• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoretis

2.1.1 Hakekat Motorik Halus

Pada hakekatnya, motorik halus pada anak usia dini adalah ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna.

Dengan motorik halus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang diperolehnya, dan perkembangan motorik halus merupakan salah satu kemampuan dan potensi pada setiap anak didik agar potensi kemampuan tersebut dapat bekembang secara optimal maka perlu diberikan dasar-dasar keterampilan melalui latihan pembinaan hal ini juga dilaksanakan pada kemampuan dasar seperti menulis, daya cipta, daya pikir, imajinasi, dan jasmani yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Dengan motorik halus juga anak didik dapat berolah tangan, dengan menggunakan media kreatif tersebut. Anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan termasuk koordinasi mata. Pilaran dan tangannya sehingga anak dapat melatih otot-otot tangan termasuk koordinasi mata, pikiran, dan tangannya sehingga anak, memperoleh keterampilan untuk perkembangan selanjutnya.

2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan minimum dalam bidang atau aspek pengembangan tertentu yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, sehingga

9

(2)

yang menjadi standar atau ditampilkan untuk satu bidang atau aspek pengembangan yang saling berkaitan. Motorik dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 756) berkaitan dengan “Penggerak”. Sehingga pada anak kemampuan motorik sangat dibutuhkan dalam proses berkembangnya anak.

Muis (2008:6) mengemukakan bahwa: “Kemampuan motorik halus (fine motor skills) merupakan gerakan yang dilakukan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tidak memerlukan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat seperti: koordinasi mata, tenaga dan tangan. Kontrol motorik halus pada tahap yang paling awal masih berupa genggaman yang bersifat refleks. Gerakan ini kemudian akan menjadi lebih terkoordinasi dan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia dan pengalaman”.

Menurut Holts (2009:10), kemampuan motorik anak dikatakan terlambat bila di usianya yang seharusnya dapat mengembangkan keterampilan baru tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan terlebih jika sampai memasuki usia sekolah 6 tahun. Anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untk mengoordinasikan gerakan tangan dan jemari-jemarinya secara fleksibel.

Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik. Perkembangan motorik anak pada dasarnya tumbuh berkembang sejalan dengan kematangan pada saraf dan otot anak. Menurut Endah (2008:12) bahwa “Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.

Kemampuan motorik ini pada dasarnya berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot, sehingga dapat dikatakan, setiap gerakan yang dilakukan seorang anak, sesederhana

(3)

apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang di montrol oleh otak, karena proses kemantangan masing-masing anak tidak selalu sama, maka laju perkembangan antara anak satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil antara lain meliputi: mencoret, menulis, memegang. Oleh karena itu dalam kemampuan motorik halus yang digunakan adalah sekelompok otot-otot kecil seperti: jari-jari, tangan, lengan, dan seringkali membutuhkan kecermatan antara koordinasi mata dengan tangan. Kemampuan yang mesti melekat pada anak dalam mengembangkan motorik halus adalah harus cermat dan teliti.

Dalam penelitian ini, kemampuan motorik halus dimaksudkan dengan kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya dengan cara membuat garis dengan menggunakan buku strimin. Dimana dapat membuat garis tegak maupun mendatar serta bentuk-bentuk garis lain untuk dapat melatih fisik motorik halusnya.

Sekalipun kemampuan motorik, khususnya motorik halus berkembang sejalan dengan kematangan syarat dan otot, tetapi bagaimana pun juga, ini harus dipelajari.

Subagio, dkk (2002: 13) mengemukakan ada beberapa syarat penting dalam mempelajari keterampilan motorik yaitu:

a. Kesiapan Belajar

Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka, kemampuan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh anak yang sudah siap dibandingkan oleh anak yang belum siap untuk belajar baik secara fisik maupun psikologis.

b. Kesempatan Belajar

(4)

Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari motorik karena hidupnya dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya. Dimana sebagai anak tidak berkesempatan belajar karena orang tua terlalu protektif atau tinggal di lingkungan yang tidak memberi kesempatan anak untuk belajar.

c. Kesempatan Berlatih

Anak harus diberi kesempatan untuk berlatih sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu kemampuan meskipun demikian kualitas berlatih jauh lebih penting dibandingkan kuantitasnya.

d. Model yang baik

Meniru suatu model dalam kemampuan motorik halus dicontohkan dengan baik karena berkaitan dengan gerakan tangan sehingga contoh model yang dilihat anak adalah model yang baik dan benar .

