AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L
ANALISA REGIONAL
4
4
.
.
1
1
.
.
R
R
E
E
N
N
C
C
A
A
N
N
A
A
S
S
T
T
R
R
U
U
K
K
T
T
U
U
R
R
P
P
E
E
R
R
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
A
A
N
N
J
J
A
A
W
W
A
A
T
T
I
I
M
M
U
U
R
R
Hasil Kajian kecenderungan ke depan perkembangan perkotaan di lawa Timur, ternyata menunjukkan gejala adanya ketidakseimbangan perkembangan dalam jangka panjang.
Secara umum perkembangan Surabaya dan wilayah sekitamya yakni GERBANGKERTOSUSILA ternyata. menunjukkan perkembangan yang lebih besar dari konsep semula. Beberapa kota lain yang mempunyai perkembangan yang relatif pesat adalah Malang, Kediri, Madiun, Jember dan Blitar.
Rasionalisasi sistem kota-kota di Jawa Timur, berdasarkan jumlah penduduk, kelengkapan infrastruktur, aktifitas ekonomi, dan lain-lain hingga tahun 2020 sebagai berikut:
o Kota orde I : Dengan Penduduk 2 - 5 juta jiwa yaitu Kota Surabaya.
o Kota Orde II A : Kota-kota berpenduduk 1-1,5 juta jiwa; termasuk dalam kelompok ini adalah Kota Malang.
o Kota Orde II B : Kota-kota berpenduduk 0,5-1 juta jiwa; termasuk dalam kelompok ini adalah kata-kota potensial Gresik, Sidoarjo, Madiun dan Kediri
o Kota Orde III A : Kota-kota berpenduduk 150.000-500.000 jiwa; termasuk dalam kelompok ini adalah kota-kota prospektif Blitar, Mojokerto, Lamongan, Tuban, Bangkalan, Pamekasan, Sumenep,
KEC. SAMBENG Pasarlegi NGIMBANG Girik Slaharwotan Kakatpenjalin Ngimbang Drujugulit Munungrejo Sendangrejo 1 2 3 4 5 5 1 2 3 4 5 A L b c d e a b c d e a b c d e AB I AA z I y x I w a b c d e a b c d e a b 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 AH I AG AF I AE AD I AC AM
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-2AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L
o Kota Orde III B : Kota-kota berpenduduk 50.000-150.000 jiwa; Bojonegoro, Ngawi, Magetan, Ponorogo, TrenggalekTulungagung, Pacitan, Magetan, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Sampang.
Dengan memperhatikan jumlah penduduk yang akan berkembang serta memperhatikan hirarki tersebut di atas, kota-kota di Jawa Timur diklasifikasikan sebagai berikut :
ü Kota Metropolitan dengan penduduk dapat menampung hingga 7 juta Jiwa: Perkotaan Surabaya Metropolitan Area meliputi penyatuan perkotaan Surabaya, Perkotaan Gresik, Perkotaan Bangkalan dan Perkotaan Sidoarjo ü Kota Besar :
Perkotaan Malang Raya yang meliputi penyatuan perkotaan Malang, Perkotaan Kepanjen, Perkotaan Batu
ü Kota Menengah :
Kota Madiun, Kota Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Blitar, Kediri, Tuban, Banyuwangi, dan Jember,
ü Kota Kecil A:
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Gresik, Lamongan, Ngawi, Magetan, Nganjuk, Jombang, Bondowoso, Tulungagung, Trenggalek, dan Ponorogo,
ü Kota Kecil B:
Bojonegoro, Situbondo, dan Pacitan.
Berdasarkan sistem kota-kota di Jawa Timur, perkotaan di Jawa Timur sebagai pusat pelayanan dan kegiatan dapat dikelompokkan berdasarkan hirarkinya sebagai berikut :
1. PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional. Kota yang diarahkan untuk berfungsi sebagai pusat perkembangan wilayah yang mempunyai skala pelayanan nasional di Propinsi Jawa Timur adalah wilayah Surabaya Metropolitan Area.
2. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW pada hirarki perkotaan berfungsi sebagai pusat pelayanan dalam lingkup wilayah Propinsi Jawa Timur, yang meliputi Kota Jember, Kediri, Kota Madiun, dan Kota Malang. Selain itu, daerah yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW adalah daerah-daerah yang potensial atau daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan relatif tinggi, yaitu Kota Jember dan Kota Blitar.
3. PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu pada lingkup satu atau lebih kabupaten. Kota yang tidak termasuk dalam kategori 1 dan 2 diharapkan dapat berkembang sesuai dengan potensi wilayah masing-masing.
Keterkaitan antara orde kota, fungsi dan peran perkotaan, serta fasilitas yang ada, dapat dilihat pada tabel berikut:
AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L Tabel: 4.1 Orde dan Kedudukan Kota
JANGKAUAN PENDUDUK ORDE
KOTA KEDUDUKAN (Km) (Ribu Jiwa)
FASILITAS PELAYANAN INFRASTRUKTUR I Pusat Pengembangan Nasional 100 - 500 250- 5000 Universitas/Akademi, Rumah Sakit Type A, Pusat Import dan Eksport Gedung Perbelanjaan Pusat Perbankan Kantor Pemerintahan Tingkat Propinsi Lapangan Udara Nasional/ Internasional Pelabuhan Internasional Jalan Nasional Stasiun Kereta Api Terminal Bus Terpadu II Pusat Pengembangan Wilayah (PKW) 50-100 100-500
SMA, Rumah Sakit Type B,
Pusat Import dan Eksport, Pusat Bank Perkreditan Rakyat Jalan Nasional Jalan Propinsi Jaringan KA Utama Terminal Bis III Pusat Pengembangan Lokal (PKL) 15-20 20-100 SMA
Rumah Sakit Type C Puskesmas Pasar Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan KA Terminal Bis IV Pusat Pengembangan Lokal (PKL) 7,5-15 5 – 20 SMA Puskesmas Pembantu Pasar Jalan Kabupaten
Sumber: RTRW Jawa Timur Tahun 2020
4
4
.
.
2
2
.
.
S
S
I
I
S
S
T
T
E
E
M
M
P
P
E
E
R
R
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
A
A
N
N
Mempertimbangkan pola perkembangan perkotaan dan keterkaitan antar wilayah yang direncanakan maupun akibat dari kebijakan yang diberikan di masing-masing wilayah yang ada di Jawa Timur dimasa mendatang,
Kebesaran Kota Surabaya dan SMA (Surabaya Metropolitan Area) -nya tersebut pada akhirnya menjadi magnet yang sangat besar dalam menarik distribusi barang dan jasa, urbanisasi, investasi. Kecenderungan arah pergerakan yang monosentris ke arah Surabaya atau SMA mendorong kebutuhan
sehingga menjadikan kebijakan infrastruktur cenderung menumpuk memusat dan memudahkan serta melayani pergerakan ke arah Surabaya.
