• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, menjadi angin segar bagi Pemerintah Daerah di Indonesia. Terkait regulasi tersebut Pemerintah Daerah menerima banyak limpahan kewenangan yang lebih luas untuk menyelenggarakan pemerintahan dan kebijakan pembangunan secara otonom. Perubahan tersebut akan menjadi peluang manakala Pemerintah Daerah mampu mengoptimalkan kondisi dan potensi yang ada di wilayahnya. Berdasarkan pada hal tersebut Pemerintah Daerah perlu diperkuat dengan manajemen pemerintahan yang baik, salah satunya untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah yang komprehensif dan aplikatif. Hal tersebut untuk mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Perencanaan pembangunan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), dimana didalamnya juga mengatur perencanaan pembangunan daerah. Berdasarkan pada amanat Undang-Undang SPPN tersebut, setelah Kepala Daerah (Bupati) ditetapkan maka Kabupaten atau Kota juga diwajibkan menyusun perencanaan pembangunan daerah yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut

LAMPIRAN : Peraturan Daerah Kabupaten Jepara

Nomor : 18 Tahun 2007

Tanggal : 15 Nopember 2007

RPJMD.

Berdasarkan pada hal tersebut di atas maka Pemerintah Kabupaten Jepara menyusun rencana strategis daerah dalam bentuk RPJMD, yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007-2012. Dimana penyusunan RPJMD tersebut dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program prioritas Bupati, serta berorientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang diuraikan dalam program dan kegiatan tahunan. Dalam penyusunannya, RPJMD tersebut berpedoman pada RPJPD Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 yang sedang berjalan dan memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan

pembangunan 5 (lima) tahun periode sebelumnya, serta masukan dari penjaringan aspirasi masyarakat.

Penyusunan Dokumen RPJMD Kabupaten Jepara ini merupakan kelanjutan dari proses identifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di daerah, serta melalui suatu proses koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antara pemangku kepentingan pembangunan daerah dan instansi terkait. Secara substansial RPJMD Kabupaten Jepara merupakan suatu upaya untuk mengoptimalisasi sumber daya daerah yang terbatas untuk pemenuhan kebutuhan yang tidak terbatas, dengan mengembangkan potensi yang ada serta membuat kesinambungan pembangunan. Dengan harapan proses pelaksanaan pembangunan berjalan efektif dan efisien, untuk memperoleh hasil pembangunan daerah yang optimal dalam rangka mensejahterakan masyarakat.

RPJMD Kabupaten Jepara 2007-2012 sebagai petunjuk dan penentu arah kebijakan pembangunan serta pencapaian tujuan untuk kurun waktu lima tahun kedepan, sehingga RPJMD tersebut digunakan sebagai dasar penilaian kinerja Bupati selama masa jabatannya. Dimana progress report pelaksanaan pembangunan disampaikan dalam bentuk Laporan Keterangan

(2)

Pertanggungjawaban, yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran dan laporan akhir masa jabatan yang disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan dalam penyelenggaraan pembangunan yang dilakukan oleh unsur Pemerintah beserta pemangku kepentingan pembangunan daerah dalam kurun waktu lima tahun kedepan.

Sedangkan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 bertujuan untuk:

1. Memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan pembangunan dan unsur Pemerintah tentang mekanisme, proses dan substansi perencanaan pembangunan selama lima tahun dengan baik.

2. Sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan tahunan periode 2007-2012, sehingga setiap tahapan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. 3. Memberikan arahan kebutuhan program dan kegiatan prioritas

yang jelas, dengan harapan pelaksanaan pembangunan daerah dapat berjalan secara optimal.

4. Sebagai tolok ukur dalam penilaian kinerja Pemerintah Kabupaten Jepara selama lima tahun.

5. Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan pemangku kepentingan pembangunan terhadap program-program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan kurun waktu lima tahun dalam rangka pencapaian visi misi daerah.

1.3 LANDASAN PENYUSUNAN

Landasan Penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang.

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang

Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

(3)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.

16. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. 17. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003

tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008.

18. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Jepara.

19. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025.

20. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Propinsi Jawa Tengah.

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah.

23. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.