e. Bimbingan

Untuk dapat meniru model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan juga membantu untuk membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.

f. Motivasi

Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan untuk mempelajari kemampuan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut. Kemandirian, dan rasa malu yang diperoleh dari kelompok sebayanya, serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya

(5)

dalam tugas-tugasnya. Setiap kemampuan harus dipelajari secara khusus, karena setiap jenis kemampuan mempunyai perbedaan tertentu.

g. Harus dipelajari secara individu

Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal kemampuan tangan dan kemampuan kaki melainkan setiap jenis kemampuan mempunyai perbedaan tertentu sehingga harus dipelajari secara individu.

h. Setiap kemampuan harus dipelajari satu demi satu

Mempelajari kemampuan motorik halus diberikan bertahap tidak dengan secara bersamaan apabila anak mencoba mempelajari berbagai macam kemampuan motorik secara serempak, khususnya menggunakan kumpulan otot yang sama akan membingungkan anak dan akan menghasilkan kemampuan motorik halus yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Jika suatu kemampuan sudah dikuasai maka kemampuan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan.

Dalam mempelajari motorik menurut Diana (2009 : 8-9) ada tiga tahapan dalam belajar motorik yang dapat diterapkan pada anak usia dini :

a. Tahap Verbal Kognitif

Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut tahap kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya masih belum baik karena masih tarap mencoba-coba. Pada tahap kognitif proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak akan belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dan informasi yang diterima. Informasi yang diterima bisa bersifat Verbal atau visual. Informasi verbal adalah informasi yang

(6)

berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata, sedangkan informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat oleh anak, informasi ini dapat berubah. Contoh gerakan atau gambar gerakan hal ini berarti informasi verbal dan visual sangat berperan pada anak belajar motorik verbal kognitif.

b. Tahap Asosiatif

Pada tahap perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerak-gerak yang sudah dipelajarinya. Tahap ini disebut juga tahap menengah dimana dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada fase ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan kemampuan motorik. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi.

c. Tahap Automasi

Pada tahap ini anak usia dini sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik. Pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak tangan. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan gerakan secara otomatis.

Hidayat (2003:22) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan kemampuan motorik, khususnya keterampilan motorik halus diperlukan hal sebagai berikut:

a. Mengalami

(7)

Anak harus memiliki keterampilan dasar lebih dahulu sebelum ia mampu memadukannya dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks. Usia TK merupakan “usia emas” (Golden age) (Depdiknas 2007:10). Untuk menerima rangsangan yang hanya datang sekali dan tidak dapat di ulang-ulang sekaligus fase yang sangat menentukan untuk mengembangkan kualitas manusia selanjutnya maka kemampuan motorik halus perlu ditingkatkan sejak dini untuk mempersiapkan diri memasuki sekolah dasar dengan lebih baik. Mengingat anak belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, dari yang non verbal ke yang verbal, dari diri sendiri ke sosial. Disamping itu setiap anak adalah unik, mereka tumbuh dan berkembang dari kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman dan latar belakang keluarga yang berbeda (Depdiknas, 2008: 5).

b. Mengingat

Keterampilan mengingat merupakan hal penting bagi anak dalam memperoleh keterampilan dasar. Sebagai pendidik harus memahami bagaimana memotivasi anak untuk selalu mengingat apa yang dipelajarinya. Munandar (2001: 85), mengemukakan bahwa fungsi motivasi ada tiga jenis yaitu:

1. Mendorong anak untuk berbuat, jadi guru sebagai penggerak yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, dengan mengetahui fungsi motivasi ini maka guru mengetahui ke arah mana motivasi ini akan di bawah dan tujuan apa yang hendak dicapai.

3. Menyeleksi perbuatan, sebelum melakukan motivasi guru senantiasa telah mengetahui perbuatan yang hendak dikerjakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(8)

c. Berlatih

Pengembangan keterampilan motorik memerlukan berbagai latihan, karena itu perlu mendapat kesempatan untuk berlatih. Latihan merupakan proses untuk mengulang pengetahuan yang telah diberikan, agar apa yang dipelajari itu benar-benar dimiliki anak dan siap untuk digunakan.