Implikasi lebih jauh, Surabaya dan sekitamya (Surabaya Metropolitan Area) semakin dominan dan konsentrasi pembangunan cenderung akan berorientasi ke wilayah ini. Keterbatasan luas lahan dan mahalnya harga tanah, mendorong investasi khususnya industri dan permukiman mengarah keluar dari Surabaya Metropolitan Area, meskipun cenderung masih tetap berorientasi ke Surabaya dan jaraknya tidak jauh dari Surabaya. Sasarannya adalah lokasi atau wilayah-wilayah yang memiliki akses yang sangat baik ke Surabaya. dan cenderungnya adalah di sepanjang jalan arteri yang menuju ke Surabaya. Wilayah-wilayah tersebut adalah Mojokerto yaitu wilayah Krian hingga Mojokerto, wilayah Lamongan khususnya di Lamongan, wilayah Gresik mulai dari Kebomas hingga Sidayu, ke arah barat wilayah menganti dan Driyorejo ke arah selatan mengarah ke Pasuruan diantaranya di Rembang dan Gempol serta Pandaan hingga Sukorejo. Akibatnya adalah terjadi interaksi yang intensif pada jalur-jalur tersebut. Kebutuhan transportasi meningkat dan selanjutnya adalah Koridor yang semakin dekat dengan Surabaya atau Surabaya Metropolitan Area-nya adalah yang paling berkembang, munculnya potensi ketidak efisienan pelayanan, penumpukkan transportasi, dan menunjukkan perkembangan GERBANGKERTOSUSILA yang konsentris/monosentris yaitu dengan pusat SMA yang akhirnya akan mendorong semakin dominan SMA dan ketidakmerataan
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-4AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L Wilayah Gerbangkertasusila Plus (GKS Plus) diarahkan dalam pola
tersendiri, karena ada kecenderung penyatuan kawasan perkotaan yang membentuk perkotaan yang sangat besar (Mega Urban). Kawasan perkotaan patensial berkembang yang akan berkembang membesar dan mendorong penyatuan wilayah perkotaan di GKS Plus antara lain :
q Wilayah potensial berkembang di Pantura Tuban hingga Rengel
q Wilayah potensial diwilayah pantura Lamongan (di kawasan LIS Lamongan Utara)
q Wilayah Lamongan Tengah di sepanjang Jalan Arteri q Wilayah Perkembangan Gresik
q Wilayah Potensial Bangkalan Selatan dan Utara
q Wilayah Potensial Ngoro Kabupaten Mojokerto - Porong - Jabon Kabupaten Mojokerto
q Wilayah Potensial Bangil - Rembang Kabupaten Pasuruan q Wilayah Potensial Mojokerto
Pola yang ditunjukkan oleh kecenderungan perkembangan tersebut pada dasarnya berkernbang dalam pola-pola wilayah dan duster. Dengan kata lain wilayah GKS pada dasamya mempunyai wilayah perkembangan utama.
Wilayah lain yang akan berkembang cukup pesat adalah Malang yang akan cenderung mempengaruhi perkembangan wilayah lain sehingga saling terkait dan membentuk pola perkembangan Malang Raya, Madiun, Kediri dan Blitar.
Memperhatikan peran dan fungsil kegiatannya dalam lingkup lokal, regional, maupun Nasional maka tata ruang Jawa Timur direncanakan dalam sistem perwilayahan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) sebagai berikut: 1. SWP GKS Plus, meliputi: Surabaya, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Gresik,
Sidoario, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Jombang, Bangkalan, Pasuruan dengan pusat pelayanan wilayah di Surabaya
q Fungsi kawasan adalah :
Pusat Pelayanan Primer, Jasa Perdagangan dan ekspor impor, Pendidikan, Industri, Pemerintahan Propinsi
q Arahan Pengelolaan kawasan:
w Dipertahankan untuk berfungsi sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah disekitarnya dan Indonesia bagian Timur
w Mencegah pertumbuhan kawasan terbangun bagian Barat- Selatan Metropolitan - GKS ke kawasan pertanian tanaman pangan dan lindung di wilayah Mojokerto - Sidoarjo – Malang
w Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi jasa keuangan, teknologi sistim informasi, pendidikan dan pengangkutan laut
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem perangkutan massal intra urban (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya dan Lamongan)
AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota yang
memenuhi standar internasional
w Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal
w Memantapkan aksesibilitas Metropolitan GKS ke kota-kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Surabaya dan sekitarnya
w Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian pemanfaatan ruang dan sumberdaya diwilayah Gerbangkertosusila
w Meningkatkan aksesibilitas Kota Surabaya ke kota-kota belakangnya, termasuk ke Banyuwangi
2. SWP Banyuwangi, meliputi Kabupaten Banyuwangi, dengan pusat di Banyuwangi
q Fungsi kawasan adalah :
Pusat pelayanan tersier jasa pemerintahan, perdagangan, pertanian, perkebunan, pariwisata alam (pantai dan pegunungan)
q Arahan Pengelolaan kawasan :
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang
w Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan dengan tidak menggunakan lahan pertanian potensial.
