• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Pertumbuhan Alometri dan Distribusi Daging

Pertumbuhan alometri merupakan kajian tentang pertumbuhan relatif dimana perubahan-perubahan proporsional tubuh dibandingkan dengan peningkatan ukuran tubuh. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa selama proses pertumbuhan dan perkembangan (tumbuh-kembang) serta peningkatan bobot tubuh, terjadi perubahan komponen-komponen tubuh seperti jaringan tulang, otot dan lemak serta organ tubuh.

Secara umum pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan massa tubuh per satuan waktu, dimana kecepatan pertumbuhan dan distribusi dari komponen-komponen tubuh seperti tulang, otot dan lemak berlangsung secara gradual dengan jaringan tulang bertumbuh lebih awal, kemudian diikuti jaringan otot dan terakhir yang bertumbuh adalah jaringan lemak. Perkembangan diartikan sebagai perubahan bentuk dan komposisi tubuh sebagai akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan relatif dari berbagai komponen tubuh (Berg dan Butterfield, 1976; Lawrence, 1980; Hammond et al, 1983; Swatland, 1984; Aberle et al, 2001; Lawrie, 2003). Adanya kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda dari jaringan tubuh menyebabkan adanya perbedaan distribusi diantara komponen-komponen karkas.

Hubungan alometri antara bobot tubuh dengan komponen-komponen tubuh selama pertumbuhan diukur menggunakan persamaan alometri Huxley (1932) Y=aXb. dimana: Y = bobot komponen karkas atau potongan komersial

karkas, X = bobot karkas, a konstanta, dan b koefisien pertumbuhan relatif atau rasio pertumbuhan alometri dari variabel dependen Y. Dengan menggunakan transformasi logaritma terhadap persamaan Huxley akan menghasilkan suatu garis lurus untuk setiap variabel dependen Y terhadap variabel independen X dengan bentuk persamaan Log Y = Log a + b Log X atau Ln Y = Ln a + b Ln X jika dalam bentuk logaritma natural. Bila nilai slope atau koefisien pertumbuhan relatif b<1 berarti kecepatan pertumbuhan relatif variabel Y lebih lambat daripada X, b=1 berarti kecepatan pertumbuhan relatif variabel Y sama dengan variabel X

(2)

(kecepatan sedang), dan jika b>1 berarti kecepatan pertumbuhan relatif variabel Y lebih cepat dari variabel X.

Pertumbuhan Alometri dan Distribusi Komponen Karkas Berdasarkan Bangsa Sapi

Pengaruh bangsa sapi Australian Commercial Cross (ACC) dan Brahman Cross (BX) terhadap koefisien pertumbuhan alometri dan distribusi komponen karkas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Koefisien pertumbuhan alometri komponen karkas terhadap bobot setengah karkas dingin berdasarkan bangsa sapi

Koefisien Pertumbuhan (b) ACC BX Kompenen Karkas b SE b SE Daging Trim Lemak Tulang 0.90 1.79 0.30 0.07 0.23 0.11 0.83 2.05 0.19 0.05 0.18 0.08

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien pertumbuhan komponen karkas sapi ACC dan BX secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa komponen daging, trim lemak dan tulang dari kedua bangsa sapi (ACC dan BX) mempunyai pola atau arah pertumbuhan dan distribusi komponen karkas yang relatif sama, dimana komponen daging mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif sama (konstan) (b=1), trim lemak mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat (b>1) dan tulang mempunyai pertumbuhan relatif yang kecil (b<1). Hal ini sesuai dengan Butterfield (1982) yang menyatakan bahwa setelah sapi mencapai kedewasaan maka pertumbuhan otot (daging) akan relatif melambat, lemak akan bertumbuh dengan cepat dan tulang relatif konstan (hampir tidak bertumbuh). Pada penelitian ini, kedua bangsa sapi yang digunakan sudah mencapai kedewasaan (umur antara 1-4 tahun).

Estimasi geometri berdasarkan spesifikasi pasar lokal yang ada, yakni pasar tradisional dengan rataan bobot setengah karkas 94 kg dan pasar khusus

(3)

dengan rataan bobot setengah karkas 140 kg, diperoleh estimasi geometri komponen karkas dari masing-masing bangsa sapi seperti ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Estimasi geometri bobot komponen karkas sapi (Y) berdasarkan bobot setengah karkas dingin (X) pada bangsa sapi yang berbeda

Estimasi Setengah Karkas

ACC BX ACC BX Komponen Karkas* --- 95 kg --- --- 140 kg --- Daging Trim Lemak Tulang 56.63 14.04 17.91 57.49 13.37 18.44 80.35 28.07 20.13 79.42 29.66 19.85

*) Dikoreksi pada bobot setengah karkas 95 kg dan 140 kg

Berdasarkan Tabel 6 tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara bobot komponen karkas pada kedua bangsa sapi (ACC dan BX) pada masing-masing spesifikasi pasar. Namun jika kedua spasifikasi pasar dibandingkan, terlihat adanya peningkatan bobot komponen karkas yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan bobot karkas dari kedua spesifikasi pasar (95 kg VS 140 kg). Perbedaan antara kedua spesifikasi pasar (pasar tradisional VS pasar khusus) sebesar 41.89% (ACC) dan 38.15% (BX) untuk komponen daging, 99.93% (ACC) dan 121.84% (BX) untuk komponen trim lemak 12.40% (ACC) dan 7.62% (BX). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan daging pada spesifikasi pasar khusus dipenuhi dengan daging yang lebih berlemak. Konsumen pada pasar khusus yang terdiri atas hotel, restoran dan waralaba lebih mensyaratkan pada kualitas daging (eating quality) sebab daging yang lebih berlemak mempunyai kualitas tinggi. Sedangkan pasar tradisional lebih cenderung pada daging dengan sedikit lemak (lean).

Romans et al (1985), Priyanto et al. (1999) dan Aberle et al (2001) menyatakan bahwa daging berlemak mempunyai palatabilitas yang disukai, terutama tenderness dan juiciness karena adanya peningkatan lemak marbling dalam daging.

(4)

Spesifikasi pasar juga dibedakan oleh nilai jual produk, dimana nilai jual daging pada pasar khusus lebih tinggi karena adanya perbedaan quality grade diantara potongan eceran daging (wholesale cut).

Pertumbuhan dan Distribusi Potongan Komersial Karkas berdasarkan Bangsa Sapi

Pengaruh bangsa sapi Australian Commercial Cross (ACC) dan Brahman Cross (BX) terhadap koefisien pertumbuhan alometri dan distribusi daging dapat dilihat pada Tabel 7 .

Tabel 7. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot setengah karkas dingin berdasarkan bangsa sapi

Koefisien Pertumbuhan (b) ACC BX Potongan Komersial Karkas b SE b SE Forequarters: Chuck Blade Cuberoll Brisket Shin Hindquarters: Striploin Tenderloin Rump Silverside Topside Knuckle Flank Shank 0.99 0.99 1.51 0.90 0.56 0.95 0.71 0.80 0.96 1.07 0.79 0.98 0.46 0.16 0.10 0.18 0.20 0.12 0.16 0.19 0.14 0.11 0.17 0.12 0.21 0.14 1.00 0.98 1.09 0.54 0.39 1.06 0.93 0.86 0.74 0.75 0.74 0.84 0.64 0.12 0.08 0.14 0.16 0.10 0.12 0.15 0.11 0.09 0.13 0.10 0.17 0.11

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien pertumbuhan (b) potongan komersial karkas dari kedua bangsa sapi (ACC dan BX) tidak berbeda nyata (P>0.05).

Hal ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan dan distribusi daging dari kedua bangsa sapi (ACC dan BX) relatif sama, yang disebabkan faktor keterkaitan genetik sebab sapi ACC masih mengandung darah Brahman (efek heterosis).

(5)

Menurut Beattie (1990) bahwa sapi ACC yang dikembangkan Northern Territory, Kimberly dan Quensland di Australia masih memiliki darah Brahman, Shorthorn dan Hereford. Meskipun demikian proporsi darahnya tidak diketahui dengan jelas. Pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot total karkas pada bangsa sapi ACC dan BX dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.

Gambar 11. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot karkas dingin pada bangsa sapi ACC

Gambar 12. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial terhadap bobot karkas dingin pada bangsa sapi BX

Gambar 11 dan 12 menunjukkan arah pertumbuhan alometri potongan komersial karkas dari kedua bangsa sapi relatif sama. Pola pertumbuhan diawali dari distal kaki mengarah ke badan (proksimal), dimana pada bagian tungkai kaki (shin) depan menuju ke pangkal lengan (blade), dada (brisket) dan pundak

0.99 0.99 1.51 0.90 0.56 0.95 0.71 0.80 0.96 1.07 0.79 0.98 0.46 1.00 0.98 1.09 0.54 0.36 1.06 0.93 0.86 0.74 0.75 0.74 0.84 0.64

(6)

(chuck), sedangkan dari tungkai kaki belakang (shank) menuju abdomen (flank), pangkal paha (rump) terus kearah pinggang (loin). Pada bagian dorsal tubuh terlihat pola pertumbuhan diawali dari arah leher dan punggung (chuck) menuju punggung (cuberoll) dan terhenti di pinggang (loin). Hal ini berindikasi jika bagian tubuh yang paling lambat bertumbuh adalah bagian pinggang (loin) sedang yang paling awal bertumbuh adalah tungkai kaki dan kepala (cranium).