Motorik halus anak ditaman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menggerakkan jari tangannya hal ini disebabkan kurangnya latihan sejak dini. Pada usia 5 atau 6 tahun gerakan motorik halus akan lebih berkembang, pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan fisual motorik separti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan dan lengan.

Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan dapat memberikan kesenangan pada anak memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya (menurut Rachmawati dkk 2003:12). Bahwa dengan potensi kreaktivitas maka anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat-syarat dan ide-ide kreaktif.

Dalam hal ini diperlukan adanya alat bantu untuk dapat menarik perhatian anak terhadap apa yang dipelajarinya, sehingga mereka dapat mengamati/melihat dengan jelas, mencapai atau memiliki pengertian, dan memperoleh kesan yang positif dari apa yang dipelajarinya.

Dalam mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak umumnya kemampuan 17

(9)

tangan dapat lebih cepat dikuasai anak ketimbang kemampuan lainnya karena kemampuan tangan lebih bermanfaat. Oleh karena anak-anak lebih banyak meluangkan waktu dan energinya untuk mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan tangan. Sehingga kemampuan motorik halus pada anak juga dapat dipakai untuk mengukur taraf inteligensi anak.

Penelitian ini juga bisa kita lihat pada proses pembelajaran pada saat anak menerima tugas individual. Dimana guru TK harus mampu memberikan layanan yang dirancang untuk pembelajaran individual guna melihat kemampuan anak itu sendiri, dengan melalui tahapan penting. Tahapan itu meliputi :

a. Mengidentifikasi kemampuan motorik halus anak secara individu terutama pada cara memegang pensil yang benar pada saat membuat berbagai bentuk garis.

b. Meningkatkan kemampuan motorik halus yang dimiliki anak pada saat membuat bentuk garis dengan menggunakan media kertas strimin.

c. Memberikan kegiatan pengulangan terhadap hasil yang masih perlu mendapat petunjuk dari guru.

2.1.1.2 Tujuan Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan motorik halus pada anak bertujuan agar anak dapat menggerakan jari-jari tangannya dengan benar dan tidak kaku pada saat mengerjakan tugas.

Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi kemampuan yang lainnya. Menurut Rachmawati dkk (2008), bahwa dengan potensi kemampuan motorik maka anak akan senantiasa dapat beraktivitas sesuai dengan imajinasi dengan ide-ide kreatif.

(10)

Seorang anak harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan yang oleh lingkungan sosial diharapkan dapat dilaksanakan pada masa perkembangan tersebut, dan agar ia tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas pada tahap perkembangan berikutnya. Serta bermanfaat bagi anak itu sendiri, sehingganya anak akan terbiasa memegang pensil dengan cara yang benar.

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (2009: 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimilikinya sejak dini.

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu :

1. Berorientasi pada usia yang tepat

2. Berorientasi pada individu yang tepat, dan

3. Berorientasi pada konteks sosial budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).

Salah satu tugas perkembangan anak prasekolah adalah mengembangkan kemampuan motorik anak sebagai dasar dalam mengembangkan kemampuannya dalam melakukan berbagai gerakan tangan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Santrock, 2007:21). Dengan demikian, keberhasilan pelaksanaan motorik anak banyak ditentukan oleh faktor guru, pengasuh, pembimbing, orang tua anak, serta sarana dan prasarana yang tersedia.

2.1.1.3 Fungsi Perkembangan Kemampuan Motorik Halus

(11)

Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.

Martuti (2008: 41) mengemukakan bahwa anak prasekolah sekitar usia 1 tahun senang memainkan pensil untuk membuat coretan-coteran yang secara tidak langsung ia belajar melakukan gerakan-gerakan motorik halus untuk menulis. Pada usia sekitar 2 tahun ia sudah dapat membuat coretan benang kusut. Usia sekitar 3 tahun berhasil membuat garis lengkung. Usia sekitar 4 sampai 5 tahun anak mulai belajar menggambar bentuk-bentuk tertentu yang biasanya merupakan gabungan dari bentuk geometris semisal: gambar rumah, mobil, orang dan lain-lain dengan menggunakan otot-otot halus/kecil, seperti: menulis, meremas, dan menggenggam.

2.1.1.4 Prinsip Kemampuan Motorik Halus Anak

Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan uratan, motivasi pengalaman dan latihan atau praktek. Kegiatan ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna walaupun demikian masih mengalami kesulitan.