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Tetap mempertahankan kawasan pertanian beririgasi teknis sebagai lumbung pangan nasional
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, drainase) sesuai standar nasional
w Mengembangkan sarana pelabuhan laut (penumpang/barang dan perikanan)
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
3. SWP jember dan sekitarnya, meliputi: Jember, Bondowoso dan Situbondo, dengan Pusat di Jember
q Fungsi kawasan adalah
Pusat Pelayanan Sekunder jasa pemerintahan, pendidikan, perdagangan jasa pertanian, perkebunan pariwisata alam (pantai dan pegunungan)
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-6AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang
mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura w Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan
industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Tetap mempertahankan kawasan pertanian beririgasi teknis sebagai lumbung pangan nasional
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, drainase) sesuai standar nasional
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
4. Probolinggo-Lumajang, Meliputi Kabupaten Probolinggo dan Lumajang, dengan pusat di Probolinggo
q Fungsi kawasan adalah
Pusat pelayanan tersier jasa pemerintahan, pertanian, perikanan, industri, pariwisata alam (pantai dan pegunungan)
q Arahan Pengelolaan kawasan :
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura w Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan
industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan
w Mengendalikan kawasan hutan lindung dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Mengembangkan pusat sentra agribis/hortikultura serta mengembangkan aksesnya menuju titik distribusi wilayah
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) mefalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan aksesbilitas Kota Pasuruan - Probolinggo (Pasuruan - Malang, Pasuruan - Gempol, Pasuruan - Problinggo, Probolinggo - Leces - Lumajang, Probolinggo - Stubondo) dengan meningkatkan prasarana jalan
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, drainase) sesuai standar nasional
5. SWP Malang Raya, meliputi Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, dengan Pusat Kota Malang
AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L Pusat Pelayanan sekunder jasa pemerintahan, jasa perdagangan,
pertanian, perkebunan/agribis, kehutanan dan pariwisata q Arahan Pengelolaan kawasan :
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura, perkebunan tahunan dan semusim, kehutanan, serta pariwisata alam (ecotourism)
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Mengendaikan pengelolaan kawasan hutan dengan cara pembatasan eksploitasi hasil hutan
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersh, drainage kota) terutama untuk mendukung pariwisata
w Meningkatkan aksesbilitas Kota Malang ke kota-kota utama lainnya (Malang-Sidoarjo- Surabaya, Malang - Pasuruan - Probolinggo, Malang - Blitar - Tulungagung) dengan memanfaatkan prasarana jalan dan jaringan rel KA secara terpadu
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan clan kreatifitas masyarakat kota
w Mengembangkan kegiatan perkotaan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan diantaranya bahaya longsor, gunung berapi, serta memperhatikan keberadaan hutan lindung
6. SWP Blitar, meliputi Kota Blitar dan Kabupaten Blitar, dengan pusat Kota Blitar
q Fungsi kawasan adalah :
Pusat pelayanan tersier jasa pemerintahan, pertanian, perkebunan, agroindustri,
pariwisata alam
q Arahan Pengelolaan kawasan :
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura w Mengendalikan pengelolaan kawasan hutan lindung dengan tetap
mempertahankan fungsi lindungnya.
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-8AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan,
persampahan, air bersih, drainage) sesuai standar nasional
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
7. SWP Kediri dan sekitarnya, Meliputi Kota Kediri, Kabupaten Kedirl, Nganjuk, Trenggalek, dan Tulungagung
q Fungsi kawasan adalah :
Pusat pelayanan tersier jasa pemerintahan, pendidikan, pertanian, pertambangan, industri dan pariwisata alam
q Arahan Pengelolaan kawasan ;
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura w Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan
industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, drainase) sesuai standar nasional
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
8. Madiun dan sekitarnya, meliputi Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Ponorogo, Magetan, Pacitan, dan Ngawi.
q Fungsi kawasan adalah
Pusat pelayanan tersier pemerintahan, pendidikan, pertanian, agroindustri dan pariwisata alam
q Arahan Pengelolaan kawasan
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura w Mengendalikan dan merelokasi secara bertahap lokasi kegiatan
industri pada kawasan-kawasan industri yang telah ditetapkan
w Mengendalikan konversi kawasan pertanian betirigasi teknis menjadi kawasan permukiman dan perkotaan
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, drainase) sesuai standar nasional
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L 9. Madura dan Kepulauan, meliputi Sampang, Pamekasan dan Sumenep
dengan pusat pengembangan di Pamekasan q Fungsi kawasan adalah :
Pusat pelayanan tersier jasa pemerintahan, pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata alam (pantai), budaya
q Arahan Pengelolaan kawasan :
w Diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah propinsi yang mendukung perkembangan sektor pertanian pangan dan hortikultura w Mengendalikan konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi
kawasan permukiman dan perkotaan
w Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (Urban Sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota
w Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (jalan, persampahan, air bersih, drainase) sesuai standar nasional
w Meningkatkan akses antar wilayah sebagai antisipasi perkembangan Jembatan Suramadu (Pamekasan - Sampang - Bangkalan, Pamekasan - Sumenep)
w Pengembangan obyek wisata budaya dengan berbagai paket wisata terpadu
w Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-10Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan Kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota Ibukota Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan Tahun 2006
AANANALILISSAA RREEGGIOIONANAL L Tabel: 4.2 Rencana Penggunaan Lahan di Jawa Timur Tahun 2020
EKSISTING (Ha) SLUC RENCANA (Ha)
KAWASAN LINDUNG A KAWASAN LINDUNG
Kawasan Suaka Alam A.1. Kawasan Suaka Alam
Cagar alam 10.947,90 A.1.1 Cagar alam 10.947,90 Suaka Marga Satwa 18.008,60 A.1.2 Suaka Marga Satwa 18.008,60 Kawasan Pelestarian Alam A.2. Kawasan Pelestarian Alam
Taman Nasional 175.994,80 A.2.1 Taman Nasional 178.291,30 Taman Hutan Raya 27.868,30 A.2.2 Taman Hutan Raya 27.868,30 Taman Wisata Alam 297,50 A.2.3. Taman Wisata Alam 297,50 Kawasan Perlindungan Bawahan A.4. Kawasan Perlindungan Bawahan
Hutan Lindung 315.503,30 A.4.1 Hutan Lindung 544.731,11 Kawasan Resapan air - A.4.3 Kawasan Resapan air 447.335,56
KAWASAN BUDIDAYA B. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan Hutan Produksi 812.953,40 B.1 Kawasan Hutan Produksi 561.335,37
Kawasan Pertanian B.2. Kawasan Pertanian
Sawah Irigasi 991.678,00 B.2.1 Sawah Irigasi 991.678,00 sawah tadah hujan 249.805,00 B.2.1 sawah tadah hujan - pertanian lahan kering/
tegalan/kebun campur 1.205.455,89 B.2.3
pertanian lahan kering/
tegalan/kebun campur 568.298,57
Kawasan Perikanan B.3 Kawasan Perikanan
Perikanan Tambak 73.760,58 B.3.2 Perikanan Tambak 39.111,34
Kawasan Perkebunan B.4. Kawasan Perkebunan
Perkebunan Tanaman
Tahunan 158.194,22 B.4.2
Perkebunan Tanaman
Tahunan 544.952,03
Kawasan Permukiman 571.338,41 B.7 Kawasan Permukiman 660.885,00 Kawasan Industri 7.403,80 B.8 Kawasan Industri 44.237,46 Rawa/Danau/Waduk 9.583,90 Rawa/Danau/Waduk 9.583,90
Lain-Lain 84.221,07 Lain-Lain 65.452,73
4.713.014,67 4.713.014,67
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-12A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
4
4
.
.
3
3
.
.