Hammond (1932), Berg dan Butterfield (1976) serta Bowker et al. (1978), menyatakan dua arah gelombang tumbuh-kembang pada ternak, yaitu: (1) arah antero-posterior yang dimulai dari arah cranium (tengkorak) dibagian depan tubuh menuju kebelakang ke arah pinggang (loin), dan (2) arah centripetal dimulai dari daerah distal kaki ke atas ke arah proximal tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (loin) yang merupakan bagian tubuh yang paling akhir mencapai pertumbuhan maksimal (late maturity) Lebih lanjut Berg dan Butterfield (1976) menyatakan bahwa tumbuh-kembang jaringan otot bisa juga dari paha belakang ke arah cranial.

Estimasi geometri terhadap potongan komersial karkas sapi ACC dan BX pada spesifikasi pasar yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Estimasi geometri bobot potongan komersial (Y) berdasarkan bobot setengah karkas dingin (X) pada bangsa sapi yang berbeda

Estimasi Setengah Karkas

ACC BX ACC BX Potongan Komersial --- 95 kg --- --- 140 kg --- Forequarters: Chuck Blade Cuberoll Brisket Shin Hindquarters: Striploin Tenderloin Rump Silverside Topside Knuckle Flank Shank 10.23 6.65 1.79 4.30 1.97 3.87 1.66 4.11 5.34 5.37a 3.54 4.19 3.08 10.43 6.63 1.99 4.78 2.08 3.65 1.58 4.06 5.49 6.04b 3.50 4.01 2.85 15.03 9.77 3.21 6.08 2.45 5.59 2.19 5.60 7.43 8.13 4.80 6.12b 3.68 15.35 9.70 3.03 5.89 2.42 5.51 2.27 5.66 7.32 8.08 4.66 5.54a 3.66 *) Dikoreksi pada bobot setengah karkas 95 kg dan 140 kg; superskrip huruf kecil yang

(7)

Tabel 8 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05) pada estimasi geometri potongan komersial karkas diantara spesifikasi pasar, kecuali pada potongan topside (pasar tradisional) dan flank (pasar khusus) terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05). Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan bobot karkas pada kedua spesifikasi pasar.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun diantara kedua bangsa mempunyai pola pertumbuhan yang relatif sama, namun pada estimasi geometri terdapat perbedaan pada kedua spesifikasi pasar. Pada pasar tradisional yang dicerminkan bobot karkas ringan (lightweight), potongan topside sapi BX lebih berat dibandingkan sapi ACC, perbedaan tersebut selanjutnya menjadi tidak nyata pada bobot karkas yang lebih berat (heavyweight) yang mencerminkan pasar khusus. Fenomena yang sama juga terjadi pada potongan flank yang menunjukkan perbedaan pada bobot karkas yang lebih berat. Keadaan ini disebabkan oleh perbedaan kandungan lemak karkas pada kedua spesifikasi pasar.

Pertumbuhan Alometri dan Distribusi Komponen Karkas berdasarkan Jenis Kelamin

Pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien pertumbuhan alometri dan distribusi komponen karkas dapat dilihat pada Tabel 9.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai koefisien pertumbuhan komponen karkas, khusus daging dan trim lemak berbeda sangat nyata (P<0.01) pada ketiga jenis kelamin sapi. Sedangkan untuk komponen tulang tidak yang nyata (P>0.05).

Tabel 9 menunjukkan bahwa komponen daging, nilai koefisien pertumbuhan cow (b=0.84) sangat nyata lebih rendah dibandingkan steer (b=1.08). Sementara untuk cow dan heifer tidak terdapat perbedaan yang nyata (b=0.84 VS 0.85). Pada komponen trim lemak, nilai koefisien pertumbuhan cow (b=2.44) sangat nyata lebih tinggi dibandingkan steer (b=1.13). Demikian pula koefisien pertumbuhan komponen trim lemak heifer (b=1.85) nyata lebih tinggi dibandingkan steer (b=1.13).

(8)

Tabel 9. Koefisien pertumbuhan alometri komponen karkas terhadap bobot setengah karkas dingin berdasarkan jenis kelamin

Koefisien Pertumbuhan (b)

Cow Heifer Steer

Komponen Karkas b SE b SE b SE Daging Trim Lemak Tulang 0.84a 2.44b 0.22 0.07 0.28 0.11 0.85a 1.85b 0.42 0.07 0.28 0.11 1.08b 1.13a 0.17 0.06 0.25 0.10

*) Dikoreksi pada bobot setengah karkas 95 kg dan 140 kg; Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0.01)

Hal ini menunjukkan bahwa komponen daging, trim lemak dan tulang dari ketiga klasifikasi jenis kelamin (sex class) yakni cow, heifer dan steer mempunyai pola atau arah pertumbuhan dan distribusi komponen karkas yang berbeda. Meskipun demikian secara umum pola pertumbuhan dari ketiga komponen karkas menunjukkan pola sesuai teori Butterfield (1982), dimana komponen daging mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif konstan (b=1), trim lemak mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat (b>1) dan tulang mempunyai pertumbuhan relatif yang kecil (b<1).

Tingginya koefisien pertumbuhan alometri steer dibandingkan cow dan heifer kemungkinan disebabkan oleh faktor hormonal, sebab steer yang sudah dikastrasi telah kehilangan hormon androgen (testosteron) yang membuatnya lebih aktif. Hal ini akan membuat sapi lebih tenang yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan (bobot badan) sebab sapi menjadi gemuk. Menurut Soeparno (1998) ternak jantan yang dikastrasi akan lebih mudah dikelola (jinak) dan menjadi gemuk dalam waktu yang lebih awal dan tumbuh lebih cepat.

Pada komponen lemak, meskipun ketiganya mempunyai pola pertumbuhan yang sama (b>1), terlihat bahwa jenis kelamin betina (heifer dan cow) berbeda secara statistik dibandingkan jantan (steer). Perbedaan Hal ini sesuai dengan Berg dan Butterfield (1976) yang menunjukkan bahwa heifer mempunyai pertumbuhan fat lebih cepat dibandingkan steer dan bull, namun daging

(9)

menunjukkan garis regresi yang relatif berimpit (sama). Penelitian Kropf dan Graf (1959) yang disitasi Preston dan Willis (1982) menunjukkan bahwa steer menghasilkan persentase edible meat lebih tinggi daripada cow dan heifer, serta persentase exces fat pada heifer dan cow lebih tinggi dibandingkan steer.

Estimasi geometri bobot potongan komersial karkas berdasarkan spesifikasi pasar tradisional dan pasar khusus berdasarkan klasifikasi jenis kelamin (sex class) yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Estimasi geometri bobot komponen karkas sapi (Y) berdasarkan bobot setengah karkas (X) pada jenis kelamin yang berbeda

Estimasi Setengah Karkas

Cow Heifer Steer Cow Heifer Steer

Komponen Karkas --- 95 kg --- --- 140 kg --- Daging Trim Lemak Tulang 55.60 12.18a 19.27b 57.13 14.20ab 16.26a 55.39 15.72b 18.63b 76.87a 31.34c 21.03b 80.84b 29.12b 19.14a 84.11c 24.37a 19.87a

*) Dikoreksi pada bobot setengah karkas 95 kg dan 140 kg; Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0.01)

Tabel 10 menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0.01) estimasi geometri potongan komersial karkas pada kedua spesifikasi pasar, kecuali komponen daging pada pasar tradisional tidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0.05).

Adanya perbedaan komponen daging diantara jenis kelamin sapi pada spesifikasi pasar khusus disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan steer (b>1) dibandingkan cow dan heifer (b<1). Sementara perbedaan diantara heifer dan cow disebabkan oleh faktor kedewasaan ternak (umur), dimana heifer lebih muda dibandingkan cow, dan masih pada taraf pertumbuhan.

Pada pasar tradisional, terlihat bahwa komponen trim lemak steer nyata lebih besar dibandingkan cow, dan secara statistik sama dengan heifer. Untuk komponen tulang terdapat perbedaan diantara ketiga jenis kelamin, dalam hal ini komponen tulang heifer nyata lebih ringan dibandingkan cow dan steer. Pada spesifikasi pasar khusus terdapat perbedaan nyata komponen karkas dari ketiga

(10)

jenis kelamin, dimana komponen daging steer nyata lebih besar dibandingkan heifer dan cow. Trim lemak secara berurut nyata berbeda diantara cow, heifer dan steer. Demikian pula komponen tulang, cow nyata lebih berat dibandingkan heifer dan steer. Besarnya komponen tulang dibandingkan kandungan lemak karkas pada spesifikasi pasar tradisional, mengindikasikan kondisi sapi yang tidak gemuk (leaner) sementara pasar khusus dengan proporsi lemak yang lebih besar menunjukkan derajad kegemukan (fatness) yang lebih baik.