1.4 HUBUNGAN ANTARA RPJMD KABUPATEN JEPARA TAHUN 2007-2012 DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA

Hirarki perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Jepara dimulai dari RPJPD untuk kurun waktu 20 tahun, yang terjabarkan dalam RPJMD untuk kurun waktu 5 tahun dan kemudian diwujudkan dalam perencanaan jangka pendek untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. Gambar berikut adalah hubungan RPJMD Kabupaten Jepara sampai tersusunnya Renja SKPD.

Gambar 1.1.

Bagan Hubungan RPJMD

dengan dokumen perencanaan lainnya

RPJM Nasional Th. 2004-2009 RPJMD (Renstrada) Prov. Jateng Th. 2003-2008 RKPD Kab. Jepara Renstra SKPD Th. 2007-2012 Renja SKPD RPJPD Kab. Jepara Th. 2005-2025 RPJMD Kab. Jepara Th. 2007-2012

(4)

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan daerah yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 dengan tetap memperhatikan RPJM Nasional dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah (Renstrada Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008). Kemudian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jepara digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan tetap memperhatikan RKP dan RKPD Provinsi Jawa Tengah.

1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN

RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud Dan Tujuan 1.3. Landasan Penyusunan

1.4. Hubungan Antara RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012 Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.5. Sistematika Penyusunan

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

2.1. Kondisi Geografis Dan Tata Ruang Wilayah 2.2. Demografi

2.3. Perekonomian Daerah 2.4. Sosial Budaya Daerah

2.5. Prasarana Dan Sarana Daerah 2.6. Pemerintahan Umum

2.7. Isu-Isu Pembangunan

BAB III VISI DAN MISI 3.1. Visi

3.2. Misi

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi Pembangunan Kabupaten Jepara 4.2. Faktor-Faktor Kunci dan Asumsi Keberhasilan BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah 5.2. Arah pengelolaan Belanja Daerah 5.3. Kebijakan Umum Anggaran BAB VI KEBIJAKAN UMUM DAERAH

BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. Misi Pertama 7.2. Misi Kedua 7.3. Misi Ketiga 7.4. Misi Keempat 7.5. Misi Kelima 7.6. Misi Keenam BAB VIII PENUTUP

8.1. Program Transisi 8.2. Kaidah Pelaksanaan

(5)

BAB II

KONDISI UMUM DAERAH

2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN TATA RUANG WILAYAH 2.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110° 9' 48, 02" sampai 110° 58' 37,40" Bujur Timur, 5° 43' 20,67" sampai 6° 47' 25,83" Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Berdasar letak geografis wilayah, maka Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan kemarau. Musim penghujan antara bulan Nopember-April dipengaruhi oleh musim Barat sedang musim kemarau antara bulan Mei-Oktober yang dipengaruhi oleh angin musim Timur. Sedangkan jumlah curah hujan ± 2.464 mm, dengan jumlah hari hujan 89 hari. Suhu udara Kabupaten Jepara terendah pada 21,55 °C dan tertinggi sekitar 33,71 °C, dengan kelembaban udara rata-rata sekitar 84%.

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi sekitar 71 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan lebih kurang 2 jam. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di Barat dan Utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di Timur, serta Kabupaten Demak di Selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa, dimana untuk menuju ke wilayah tersebut sekarang dilayani oleh kapal ferry dari Pelabuhan Jepara dan kapal cepat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Selain itu di Kepulauan Karimunjawa juga terdapat lapangan terbang perintis yang dapat didarati pesawat terbang berjenis kecil dari Semarang.

Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2 (26,30%).

Gambar 2.1

Letak Kabupaten Jepara dalam Konstalasi Jawa Tengah

Dari wilayah Kabupaten Jepara juga mencakup luas lautan sebesar 1.845,6 km². Pada lautan tersebut terdapat daratan kepulauan sejumlah 29 pulau, dengan 5 pulau berpenghuni dan 24 pulau tidak berpenghuni. Wilayah kepulauan tersebut merupakan Kecamatan Karimunjawa yang berada di gugusan Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Jawa dengan dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sedangkan sebagian besar wilayah perairan tersebut dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa.