Dari berbagai studi yang dilakukan, terdapat lima prinsip perkembangan motorik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunjoyo (2006:11) yaitu sebagai berikut:

a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf

Gerakan terampil belum dapat dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang. Selama masa kanak-kanak otot berbelang (stripedmuscle) Striated muscle yang

(12)

mengendalikan gerakan sukarela berkembang dalam laju yang agak lambat. Sebelum anak cukup matang tidak mungkin ada tindakan sukarela yang terkoordinasi. Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak, karena pada usia ini badan anak masih begitu lentur dan mudah diarahkan.

Dengan keterampilan motorik ini berkembang sejalan dengan kematangan otot saraf, karena setiap gerakan yang dilakukan seorang anak sesederhana apapun, merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang

Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk mengajarkan gerakan terampil bagi anak akan sia-sia, karena upaya tersebut diprakarsai oleh anak sendiri. c. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik

Perkembangan motorik umur rata-rata dimungkinkan untuk menentukan norma bentuk kegiatan motorik. Norma tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk yang memungkinkan orang tua dan orang lain untuk mengetahui apa yang dapat diharapkan dan pada umur berapa hal itu dapat diharapkan dari anak.

d. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik

Laju perkembangan motorik setiap anak berbeda, karena proses kematangan masing-masing anak tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi umur pada waktu perbedaan individu tersebut mencapai tahap yang berbeda. Seperti ada anak yang sudah bisa membuat coretan-coretan yang belum terarah tetapi mempunyai makna.

(13)

Prinsip perkembangan motorik anak pra sekolah adalah terjadinya suatu perubahan, baik psikis maupun mental, sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi dan status kesehatan anak, perlakuan motorik yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya, menjadi kunci dalam membangun karakteristik anak yang bersifat menyeluruh.

2.1.1.5 Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak

Menurut Depdiknas (2006:1) mengemukakan bahwa peran guru dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah sebagai berikut:

a. Bimbingan yakni untuk dapat meniru suatu model anak membutuhkan bimbingan. Dengan bimbingan membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.

b. Motivasi yakni motivasi belajar untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Beberapa macam teknik untuk meningkatkan motivasi anak usia dini yakni:

1. Memberikan pujian terhadap hasil yang telah dilakukan oleh anak dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mampu melakukannya dengan baik. Memberikan dorongan semangat. Setiap pembetulan gerak yang diberikan harus bersifat membangun, evaluasi harus dilaksanakan secara objektif.

2. Memberikan petunjuk dan pengertian tentang manfaat kegiatan yang sedang dilakukan. Dengan menggunakan ungkapan (bahasa yang mudah dipahami oleh anak.

3. Perilaku positif pembimbing atau guru yang baik hal ini akan memotivasi anak untuk berprilaku positif.

(14)

Fasilitas dan alat-alat pendukung guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak juga harus disediakan. Sebab tanpa itu pembelajaran dengan menggunakan kertas strimin melalui metode pemberian tugas tidak akan dapat dilaksanakan.

Agar proses untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dikerjakan denagan baik dan benar, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memberikan petunjuk kepada anak didik tentang cara pengerjaan tugas tersebut. b. Fokus terhadap tugas yang diberikan guru.

c. Bertanya kepada guru tentang kesulitan tugas yang dikerjakan oleh anak.

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, seorang pendidik harus selalu memperhatikan tugas yang dikerjakan oleh anak, dan tetap berdiri diantara anak-anak itu sendiri, karena dengan demikian kontak atau interaksi antara pendidik dan anak-anak dapat diketahui langsung oleh pendidik itu sendiri.

Menurut Subagiyo (2002:19) yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengembangan motorik agar dapat dipertanggung jawabkan dan keberhasilannya perlu memenuhi syarat-syarat :

a. Bahan kegiatan harus sesuai dengan tujuan pengembangan dan harus selalu disesuaikan dengan karakteristik perkembangan dan keterlibatan anak usia dini.

b. Jelaskan secara singkat dan terang tentang apa yang harus dikerjakan anak.

c. Tentukan kebutuhan anak-anak atas dasar kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.

d. Tunjukkan atau berikan demontrasi yang benar dalam melakukan kegiatan-kegiatan.

e. Berikan koreksi terhadap pelaksanaan yang salah, tunjukkan pelaksanaan yang benar. Berikan kesempatan berpraktik atau berlatih yang cukup sesuai dengan taraf perkembangan

24

(15)

fisik anak usia dini sampai mereka menguasai keterampilan tersebut.

f. Mengulang secara teratur bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan, sehingga bentuk-bentuk gerakan tetap dapat dikuasai. Dan tambahlah dengan hal-hal baru.

g. Kegiatan pengembangan harus berjalan dalam suasana gembira dan menyenangkan. h. Usahakan agar anak-anak mempunyai cita-cita yang tinggi.

i. Adakan analisa bagi anak-anak yang kurang berhasil.

j. Bekerja dengan prinsip mengikut sertakan anak-anak secara keseluruhan (sebanyak mungkin). Buat mereka sibuk, senang dan bermanfaat.

