• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah kematian bayi pada periode neonatal mengalami peningkatan. Lawn et al. (2005) menyatakan setiap tahun di dunia 4 juta bayi meninggal pada 4 minggu kehidupannya (periode neonatal), tiga perempat kematian bayi terjadi pada minggu pertama dan risiko tertinggi terjadi pada hari pertama kehidupan bayi. Penyebab utama kematian neonatal di dunia secara umum adalah prematuritas sebesar 27%, penyakit infeksi 26% dan 23% asfiksia.

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2011, di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) jumlah puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Essensial Dasar (PONED) sebanyak 2.047 puskesmas (90,7%). Rumah sakit kabupaten/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) mencapai 389 rumah sakit (87,7%). Untuk estimasi jumlah lahir hidup untuk Provinsi NTB tahun 2011 sebesar 101.027 jiwa. Cakupan kunjungan kehamilan K4 sebesar 88.27% dan ibu bersalin ditolong tenaga kesehatan terlatih sebesar 86.38%. Kasus obstetri tahun 2011 sebesar 23.683 dan cakupan penanganan obstetri dengan komplikasi sebesar 20.661 (87,24%). Kasus neonatal dengan komplikasi tahun 2011 sebesar 15.987 dengan cakupan penanganan sebesar 7.242 (45.30%) (Kemenkes RI, 2011).

Mutu pelayanan dan perawatan kesehatan ibu dan anak di NTB terus ditingkatkan sebagai upaya untuk mempercepat pencapaian program AKINO (angka kematian ibu dan bayi nol) pada tahun 2008. Program AKINO ini dicanangkan dengan tujuan menurunkan kematian ibu dan bayi di Provinsi NTB melalui pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan. Pemeriksaan tersebut meliputi persalinan normal di puskesmas dan persalinan dengan rujukan

(2)

di RS pada ruang perawatan kelas 3 secara gratis tanpa memandang status sosial, ekonomi, etnis, ras, dan daerah (DinKes NTB, 2012).

Pencapaian beberapa program pembinaan dan pelayanan kesehatan tersebut tidak secara langsung mampu menurunkan AKB NTB. Hal ini terlihat dari kematian neonatal di NTB tahun 2009 sebanyak 824 kasus, tahun 2010 meningkat menjadi 1001, dan menurun tahun 2012 menjadi 965 kasus. Namun penurunan tersebut masih belum bermakna mengingat cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi tahun yang bersangkutan rata-rata telah melebihi target. (DinKes NTB, 2012).

Kematian neonatal karena asfiksia di RSUP NTB pada beberapa tahun terakhir masih tinggi. Pada tahun 2011 terdapat 121 (58,17%) kematian neonatal dari 208 kasus asfiksia, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 115 (60,52%) kematian neonatal dari 190 kasus asfiksia (RSUP NTB, 2012).

Di Indonesia penyebab kematian neonatal antara lain bayi berat lahir rendah (BBLR) sebesar 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. Asfiksia bayi baru lahir merupakan salah satu penyebab utama kematian perinatal baik di negara sedang berkembang maupun di negara sudah berkembang (Oswyn et al., 2002, JNPK-KR, 2008).

Menurut National Center for Health Stastitics (NCHS) tahun 2002, menyebutkan bahwa di USA kematian bayi yang disebabkan asfiksia bayi baru lahir sebesar 14.4 per 100.000 kelahiran hidup merupakan urutan ke 10 penyebab kematian bayi. Di negara sedang berkembang kasus asfiksia sekitar 4-9 juta setiap tahunnya, namun hanya 1-2 juta kelahiran yang mendapat resusitasi dengan benar. Di dunia, lebih dari 1 juta bayi meninggal setiap tahun karena komplikasi asfiksia (Zupan, 1999, Laberge et al., 2006, Lissauer and Fanaroff, 2009).

Kejadian asfiksia bayi baru lahir juga disebabkan kelahiran prematur. Kelahiran prematur adalah bayi lahir hidup dengan usia kehamilan ≤ 37 minggu terhitung sejak hari pertama haid terakhir wanita (Saifuddin et al., 2010). Lee (2006) menyebutkan bayi prematur (< 37 minggu) lebih berisiko untuk mati karena asfiksia. Hal ini disebabkan gangguan telah dimulai sejak dari kandungan, misalnya gawat janin atau stres janin saat proses kelahirannya. Berdasarkan

(3)

penelitian meta-analysis yang pernah dilakukan pada 41 negara, terdapat 84% dari seluruh kelahiran prematur dengan usia kehamilan 32-< 37 minggu (moderate to late preterm), 10,4% dalam usia kehamilan 28-< 32 minggu (very preterm), dan 5,2% dalam usia kehamilan < 28 minggu (extremely preterm) (Blencowe et al., 2012, WHO, 2012a).