Laut Jawa Demak Kudus Pati JEPARA Semarang

(6)

Gambar 2.2 Peta Kabupaten Jepara

Secara administratif wilayah seluas 1.004,132 km² tersebut terdiri atas 14 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 183 desa

dan 11 kelurahan, seperti terlihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1

Jumlah Kecamatan, Luas, Desa/Kelurahan, RW dan RT No. Kecamatan Luas (km2) Desa/Kel RW RT

1. Jepara 24,667 16 81 291 2. Bangsri 85,352 12 120 433 3. Batealit 88,879 11 51 282 4. Kalinyamatan 24,179 12 50 236 5. Karimunjawa 71.200 3 14 52 6. Kedung 43,063 18 63 250 7. Keling 231,758 20 116 551 8. Kembang 108,124 11 77 324 9. Mayong 65,043 18 75 383 10. Mlonggo 102,955 16 89 509 11. Nalumsari 56,965 15 78 365 12. Pecangaan 35,399 12 58 333 13. Tahunan 38,906 15 74 315 14. Welahan 27,642 15 44 216 Jumlah 1.004,132 194 990 4.540

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Secara topografi Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara, wilayah dataran rendah di bagian tengah dan Selatan, wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari Gunung Muria dan wilayah perairan atau kepulauan di bagian utara merupakan serangkaian Kepulauan Karimunjawa.

Tabel 2.2

Ketinggian Permukaan Tanah Kecamatan No Kecamatan Ketinggian (mdpl) 1. Jepara 0 – 50 2. Bangsri 0 – 594 3. Batealit 68 – 378 4. Kalinyamatan 2 – 29 5. Karimunjawa 0 – 100 6. Kedung 0 – 2 7. Keling 0 - 1.301 8. Kembang 0 - 1.000 9. Mayong 13 – 438 10. Mlonggo 0 – 300

(7)

11. Nalumsari 13 – 736

12. Pecangaan 2 – 17

13. Tahunan 0 – 46

14. Welahan 2 – 7

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Dengan kondisi topografi demikian, Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan 1.301 m dpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0 - 2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha dan sangat curam 10.620,212 Ha.

Berdasar data tersebut di atas, bagian daratan utama Kabupaten Jepara terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi yang merupakan kawasan pada lereng Gunung Muria. Kondisi ini menyebabkan sistem hidrologinya mengalir beberapa sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Dimana karakteristik kontur wilayah, menyebabkan sungai mengalir dari daerah hulu di bagian timur dan selatan ke daerah hilir bagian utara dan barat.

Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian barat yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu dibagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat, dan barat laut) yaitu daerah hilir (laut Jawa).

Pada daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah berikut Andosol

coklat, terdapat diperbukitan bagian utara dan puncak Gunung Muria seluas 3.525,469 Ha, Regosol terdapat dibagian utara seluas 2.700,857 Ha, Alluvial terdapat di sepanjang pantai utara seluas 9.126,433 Ha, Asosiasi Mediterian terdapat di pantai barat seluas 19.400,458 Ha dan Latosol yang merupakan jenis tanah paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha.

2.1.2 Tata Ruang Wilayah

Tata ruang wilayah merupakan salah satu hal yang penting diperhatikan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Jepara, hal ini mengacu pada petunjuk perencanaan pembangunan dari Pemerintah Pusat. Dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Kabupaten Jepara, pengembangan wilayah Kabupaten Jepara terbagi dalam 6 Sub Wilayah Pembangunan (SWP) berikut ini:

1. SWP I : Jepara

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Jepara, Tahunan, Kedung dan Batealit. Potensi pengembangan meliputi sektor industri kerajinan, perikanan dan pariwisata.

2. SWP II : Bangsri

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Bangsri, Kembang dan Mlonggo. Potensi pengembangan meliputi sektor pertanian tanaman pangan dan peternakan serta sektor energi (PLTU).

3. SWP III : Pecangaan

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Pecangaan, Kalinyamatan dan Welahan. Potensi pengembangan meliputi sektor industri kerajinan dan pertanian tanaman pangan.

4. SWP IV : Karimunjawa

(8)

Karimunjawa. Potensi pengembangan meliputi sektor perikanan, peternakan, pariwisata, pengelolaan sumber daya alam, pelestarian lingkungan hidup serta perhubungan laut. 5. SWP V : Keling

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Keling. Potensi pengembangan meliputi sektor perkebunan, peternakan dan perikanan.