2.1.2 Pengertian Kertas Strimin

Kertas strimin merupakan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK. Kertas strimin dikatakan sebagai media belajar, karena media ini dapat meningkatkan keinginan dan minat belajar yang baru pada anak. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tazam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul (Santoso, 2002:14).

Depdiknas (2002:21) mengemukakan yang dimaksud dengan kertas strimin adalah kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus atau sama satu dengan yang lainnya, yang membentuk kotak-kotak.

Dari batasan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kertas strimin adalah kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak kecil.

Dengan demikian yang dimaksud dengan penggunaan kertas strimin untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak adalah pemakaian atau meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak adalah pemakaian atau pemanfaatan kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak, sebagai usaha dengan

(16)

sungguh agar terjadi perubahan yang baik pada kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya dalam melakukan aktivitas yang banyak membutuhkan konsentrasi atau kerjasama, telinga dan otak anak.

Terkait dengan peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui penggunaan kertas strimin adalah merupakan usaha atau cara yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan menggunakan atau memakai kertas strimin. Peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui penggunaan kertas strimin ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam kegiatan menggabungkan dan merangkai bangun-bangun datar, membuat garis-garis tegak, miring dan kegiatan pengembangan kreativitas lainnya (Direktorat PADU, 2002:25).

a. Pengertian Media

Secara etimologis media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2003:3). Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2006:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, memproses, dan menyusun kembali visual atau verbal. Maka media dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar-mengajar.

b. Batasan Media

Dari definisi diatas tentang media, maka kita dapat menggunakan semua media yang ada kapan saja dan dimana saja. Tapi yang harus diperhatikan bahwa kekuatan media ini

(17)

sungguh sangat luar biasa dalam membentuk karakter manusia. Oleh karenanya diperlukan batasan-batasan yang jelas tentang media, Azhar Arsyad (2003:6-7) mengemukakan batasan terhadap media, yakni:

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.

2. Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada anak didik.

3. Media pendidikan memiliki pengertian dan alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

4. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan anak didik dalam proses pembelajaran.

c. Kriteria Pemilihan Media Dalam Proses Belajar

Begitu banyaknya media yang dapat dijadikan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar, maka guru harus menyesuaikan media yang akan digunakan dengan materi yang akan diberikan. Azhar Arsyad (2003:70-72) mengemukakan bahwa dari segi teori beiajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapatkan pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media yakni sebagai berikut:

1. Motivasi

Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak anak didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami anak didik harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena

(18)

itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pengajaran itu.

2. Perbedaan Individual

Anak didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelejensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman. 3. Tujuan Pembelajaran

Jika anak didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pengajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Disamping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan itu akan menentukan bagian isi mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pengajaran.

4. Organisasi Isi

Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Anak akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Disamping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini, dalam pengembangan dan penggunaan media, anak didik dapat dibantu untuk secara lebih baik mensitesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari. 5. Persiapan Sebelum Belajar

Anak didik sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki 29

(19)

pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pembelajaran, perhatian harus ditujukkan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa. 6. Emosi

Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pengajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap. 7. Partisipasi

Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang anak harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerankan kegiatan. Partisipasi aktif oleh anak jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.

8. Umpan Balik

Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala anak diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.

9. Penguatan

Apabila anak berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang 30

(20)

didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.

10. Latihan dan Pengulangan

Sesuatu hal yang buruk jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian, ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.

11. Penerapan

Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Anak didik mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaedah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru.