Casey et al. (2001) menemukan dari 13.399 bayi yang lahir sebelum waktunya (pada usia kehamilan 26-36 minggu), angka kematian neonatal adalah 315 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit dari 0-3 dibandingkan dengan 5 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit dari 7-10. Untuk 132.228 bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan ≥ 37 minggu), tingkat mortalitas yaitu 244 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit dari 0-3, dibandingkan dengan 0,2 per 1000 bayi dengan skor Apgar 5 menit 7-10. Risiko kematian neonatal pada bayi cukup bulan dengan skor Apgar 5 menit 0-3 (RR, 1460, CI 95%, 835-2555) adalah 8 kali risiko pada bayi cukup bulan dengan nilai pH darah arteri umbilikalis ≤ 7,0 (RR, 180, CI 95%, 97-334).

Upaya menurunkan AKB dan mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) untuk anak lahir hidup tidak akan mungkin tanpa penurunan angka kematian neonatal (Lawn et al., 2005). Berbagai upaya yang aman dan efektif dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir (BBL). Upaya tersebut antara lain pelayanan antenatal berkualitas, asuhan persalinan normal (APN) dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia bayi baru lahir yang sesuai dengan standar atau mutu pelayanan kesehatan antara lain oleh dokter spesialis, dokter umum maupun oleh bidan (JNPK-KR, 2008). Pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu akan dapat menurunkan kematian neonatal yang tinggi (Depkes RI, 2006, Jehan et al., 2009a, Marsh et al., 2002).

B. Perumusan Masalah

Asfiksia bayi baru lahir merupakan salah satu penyebab kematian neonatal paling tinggi di RSUP NTB. Pada tahun 2011 terdapat 121 (58,17%) kematian neonatal dari 208 total asfiksia, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 115

(4)

(60,52%) kematian neonatal dari 190 total asfiksia. Meskipun cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi pada beberapa tahun terakhir rata-rata telah melebihi target, namun masih tingginya kematian neonatal karena asfiksia menunjukkan tidak efektifnya pelayanan kesehatan tersebut (Kemenkes RI, 2011, RSUP NTB, 2012). Melalui identifikasi dan mengkaji faktor risiko yang terkait dengan kematian neonatal diharapkan dapat menyusun intervensi untuk mencegah kematian neonatal karena asfiksia.

Dari uraian latar belakang tersebut peneliti ingin mempelajari “Apakah faktor risiko asfiksia ditemukan lebih tinggi pada kematian neonatal dini dibandingkan neonatal dini hidup di RSUP NTB tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor risiko kematian neonatal dini di RSUP NTB tahun 2013.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui risiko kematian neonatal dini karena asfiksia di RSUP NTB tahun 2013.

b. Mengetahui risiko lain kematian neonatal dini seperti jenis kelamin, prematur, BBLR, preeklampsia/eklampsia, jenis persalinan, penolong persalinan dan status rujukan di RSUP NTB tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang kesehatan ibu dan anak, terutama sebagai bahan penelitian lebih lanjut mengenai penanganan spesifik kejadian asfiksia. Secara praktis diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai kualitas manajemen asfiksia bayi baru lahir di RSUP NTB sehingga mampu menurunkan kejadian kematian neonatal dini.

(5)

E. Keaslian Penelitian

Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian tentang risiko asfiksia terhadap kematian neonatal antara lain seperti yang dilakukan oleh:

1. Budha et al. (2008) melakukan penelitian tentang “Early neonatal mortality rate and the risk factors in Wangaya hospital” dengan menggunakan studi penelitian cross sectional dilaksanakan secara retrospective pada bayi yang tercatat pada unit perinatologi rumah sakit Wangaya Denpasar Bali. Data penelitian diambil dari rekam medik. Analisis univariat menggunakan uji Chi-square atau Fisher’s exact test dan analisis multivariat menggunakan model logistik regresi. Hasil penelitian diperoleh 5 penyebab kematian neonatal dini yang signifikan, yaitu distress pernafasan, asfiksia, bayi berat lahir <2500 gram, sepsis dan usia kehamilan <37 minggu.