Adanya peningkatan yang nyata dari tiap komponen karkas disebabkan oleh perbedaan berat bobot karkas (95 kg VS 140 kg). Dimana perbedaan pada kedua spesifikasi pasar (pasar tradisional VS pasar khusus) sebesar 38.26% ( cow) dan 41.50% (heifer), 51.85% (steer) untuk komponen daging, 157.31% (cow) dan 105.70% (heifer), 55.03% (steer) untuk komponen trim lemak, 9.13% (cow) dan 17.71% (heifer), 6.66% (steer) untuk komponen tulang. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga komponen karkas masih mengalami pertumbuhan dengan derajad yang berbeda. Pertumbuhan yang cepat pada komponen lemak disebabkan karena sapi dipotong pada umur dewasa (pada cow meningkat 157.31%). Demikian pula pada komponen daging masih mengalami pertumbuhan yang cukup berarti (38-52%), sedangkan tulang mempunyai pertumbuhan yang relatif kecil. Hal ini sesuai dengan Berg dan Butterfield (1976) yang menyatakan bahwa pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat, setelah pubertas tercapai maka laju pertumbuhan otot (daging) menurun dan deposisi lemak meningkat.

Disamping itu adanya perbedaan spesifikasi pasar disebabkan karena pasar khusus lebih mensyaratkan pada kualitas daging (eating quality) sebab daging yang lebih berlemak mempunyai kualitas tinggi. Sedangkan pasar tradisional lebih cenderung pada daging dengan sedikit lemak (lean). Menurut Aberle et al (2001), Romans et al (1985) dan Priyanto et al. (1999) daging berlemak mempunyai palatabilitas yang disukai, terutama tenderness dan juiciness karena adanya peningkatan lemak marbling dalam daging.

Hubungan antara bobot daging dan trim lemak dengan bobot setengah karkas dingin 95 kg (pasar tradisional) dan 140 kg (pasar khusus) pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 13.

(11)

5 15 25 35 45 55 65 75 85 95 kg 140 kg

Bobot Setengah Karkas Dingin (kg)

Bobot Komponen Karkas (kg)

Gambar 13. Hubungan antara bobot daging dan trim lemak dengan bobot setengah karkas dingin pada jenis kelamin yang berbeda

Daging Trim Lemak Steer Heifer Cow Cow Heifer Steer

(12)

Pertumbuhan Alometri dan Distribusi Potongan Komersial Karkas Berdasarkan Jenis Kelamin

Pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien pertumbuhan alometri dan distribusi daging dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot setengah karkas dingin berdasarkan jenis kelamin

Koefisien Pertumbuhan (b)

Cow Heifer Steer

Potongan Komersial Karkas b SE b SE b SE Forequarters: Chuck Blade Cuberoll Brisket Shin Hindquarters: Striploin Tenderloin Rump Silverside Topside Knuckle Flank Shank 0.91a 1.13 1.41B 0.83 0.60 0.70 0.53 0.92 0.66A 1.32B 0.40aA 0.51a 0.63 0.18 0.13 0.22 0.24 0.13 0.20 0.23 0.17 0.13 0.20 0.13 0.27 0.17 1.01aA 0.90 0.75A 1.09 0.70 0.95 0.78 0.92 0.93 0.72A 0.85B 1.12 0.57 0.19 0.13 0.22 0.24 0.13 0.20 0.23 0.17 0.13 0.20 0.14 0.27 0.17 1.53bB 1.07 1.15 0.82 0.59 1.16 0.84 0.75 1.01B 0.90 1.04bB 1.42b 0.82 0.16 0.11 0.19 0.21 0.12 0.17 0.21 0.15 0.11 0.18 0.12 0.24 0.15 *) Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan

yang sangat nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0.01)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa koefisien pertumbuhan (b) dari potongan komersial karkas chuck, knuckle, cuberoll, topside, silverside dan flank menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada ketiga klasifikasi jenis kelamin sapi (cow, heifer dan steer). Sedangkan potongan blade, brisket, shin, striploin, tenderloin, rump dan shank tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05).

Nilai koefisien pertumbuhan potongan chuck dari cow (b=0.91) nyata lebih kecil dibandingkan steer (b=1.53). Heifer (b=1.01) nyata lebih kecil dibandingkan steer. Antara cow dengan heifer tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa potongan chuck pada steer dan heifer masih bertumbuh dengan cepat (b>1), sedangkan cow pertumbuhannya relatif konstan (b=1).

(13)

Potongan cuberoll dari cow dengan nilai b=1.41 nyata lebih tinggi dibandingkan heifer (b=0.75), yang berarti bahwa potongan cuberoll pada cow masih mengalami pertumbuhan (b>1), sementara potongan cuberoll pada heifer belum mengalami pertumbuhan yang maksimal.

Potongan silverside pada cow dengan nilai koefisien pertumbuhan b=0.66 nyata lebih kecil dibandingkan steer (b=1.01), yang berarti bahwa potongan silverside pada cow sudah tidak mengalami pertumbuhan (b<1) sedangkan steer bertumbuh dengan laju yang konstan (b=1).

Potongan topside pada cow dengan nilai koefisien pertumbuhan b=1.32 nyata lebih tinggi dibandingkan heifer (b=0.72), yang berarti bahwa potongan topside pada cow masih mengalami pertumbuhan (b>1) sedangkan heifer belum mengalami pertumbuhan maksimal (b<1).

Potongan knuckle pada cow dengan nilai koefisien pertumbuhan b=0.40 nyata lebih kecil dibandingkan heifer (b=0.85) namun sangat nyata lebih kecil dibandingkan steer (b=1.04). Hal ini menunjukkan bahwa potongan knuckle pada steer bertumbuh dengan cepat (b>1), heifer bertumbuh relatif konstan (b=1) sedangkan pada cow sudah tidak bertumbuh lagi.

Potongan flank pada cow dengan nilai koefisien pertumbuhan b=0.51 sangat nyata lebih kecil dibandingkan steer (b=1.42), yang berarti bahwa potongan flank pada steer masih mengalami pertumbuhan (b>1) sedangkan cow sudah tidak mengalami pertumbuhan (b<1).

Tingginya nilai koefisien pertumbuhan pada beberapa potongan komersial karkas cow kemungkinan disebabkan oleh efek pertumbuhan kompensasi (compensatory growth) dimana sapi-sapi cow yang digunakan sebagai bakalan kemungkinan mengalami kekurangan pakan (kurus) selama berada di padang penggembalaan di Australia dan setelah mendapat pakan penggemukan yang berkualitas (kuantitas dan kualitas), segera bertumbuh dengan cepat (recovery). Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Hafid (1998) dan Purwanto (2000). Menurut Swatland (1984) pertumbuhan kompensasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat setelah kembali memperoleh cukup makanan berkualitas menyusul suatu periode kekurangan. Hal ini disebabkan diameter urat daging yang tadinya tidak berkembang akan pulih ukurannya selama periode kompensasi meskipun

(14)

jumlahnya konstan. Selama pertumbuhan kompensasi terjadi peningkatan konsumsi pakan per satuan ukuran tubuh

Adanya perbedaan nilai koefisien pertumbuhan dari ketiga jenis kelamin sapi memberikan gambaran adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan pada potongan-potongan komersial karkas tersebut. Keadaan ini juga memberikan gambaran tentang adanya perbedaan pola distribusi daging pada karkas.

Menurut Natasasmita (1978), interpretasi nilai koefisien pertumbuhan yang lebih kecil dari 1 atau b<1 bermakna waktu perkembangan bagian karkas tersebut masak dini (early maturity), b=1 bermakna waktu perkembangan bagian karkas tersebut masak sedang dan b>1 bermakna waktu perkembangan bagian karkas tersebut masak lambat (late maturity).

Pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot total karkas pada jenis kelamin cow, heifer dan steer dapat dilihat pada Gambar 14, 15 dan 16.

Gambar 14. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot karkas dingin pada sapi jenis kelamin cow

0.91 1.13 1.41 0.83 0.60 0.70 0.53 0.92 0.66 1.32 0.40 0.51 0.63

(15)

Gambar 15. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot karkas dingin pada sapi jenis kelamin heifer

Gambar 16. Koefisien pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot karkas dingin pada sapi jenis kelamin steer

Berdasarkan Gambar 14, 15 dan 16 di atas dapat dilihat bahwa pola kecepatan pertumbuhan alometri potongan komersial karkas terhadap bobot karkas memperlihatkan pola yang relatif sama. Tumbuh-kembang dimulai dari anggota bagian distal (shank) ke arah tubuh bagian proximal (topside, knukle, silverside, rump dan flank). Demikian pula dari arah depan, dimulai dari bagian distal (shin) ke arah proximal (chuck, blade dan cuberoll) dan ke arah caudal

1.01 0.90 0.75 1.09 0.70 0.95 0.78 0.92 0.93 0.72 0.85 1.12 0.57 1.53 1.07 1.15 0.82 0.59 1.16 0.84 0.75 1.01 0.90 1.04 1.42 0.82

(16)

(brisket dan flank). Tampak bahwa pertemuan kedua arah pola pertumbuhan (dari cranial dan caudal) pada daerah potongan loin (striploin dan tenderloin) yang terdapat di bagian punggung.

Dikenal ada dua arah gelombang tumbuh kembang pada ternak, yaitu: (1) arah antero-posterior yang dimulai dari arah cranium (tengkorak) dibagian depan tubuh menuju ke belakang ke arah pinggang (loin), dan (2) arah centripetal dimulai dari daerah distal kaki ke atas ke arah proximal tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (loin) yang merupakan bagian tubuh yang paling akhir mencapai pertumbuhan maksimal (late maturity) (Hammond, 1932; Bowker et al., 1978).