6. SWP VI : Mayong

Jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kecamatan Mayong dan Nalumsari. Potensi pengembangan meliputi sektor kerajinan, perdagangan dan pertanian tanaman pangan.

Sebagai gambaran saat ini penggunaan lahan di Kabupaten Jepara dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Penggunaan lahan Rural atau Pedesaan yang meliputi penggunaan tanah sawah, tegalan, kebun campur, tambak dan perkebunan, yang menyebar pada beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara.

2. Penggunaan lahan Urban atau Pusat Keramaian yang meliputi penggunaan tanah perumahan, perekonomian, jasa, perdagangan, industri dan lain sebagainya, yang tersebar di bagian Utara, Tengah dan Selatan wilayah Kabupaten Jepara. 3. Penggunaan lahan Enviromental Conservation atau konservasi

lingkungan yang meliputi penggunaan lahan pada daerah perairan Kepulauan Karimunjawa.

Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Jepara seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3

Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Jepara

No. Lahan Luas (Ha)

1. Bangunan / Pekarangan 28,269 2. Tegalan / Kebun 18,312 3. Sawah 26,411 4. Tambak 1,203 5. Hutan 19,096 6. Perkebunan 3,954 7. Penggunaan lainnya 2,795

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Dari data diatas diketahui bahwa luas bangunan dan pekarangan sudah mendominasi tata guna lahan di Kabupaten Jepara atau mencapai 28,26% dari luas Jepara. Kemudian disusul berturut-turut berikutnya adalah luas sawah yang mencapai 26,40%, hutan sekitar 19,08% dan tegalan atau kebun seluas 18,30%. Sedangkan yang lain seperti tambak, perkebunan dan penggunaan lainnya luasnya relatif kecil atau dibawah lima persen.

Selanjutnya, pola tata guna lahan tersebut di atas dapat dirinci dalam penggunaan tanah (untuk tanah sawah dan tanah kering) sebagai berikut:

Tabel 2.4

Penggunaan Tanah Sawah dan Tanah Kering

No. Penggunaan tanah Luas

1 2 3

1. Tanah Sawah 26.408.004

• Pengairan Tehnis 5.380,935 • Pengairan Setengah Teknis 3.398,250 • Pengairan Sederhana PU 10.388,087 • Pengairan Non PU 2.144,014 • Tadah Hujan 5.096,718

2. Tanah Kering 74.005,185

• Tanah Bangunan dan Halaman

28.269,382

• Tegalan 18.311,364

• Padang Rumput 15,000 • Rawa tidak ditanami 21,000

(9)

• Tambak 1.202,282

• Kolam 9,545

• Tanah yang tidak

diusahakan 330,700

• Tanah untuk Kayu-Kayuan 1.535,462 • Hutan Negara 17.562,271

1 2 3

• Perkebunan Negara 3.954,288 • Tanah untuk Lainnya 2.793,891

Jumlah 100.413,189

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005

Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional, maka Kabupaten Jepara dijadikan salah satu daerah produksi pangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara Bupati atau Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang produktif dari alih fungsi lahan.

Desakan globalisasi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek pembangunan di Kabupaten Jepara, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam pengembangan wilayah serta berpengaruh kuat pada kebutuhan lahan untuk pembangunan. Penggunaan lahan tersebut merupakan cerminan atau perwujudan interaksi antara manusia dengan tingkat teknologi yang dimiliki, jenis usaha, kondisi fisik dan jumlah penduduk yang ada dalam wilayah tersebut. Sehingga pola penggunaan lahan tersebut akan mencirikan kegiatan masyarakat yang mendiami daerah yang bersangkutan. Berdasar hal-hal tersebut sudah saatnya diperlukan penyusunan RTRW dan RDTR untuk periode 10 (sepuluh) tahun ke depan dengan memperhatikan lingkungan yang keberlanjutan.

Dalam kerangka tata guna lahan, agar dalam lima tahun kedepan dicapai pertumbuhan wilayah tertinggal, pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, maka skenario pengembangan wilayah Kabupaten Jepara mengarah pada wilayah utara yaitu pada Kepulauan Karimunjawa dan ke arah timur dari Jepara sepanjang garis pantai.