Selanjutnya menurut Azhar Arsyad (2003:73-74), kriteria dalam memilih media pada proses belajar adalah sebagai berikut:

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan

(21)

yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.

c. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan disesuaikan dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental anak didik.

d. Praktis, luwes dan bertahan

Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

e. Guru terampil menggunakannya

Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya Secanggih apapun media yang digunakan tidak akan memiliki arti apabila tidak didukung dengan kemampuan guru dalam menggunakannya pada proses pembelajaran.

(22)

f. Pengelompokkan Sasaran

Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.

2.1.3 Hakekat Metode Pemberian Tugas

Pemberian tugas adalah : metode yang menugaskan pada anak didik untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkaya materi yang sudah dipelajari dengan teknik pembelajaran selanjutnya. Metode pembelajaran ini dijabarkan keanak didik bersifat pasif metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu proses, mekanisme atau cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran. suatu kegiatan yang diberikan kepada anak didik yang meliputi beberapa kegiatan dalam bentuk individual maupun kelompok.

2.1.3.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian kegiatan yang telah ditentukan dan harus dipertanggung jawabkan oleh anak itu sendiri. Pemberian tugas ini pun dapat merangsang anak untuk aktif dalam belajar.

Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada anak didik baik dilakukan (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa guru memberikan tugas kepada anak untuk dikerjakan dan selanjutnya diperiksa oleh guru.

Menurut ( Roesliyad 2011 : 23 ) pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar, bilamana guru memberi tugas tertentu danmurid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan anak dapat belajar secara bebas dan dapat bertanggung jawab, serta anak dapat mendapat pengalaman dan dapat

(23)

mengetahui berbagai kesulitan, dan berusaha untuk mencari dan mengatasi kesulitan itu dengan bantuan seorang guru atau pendidik.

2.1.3.2 Tujuan Pemberian Tugas

Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan untuk menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif, mendorong prilaku kemandirian anak dalam membuat bentuk-bentuk garis. Juga merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Biasanya guru memberikan tugas itu untuk melatih anak seperti dikemukakan oleh Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan untuk suatu pekerjaan, guru menyuruh melaksanakan tugas-tugas baik di rumah maupun di kelas agar anak dapat melatih terus menerus tentang apa yang diberikan atau yang diajarkan oleh guru. Dalam buku lainnya yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar”, teknik pemberian tugas agar anak dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap karena anak didik melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu lebih terintegrasi.

Tujuan pemberian tugas untuk melatih dan menunjang terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan tugas-tugas tertentu.

Adapun guru dalam memberikan tugas kepada anak didik guru harus memperhatikan, hal-hal berikut ini :

1. Tujuan penugasan

2. Bentuk pelaksanaan tugas 3. Manfaat pemberian tugas

4. Tempat dan waktu penyelesaian tugas

(24)

5. Memberikan bimbingan dan dorongan 6. Memberikan penilaian

2.1.3.3 Manfaat Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dapat bermanfaat bagi anak sejak dini. Manfaat itu diantaranya adalah :

1. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri, dalam lingkungan bersama 2. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

3. Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat.

4. Melatih anak dalam hal cara memegang pensil dengan cara yang benar, yakni ibu jari dan telunjuk diatas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil yang di pegang agak sedikit di atas bagian yang diraut.

5. Membuat anak menjadi berani, tidak kaku dalam melaksanakan suatu tugas tertentu. 6. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri.

7. Dapat membina kebiasaan anak didik untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri.

8. Dapat mendorong belajar sehingga tidak cepat bosan. 9. Dapat mengembangkan kreaktivitas anak.

10. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin.

11. Dapat mengembangkan pola fikir dan keterampilan anak.

Dalam hal pemberian tugas kepada anak guru harus dapat memberikan suatu inovasi yang dapat memberikan suatu motivasi kepada anak itu sendiri, sehingga anak tidak mudah merasa bosan dengan tugasnya masing-masing. Motivasi yang harus diberikan oleh seorang guru yakni

(25)

berupa tepukan tangan, sertifikat, dan hadiah kecil yang dapat membuat mereka senang dan bangga atas hasil karya mereka.

2.1.4. Peranan Metode Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Menggunakan Kertas Strimin melalui Metode Pemberian Tugas

Yang dimaksud dengan penggunaan kertas strimin untuk meningkatkan aktivitas anak dalam Kemampuan motorik halus adalah pemakaian atau pemanfaatan kertas yang memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak, sebagai upaya membantu anak agar terjadi perubahan yang baik pada kemampuannya dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya melakukan aktivitas yang banyak membutuhkan konsentrasi atau kerjasama,

telinga dan otak.