Menurut Berg dan Butterfield (1976) arah tumbuh-kembang jaringan otot dari paha belakang ke arah cranial. Hasil penelitian Priyanto (1993), Priyanto et al., (1999) dan Amri (2000) juga memperlihatkan pola arah tumbuh kembang yang sama. Adanya perbedaan pola arah tumbuh-kembang ini kemungkinan mengikuti pola tumbuh-kembang lemak, dimana lemak bersifat masak lambat (late maturity) dan terakhir terdeposisi di daerah pinggang (loin).

Estimasi geometri bobot potongan komersial karkas berdasarkan spesifikasi pasar tradisional dengan bobot setengah karkas 95 kg dan spesifikasi pasar khusus dengan bobot setengah karkas 140 kg pada jenis kelamin yang berbeda dapat di lihat pada Tabel 12.

Tabel 12 menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata (P<0.01), estimasi geometri potongan komersial karkas pada kedua spesifikasi pasar. Pada pasar tradisional terdapat perbedaan nyata diantara jenis kelamin pada potongan cuberoll, brisket, shin, topside, knuckle dan flank. Estimasi geometri pada potongan chuck, blade, striploin, tenderloin, rump, silverside dan shank tidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0.05).

Pada spesifikasi pasar khusus, perbedaan nyata diantara jenis kelamin terdapat pada potongan chuck, shin, silverside, knuckle, flank dan shank. Estimasi geometri terhadap potongan blade, cuberoll dan brisket serta striploin, tenderloin, rump dan topside tidak menunjukkan perbedaan nyata (P>0.05).

Pada bobot setengah karkas 95 kg (pasar tradisional), estimasi potongan cuberoll dari heifer (2.36 kg) sangat nyata lebih besar dibandingkan steer dan cow

(17)

(1.90 kg dan 1.79 kg). Estimasi potongan brisket menunjukkan perbedaan yang sangat nyata diantara steer dan heifer (4.66 kg VS 4.28 kg). Demikian pula pada potongan shin, dimana steer menunjukkan perbedaan sangat nyata dibandingkan cow (2.05 kg VS 1.82 kg). Estimasi geometri potongan topside menunjukkan perbedaan yang sangat nyata diantara heifer, steer dan cow (6.20 kg VS 5.88 kg dan 4.74 kg). Estimasi pada potongan knuckle menunjukkan cow berbeda nyata dibandingkan steer (3.72 kg VS 3.31 kg). Estimasi pada potongan flank menunjukkan cow berbeda nyata dibandingkan steer (4.59 kg VS 3.72 kg).

Tabel 12. Estimasi geometri bobot potongan komersial (Y) berdasarkan bobot setengah karkas (X) pada jenis kelamin yang berbeda

Estimasi Setengah Karkas

Cow Heifer Steer Cow Heifer Steer Potongan Komersial --- 95 kg --- --- 140 kg --- Forequarters: Chuck Blade Cuberoll Brisket Shin Hindquarters: Striploin Tenderloin Rump Silverside Topside Knuckle Flank Shank 9.95 6.20 1.79a 4.28AB 1.82a 4.03 1.77 3.92 5.37 4.74a 3.72B 4.56B 2.76 10.35 6.88 2.36b 3.87A 1.93ab 3.85 1.70 4.00 5.31 6.20b 3.60AB 3.75AB 2.99 9.56 6.57 1.90a 4.66B 2.05b 3.58 1.57 4.17 5.76 5.88a 3.31A 3.72A 2.83 14.18a 9.60 3.08 5.92 2.30 5.48 2.18 5.60 5.48a 7.92 4.34a 5.55a 3.52a 15.32a 9.75 3.16 5.91 2.53 5.56 2.29 5.72 7.62b 8.19 4.99b 5.79ab 3.73ab 17.30b 9.95 2.97 6.41 2.58 5.62 2.18 5.58 7.78b 8.33 4.95b 6.43b 3.89b

*) Dikoreksi pada bobot setengah karkas 95 kg dan 140 kg; Superskrip huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P< 0.01)

Pada bobot setengah karkas 140 kg (pasar khusus), estimasi potongan chuck dari steer menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan cow dan heifer (17.30 kg VS 15.32 kg dan 14.18 kg). Estimasi potongan shin dari steer dan heifer menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan cow (2.58 kg dan 2.53 kg VS 2.30 kg). Estimasi potongan silverside dari steer dan heifer menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan cow (7.78 kg dan 7.62

(18)

kg VS 5.48 kg). Demikian pula dengan potongan knuckle dari steer dan heifer menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan cow (5.32 kg dan 5.29 kg VS 4.46 kg). Estimasi potongan flank dari steer menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan cow (6.43 kg VS 5.55 kg). Estimasi potongan shank dari steer menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan cow (3.89 kg VS 3.52 kg).

Perbedaan estimasi geometri potongan komersial diantara ketiga jenis kelamin disebabkan oleh perbedaan kecepatan pertumbuhan relatif potongan komersial karkas. Potongan komersial dengan estimasi terbesar mempunyai kecepatan pertumbuhan relatif (nilai b>1).

Tabel 12 menunjukkan bahwa potongan chuck, silverside dan shank pada spesifikasi pasar tradisional, pada bobot setengah karkas 90 kg tidak menunjukkan perbedaan nyata diantara ketiga jenis kelamin. Pada bobot setengah karkas 140 kg (pasar khusus) menunjukkan perbedaan yang nyata. Demikian pula dengan potongan cuberoll, brisket dan topside pada pasar tradisional menunjukkan perbedaan nyata diantara jenis kelamin, namun pada pasar khusus tidak menunjukkan perbedaan nyata.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun diantara ketiga jenis kelamin sapi mempunyai pola pertumbuhan yang relatif sama, namun terdapat perbedaan estimasi geometri dan perbedaan tersebut tergantung pada spesifikasi pasar. Keadaan ini disebabkan oleh perbedaan kandungan lemak karkas pada kedua spesifikasi pasar.

Produktivitas Karkas Sapi

Produktivitas karkas adalah kemampuan karkas sebagai produk utama ternak pedaging menghasilkan daging yang dapat dimakan (edible meat) sesuai dengan keinginan konsumen. Suatu karkas dikatakan mempunyai produktivitas tinggi apabila menghasilkan daging yang banyak, sedikit tulang dan mengandung lemak secukupnya. Demikian pula sebaliknya, yang berarti produktivitas rendah.

(19)

Karakteristik karkas atau sifat-sifat karkas merupakan indikator untuk menilai produktivitas karkas baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Karakteristik yang dimaksudkan adalah bobot karkas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung rusuk ke-12 dan rump posisi P8, persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung serta tebal lemak pangkal ekor (anal fold).

Pengaruh Bangsa Sapi dan Konformasi Butt Shape terhadap Karakteristik Karkas

Rataan karakteristik karkas berdasarkan bangsa sapi dan konformasi butt shape dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan karakteristik karkas berdasarkan bangsa sapi dan konformasi butt shape yang berbeda

Butt Shape Karakteristik karkas Bangsa Sapi D C B Rataan ACC 116.57 126.11 137.00 126.56 BX 113.87 122.70 137.95 124.84 Bobot karkas (kg) Rataan 115.22c 124.40b 137.48a ACC 57.21 57.98 57.24 57.48 BX 56.72 57.67 57.79 57.39 Persentase karkas Rataan 56.96 57.82 57.52 ACC 99.07abB 105.24aA 101.86a 102.06 BX 98.09bB 102.68aA 112.85c 104.54 Urat daging mata

Rusuk (cm2) Rataan 98.58b 103.96a 107.35a ACC 1.50 1.89 2.44 1.59 BX 1.67 1.93 2.55 2.05 Tebal lemak punggung rusuk 12/13 (cm) Rataan 1.58c 1.91b 2.50a ACC 1.58 1.64 2.03 1.75 BX 1.64 1.71 2.09 1.81 Persentase lemak Ginjal, pelvis dan

jantung Rataan 1.61b 1.67b 2.06a

ACC 30.69 30.93 33.54 31.72

BX 30.59 32.02 32.96 31.86

Tebal lemak pangkal ekor (mm)

Rataan 30.64 31.47 33.25

ACC 3.06 3.62 4.22 3.63

BX 3.19 3.39 4.05 3.54

Tebal lemak rump P8 (cm)

Rataan 3.13c 3.50b 4.14a

*)Superskrip huruf hesar yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

(20)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi bangsa sapi dan konformasi butt shape tidak berpengaruh nyata (P>0.05) kecuali pada luas urat daging mata rusuk (P<0.01).

Konformasi butt shape secara mandiri berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot karkas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung rusuk ke-12, persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung serta tebal lemak rump P8. Namun demikian faktor bangsa sapi secara mandiri tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap semua parameter karakteristrik karkas.

Tabel 13 menunjukkan kombinasi sapi BX dengan butt shape “B” (112.85 cm2) menunjukkan luas urat daging mata rusuk sangat nyata lebih luas dibandingkan kombinasi lainnya (P<0.01). Luas urat daging mata rusuk terendah pada kombinasi sapi BX dengan butt shape “D” (98.09 cm2) serta kombinasi sapi ACC dengan butt shape “D” (99.07 cm2).

Grafik interaksi antara bangsa sapi dengan butt shape terhadap luas urat daging mata rusuk dapat dilihat pada Gambar 17.