Gambar 2.3

Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Jepara

Aspek lain yang terkait dengan tata ruang adalah aspek pertanahan. Kesadaran masyarakat untuk memiliki kepastian hukum tentang pemilikan hak atas tanah cenderung meningkat, hal ini ditunjukkan dengan makin bertambahnya jumlah tanah yang bersertifikat. Apabila pada tahun 2002 sertifikat tanah yang diterbitkan untuk semua jenis hak berjumlah 235.503, pada tahun 2006 menjadi 256.748 atau meningkat sebesar 9%.

Tabel 2.5

Jumlah Sertifikat Tanah

No. Bersertifikat Tanah s.d Jumlah Penerbitan Sertifikat

(10)

1. Hak Milik 234.252 3.227 5.923 4.981 5.921 254.304 2. Hak Guna Bangunan 752 14 123 386 524 1.799 3. Hak Guna Usaha 13 0 0 0 0 13 4. Hak Pakai 486 13 48 19 66 632 Jumlah 235.503 3.254 6.094 5.386 6.511 256.748

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Jepara, Tahun 2006

Permasalahan umum tata ruang adalah peningkatan perubahan peruntukan lahan pertanian menjadi non pertanian dan ketidakkonsistenan penggunaan lahan sesuai fungsi yang ditetapkan dalam perencanaan tata ruang, sedangkan masalah pertanahan adalah masih banyaknya petak tanah yang belum bersertifikat.

2.1.3 Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup dalam waktu satu dasa warsa terakhir cenderung mengalami penurunan kualitas, hal ini ditandai dengan bertambahnya lahan kritis, meningkatnya pencemaran lingkungan, dan berkurangnya hutan produktif serta terjadinya bencana alam. Salah satu indikator kualitas lingkungan hidup ditunjukkan dari luasnya lokasi lahan kritis. Berdasarkan data diketahui bahwa luas lahan kritis semakin meningkat, tahun 2003 seluas 37.046,66 Ha menjadi 47.183 Ha pada tahun 2004, atau mengalami peningkatan sebesar 27,36%. Sedangkan pada tahun 2006 bertambah menjadi 56.120 Ha.

Jumlah kawasan lindung yang ada di Kabupaten Jepara pada tahun 2006 terdiri dari taman nasional 1 buah, cagar alam 2 buah, hutan lindung 2 buah dan cagar budaya 4 buah. Kondisi hutan pada tahun 2006 secara kuantitas tidak terjadi pengurangan luas lahan, hutan negara dan lahan tanaman kayu-kayuan seluas 190,96 km2 serta hutan lindung seluas 42,440 km2 dan hutan suaka alam dan wisata 0,71 km2.. Namun ternyata secara kualitas kondisi hutan jauh

berkurang dimana pada saat ini hampir sebagian besar hutan dalam kondisi gundul akibat penebangan liar. Akibat kondisi tersebut terjadi peningkatan kejadian bencana alam berupa banjir dan erosi, dimana pada tahun 2000 jumlah banjir terjadi 7 kali dan tahun 2005 meningkat menjadi 18 kali. Namun secara umum jumlah bencana pada tahun 2006 menurun menjadi 6 kali.

Tabel 2.6

Jumlah Bencana Alam

Tahun Frekuensi 2001 12 2002 15 2003 20 2004 13 2005 18 2006 6

Sumber: Bakesbanglinsos Kabupaten Jepara, 2006

Permasalahan pokok pengembangan lingkungan hidup adalah penurunan kualitas lingkungan hidup, akibat pemanfaatan sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat dan kurang konsistennya penegakan hukum. Lingkungan hidup menjadi isu sentral hampir disemua daerah, baik saat ini maupun masa mendatang. Pada masa datang kerusakan lingkungan yang disebakan oleh hal-hal diatas akan semakin banyak, untuk itu isu ini harus mendapat perhatian khusus agar dampak yang ditimbulkan dapat dieliminir.

2.2 DEMOGRAFI

Jumlah penduduk Kabupaten Jepara 5 (lima) tahun terakhir meningkat dari jumlah 979.025 jiwa pada tahun 2002 menjadi 1.078.037 jiwa pada tahun 2005. Ini menunjukkan, bahwa terjadi

(11)

pertambahan penduduk sebesar 99.012 jiwa dalam waktu lima tahun atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,55% per tahun. Sedangkan proporsi jumlah penduduk Kabupaten Jepara hanya sekitar 3,27% dari jumlah penduduk Jawa Tengah (32,91 Juta jiwa).