K
K
E
E
B
B
I
I
J
J
A
A
K
K
S
S
A
A
N
N
A
A
A
A
N
N
P
P
E
E
R
R
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
A
A
N
N
K
K
A
A
B
B
U
U
P
P
A
A
T
T
E
E
N
N
L
L
A
A
M
M
O
O
N
N
G
G
A
A
N
N
4.3.1. Sektor-Sektor Prioritas PembangunanStrategi penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan menurut "Sektor-Sektor Prioritas dan Strategis Pembangunan" dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :
a. Dasar Kebijaksanaan:
Ø Arahan pola dasar pembangunan di Kabupaten Lamongan baik jangka pendek menengah maupun jangka panjang.
b. Bagian sasaran yang dicapai:
Ø Pemantapan sektor-sektor prioritas dan strategis yang mempunyai skala prioritas tinggi terhadap daerah.
c. Tujuan yang diarahkan:
Ø Pertumbuhan ekonomi wilayah; Ø Kelangsungan fungsi produksi;
Ø Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. 4.3.2. Struktur Tata Ruang Wilayah
Dalam kaitannya dengan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan, Kebijaksanaan tata ruang merupakan bagian integrasi dari kebijaksanaan umum dan sektoral yang telah ditetapkan. Sesuai dengan pola dasar pembangunan, adanya kebijaksanaan tata ruang dimaksudkan untuk menjamin laju perkembangan dan pertumbuhan daerah, serta memelihara keseimbangan dan kesinambungan pelaksanaannya secara menyeluruh, terarah dan terpadu. Dalam
Kabupaten Lamongan, perlu penentuan sub satuan wilayah pembangunan. Kebijaksanaan tata ruang Kabupaten Lamongan yang tertuang dalam bentuk perwilayahan pembangunan bertujuan:
a. Mengusahakan pemerataan pembangunan yang serasi didalam dan antar wilayah serta sub wilayah, agar perbedaan pembangunan dapat diperkecil.
b. Mengusahakan dan mengarahkan kegiatan pembangunan wilayah sesuai potensi, kondisi, serta fungsi yang terdapat disetiap wilayah dan sub wilayah pembangunan.
c. Mengembangkan hubungan ekonomi antar wilayah dan sub wilayah pembangunan secara saling menguntungkan demi terjalinnya interaksi yang harmonis dalam kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan polkam, sehingga terwujudnya ekonomi daerah yang kuat dan mampu menunjang/memperkokoh perkembangan regional.
d. Mempertajam prioritas pembangunan pada daerah rawan, daerah terbelakang melalui program khusus dengan tetap memperhatikan sepenuhnya upaya penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Kebijaksanaan tata ruang melalui konsep Koridor pembangunan dilakukan dengan memperhatikan:
a. Hambatan antara daerah pusat dan daerah belakang b. Homogenitas atau kesamaan karakteristik wilayah.
c. Kesamaan lingkungan yang membutuhkan penanganan lingkungan dalam bentuk terpadu.
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-14A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
Dewasa ini sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat perlu kiranya pengembangan pola pembangunan dengan juga berpedoman pada pola koridor ekonomi yang saat ini telah terbentuk sehingga kegiatan menerus yang dikibatkan adanya pola jaringan distribusi barang akan memberikan kontribusi yang lebih bagi pengembangan wilayah Kabupaten Lamongan.
4.3.3. Aspek Sistem Perkotaan
Pemantapan struktur perkotaan di Kabupaten Lamongan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari jalur upaya pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategi pengembangan pola tata ruang Kabupaten Lamongan. Dalam kaitannya dalam jalur upaya ini, struktur kota-kota diarahkan untuk mencapai tujuan keseimbangan perkembangan ruang kota dan wilayah belakangnya.
Berdasarkan analisis terhadap struktur kota-kota yang telah ada di Kabupaten Lamongan, dengan mempertimbangkan:
• Status administrasi kota
• Hierarkhi Penduduk (ukuran jumlah penduduk)
•
Hirarkhi fungsional (kelengkapan fasilitas perkotaan), maka untuk masa yang akan datang perlu adanya pemantapan terhadap orde kota.A. Distribusi dan Besaran Kota-kota
Untuk menentukan kota-kota di Kabupaten Lamongan, terlebih dahulu perlu dikemukakan definisi kota yang dipergunakan. Berdasarkan status administrasinya, yang termasuk kota adalah ibukota kabupaten dan semua ibukota kecamatan.
Pengertian ini jelas belum memberikan batasan yang lebih jelas tentang kota dilihat dari besaran penduduknya. Menurut studi NUDS (National Urban Development Strategi), untuk kota-kota di Pulau Jawa batasan kota didasarkan pada jumlah penduduk diatas 25.000 jiwa.
Pengamatan terhadap besaran (ukuran jumlah penduduk) tiap kota diatas menunjukkan bahwa kota-kota di Kabupaten Lamongan mempunyai distribusi yang tidak sesuai dengan besarannya (data NUDS) sebagian besar terdiri dari 'kota desa besar' (25.000 - 50.000 jiwa).
Semua kota yang ada di Kabupaten Lamongan pada dasarnya membentuk suatu sistem kota-kota, dengan Kota Lamongan sebagai pusatnya. Cakupan sistem kota ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Lamongan.
Dalam hal ini berarti bahwa antar kota-kota tersebut terdapat keterkaitan dalam bentuk pergerakan penduduk, barang, uang, dan jasa pelayanan informasi. Keterkaitan antar kota pada dasarnya bergantung pada berbagai faktor, diantarannya adalah :
• Fungsi kota
• Tingkat pertumbuhan ekonomi kota • Jaringan transportasi
Dilihat dari karakteristiknya, dengan mengacu pada studi NUDS, sistem Kota Lamongan berada pada fase perkembangan awal. Ciri sistem kota seperti ini adalah jumlah kota yang terkait relatif kecil, distribusi kotanya didominasi oleh kota kecil dengan skala pelayanan lokal, serta intensitas interaksi antar kota yang relatif kecil.
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
Dilihat dari struktur ekonominya, sistem kota-kota di Kabupaten Lamongan didominasi oleh sektor pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan, meskipun sektor lainnya juga mempunyai kontribusi cukup besar.
Dalam hal ini batasan daerah perkotaan mencakup 'Desa Urban' menurut kriteria BPS yang telah dipakai dalam NUDS, ditambah dengan semua ibukota kecamatan (IKK) yang belum termasuk. Pertimbangan untuk memasukkan IKK adalah karena dilihat dari status administrasinya, kota-kota tersebut merupakan pusat kegiatan dari tiap kecamatan. Dari jumlah penduduk kota-kota kecamatan, tampak bahwa sampai dengan tahun 1998 distribusi besaran kota tidak jauh berbeda. Kota Lamongan tetap merupakan kota terbesar (50.000-100.000 jiwa), disusul kemudian untuk kelompok penduduk 25.000-50.000 dan Kelompok yang berukuran dibawah 20.000 jiwa.