90 95 100 105 110 115 D C B

Klasifikasi Butt Shape

Luas UDMR (cm2)

ACC BX

Gambar 17. Grafik interaksi konformasi butt shape dengan bangsa sapi berdasarkan luas urat daging mata rusuk

Adanya perbedaan respon luas urat daging mata rusuk (udamaru) pada interaksi bangsa sapi dengan konformasi butt shape tidak diikuti dengan hasil daging yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena rendahnya korelasi antara luas

(21)

udamaru dengan jumlah daging, yakni hanya 19% pada bobot daging dan 1% pada persentase daging. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Priyanto (1993) dan Pratiwi (1997). Dalam prakteknya, USDA menggunakan luas udamaru sebagai salah satu faktor koreksi dalam membuat persamaan prediksi jumlah daging pada karkas. Faktor koreksi lain adalah tebal lemak punggung pada rusuk ke-12, bobot karkas panas dan persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung. Menurut Shackelford et al., (1995) dan Soeparno (1998) luas area mata rusuk merupakan suatu indikator dapat digunakan untuk menaksir jumlah daging pada karkas. Luas urat daging mata rusuk juga bisa digunakan sebagai petunjuk perbedaan tingkat perototan diantara karkas dengan panjang karkas yang sama (Savell dan Smith, 2000).

Perbedaan tebal lemak punggung rusuk ke-12, persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung serta tebal lemak rump P8, maupun tebal lemak pangkal ekor meskipun secara statistik sama (P>0.05) namun menunjukkan eratnya hubungan antara butt shape dengan perlemakan karkas. Hal ini sesuai dengan Johnson (1991) yang mendapatkan butt shape “B” mengandung fat lebih banyak daripada butt shape “D” masing-masing sebesar 22.2% dan 14.1%. Demikian pula dengan Johnson et al. (1996) yang meneliti 40 karkas sapi domestik Australia, mendapatkan butt shape tertinggi (“C”) yang diperoleh mengandung total lemak lebih banyak dibandingkan butt shape terendah (“E”), masing-masing 15.2% dan 12.2%.

Perbedaan bobot karkas, tebal lemak punggung rusuk ke-12, persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung, tebal lemak pangkal ekor dan tebal lemak rump P8 dari ketiga konformasi butt shape dapat dilihat pada Gambar 18, 19, dan 20.

Persentase karkas tidak menunjukkan pengaruh nyata, terutama pada butt shape yang berbeda kemungkinan disebabkan pada butt shape yang lebih tinggi mengalami penyusutan yang lebih tinggi sebagai akibat deposisi lemak visceral (lemak omental atau lemak caul). Lemak ini terhitung sebagai bobot hidup sehingga mengurangi persentase bobot karkas dibanding butt shape yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan Berg dan Butterfield (1976) bahwa semakin berat bobot hidup yang ditunjukkan oleh kondisi yang lebih baik maka berat jaringan lemak tubuh akan semakin meningkat dibanding otot maupun tulang.

(22)

D C B       115,22         124,4                         137,48 100 105 110 115 120 125 130 135 140 Karkas (kg)

Kategori Butt Shape

Gambar 18. Grafik bobot karkas dari ketiga konformasi butt shape

D C B                       1,58 3,13 1,61                          1,91 3,5 1,67                  2,5 4,14 2,06 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Tebal Lemak (mm)

Kategori Butt Shape 

 Tebal Lemak Rusuk 12/13 Tebal lemak Rump P8 

 % Lemak GPJ

Gambar 19. Grafik tebal lemak punggung rusuk ke -12, tebal lemak rump P8 dan persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung dari ketiga konformasi butt shape

(23)

D C B      30,64          31,47             33,25 29 29,5 30 30,5 31 31,5 32 32,5 33 33,5 TLPE (mm)

Kategori Butt Shape

Gambar 20. Grafik tebal lemak pangkal ekor dari ketiga konformasi butt shape

Pengaruh Bangsa Sapi dan Konformasi Butt Shape terhadap Komponen Karkas

Pengaruh bangsa sapi dan butt shape terhadap rataan bobot komponen karkas dapat dilihat pada Tabel 14.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi bangsa sapi dengan butt shape, maupun bangsa sapi secara mandiri tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot komponen karkas (P>0.05). Secara mandiri, butt shape menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot dan persentase daging, trim lemak dan tulang.

Tabel 14 menunjukkan bahwa secara absolut semakin tinggi butt shape (B ke C dan D) maka akan semakin tinggi pula bobot komponen daging, trim lemak dan tulang. Perbedaan ini mengindikasikan adanya hubungan positif yang linear antara butt shape terhadap bobot daging, trim lemak dan tulang, dimana semakin meningkat skor butt shape maka bobot daging, trim lemak dan tulang meningkat secara nyata. Karkas dengan skor butt shape B mempunyai kandungan daging, trim lemak (fat) dan tulang yang tinggi dibandingkan skor butt shape D. Perbedaan ini disebabkan sapi yang digunakan masih dalam fase pertumbuhan sehingga ketiga komponen karkas masih bertumbuh secara paralel. Hal ini sesuai dengan Berg dan Butterfield (1976) yang menyatakan bahwa selama masa pertumbuhan ternak, pertumbuhan komponen karkas diawali oleh tulang

(24)

kemudian dilanjutkan oleh pertumbuhan daging. Pada akhir masa pertumbuhan, dilanjutkan oleh deposisi lemak yang cepat. Hal yang sama dilaporkan Johnson et al. (1996) yang meneliti konformasi butt shape untuk pasar domestik Australia, dimana total lemak akan semakin berkurang dengan menurunnya skor butt shape (dari skor butt shape C ke E).

Tabel 14. Rataan bobot dan persentase komponen karkas pada konformasi butt shape dan bangsa sapi yang berbeda

Butt Shape Komponen Karkas Bangsa Sapi D C B Rataan ACC 67.76 73.54 78.41 73.24 BX 67.62 71.05 78.13 72.26 Daging (kg) Rataan 67.69c 72.30b 78.27a ACC 58.10 58.37 57.28 57.91 BX 59.44 57.92 56.69 58.61 Persentase Daging Rataan 58.77A 58.15A 56.90B ACC 20.38 23.62 27.50 23.83 BX 18.90 23.50 29.18 23.86 Trim Lemak (kg) Rataan 19.64c 23.56b 28.34a ACC 17.46 18.61 20.03 18.78 BX 16.47 19.11 21.06 18.88 Persentase Trim Lemak Rataan 16.96a 18.86b 20.54c ACC 19.58 19.20 20.48 19.75 BX 19.43 19.15 20.26 19.61 Tulang (kg) Rataan 19.50bB 19.18b 20.37aA ACC 16.89 15.30 14.95 15.71 BX 17.18 15.67 14.72 15.86 Persentase Tulang Rataan 17.03a 15.40bA 14.83bB

*)Superskrip huruf besar yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

Meskipun demikian, secara relatif (persentase) komponen karkas terhadap bobot karkas, tampak bahwa semakin tinggi butt shape maka persentase lemak semakin meningkat sedangkan persentase daging dan tulang semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa yang paling berperan terhadap perubahan komposisi karkas adalah komponen lemak, hal ini telah dibuktikan Hafid (1998).

Perbedaan bobot komponen karkas dari ketiga konformasi butt shape dapat dilihat pada Gambar 27.

(25)

D C B           67,69 19,5 19,64                             72,3 19,18 23,56                                                   78,27 20,37 28,34 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Bobot (kg)

Klasifikasi Butt Shape 

 Daging 

 Tulang Trim Lemak

Gambar 27. Grafik bobot komponen karkas dari ketiga klasifikasi butt shape

Pengaruh Kategori Jenis Kelamin dan Konformasi Butt Shape terhadap Karakteristik Karkas

Rataan karakteristik karkas berdasarkan kategori jenis kelamin dan konformasi butt shape dapat dilihat pada Tabel 15.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dan konformasi butt shape berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap luas urat daging mata rusuk, sedangkan karakteristik karkas lainnya tidak nyata (P>0.05).

Faktor butt shape secara mandiri berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap karakteristik karkas utamanya pada parameter bobot karkas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung rusuk ke-12, persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung, serta tebal lemak rump P8.

(26)

Tabel 15. Rataan karakteristik karkas berdasarkan jenis kelamin dan konformasi butt shape yang berbeda

Butt Shape Karakteristik karkas Jenis Kelamin D C B Rataan Cow 116.00 128.95 141.50 128.82a Heifer 118.45 129.50 140.60 129.52a Steer 111.47 118.59 129.00 119.68b Bobot karkas (kg) Rataan 115.31c 125.68b 137.03a Cow 57.68 57.85 58.38 57.97 Heifer 55.55 57.61 57.78 56.98 Steer 57.33 57.87 56.20 57.13 Persentase karkas Rataan 56.85 57.78 57.46 Cow 102.63ad 105.30ab 109.29ac 105.74a Heifer 96.09d 105.50a 115.80c 105.80a Steer 97.13d 101.89abd 99.50abd 99.51b Urat daging mata

Rusuk (cm2) Rataan 98.62b 104.23a 108.20a Cow 1.55 2.15 2.64 2.11a Heifer 1.75 2.11 2.67 2.18a Steer 1.55 1.70 2.14 1.80b Tebal lemak punggung rusuk Ke-12 (cm) Rataan 1.61c 1.99b 2.48a Cow 1.88 1.99 2.22 2.03a Heifer 1.59 1.78 2.06 1.81b Steer 1.43 1.48 1.85 1.59c Persentase lemak ginjal, pelvik dan Jantung Rataan 1.64c 1.75b 2.04a Cow 29.93 30.61 34.88 31.81 Heifer 31.07 31.79 31.09 31.32 Steer 30.82 31.89 32.95 31.89 Tebal lemak pangkal ekor (mm) Rataan 30.61B 31.43AB 32.97A Cow 3.15 3.65 4.11 3.64 Heifer 3.13 3.50 4.09 3.57 Steer 3.13 3.39 4.17 3.57

Tebal lemak rump P8 (cm)

Rataan 3.14c 3.51b 4.12a

*)Superskrip huruf besar yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

Faktor klasifikasi jenis kelamin secara mandiri berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap karakteristik karkas utamanya pada parameter bobot karkas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung rusuk ke-12 dan persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung.