Berdasar hasil registrasi penduduk pada tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Jepara berdasar jenis kelamin terdiri dari 542.510 laki-laki dan 535.527 perempuan. Hal tersebut menunjukkan rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan (rasio jenis kelamin) sekitar 0,987 yang berarti setiap 1.000 penduduk laki-laki terdapat 987 penduduk perempuan.

Tabel 2.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan (%) 1. 2002 488.546 490.478 979.025 2. 2003 516.546 523.281 1.039.827 6,21 3. 2004 526.387 533.251 1.059.638 1,91 4. 2005 542.510 535.527 1.078.037 1,74 5. 2006* 512.951 515.757 1.028.713 3,23

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2005 dan *Disnakedukcapil

Berdasar data di atas menunjukkan pertumbuhan penduduk tiga tahun terakhir (2003-2005) cenderung menurun, namun dengan angka sementara (2006) ternyata terjadi pertumbuhan yang meningkat. Proporsi jumlah penduduk perempuan sampai dengan tahun 2004 lebih besar daripada laki-laki. Namun sejak tahun 2006 jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan.

Tabel 2.8

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

No Kec 2004 2005 2006*

Jumlah Kepadatan Jumlah Kepadatan Jumlah Kepadatan

1. Jepara 73.980 2.999 75.265 2.999 67.904 2,752 2. Bangsri 91.420 1.071 93.007 1.071 85.158 0,997 3. Batealit 73.382 826 74.656 826 69.367 0,780 4. Kalinyamata n 55.332 2.288 56.292 2.288 53.564 2,215 5. Karimunjawa 8.439 119 8.586 119 8.585 0,120 6. Kedung 68.915 1.600 70.112 1.600 65.382 1,518 7. Keling 113.776 491 115.752 491 111.972 0,483 8. Kembang 63.560 588 64.664 588 64.283 0,594 9. Mayong 79.633 1.224 81.016 1.224 79.035 1,215 10 Mlonggo 125.767 1.222 127.951 1.222 123.577 0,001 11 Nalumsari 68.076 1.195 69.258 1.195 70.844 1,243 12 Pecangaan 73.734 2.083 75.014 2.083 70.007 1,977 13 Tahunan 93.772 2.410 95.400 2.410 91.898 2,362 14 Welahan 69.852 2.527 71.064 2.527 67.132 2,428 Jumlah 1.059.638 1.055 1.078.037 1.073 1.028.713 18,685

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2004-2005 dan *Disnakerdukcapil

Atas dasar data di atas penyebaran penduduk Kabupaten Jepara masih terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Jepara dan yang terendah adalah Kecamatan Karimunjawa. Gambaran sosial ekonomi masyarakat memang dapat ditentukan oleh tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah. Namun demikian tingkat kepadatan yang ideal di Kabupaten Jepara tidak dapat ditentukan dengan pasti karena tergantung pada potensi yang dimiliki dan kemampuan penduduk di Kabupaten tersebut dalam memanfaatkan potensi yang ada. Pemerintah Kabupaten Jepara menyadari bahwa ukuran kepadatan penduduk suatu Kabupaten akan lebih bermakna bila dikaitkan dengan potensi Kabupaten dan kondisi penduduk antar kecamatan di Kabupaten Jepara yang bervariasi.

(12)

Tabel 2.9

Prediksi Jumlah Penduduk

Tahun Jumlah Penduduk

2007 1.128.681 2008 1.154.634 2009 1.180.587 2010 1.206.540 2011 1.232.492 2012 1.258.445

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2002-2005, Diolah

Untuk dapat mengetahui perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif, maka dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan komposisi umur.

Tabel 2.10

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Tahun Usia Jumlah

0 –14 15 – 64 65 keatas 2002 285.762 647.194 46.069 979.025 2003 303.544 688.373 47.910 1.039.827 2004 309.328 700.430 49.844 1.059.602 2005 314.698 712.630 50.709 1.078.037 2006* 296.604 709.389 22.720 1.028.713

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2002-2005 dan *Disnakerdukcapil

Berdasarkan komposisi umur penduduk, maka dapat dilihat bentuk struktur atau piramida penduduknya. Dari sudut pandang ini, penduduk Kabupaten Jepara tergolong dalam ciri Expansive yakni sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok usia muda atau produktif (15-64 tahun) yaitu sekitar 66,1%. Prosentase tersebut menunjukan angka beban tanggungan, yaitu perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 th keatas) pada tahun 2006 (menggunakan angka sementara)

sebesar 331.738 dengan angka ketergantungan 44,87%. yang berarti 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang penduduk tidak produktif.

