test (α <0.05), indicating there is a significant relationship between knowledge and action in the treatment of dysmenorrhoea (p = 0.005). And test results showed no relationship between attitude and action in the treatment of dysmenorrhoea (p = 0.045).

Expected that the students are always looking for health information, especially in the treatment of dysmenorrhoea through electronic media, textbooks on reproductive health, especially the health of adolescents in a school environment. And to the school in order to involve students in a health seminar activities.

Keywords: Knowledge, Attitude, Dysmenorrhea PENDAHULUAN

Menstruasi merupakan siklus reproduksi pada wanita. Gangguan-gangguan yang berhubungan dengan menstruasi dapat mengakibatkan

gangguan dalam proses

reproduksinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi dapat memberi pengaruh

pada wanita dalam proses reproduksinya sehingga penting bagi wanita untuk memahami proses menstruasi agar dapat menjalankan fungsi reproduksi secara optimal (Kusmiran, 2011).

Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat

(2)

mendorong remaja yang mengalami ganguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami berupa kram, nyeri karena ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi yang disebut dismenore (Sembiring, 2011).

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi dengan menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab kepada keturunannya.

Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seseorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh, menstruasi berlangsung sampai mencapai usia 45 tahun (Progestian,2010).

Nyeri haid/dismenore adalah keluhan ginekologi akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita. Wanita yang mengalami

dismenore memproduksi

prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenorea. Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada kadar yang berlebih akan mengaktivasi usus besar. Penyebab

lain dismenore dialami wanita dengan kelainan tertentu.

Menurut Latthe yang dikutip (Alfrianne,2008) dari data WHO rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8-81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94% di negara Finlandia.

Hasil penelitian (Ningsih, 2014) hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenorea di SMA Negeri 7 Manado terbanyak memiliki pengetahuan kurang sebanyak 54,5% dan memiliki perilaku penanganan dismenore kurang sebanyak 50,0%. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat dan pendidikan tentang dismenorea di sekolah.

Berdasarkan wawancara peneliti kepada seorang guru yang mengajar di SMP Swasta Kualuh didapatkan keterangan bahwa pada saat proses belajar mengajar terdapat beberapa siswa yang mengalami nyeri haid, dan siswa tersebut meminta ijin untuk pulang kerumah pada saat jam pelajaran dan tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan survei

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP tersebut jumlah semua siswa kelas I, II dan III adalah 105 orang dengan rincian kelas I berjumlah 33 orang ( 18 laki-laki, dan 15 perempuan), kelas II berjumlah 37 orang ( 14 laki-laki, dan 23 perempuan), dan kelas III berjumlah 35 orang ( 13 laki-laki, dan 22 perempuan), jumlah keseluruhan remaja putri sebanyak

(3)

60 orang dan yang mengalami dismenorea sebanyak 53 orang. Dari survei awal penelitian melalui wawancara yang dilakukan pada Januari 2015 di SMP Swasta Kualuh kepada 15 orang siswi remaja putri menunjukkan bahwa 4 orang siswi yang mengerti tentang dismenorea serta tindakan dalam penanganan dismerorea dan 11 orang siswi remaja putri belum mengetahui tentang dismenorea serta tindakan dalam penanganan dismenorea.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa siswi di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara, peneliti menemukan bahwa sebagian remaja putri yang mengalami dismenorea belum mengetahui tentang tindakan dalam penanganan dismenorea. Pengetahuan dan sikap yang kurang pada remaja putri terhadap dismenorea mengakibatkan kurang mengetahui tindakan dalam penanganan disminore sehingga menganggu aktifitas siswa tersebut disekolah bahkan siswa tersebut meminta izin untuk pulang beristirahat dirumah serta tidak dapat mengikuti kegiatan belajar disekolah. Dari data yang didapat di Indonesia tentang angka kejadian dismenorea dan faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, serta fakta dismenorea yang dialami oleh remaja putri di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara, sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri dan tindakan dalam penanganannya di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan

menggunakan pendekatan

explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dalam tindakan penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang mengalami dismenorea sebanyak 53 orang di SMP Swasta Yayasan Perguruan Kualuh Kelas I, II dan III di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Sampel penelitian adalah remaja putri yang mengalami dismenorea di SMP Swasta Kualuh yaitu sebanyak 53 orang.