Berdasarkan Tabel 15, kombinasi heifer dengan konformasi butt shape “B” menunjukkan area urat daging mata rusuk yang terluas (115.80 cm2)

(27)

dibandingkan kombinasi lainnya. Luas urat daging mata rusuk terendah pada kombinasi heifer dengan butt shape “D” (96.09 cm2) dan kombinasi dengan steer (97.13 cm2). Perbedaan ini menunjukkan bahwa pada kombinasi sapi betina (cow dan heifer) dengan butt shape “B” mempunyai pertumbuhan urat daging mata rusuk yang lebih baik dibandingkan steer, yang ditunjukkan dengan lebih luasnya urat daging mata rusuk. Menurut Crouse et al. (1985) dan Aberle et al. (2001), luas urat daging mata rusuk dipengaruhi oleh jenis kelamin dan bangsa sapi. Urat daging mata rusuk yang lebih luas menunjukkan perdagingan yang lebih besar. Efek kastrasi mengurangi kecepatan pertumbuhan pada steer.

Perbedaan interaksi antara jenis kelamin dengan konformasi butt shape dapat dilihat pada Gambar 22.

90 95 100 105 110 115 120 D C B

Kategori Butt Shape

Luas UDMR (cm2)

Cow Heifer Steer

Gambar 28. Grafik interaksi konformasi butt shape dengan jenis kelamin berdasarkan luas urat daging mata rusuk

Tabel 15 menunjukkan adanya perbedaan konformasi butt shape terhadap bobot karkas, dimana bobot karkas pada butt shape “B” (137.03 kg) berbeda sangat nyata dibandingkan butt shape “C” (125.68 kg) dan “D” (115.31 kg). Konformasi butt shape “C” berbeda sangat nyata dibanding butt shape “D”. Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, diperoleh bobot karkas heifer dan cow nyata lebih berat dibandingkan steer (129.52 kg dan 128.82 kg VS 119.68 kg). Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan bobot potong dan adanya

(28)

hubungan erat antara skor butt shape dengan bobot karkas. Data penelitian menunjukkan urutan berat karkas terberat adalah cow, heifer dan steer. Hal ini sesuai Preston dan Willis (1982) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bobot dan persentase karkas adalah pakan, umur, bobot hidup atau bobot potong, jenis kelamin, hormon, bangsa sapi dan konformasi. Persentase karkas akan meningkat dengan meningkatnya bobot potong Aberle et al. (2000). Hasil penelitian Hafid et al. (2001) dan Hafid (2002) menunjukkan perbedaan bobot dan persentase karkas sapi Australian Commercial Cross pada bobot potong dan lama penggemukan yang berbeda, dimana bobot potong dan lama waktu penggemukan berbanding lurus dengan persentase karkas.

Pada tebal lemak punggung rusuk ke-12, konformasi butt shape “B” berbeda nyata dengan butt shape “C” dan “D” (2.48 mm Vs 1.99 mm Vs 1.61 mm). Konformasi butt shape “C” berbeda nyata dengan “D”. Berdasarkan jenis kelamin, heifer dan cow mempunyai lemak punggung rusuk ke-12 yang nyata lebih tebal dibandingkan steer (2.18 mm dan 2.11 mm Vs 1.80 mm).

Persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung pada konformasi butt shape “B” nyata lebih tinggi dibandingkan butt shape “C” dan “D”, masing-masing 2.04% Vs 1.75% Vs 1.64%. Konformasi butt shape “C” berbeda nyata dengan “D”. Berdasarkan jenis kelamin, cow mempunyai persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung lebih tinggi dibandingkan heifer dan steer (2.03% VS 1.81% VS 1.59%. Heifer berbeda nyata dengan steer.

Tebal lemak pangkal ekor terdapat perbedaan yang nyata antara butt shape “B” dengan “D” (32.97 mm Vs 30.82 mm), sementara konformasi butt shape “C” (31.43 mm) tidak berbeda nyata dengan keduanya.

Lemak rump P8 nyata lebih tebal pada butt shape “B” dibandingkan butt shape “C” dan “D” (4.12 mm VS 3.51 mm VS 3.14 mm). Konformasi butt shape “C” berbeda nyata dengan “D”.

Adanya perbedaan pada tebal lemak punggung, persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung, tebal lemak pangkal ekor dan tebal lemak rump P8, tampaknya berkaitan erat dengan bobot potong, jenis kelamin dan bobot karkas seperti dikemukakan Preston dan Willis (1982) dan Aberle et al. (2000) di atas. Hanson

(29)

et al. (1999) yang meneliti perbedaan sex class (steer Vs heifer) mendapatkan lemak punggung yang lebih tebal pada heifer dibandingkan steer.

Perbedaan karakteristik karkas diantara konformasi butt shape dan jenis kelamin sapi Gambar 23, 24, 25, 26, 27 dan 28.

D C B      115,31                  125,68 137,03 100 105 110 115 120 125 130 135 140 Bobot Karkas (kg)

Klasifikasi Butt Shape

Gambar 23. Grafik bobot karkas dari ketiga konformasi butt shape

D C B                                   1,61 30,61 3,14                       1,99 31,43 3,51                                    2,48 32,97 4,12 0 5 10 15 20 25 30 35 Tebal lemak (mm)

Klasifikasi Butt Shape 

Tebal Lemak Rusuk 12/13



Tebal Lemak Pangkal Ekor 

 Tebal lemak Rump P8

Gambar 24. Grafik tebal lemak punggung rusuk ke-12, lemak pangkal ekor dan lemak rump P8 dari ketiga konformasi butt shape

(30)

Cow Heifer Steer                              128,82                             129,52              119,68 114 116 118 120 122 124 126 128 130 Bobot Karkas (kg)

Klasifikasi Jenis Kelamin

Gambar 25. Grafik bobot karkas dari ketiga klasifikasi jenis kelamin

Cow Heifer Steer                            2,11                            2,18                          1,8 0 0,5 1 1,5 2 2,5 TLR 12 (mm)

Klasifikasi Jenis Kelamin

Gambar 26. Grafik tebal lemak punggung rusuk ke-12 dari ketiga klasifikasi jenis kelamin

(31)

Cow Heifer Steer                      2,03                   1,81                  1,59 0 0,5 1 1,5 2 2,5 LGPJ (%)

Klasifikasi Jenis Kelamin

Gambar 27. Grafik persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung dari ketiga klasifikasi jenis kelamin

Pengaruh Kategori Jenis Kelamin Sapi dan Konformasi Butt Shape terhadap Komponen Karkas

Pengaruh kategori jenis kelamin dan konformasi butt shape terhadap rataan bobot komponen karkas dapat dilihat pada Tabel 16.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi jenis kelamin dan konformasi butt shape tidak berpengaruh nyata (P>0.05), kecuali terhadap bobot dan persentase trim lemak (P<0.01). Secara mandiri jenis kelamin dan konformasi butt shape menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap bobot dan persentase komponen karkas (P<0.01).

Berdasarkan Tabel 16, kombinasi cow dengan butt shape “B” dan heifer dengan butt shape “B” masing-masing sebesar 31.12 kg dan 30.66 kg mempunyai trim lemak yang sangat nyata lebih besar dibandingkan kombinasi lainnya. Kandungan trim lemak terendah terdapat pada kombinasi steer dengan butt shape “B” (18.14 kg). Fenomena ini sejalan dengan persentase trim lemak dari masing-masing kombinasi perlakuan.

Grafik interaksi antara jenis kelamin dengan butt shape pada trim lemak yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 28.