B. Hirarki Fungsional Kota-kota
Hirarki fungsional kota dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu : • Status administrasi
• Ukuran jumlah penduduk
• Kelengkapan fungsi pelayanan perkotaan.
Ketiga aspek tersebut pada dasarnya berkaitan satu sama lain dan menunjukkan sejauhmana hirarki kota dalam lingkup wilayah atau sistem kotanya. Berdasarkan status administrasinya, kota-kota di Lamongan hanya terdiri dari dua, yaitu ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan. Kota-kota menurut status ini hanya menunjukkan tempat kedudukan administrasi pemerintahan pada tingkat
diandalkan adalah dengan melihat kelengkapan fungsi pelayanan yang ada pada tiap kota tersebut. Makin tinggi kelengkapan fungsi pelayanan yang dimiliki, dapat menunjukkan tingkat hirarki pelayanan yang makin tinggi. Untuk menganalisis hirarki fungsional kota dikabupaten Lamongan, status administrasi dan ukuran jumlah penduduk akan dijadikan acuan sebelum menganalisis kelengkapan fungsi pelayanannya. Sebelumnya, perlu ditentukan batasan atau pengertian fungsi kota. Kota secara umum dapat disimpulkan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai:
• Pusat kegiatan membentuk suatu wilayah pelayanan tertentu (lokal atau lebih luas)
• Simbul jasa perhubungan/komunikasi yang meliputi kegiatan pengumpulan, pemasaran maupun produksi barang-barang.
• Tempat fungsi tertentu yang didasarkan pada suatu jenis kegiatan yang dominan.
Dikaitkan dengan ketersediaan data pada tiap kota (kecamatan) yang akan dianalisis, maka secara spesifik wilayah perkotaan di Lamongan dapat diidentifikasi dengan fungsi-fungsi sebagai berikut:
♦ Pusat pemasaran dan perdagangan ♦ Pusat perhubungan dan komunikasi ♦ Pusat kegiatan ekonomi kota/industri ♦ Pusat kegiatan pariwisata/rekreasi ♦ Pusat pelayanan masyarakat.
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-16A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
Analisis hirarki fungsional kota di kabupaten Lamongan ini dilakukan dengan metode Skalogram. Hasil analisis skalogram ini dapat dijadikan dasar bagi:
1. Penentuan hirarki kota berdasarkan kelengkapan fungsi pelayanan kotanya. 2. Penelaahan lebih lanjut mengaitkan terhadap jangkauan/skala pelayanannya
dalam lingkup wilayah yang lebih luas (regional/kabupaten atau sub-regional). 3. Penafsiran perlunya peningkatan fungsi pelayanan kota tertentu untuk
'memperbaiki' hirarki kota yang ada.
Skalogram untuk penilaian hirarki fungsional kota ditiap kecamatan berdasarkan kelengkapan fasilitas, Tabel tersebut secara langsung akan dapat memberikan urutan (rank) tiap kota/kecamatan dengan melihat jumlah serta tipe fasilitas serta jumlah unitnya. Berdasarkan kelengkapan fasilitasnya (industri, toko, perdagangan dan jasa, langgar/musholla, mesjid, gereja, TK, SD, SLTP, SLTA, obyek wisata, puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit, terminal/sub terminal, hotel, apotik, TPI, STO, Stasiun KA, Bioskop), maka terdapat 5 kelompok kota/kecamatan, yaitu:
Kelompok I : Kota yang mempunyai 23 fasilitas perkotaan. Kota yang termasuk dalam kelompok ini hanya Kota Lamongan. Ciri utama kota ini adalah pada fasilitas yang mempunyai skala pelayanan regional/kabupaten. Ini tentu saja erat kaitannya dengan status administrasinya sebagai ibukota kabupaten. Dilihat dari jumlah penduduknya kota ini mempunyai ukuran 50.000-100.000 jiwa. Kelompok II : Kota yang mempunyai 21-18 fasilitas perkotaan. Kota yang
termasuk adalah Babat, Brondong dan Deket. Dilihat dari jumlah
penduduknya kota ini mempunyai ukuran 25.000-50.000 jiwa (kecamatan Babat dan Brondong) dan 10.000-25.000 jiwa (Kecamatan Deket).
Kelompok III : Kota-kota yang mempunyai 17-16 fasilitas perkotaan, yaitu di Kecamatan Kedungpri ng, Mantup, Sukodadi, Paciran, Ngimbang, Sekaran, Karangbinangun, Bluluk dan Sambeng. Dilihat dari jumlah penduduknya kota ini mempunyai ukuran < 10.000 jiwa (kecamatan Paciran, Sekaran, Maduran, Kedungpring, Matup, Sukodadi, Ngimbang, Karangbinangun, Bluluk, Sambeng,
Kelompok IV : Kota-kota yang mempunyai 15-14 fasilitas perkotaan, yaitu di Kecamatan Sugio, Modo, Solokuro, Turi, Glagah, Kembangbahu, Karanggeneng, Kalitengah dan Tikung. Dilihat dari jumlah penduduknya, ukurannya adalah <10.000 (Sugio, Tikung, Modo, Solokuro, Turi, Glagah, Kembangbahu, Karanggeneng, Kalitengah). Kelompok V : Kota-kota yang mempunyai 13 fasilitas perkotaan, yaitu di
kecamatan Laren, Sukorame, Pucuk dan Sarirejo. Dilihat dari jumlah penduduknya, ukuran kota ini adalah < 10.000 jiwa.
Pengelompokan kota-kota menurut hirarki fungsional di atas tampak tidak selalu mempunyai kaitan dengan ukuran kotanya. Ini berarti bahwa jika untuk penetapan orde atau hirarki kota didasarkan pada ukuran jumlah penduduk, maka perlu adanya peningkatan fungsi pelayanan perkotaan tertentu agar hirarki berdasarkan ukuran jumlah penduduk tersebut sesuai dengan kelengkapan fungsional pelayanannya. Hasil analisis lebih jauh terhadap kota-kota diatas,
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
dapat dilakukan dengan meninjau skala pelayanan tiap kota tersebut sesuai dengan fungsinya. Ini berarti kota dipandang sebagai kosentrasi kegiatan atau fungsi tertentu dengan cakupan wilayah tertentu yang berorientasi terhadapnya. Menurut skala pelayanan ini kota-kota di Kabupaten Lamongan dapat dibedakan sebagai :
1. Pusat regional, dengan skala pelayanan kabupaten dan/atau kabupaten di sekitarnya.
2. Pusat sub-regional, dengan skala pelayanan sebagian kabupaten atau beberapa kecamatan disekitarnya.
3. Pusat lokal, dengan skala pelayanan hanya diwilayah kecamatannya sendiri. Kota-kota ini adalah yang tidak termasuk pusat regional dan pusat sub-regional.