Teknik pengumpulan data dari data primer menggunakan metode wawancara berupa kuesioner yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari analisis deskriptif yang diawali dengan studi dokumen absensi siswa perempuan kelas I, II dan III SMP Swasta Yayasan Perguruan Kualu Kabupaten Labuhan Batu Utara. Alat ukur yang digunakan dengan kuesioner. Analisa data yang digunakan dengan Univariat dan Bivariat. Analisis statistik yang digunakan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17.0 dengan menggunakan uji statistik Chi-Square untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.

(4)

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur n %

1 <14 tahun 22 41,5

2 14-15 tahun 26 49,1

3 >15 tahun 5 9,4

Jumlah 53 100,0 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas

No Kelas n %

1 I 21 39,6

2 II 13 24,6

3 III 19 35,8

Jumlah 53 100,0 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa jumlah responden kelompok umur tertinggi berada pada kelompok umur 14-15 tahun yaitu sebanyak 26 orang (49,1%). Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa responden yang tertinggi duduk dikelas I yaitu sebanyak 21 orang (39,6%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dismenorea

No Dismenorea n %

1 Pernah mendegar kata nyeri haid Ya 36 67,9 Tidak 17 32,1 2 Mengalami nyeri haid (Dismenorea)

Ya 53 100,0

Tidak 0 0,0

Jumlah 53 100,0 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden pernah mendengar nyeri haid terbanyak yaitu 36 orang (67,9%). Dan responden yang mengalami nyeri pada perut bagian bawah saat menstruasi sebanyak 53 orang (100,0%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

No Pengetahuan n %

1 Baik 20 37,5

2 Tidak Baik 33 62,5

Jumlah 53 100,0 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara pengetahuan kategori tidak baik sebanyak 33 orang (62,5%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap

No Sikap n %

1 Baik 19 35,8

2 Tidak Baik 34 64,2

Jumlah 53 100,0 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa tingkat sikap responden di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Sikap kategori tidak baik sebanyak 34 orang (64,2%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea

No Penanganan Dismenorea n % 1 Melakukan 17 32,1 2 Tidak Melakukan 36 67,9 Jumlah 53 100,0 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki penanganan dismenorea kategori tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenore (nyeri haid) sebanyak 17 orang (32,1%).

(5)

Analisis Bivariat

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Responden Dalam Penanganan Dismenorea

No Pengetahuan Tindakan Penanganan Dismenorea Jumlah Nilai p Melakukan Tidak Melakukan

n % n % n %

1 Baik 9 17,0 11 20,8 20 100

2 Tidak Baik 27 50,9 6 11,3 33 100 0,005 Jumlah 36 67,9 17 32,1 53 100,0

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa sebanyak 27 orang (50,9%) dari 33 responden pengetahuan tidak baik melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea, Sedangkan sebanyak 6 orang (11,3%) dari 33 responden pengetahuan tidak baik dan tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Responden Dalam Penanganan Dismenorea

No Sikap Tindakan Penanganan Dismenorea Jumlah Nilai p Melakukan Tidak Melakukan

n % n % n %

1 Baik 9 17,0 9 17,0 18 100

2 Tidak Baik 27 50,9 8 15,1 35 100 0,045 Jumlah 36 67,9 17 32,1 53 100,0

Berdasarkan tabel 8 diperoleh sebanyak 27 orang (50,9%) dari 35 responden sikap kategori tidak baik melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea, dan sebanyak 8 orang (15,1%) dari 35 responden sikap kategori tidak baik dan tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea.

PEMBAHASAN

1. Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea

Hasil penelitian diketahui dari 53 responden pada siswi yang ada di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara menunjukkan bahwa sebanyak 36 responden (67,9%) tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea. Penanganan dismenorea didasarkan oleh cara berfikir dan bersikap positif tentang keluhan dismenorea yang dialaminya. Salah satu upaya

mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku sehat. Penanganan dismenorea ditunjukkan dari tindakan remaja putri saat mengalami nyeri haid (dismenorea).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Yuniarti (2012), bahwa sebagian besar responden tidak melakukan penanganan dismenorea secara medis sebanyak 67 orang (88,2%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapati hasil bahwa upaya penanganan

(6)

dismenorea yang dilakukan oleh responden adalah pengompresan dengan air hangat, meminum obat penghilang rasa sakit, istirahat cukup, olahraga, mengatur pola makan, pergi ke fasilitas kesehatan, dan sebagian lagi hanya membiarkan gejala tersebut karena terbatasnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi dan permasalahannya, yaitu dismenorea.