2. Lee (2006) melakukan penelitian tentang “Risk factors for birth asphyxia mortality in a community-based setting in Southern Nepal” menggunakan desain penelitian a prospective cohort study tahun 2002–2006 di Sarlahi, Nepal. Hasil penelitian menunjukkan, primiparity (RR 1,74), bayi prematur (RR 2,51), demam maternal (RR 2,03), kehamilan ganda (RR 4,94), kombinasi demam maternal dan prematur menghasilkan sinergi dalam meningkatnya risiko kematian asfiksia (RR 7,53), pertolongan persalinan tanpa ditangani petugas (RR 2,51), persalinan lama (RR 1,31), ketuban pecah dini (RR 1,83), kasta atau status sosial ekonomi (RR 1,7) dan merupakan faktor risiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia.

3. Oswyn et al. (2002) melakukan penelitian tentang “Perinatal asphyxia at port moresby general hospital: a study of incidence risk faktor and out come” dengan menggunakan desain penelitian case-control yang sebagian besar dilaksanakan secara retrospektif dan sebagian secara prospektif. Faktor-faktor risiko yang signifikan diantaranya adalah lahir mati sebelumnya, kelainan jantung pada janin, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam sebelum persalinan, perdarahan antepartum, demam maternal.

(6)

4. Chandra et al. (1997) melakukan penelitian tentang “Perinatal Asphyxia: Multivariabele Analysis Of Risk Factors In Hospital Births” dengan menggunakan desain penelitian Cohort study. Hasil penelitian menunjukan bahwa, faktor-faktor risiko yang signifikan berhubungan dengan asfiksia meliputi persalinan yang lama (OR 9,4), persalinan sungsang vaginal (OR 6,6), persalinan cesarean (OR 4,6), hipertensi selama kehamilan (OR 2,7) dan gangguan pertumbuhan janin (OR 2,4).

5. Casey et al. (2001) melakukan penelitian tentang “The continuing value of the apgar score for the assessment of newborn infants” dengan analisis kohort retrospektif bulan Januari sampai Desember 1998 di Parkland Hospital, Dallas. Penelitian ini menilai skor Apgar paduan dan nilai-nilai pH darah arteri umbilikalis pada 145.627 bayi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sistem Apgar scoring tetap relevan untuk memprediksi kelangsungan hidup neonatal sampai dengan hari itu seperti hampir 50 tahun yang lalu.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada lokasi, metode dan variabel penelitian. Penelitian ini untuk melihat faktor risiko asfiksia terhadap kematian neonatal dini dengan mengikutsertakan beberapa variabel luar seperti jenis kelamin, prematur, BBLR, preeklampsia/eklampsia, jenis persalinan, penolong persalinan dan status rujukan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kiyoshi Inoue dari Saitama University (The Accounting Historian Journal, Spring 1978 ) menyebutkan Orang yang pertama-tama &#34;menulis&#34; (bukan menerbitkan seperti

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih (Said &amp; Budimanjaya, 2015, hal. Permainan ular tangga merupakan jenis

pada bulan Oktober 1.960.000, sedangkan pada bulan November mengalami penurunan sebesar 1.250.000 dan pada bulan Desember mengalami kenaikan sebesar

Hasil kegiatan adanya pelatihan tari pada Mts Desa Dawuhan yaitu anak-anak Mts dapat mengetahui ragam gerak tari denok semarang,nama tari daerah jawa tengah khususnya

Dalam penjabarannya, komponen visi, misi, dan kebijakan tersebut harus dikaitkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006

Dalam menyelesaikan masalah ini, digunakan metode text mining dengan algoritma Naïve Bayes, Support Vector Machine, dan Decision Tree C4.5 untuk melakukan

1) Peng Pengemba embanga ngan n pra prasara sarana na tran transpo sportas rtasi i meli meliputi prasa puti prasarana untuk pejala rana untuk pejalan n kak kakii

ASKES Persero Cabang Pekanbaru mengadakan pendidikan dan pelatihan dengan manfaat meningkatkan kinerja dalam rangkan memperoleh karyawan yang kompeten dan menghasilkan pelayanan