Adapun kegiatannya meliputi : a. Kemampuan Membuat Garis Tegak

Pada aspek ini anak diharapkan dapat meniru membuat garis tegak. Dimana yang kita ketahui bahwa garis tegak atau yang disebut dengan garis lurus adalah garis yang di tarik dari atas ke bawah. Contoh penulisan garis tegak misalnya:

(26)

b. Garis Silang

Garis silang adalah garis yang ditarik secara silang atau miring misalnya:

c. Garis Datar

Garis datar adalah garis yang ditarik dari kiri ke kanan misalnya :

d. Garis Lengkung.

Garis lengkung adalah garis yang ditarik melengkung sehingga membentuk seperti huruf C misalnya :

(27)

2.2 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika menggunakan media kertas strimin dalam pembelajaran melalui metode pemberian tugas, maka kemampuan motorik halus pada anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Tk Sartika Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan.

2.3 Indikator Kinerja

Sebagai batasan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika kemampuan motorik halus pada anak dalam memegang pensil dan meniru membuat garis tegak, miring, lengkung dan lingkaran, dengan menggunakan kertas strimin melalui metode pemberian tugas akan meningkat dari 50 % menjadi 85 % sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada anak Kelompok A di TK Sartika Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

2.4 Kajian Yang Relevan

1. Penelitian ini pernah diteliti sebelumnya oleh Hasanah dengan meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dengan metode pemberian tugas di TK Kelompok A Marhama Malang yakni penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan yang menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Marhama masih rendah khususnya pada kemampuan pra menulis. Hal ini dikarenakan kemampuan motorik halus yang di berikan kepada anak belum optimal pembelajaran pengembangan bidang motorik halus di TK Marhama hanya terpaku

(28)

kegiatan menulis anak-anak terkadang terlihat kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru. Hal sama yang tampak adalah strategi pembelajaran motorik halus kurang bervariasi pembelajaran kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan gagasan-gagasannya berkaitan dengan permasalahan tersebut dipandang perlu untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran motorik halus. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui kegiatan menggambar sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan anak setelah guru menggunakan pembelajaran kegiatan menggambar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok A yang berjumlah 22 orang. Hasil penelitian kemampuan motorik halus anak setelah melakukan tindakan menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini terlihat dalam setiap siklusnya dalam tahapan pembelajaran menggambar. Tahap menebalkan dan mewarnai, mencontoh dan mewarnai hasil pengamatan dari penilaian rata-rata kemampuan motorik halus secara keseluruhan anak di kelas A pada penelitian awal yakni 52,4% pada siklus I menjadi 73,6% dan siklus 2 rata-rata dikelas mencapai 80%.

2. Penelitian juga dilakukan oleh Meike di Jajar Kabupaten Blitar dengan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Meronce. Di TK dikelompok A hasil penelitian menunjukan bahwa dengan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dari observasi awal 15 orang anak dari 20 orang anak belum mencapai indikator kinerja. Pada siklus I kemampuan meronce 60% 12 orang anak yang sudah mampu. Pada siklus 2 meningkat menjadi 80% peningkatan kemampuan motorik halus

(29)

ditandai dengan meningkatnya kemampuan meronce. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan penggunaan meronce pada anak kelompok A di TK Al-Hidayat Jajar Kabupaten Belitar. Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat disarankan guru hendaknya menyediakan media pembelajaran yang menarik dengan menyesuaikan kondisi dan karakteristik anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dan prasarana Aparatur Jumlah Sarana dan Prasarana yang terpelihara 1 Mobil 5 Spd Motor 1 Mobil 5 Spd Motor 100% 4. Penyusunan Laporan Capaian kinerja dan ikhtisar

Proses transformasi arsitektur Bali ini mampu mendialogkan telah terjadinya interaksi masyarakat dengan budaya luar, pemanfaatan potensi-potensi geografis maupun

[r]

Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan

Hasil Pelaksanaan kerja Kuliah Kerja Nyata Alternatif LXI dvisi VII.A.2 yang telah dilaksanakan selama 60 hari. Menayu Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : Baik secara bersama-sama maupun secara parsial, variabel Pengaruh Informasional Grup

digunakan dengan baik dan juga dapat menghasilkan output yang diharapkan. Penelitian juga dilakukan oleh Nusantari, dkk (2013) yang