(32)

Tabel 16. Rataan bobot dan persentase komponen karkas pada konformasi butt shape dan jenis kelamin sapi yang berbeda

Butt Shape Komponen karkas Jenis kelamin D C B Rataan Cow 66.85 71.00 78.01 71.95ac Heifer 70.44 75.53 80.16 75.38 b Steer 66.24 70.35 76.67 71.09 c Daging (kg) Rataan 67.84c 72.29b 78.28a Cow 57.75 55.02 55.12 55.96a Heifer 59.45 58.35 56.98 58.26bA Steer 59.42 59.29 59.40 59.37bB Persentase Daging Rataan 58.87a 57.55b 57.17b Cow 19.79d 27.61cA 31.12a 26.17a Heifer 20.93bd 25.57eC 30.66aB 25.72a Steer 18.14fF 20.55bdE 22.64bdD 20.44b Trim Lemak (kg) Rataan 19.62c 24.58b 28.14a Cow 16.86A 21.44A 21.97B 20.09a Heifer 17.64A 19.66C 21.83B 19.71a Steer 16.23B 17.35B 17.57B 17.05b Persentase Trim Lemak Rataan 16.91a 19.49b 20.46b Cow 20.63 20.19 21.49 20.77a Heifer 17.89 18.46 19.40 18.58b Steer 19.81 19.16 19.70 19.56c Tulang (kg) Rataan 19.44bB 19.27b 20.20aA Cow 17.89 15.67 15.20 16.25a Heifer 15.16 14.30 13.80 14.42b Steer 17.87 16.21 15.29 16.45a Persentase Tulang Rataan 16.97a 15.39b 14.76c

*)Superskrip huruf besar yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05); superskrip huruf kecil yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

Perbedaan kandungan trim lemak dimana kombinasi cow dan steer dengan konformasi butt shape “B’ nyata lebih berat dibandingkan kombinasi lainnya, mengindikasikan besarnya efek jenis kelamin, utamanya jenis kelamin betina. Semakin tinggi konformasi butt shape juga menunjukkan tingginya kandungan trim lemak karkas. Hal ini sesuai dengan McKiernan (2000) yang menyatakan bahwa skor otot yang ditunjukkan oleh bentuk (shape) sapi sangat dipengaruhi oleh kandungan lemak (fatness). Demikian pula dengan Williams (1982) yang menyatakan bahwa jumlah lemak ternak sapi betina ( heifer dan cow) lebih banyak

(33)

daripada sapi jantan kastrasi (steer) dan paling sedikit mengandung lemak adalah sapi pejantan. Fenomena yang sama berlaku juga untuk domba (Soeparno, 1998).

0 5 10 15 20 25 30 35 D C B

Klasifikasi Butt Shape

Trim Lemak (kg)

Cow Heifer Steer

Gambar 28. Grafik interaksi klasifikasi jenis kelamin dengan konformasi butt shape berdasarkan trim lemak

Fenomena pengaruh mandiri butt shape terhadap bobot dan persentase komponen karkas yang ditunjukkan Tabel 16 sejalan dengan yang ditunjukkan Tabel 14 sehingga tidak akan dibahas panjang lebar dalam sub bab ini. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa adanya perbedaan diantara butt shape terhadap bobot daging dan tulang mungkin disebabkan oleh perbedaan umur sapi dimana cow berumur 3-4 tahun lebih tua dibandingkan heifer dan steer (1-2 tahun), sehingga heifer dan steer mempunyai potensi bertumbuh yang lebih baik.

Tabel 16 menunjukkan bahwa secara absolut heifer mempunyai kandungan daging sangat nyata lebih besar dibandingkan cow dan steer (75.38 kg VS 71.95 kg dan 71.09 kg). Sementara itu, cow dan heifer mempunyai kandungan trim lemak nyata lebih besar dibandingkan steer (26.17 kg dan 25.72 kg VS 20.44 kg). Komponen tulang cow mempunyai kandungan tulang yang nyata lebih berat dibandingkan steer dan heifer (20.77 kg VS 19.56 kg dan 18.58 kg). Kandungan tulang steer berbeda nyata dengan heifer.

Perbedaan kandungan daging antara heifer dengan steer disebabkan oleh efek kastrasi, dimana steer mengalami gangguan pertumbuhan akibat hilangnya hormon testosteron yang penting dalam pertumbuhan. Menurut Soeparno (1998)

(34)

kastrasi mengubah sistem hormonal ternak jantan sehingga mengakibatkan perubahan komposisi tubuh dan karkas. Perbedaan tersebut disebabkan oleh steroid kelamin. Hafez dan Dyer (1969) menyatakan bahwa testosteron atau androgen merupakan suatu hormon steroid yang dihasilkan oleh testes yang menyebabkan pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan betina, terutama setelah timbulnya pubertas. Androgen juga berperanan dalam menstimulasi sintesis protein otot dan menurunkan kandungan lemak otot (Swatland, 1984; Aberle et al., 2001; Lawrie, 2003).

Secara relatif tampak bahwa persentase daging steer lebih tinggi dan mengandung lemak yang lebih rendah dibandingkan heifer maupun cow. Persentase trim lemak tertinggi ditunjukkan oleh cow. Persentase komponen karkas heifer tampaknya terletak antara steer dan cow. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kandungan trim lemak diantara ketiga kategori (kelas) jenis kelamin. Menurut Parakkasi (1999) urutan perlemakan terbanyak berdasarkan klasifikasi jenis kelamin sapi adalah terbanyak pada cow, heifer, steer dan bull. Perbedaan kandungan lemak ini akan mengakibatkan menurunnya komponen lain karkas, yakni daging dan tulang. Menurut Berg dan Butterfield (1976) dengan semakin meningkat persentase lemak karkas maka persentase otot dan tulang akan semakin menurun.

Perbedaan bobot daging dan tulang dari ketiga konformasi butt shape dan jenis kelamin sapi dapat dilihat pada Gambar 30 dan 31.

D C B                         67,69 19,5                               72,3 19,18                             78,27 20,37 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Bobot (kg)

Klasifikasi Butt Shape



Daging

 Tulang

(35)

Cow Heifer Steer                            71,95 20,77 !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!! !!!!                      75,38 18,58               """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """"""""""" """""""""""   ### ### ### ### ### $$$$$$$$$$$ $$$$$$$$$$$ 71,09 19,56 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Bobot (kg)

Klasifikasi Jenis Kelamin

%%%% %%%%

Daging

$$$$

Tulang

Gambar 30. Grafik bobot daging dan tulang dari ketiga klasifikasi jenis kelamin

Estimasi Produktivitas Karkas

Indikator yang digunakan sebagai variabel bebas dalam estimasi produktivitas karkas adalah bobot karkas panas (BKP), luas urat daging mata rusuk (UDMR), tebal lemak punggung rusuk ke-12 (TLR12) dan persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung (LGPJ). Estimasi produktivitas karkas di dasarkan pada bobot dan persentase komponen daging dan trim lemak karkas.

Estimasi produktivitas karkas (bobot dan persentase daging dan trim lemak karkas) berdasarkan gabungan bangsa sapi dan jenis kelamin maupun berdasarkan bangsa sapi dan jenis kelamin secara terpisah dapat dilihat pada Tabel 17a sampai 22b.

Hasil analisis regresi pada Tabel 17a menunjukkan bahwa penggunaan bobot karkas panas (BKP) sebagai indikator tunggal (independent variabel) sangat nyata (P<0.01) berhubungan dengan bobot daging dan bobot trim lemak dengan tingkat akurasi R2 = 0.73 dan SE = 3.56 (daging) dan R2 = 0.57 dan SE = 3.70 (trim lemak).

(36)

Sementara penggunaan luas urat daging mata rusuk (UDMR), tebal lemak rusuk ke-12 (TLR12) dan persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung (LGPJ) mempunyai akurasi yang lebih rendah. Kombinasi indikator persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung dengan bobot karkas panas tampaknya dapat memperbaiki akurasi regresi terhadap bobot daging dengan meningkatkan koefisien determinasi (R2) menjadi R2 = 0.75 dan menurunkan standar error (SE) menjadi 3.45. Terhadap bobot trim lemak, penambahan indikator persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung tidak nyata (P>0.05) namun secara relatif dapat memperbaiki akurasi estimasi dengan R2=0.58 dan SE=3.68.

Tabel 17a. Estimasi bobot daging dan trim lemak berdasarkan bobot karkas panas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung rusuk ke-12 dan persentase lemak ginjal pelvis dan jantung serta kombinasinya pada gabungan bangsa sapi ACC dan BX (n=165)

Variabel Bebas Variabel

Tak Bebas a BKP UDMR TLR1

2 LGPJ R2 SE SR 9.08** 0.11** 0.73 3.56 ** 40.78** 3.05** 0.19 6.17 ** 53.71** 24.31** 0.47 5.02 ** 60.07** 4.11** 0.13 6.39 ** 8.26* 0.11** 0.16ns 0.73 3.57 ** 5.67ns 0.12** -3.54ns 0.73 3.55 ** 7.87** 0.12** -1.77** 0.75 3.45 ** 4.31ns 0.12** 0.22** -3.77ns 0.73 3.55 ** 6.23ns 0.12** 0.31ns -1.84** 0.75 3.45 ** 9.95** 0.12** 2.36ns -2.07** 0.75 3.46 * 8.23ns 0.12** 0.29ns 2.18** -2.11** 0.48 3.46 ** 44.93** 1.03* 21.82** 0.48 4.95 ** 39.21** 2.44** 2.65** 0.24 6.00 ** 57.73** 32.24** -3.38** 0.51 4.83 ** Daging, kg 48.50** 1.10** 29.81** -3.47** 0.53 4.75 **

a= intersep; BKP=bobot karkas panas; UDMR= luas urat daging mata rusuk; TLR12= tebal lemak punggung rusuk ke-12; LGPJ=lemak ginjal, pelvis dan jantung; SE=standar error; SR=taraf nyata regresi; * P<0.05; ** P<0.01; ns tidak nyata

(37)

Tabel 17a. Lanjutan

Variabel Bebas Variabel

Tak Bebas a BKP UDMR TLR12 LGPJ R

2 SE SR -22.23** 0.08** 0.57 3.70 ** 2.07ns 2.09** 0.13 5.26 ** 9.02** 19.09** 0.42 4.28 ** 10.20** 4.51** 0.24 4.92 ** -21.97** 0.08** -0.05ns 0.57 3.71 ** -20.10** 0.07** 2.21ns 0.57 3.71 ** -21.60** 0.08** 0.92ns 0.58 3.68 ** -19.55** 0.08** -0.09ns 2.30ns 0.57 3.72 ** -20.92** 0.08** -0.13ns 0.95ns 0.58 3.70 ** -22.18** 0.08** -0.66ns 1.01ns 0.58 3.70 ** -21.45** 0.08** -0.12ns -0.59ns 1.02ns 0.58 3.71 ** 5.52ns 0.41ns 18.10** 0.43 4.28 ** -0.16ns 1.21** 3.78** 0.28 4.81 ** 8.84** 18.74** 0.15ns 0.42 4.29 ** Trim Lemak, kg 5.39ns 0.41ns 17.83** 0.12ns 0.43 4.29 **

a= intersep; BKP=bobot karkas panas; UDMR= luas urat daging mata rusuk; TLR12= tebal lemak punggung rusuk ke-12; LGPJ=lemak ginjal, pelvis dan jantung; SE=standar error; SR=taraf nyata regresi; * P<0.05; ** P<0.01; ns tidak nyata

Tabel 17b menunjukkan rendahnya akurasi estimasi terhadap persentase daging dan trim lemak karkas. Hal ini ditunjukkan oleh

rendahnya koefisien determinasi, yang mengindikasikan bahwa semua indikator yang digunakan tidak efektif untuk estimasi daging dan trim lemak dalam bentuk persentase.