Berdasarkan hasil analisis terhadap hirarki fungsional kota-kota yang ada di Kabupaten Lamongan dengan mempertimbangkan tiga aspek utama yaitu status administrsi; ukuran kota (jumlah penduduk); dan urutan kelengkapan fungsi pelayanannya, maka dapatlah ditentukan struktur kota-kota sesuai dengan peranannya sebagai pusat-pusat pelayanan.
Tabel 4.3 Kota-kota di Kabupaten Lamongan Menurut Fungsinya
Ukuran Kota Nama Kota Peran sebagai Fungsi Kota
(Jiwa) Kecamatan Pusat Pelayanan 1 2 3 4 5 50.000 - 100.000 Lamongan Pusat Regional l l l l l
Kab. Lamongan
25.000-50.000 Brondong Pusat sub Regional l l l l l
Babat l l l l l
10.000-25.000 Deket l l l
<10.000 Paciran Pusat Lokal l l l l
Kedungpring l l l Modo l l Pucuk l l Sugio l l l Sukodadi l l Ngimbang l l l l Mantup l l l l Sarirejo l l l Sukorame l l Sekaran l l l l l Maduran l l l Solokuro l l Kembangbahu l l Karanggeneng l l l Laren l l l Kalitengah l l Bluluk l l Karangbinangun l l Turi l l l Tikung l l l Sambeng l l l Glagah l l
Sumber : Hasil Analisis Keterangan
1. Pusat Pemasaran dan Perdagangan 2. Pusat Perhubungan dan Komunikasi 3. Pusat Kegiatan Ekonomi Kota/Industri 4. Pusat Kegiatan Pariwisata/Rekreasi 5. Pusat Pelayanan Masyarakat
Sehubungan dengan adanya penentuan struktur kota-kota dalam propinsi Jawa Timur yang menempatkan Kota Lamongan sebagai kota orde III, maka berarti struktur kota-kota di kabupaten Lamongan akan mengikuti hirarki tersebut (kota orde IV dan V).
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-18A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
1. Kota orde III : Kota Lamongan Kota ini akan berperan sebagai pusat regional, dengan wilayah pelayanan seluruh Kabupaten Lamongan. 2. Kota orde IV : Kota Babat, Brondong dan Deket, Kota ini berperan sebagai
pusat sub-regional, dengan wilayah pelayanan beberapa kecamatan
3. Kota orde V : Semua ibukota kecamatan (IKK), dengan wilayah pelayanan kecamatan masing-masing.
Untuk pemantapan struktur kota-kota diatas pada masa yang akan datang, maka perlu dilakukan ditentukan besaran atau ukuran kota-kota yang akan dikembangkan tersebut. Hal ini berarti menyangkut proyeksi penduduk pada kota tersebut. Studi-studi yang telah ada menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk pada kota-kota tersebut akan cukup pesat (NUDS memperkirakan laju pertumbuhan penduduk pada kota-kota tersebut rata-rata 3,86-5,14% pertahun). Berdasarkan pada asumsi pertumbuhan penduduk tersebut, maka struktur kota-kota yang perlu dimantapkan di Kabupaten Lamongan akan mempunyai ukuran kota seperti dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Dalam hal ini karena Lamongan telah ditetapkan sebagai orde III, (wilayah Kota Tikung pada Orde V), maka orde kota lainya sebagai berikut:
Tabel 4.4 Arahan Struktur Kota-kota di Kabupaten Lamongan
TABEL: 4.4
ARAHAN STRUKTUR KOTA-KOTA DI KABUPATEN LAMONGAN
Orde Ukuran Kota Nama Kota Peran sebagai
Kota (Jiwa) Kecamatan Pusat Pelayanan
III 50.000 - 100.000 Lamongan Pusat Regional Kab. Lamongan IV 10.000-50.000 Brondong Pusat sub Regional
Babat Deket
V <10.000 Paciran Pusat Lokal
Kedungpring Modo Pucuk Sugio Sukodadi Ngimbang Mantup Sukorame Sekaran Maduran Solokuro Kembangbahu Karanggeneng Laren Kalitengah Bluluk Karangbinangun Glagah Tikung Sambeng Turi Sarirejo Sumber : Hasil Analisis
• Kota orde IV : - Kota Babat - Kota Brondong - Kota Deket
• Kota orde V : Semua ibukota (IKK) kecamatan yang tidak termasuk kota orde III dan IV.
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
Berdasarkan hasil analisis, lebih lajut kota-kota diatas diharapkan akan dapat berperan sebagai pusat-pusat pelayanan sebagai berikut:
Ø Pusat Regional : Dengan wilayah pelayanan seluruh Kabupaten Lamongan.
Ø Pusat Sub Regional : Dengan pusat pelayanan meliputi beberapa kecamatan. Ø Pusat Lokal : Dengan wilayah pelayanan meliputi kecamatan tertentu. C. Penetapan Fungsi Kota
Pengembangan fungsi kota-kota di Kabupaten Lamongan pada dasarnya sangat bergantung pada hirarki kota-kota tersebut, dilihat dari ukuran jumlah penduduknya (hirarki penduduk), maupun hirarki fungsionalnya. Dalam kaitan ini kota-kota yang akan dikembangkan secara umum mempunyai fungsi utama sebagai berikut:
• Sebagai pusat kegiatan yang membentuk suatu wilayah pelayanan tertentu. • Sebagai simpul jasa perhubungan, yang mencakup kegiatan pengumpulan,
produksi maupun pemasaran.
• Sebagai tempat fungsi tertentu yang
Selain itu, pengembangan fungsi kota-kota perlu pula mempertimbangkan adanya sektor-sektor strategis pada kota dan wilayah pelayanannya. Sektor-sektor yang dipandang strategis pengembangannya di Kabupaten Lamongan telah diidentifikasi dan kepentingan penataan ruangnya telah dirumuskan dalam sub bab terdahulu. Dalam rangka pemantapan stuktur kota-kota, hirarkhi menurut ukuran jumlah penduduk seyogyanya sesuai dengan hirarkhi fungsional kota-kota tersebut.
mempunyai hiraraki lebih tinggi fungsionalnya perlu dilakukan peningkatan fungsi pelayanan didalamnya, didasarkan pada suatu kegiatan dominan. Hasil analisis terhadap kelengkapan fasilitas perkotaan yang telah ada (eksisting) mengindikasikan berbagai fungsi kota sebagai berikut:
q Pusat pemasaran dan perdagangan serta jasa
q Pusat perhubungan dan komunikasi
q Pusat kegiatan industri
q Pusat kegiatan pariwisata
q Pusat kegiatan sosial/masyarakat.