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea

Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,005 (p<0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Rani (2003), bahwa setelah dilakukan penyuluhan, responden mendapatkan pengetahuan dan melakukan penanganan sindroma pra haid dengan lebih baik. Semakin baik tingkat pengetahuan yang dimiliki maka semakin baik perilaku yang dilakukan untuk menanganinya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Yuniarti di Akper Mamba’ul’ulum Surakarta (2012), didapatkan nilai p = 0,895 > (p=0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penanganan dismenore. Perilaku seseorang tentang kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan, tetapi juga ditentukan oleh sikap, kepercayaan, tradisi. Jadi pengetahuan yang baik belum tentu mempunyai sikap terhadap

penanganan dismenorea secara medis.

Umumnya pengetahuan remaja di SMP Swasta Kualuh Kab Labuhan Batu Utara tidak baik karena dari hasil penelitian yang dilakukan disekolah tersebut sebagian besar remaja tidak bisa menjawab kuesioner dengan baik, dikarenakan remaja tidak banyak mencari informasi dari media sosial, lingkungan, pengalaman. Tingkat pengetahuan dikategorikan baik apabila remaja yang mengalami disminorea mampu melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea baik secara preventif (pencegahan) maupun secara kuratif (pengobatan) sehingga dismenorea dapat dikurangi dan tidak menurunkan produktivitas remaja selama mengikuti pelajaran disekolah.

3. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea

Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,045 (p<0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat sikap dengan tindakan dalam penanganan dismenorea artinya bahwa sikap remaja sangat berhubungan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea. Sikap merupakan reaksi tertutup dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Fitriane di SMA N I Ungaran (2014), diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat sikap tentang

(7)

dismenore dengan perilaku penanganan dismenore.

Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja putri SMP Swasta Kualuh didapatkan informasi bahwa, sebagian besar remaja putri ada yang mengetahui cara penanganan pada saat haid yaitu penanganan secara kuratif seperti minum obat penghilang rasa sakit, tetapi remaja putri tidak tahu atau tidak melakukan penanganan secara pereventif atau pencegahan seperti mengatur pola hidup sehat dan kompres dengan menggunakan air hangat pada bagian bawah perut.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1 Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

2 Adanya hubungan antara sikap dengan tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Saran

1 Bagi remaja putri yang berpengetahuan tidak baik, diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dalam tindakan penanganan dismenorea. 2 Meningkatkan pelaksanaan

program pemberian pendidikan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja di lingkungan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Fitriane, Irene. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang

Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Ungara. Jurnal Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo. Semarang.

Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta, Salemba Medika.

Ningsih, R, 2011. Efektifitas Paket Pereda Terhadap Intensitas Nyeri Pada Remaja Dengan Dismenorea di SMAN Kecamatan Curup. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan UI Depok.

Progestian, 2010. Cara Menentukan Masa Subur, Jakarta, Swarna Bumi.

Sembiring, 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dalam Penanganan Dismenorea di Amik Imelda Medan. Jurnal DIII Kebidanan Mutiara Indonesia.

Wiretno, Milla. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Menstruasi Terhadap Upaya Penanganan Dismenore Pada Siswi SMA Negeri 1 Bungku Tengah. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin. Makassar.

Yuniarti, 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Semester I Tentang

Menstruasi Dengan

Penanganan Dismenorea Di Akper Memba’Ul’Ulum Surakarta. Jurnal Akademi Keperawatan Mamba’ul’Ulum Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Sumpah janji Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut : ”Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/janji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai

Keanekaragaman dan kekayaan jenis makrofauna tanah pada lahan gambut tergolong rendah hingga sedang dengan kelimpahan dan kepadatan populasi tertinggi berasal dari

Selain itu Tuhan akan memberi karunia dan anugerahNya kepada orang yang selalu berusaha untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang selaras diantara sesama manusia, baik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), komite olahraga provinsi mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga provinsi dan organisasi olahraga fungsional provinsi

Puji syukur kepada Allah SWT, satu-satunya Maha pemberi cinta, karenanya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun

Implementasi kebijakan kampus merdeka direfleksikan dalam 8 (delapan) indikator kinerja utama yang tertuang dalam keputusan tersebut. Sasaran yang ingin dicapai

Dari hasil uji heteroskedastisitas diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpukan bahwa ketiga variabel independen dalam penelitian

Ujian Akhir Program dilaksanakan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu, tanggal 30 Juni, 1 dan 2 Juli 2011 dengan peserta 116 mahasiswa dibagi dalam 6 gelombang (Teknis pelaksanaan