Hal ini disebabkan karena komponen daging yang teridentifikasi pada penelitian ini terdiri atas gabungan otot dan lemak sehingga dalam bentuk persentase kedua porsi akan saling mempengaruhi proporsi masing-masing. Akibatnya akan diperoleh persentase daging yang relatif rendah koefisien determinasi (R2) dan tinggi standar error (SE) sebab dipengaruhi oleh laju persentase otot yang cenderung menurun dan laju persentase lemak yang semakin meningkat dengan cepat. Hal ini sesuai dengan Berg dan Butterfield (1976) dan Whytes dan Ramsay (1994) yang menyatakan bahwa persentase otot akan cenderung menurun sedangkan persentase lemak akan meningkat dengan

(38)

meningkatnya bobot karkas. Pada saat yang sama, persentase tulang juga cenderung berkurang.

Tabel 17b.Estimasi persentase daging dan trim lemak berdasarkan bobot karkas panas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak punggung rusuk ke-12 dan persentase lemak ginjal pelvis dan jantung serta kombinasinya pada gabungan bangsa sapi ACC dan BX (n=165)

Variabel Bebas Variabel

Tak Bebas a HCW UDMR TLR12 LGPJ

R2 SE SR 66.08** -0.01** 0.06 2.86 ** 61.13** -0.30ns 0.01 2.94 ns 61.13** -4.06** 0.07 2.85 ** 61.16** -1.72 0.13 2.77 ** 65.58** 0.02** 0.10ns 0.06 2.87 ** 63.44** -0.01ns -2.74ns 0.07 2.86 ** 65.05** -0.004ns -1.51 0.13 2.77 ** 62.55** -0.01ns 0.14ns -2.89ns 0.07 2.86 ** 63.87** -0.01ns 0.22ns -1.56** 0.13 2.77 ** 67.19** -0.01ns 2.43ns -1.81** 0.14 2.77 ** 65.97** -0.011ns 0.21ns 2.30ns -1.84** 0.14 2.77 ** 60.31** 0.10ns -4.30** 0.07 2.86 ** 62.19** 0.12ns -1.79** 0.13 2.77 ** 63.18** -0.08ns -1.70** 0.13 2.77 ** Daging, % 62.07** 0.13ns -0.37ns -1.71** 0.13 2.78 ** 1.49ns 0.03** 0.23 2.92 ** 11.41** 0.71** 0.04 3.25 ** 13.07** 7.49** 0.19 3.00 ** 13.01** 1.94** 0.13 3.11 ** 2.08ns 0.03** -0.11ns 0.23 2.92 ** 3.19ns 0.03** 1.76ns 0.24 2.92 ** 1.97ns 0.03** 0.70ns 0.24 2.90 ** 4.09ns 0.03** -0.15ns 1.92ns 0.24 2.93 ** 2.89ns 0.03** -0.17ns 0.74ns 0.25 2.91 ** 1.65ns 0.03** -0.36ns 0.74 0.24 2.91 ** 2.66ns 0.03** -0.17ns -0.25ns 0.77ns 0.25 2.92 ** 12.82** 0.03ns 7.42** 0.19 3.01 ** 10.37** 0.31ns 1.76** 0.13 3.11 ** 12.54** 6.45** 0.44ns 0.19 3.00 ** Trim Lemak, % 12.37** 0.02ns 6.40** 0.44ns 0.19 3.01 **

a= intersep; BKP=bobot karkas panas; UDMR= luas urat daging mata rusuk; TLR12= tebal lemak punggung rusuk ke-12; LGPJ=lemak ginjal, pelvis dan jantung; SE=standar error; SR=taraf nyata regresi; * P<0.05; ** P<0.01; ns tidak nyata

(39)

Meskipun demikian, untuk penerapan tampaknya penggunaan indikator bobot karkas panas lebih praktis dan tidak membutuhkan biaya tambahan dibandingkan jika dikombinasikan dengan indikator persentase lemak ginjal, pelvis dan jantung dimana diperlukan petugas khusus untuk mengumpulkan dan menimbang lemak ginjal, pelvis dan jantung.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Reilling et al. (1992) maupun Priyanto et al (1997; 1999) yang menyimpulkan bahwa bobot karkas panas merupakan indikator yang akurat dalam memprediksi bobot total daging dan lemak.

Tabel 18a. Estimasi bobot daging dan trim lemak berdasarkan bobot karkas panas, luas urat daging mata rusuk, tebal lemak rusuk ke-12 dan persentase lemak ginjal pelvis dan jantung serta kombinasinya pada bangsa sapi ACC (n=65)

Variabel Bebas Variabel

Tak Bebas a BKP UDMR TLR12 LGPJ R

2 SE SR 5.11ns 0.12** 0.73 3.80 ** 51.37** 2.13* 0.07 7.03 * 55.15** 24.26** 0.49 5.22 ** 67.00** 2.18ns 0.04 7.16 ns 1.47ns 0.12** 0.47ns 0.73 3.81 ** 2.33ns 0.13** -2.34ns 0.73 3.82 ** 2.62ns 0.14** -3.41** 0.80 3.29 ** -0.87ns 0.12** 0.45ns -2.09ns 0.73 3.83 ** 0.45ns 0.14** 0.28ns -3.37** 0.80 3.30 ** 11.59ns 0.12** 8.05ns -4.19** 0.81 3.21 ** 9.31ns 0.12** 0.31ns 8.13* -4.15** 0.81 3.23 ** 43.44** 1.20ns 23.33** 0.51 5.15 ** 46.28** 2.05* 2.02ns 0.04 3.06 ns 61.94** 34.44** -4.94** 0.10 4.63 ** Daging, kg 52.12** 0.99ns 33.37** -4.96** 0.12 4.58 ** -19.91** 0.08** 0.56 3.53 ** 15.89* 0.76ns 0.12 5.28 ns 12.12** 15.51** 0.38 4.21 ** 11.63** 4.16** 0.27 4.56 ** -17.27** 0.08** -0.34ns 0.56 3.55 ** -21.76** 0.08** -1.56ns 0.56 3.55 ** -18.80** 0.07** 1.52* 0.59 3.45 ** -19.23** 0.08** -0.36ns -1.75ns 0.57 3.57 ** -16.82** 0.07** -0.26ns 1.48ns 0.59 3.47 ** -26.62** 0.09** -7.02ns 2.20** 0.61 3.40 ** -24.55** 0.09** -0.28ns -7.10ns 2.17** 0.61 3.42 ** 10.66ns 0.15ns 15.39** 0.37 4.25 ** Trim Lemak, kg 5.53ns 0.60ns 4.11** 0.28 4.56 **

Gambar

Tabel  5.   Koefisien pertumbuhan alometri komponen karkas terhadap  bobot setengah karkas dingin berdasarkan bangsa sapi
Tabel 7. Koefisien  pertumbuhan  alometri  potongan  komersial  karkas   terhadap bobot setengah karkas dingin berdasarkan bangsa sapi
Tabel 8. Estimasi geometri bobot potongan komersial (Y) berdasarkan  bobot setengah karkas dingin (X) pada bangsa sapi yang berbeda
Tabel 10.  Estimasi geometri bobot komponen karkas sapi (Y) berdasarkan  bobot setengah karkas (X) pada jenis kelamin yang berbeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

At certification processes according to Annex 6 accepted flame retardant products do not contain any of the banned flame retardant substances listed in Annex 7 as active agent

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W5, 2017 26th International CIPA Symposium 2017, 28

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Media Kalender oleh

Sistem iklim bumi dan penyebab terjadinya pemanasan global dan dampaknya terhadap kondisi iklim masa datang, penggunaan model GCM untuk menduga dampak pemanasan

Hasil yang diperoleh dari kedua pengujian untuk masing-masing node memiliki hasil delay yang bervariasi ini disebabkan karena pergerakan dari node yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi, pH limbah, dan massa paling baik arang aktif dari arang kulit singkong dan tongkol jagung terhadap penurunan kadar COD dan

Penelitian ini betujuan untuk 1) mengetahui bagaimana tahap pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu pembelajaran pada pembelajaran Problem Solving, 2)

[r]