Untuk pengembangan kota-kota di Kabupaten Lamongan pada masa yang akan datang, maka perlu adanya pengembangan fungsi-fungsi diatas yang sesuai dengan jumlah penduduk dan wilayah yang dilayani. Disamping itu perlu juga dipertimbangkan kaitannya dengan peranan kota sebagai pusat-pusat wilayah pembangunan. Dalam hal ini kota-kota tersebut perlu dikembangkan agar dapat mendukung kebijaksanaan pengembangan sektor-sektor yang berada dalam wilayah pengembangannya. Sebagai kesimpulan maka dalam jangka panjang, kota-kota di Kabupaten Lamongan perlu diarahkan pada fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Kota Lamongan Sebagai Pusat Pengembangan SWP I
Sebagai kota yang berperan sebagai pusat regional, kota ini perlu dikembangkan dengan fungsi sebagai:
♦ Pusat pemasaran dan perdagangan regional ♦ Pusat perhubungan/transportasi
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-20A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L ♦ Pusat kegiatan pariwisata (akomodasi pendukung kegiatan pariwisata).
♦ Pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan)
Arahan pengembangan fungsi kota diatas, perlu dilakukan untuk mendukung sektor dan sub sektor kegiatan yang dipandang strategis untuk dikembangkan di pusat SSWP I terutama sektor perhubungan/transportasi yang mempunyai kepentingan dalam lingkup propinsi. Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan sebagai berikut: Program ini
meliputi:
a. Mengembangkan sektor unggulan pertanian di daerah irigasi Waduk Rancangkencono.
b. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri kerajinan, perdagangan dan pertanian.
c. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pertanian, industri dan perdagangan.
d. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata, perdagangan dan industri kerajinan serta pertanian.
2. Kota Babat Sebagai Pusat Pengembangan SWP II
Sebagai salah satu kota yang berperan sebagai pusat sub-regional, kota ini diarahkan untuk pengembangan fungsi sebagai pusat kegiatan: pemasaran dan perdagangan sub-regional
♦ Kegiatan industri perikanan ♦ Kegiatan pertanian
♦ Kegiatan Pariwisata
♦ Kegiatan Peternakan ♦ Kegiatan Perkebunan ♦ Kegiatan sosial.
Pengembangan fungsi kota diatas, diarahkan untuk mendukung pengembangan sektor perikanan, pertanian tanaman pangan, industri perikanan, dan pariwisata.
Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan sebagai berikut:
Program ini meliputi:
a. Mengembangkan sektor unggulan perdagangan, jasa, industri, perkebunan, peternakan, kehutanan dan industri rakyat serta pertambangan.
b. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri, perdagangan dan perikanan untuk kegiatan tanaman pangan dan kawasan bonorowo utuk kegiatan perikanan darat.
c. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan dengan mengembangkan kegiatan penyediaan sarana dan prasarana produksi di pusat pertumbuhan. d. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan perdagangan dan industri
serta perikanan.
3. Kota Brondong Sebagai Pusat Pengembangan SWP III
Sebagai salah satu kota yang berperan sebagai pusat sub-regional, kota ini diarahkan untuk pengembangan fungsi sebagai pusat kegiatan:
♦ Pemasaran dan perdagangan sub-regional ♦ Kegiatan industri
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L ♦ Pengembangan sektor perikanan.
Arahan pengembangan fungsi diatas perlu dilakukan untuk mendukung sektor/subsektor: perdagangan, industri, perikanan laut. Potensi perikanan pada wilayah ini memungkinkan pengembangan kota Brondong untuk kegiatan industri perikanan, dengan memanfaatkan adanya akses regional yang baik terutama yang baik terutama kearah Kabupaten Gresik pada bagian Timur dan ke Kabupaten Tuban pada bagian Barat.
Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan sebagai berikut:
Program ini meliputi:
a. Mengembangkan sektor unggulan perikanan.
b. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri, perdagangan dan perikanan diarahkan pada kawasan lembah Bengawan Solo & waduk irigasi untuk kegiatan tanaman pangan dan kawasan bonorowo utuk kegiatan perikanan darat.
c. Mengembangkan secara terpadu sektor unggulan dengan mengembangkan kegiatan penyediaan sarana dan prasarana produksi di pusat pertumbuhan. d. Mengembangkan secara terpadu sektor perdagangan, industri & pertanian. 4. Kota Deket Sebagai Pusat Pengembangan SWP IV
Sebagai salah satu kota yang berperan sebagai pusat sub-regional, kota ini diarahkan pengembangan fungsi sebagai pusat kegiatan:
♦ Pemasaran dan perdagangan sub-regional.
♦ Pertanian
♦ Perikanan darat ♦ Pelayanan sosial.
Pengembangan fungsi-fungsi diatas diharapkan dapat mendukung pengembangan sektor sub sektor: perikanan, industri, pertanian tanaman pangan. Kegiatan industri (hasil perikanan darat) merupakan sektor yang strategis untuk dikembangkan di Kota Deket ini, mengingat besarnya potensi perikanan darat/tambak. Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan yang diarahkan pada peningkatan efisiensi dan produktifitas sektor unggulan yang berupa pembangunan industri dan pertanian. Pembangunan sektor pertanian/perikanan diarahkan untuk mewujudkan pertanian/perikanan yang maju dan tangguh yang mampu meningkatkan hasil dan mutu produksi serta tingkat pengolahan yang berorientasi pada keuntungan petani dengan upaya-upaya seperti kegiatan deversifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi. Untuk kota-kota lainnya yang berperan sebagai pusat lokal, fungsi nya terutama adalah sebagai pusat pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan). Meskipun demikian, perlu pula diperhatikan agar kota-kota tersebut dapat mendukung pengembangan sektor/subsektor pada wilayahnya.
4.3.4. Delineasi Batas Wilayah Kota
Penetapan delineasi batas wilayah kota di Kabupaten Lamongan pada awalnya dilakukan dengan berdasarkan pada keadaan wilayah terbangun dan keberadaan sarana di suatu wilayah. Sejalan dengan perkembangan saat ini
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-22A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
pertimbangan kawasan terbangun saja akan tetapi harus dipertimbangkan dengan melihat perkembangan yang terjadi, masalah pembatasan pengalihan pemanfaatan sawah beririgasi teknis, pergeseran kebijaksanaan tentang penataan ruang serta adanya paradigma-paradigma baru. Penetapan delineasi batas wilayah kota tidak harus berdasarkan batasan administrasi, hal ini agar tidak terjadi bias dalam penetapan batasan wilayahnya yang disesuaikan dengan variabel yang telah disebutkan diatas.
Dengan melihat keadaan tersebut maka penetapan delineasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Ketersediaan lahan pada wilayah kecamatan
2. Kecenderungan perkembangan wilayah Kecamatan dan orientasi pergerakan wilayah
3. Kecenderungan perkembangan kawasan terbangun Kecamatan 4. Paradigma-paradigma baru yang berkembang saat ini
5. Pembatasan penggunaan lahan sawah teknis untuk tidak dikonversikan ke penggunaan lainnya
6. Kebijaksanaan-kebijaksanaan lain yang mendasari seperti telah ditetapkannya peraturan perundang-undangan tentang penataan ruang wilayah.
Berangkat dari keadaan tersebut maka penetapan delineasi batas wilayah kota di wilayah Kabupaten Lamongan selain pertimbangan-pertimbangan diatas juga masih mempertimbangkan delineasi batas wilayah kota yang sudah ditetapkan saat ini.
4
4
.
.
4
4
.
.
K
K
E
E
B
B
I
I
J
J
A
A
K
K
S
S
A
A
N
N
A
A
A
A
N
N
P
P
E
E
R
R
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
A
A
N
N
P
P
E
E
M
M
B
B
A
A
N
N
G
G
U
U
N
N
A
A
N
N
Sesuai dengan apa yang telah dihasilkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan, adanya kebijaksanaan tata ruang dimaksudkan untuk menjamin laju perkembangan dan pertumbuhan daerah, serta memelihara keseimbangan dan kesinambungan pelaksanaannya secara menyeluruh, terarah dan terpadu. Dalam kerangka ini, untuk penyebarluasan kegiatan pembangunan diseluruh wilayah Kabupaten Lamongan, perlu adanya penentuan sub satuan wilayah pembangunan (SSWP). Kebijaksanaan tata ruang dalam bentuk perwilayahan pembangunan bertujuan:
a. Mengusahakan pemerataan pembangunan yang serasi didalam dan antar wilayah serta sub wilayah pembangunan, agar perbedaan pembangunan antar wilayah (yang maju dan terbelakang) dapat diperkecil.
b. Mengusahakan/mengarahkan kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan potensi, kondisi, serta fungsi yang terdapat di setiap wilayah dan sub wilayah pembangunan.
c. Mengembangkan hubungan ekonomi antar wilayah dan sub wilayah pembangunan secara saling menguntungkan demi terjalinnya interaksi harmonis dalam kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan polkam, sehingga terwujud ekonomi daerah yang kuat dan mampu menunjang serta memperkokoh perkembangan regional dan nasional.
d. Mempertajam prioritas pembangunan pada daerah rawan, daerah terbelakang dan daerah pantai melalui program khusus dengan tetap memperhatikan sepenuhnya upaya penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
Kebijaksanaan tata ruang melalui perwilayahan pembangunan ini dilakukan dengan memperhatikan:
a. Hambatan antara daerah pusat dan daerah belakang b. Homogenitas atau kesamaan karakteristik wilayah.
c. Kesamaan lingkungan yang membutuhkan penanganan lingkungan dalam bentuk terpadu.
Sesuai dengan potensi dan kondisi fisik alami daerah lingkungan yang ada serta prioritas wilayah, maka Kabupaten Lamongan terbagi menjadi menjadi 4 Satuan Wilayah pembangunan (SWP) yaitu:
a. Satuan Wilayah Pembangunan I dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Kecamatan Lamongan meliputi Kecamatan Turi, Sukodadi, Kalitengah, Karanggeneng, Tikung, Kembangbahu, Mantup, Sugio dan Sarirejo. Kegiatan yang dikembangkan di wilayah ini antara lain: perdagangan/pemasaran, industri ringan/kerajinan rakyat dan menengah, usaha pertanian dan perkebunan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan jasa serta pariwisata.
b. Satuan Wilayah Pembangunan II dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Kota Babat meliputi Kecamatan Sekaran, Pucuk, Kedungpring, Modo, Bluluk, Sukorame, Ngimbang dan Sambeng. Kegiatan yang dikembangkan di wilayah ini antara lain: perdagangan/pemasaran, industri ringan dan menengah, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan.
c. Satuan Wilayah Pembangunan III dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Kota Brondong meliputi Kecamatan Paciran, Solokuro dan Laren. Kegiatan yang
garam rakyat, tambak udang, agroindustri, dan industri lain yang tidak berpotensi menimbulkan polusi berat, perkebunan dan pariwisata.
d. Satuan Wilayah Pembangunan IV dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Deket meliputi Kecamatan Glagah dan Karangbinangun. Kegiatan yang dikembangkan di wilayah ini antara lain: pertanian dan perikanan termasuk sawah tambak dan pemanfaatan bonorowo.
Untuk lebih jelasnya orientasi kegiatan dan arahan kegiatan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada peta 4-3 dan 4-4
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-24A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
A
ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L
F
F
aakkttaa ddaannAn
A
naalliissaaDa
D
attaa Hal 4-26 A ANNAALLIISSAARREEGGIIOONNAAL L ANALISA REGIONAL ... 4-14.1. Rencana Struktur Perwilayahan Jawa Timur ... 4-1 4.2. Sistem Perwilaya han... 4-3 4.3. Kebijaksanaan Perwilayahan Kabupaten Lamongan... 4-13 4.3.1. Sektor-Sektor Prioritas Pembangunan ... 4-13 4.3.2. Struktur Tata Ruang Wilayah ... 4-13 4.3.3. Aspek Sistem Perkotaan ... 4-14 4.3.4. Delineasi Batas Wilayah Kota ... 4-21 4.4. Kebijaksanaan Perwilayahan Pembangunan ... 4-22
Tabel: 4.1 Orde dan Kedudukan Kota ... 4-3 Tabel: 4.2 Rencana Penggunaan Lahan di Jawa Timur Tahun 2020 ... 4-10 Tabel 4.3 Kota-kota di Kabupaten Lamongan Menurut Fungsinya ... 4-17 Tabel 4.4 Arahan Struktur Kota-kota di Kabupaten Lamongan... 4-18
peta 4-1 Rencana penggunaan lahan jatim ... 4-11 peta 4-2 Pembagian SSWP Jatim ... 4-12 Peta : 4 -3 Arahan Kegiatan Perwilayahan Pembangunan ... 4-24 Peta : 4 -4 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Lamongan... 4-25