Gambar 2.4

Piramida Penduduk Tahun 2005

102496 105137 107065 114313 101798 98513 85444 81876 66943 52554 42873 34395 33921 22411 16317 11981 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 0 – 4 10 – 14 20 -24 30 – 34 40 – 44 50 – 54 60 – 64 70 – 74

Sumber: Jepara Dalam Angka 2005, Diolah

Jepara sebagai pusat perdagangan dan industri furnitur atau meubelair, serta adanya rencana pembangunan pembangkit listrik energi alternatif, membawa konsekuensi daerah ini sebagai tujuan mobilitas penduduk baik karena alasan pekerjaan maupun alasan usaha. Dari data yang ada menunjukkan bahwa migran ke Kabupaten Jepara tiga tahun terakhir naik dari 224 jiwa tahun 2002 menjadi 2.421 pada tahun 2005. Perbandingan penduduk yang datang dengan yang pergi pada tahun 2006 (angka sementara) menunjukan rasio 1 : 5,41. Hal tersebut menunjukkan penduduk yang datang lebih besar daripada penduduk yang pergi keluar Jepara.

(13)

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk Migrasi

Migran Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Datang 2003 127 97 224 2004 132 170 202 2005 1.225 1.196 2.421 2006* 546 397 937 Penduduk Pergi 2003 152 141 293 2004 207 174 381 2005 262 230 491 2006* 737 702 1.439

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2003-2005 dan *Disnakerdukcapil

Dari data pertumbuhan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, beban tanggungan penduduk non produktif, jumlah penduduk pencari kerja dan banyaknya penduduk migran, hal ini berpengaruh secara tidak langsung terhadap jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jepara pada tahun 2002 sebanyak 142.273 Jiwa atau 14,5% dari jumlah penduduk dan pada tahun 2006 (dengan menggunakan angka sementara) naik menjadi 148.597 Jiwa atau 13,3%, sehingga selama tiga tahun jumlah penduduk miskin naik sebesar 817 iwa. Namun dilihat dari proporsi penduduk miskin terhadap jumlah penduduk, persentase penduduk miskin turun sebesar 0,4%.

Tabel 2.12

Jumlah Penduduk Miskin

Tahun Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Persentase 2002 979.025 142.273 14,5% 2003 1.039.872 144.227 13,9% 2004 1.059.638 143.907 13,6% 2005 1.078.037 147.780 13,7% 2006* 1.118.344 148.597 13,3%

Sumber: Jepara Dalam Angka Tahun 2002-2005

Apabila dirinci dari sisi tahapan keluarga sejahtera tampak bahwa jumlah keluarga Pra Sejahtera pada tahun 2001 sebesar 105.640 KK atau 42,29% dari jumlah penduduk sedangkan tahun 2006 (angka sementara) sebesar 101.871 KK atau 36,80% dari jumlah penduduk. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah keluarga Pra Sejahtera sebesar 1.081 KK, artinya terjadi sedikit peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekonomi. Permasalahan umum di bidang kependudukan adalah pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi dan masih tingginya jumlah keluarga Pra Sejahtera.

Tabel II.13

Penduduk Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera

Tahap Keluarga Sejahtera 2002 2003 2004 Tahun 2005 2006* 1 2 3 4 5 6 Pra Sejahtera 105.489 (41,15) 105.116 (40,33) 102.582 (38,52) 102.952 (37,98) 101.871 (36,80) Sejahtera I 36.784 39.111 41.325 44.828 48.056* Sejahtera II 32.554 34.380 36.637 37.296 41.570* Sejahtera III 59.108 59.802 61.856 61.219 62.828* Sejahtera III+ 22.431 23.401 23.875 24.761 24.911*

KK Berumah Tidak layak 6.984 6.984 7.095 7.881 16.973*

(14)

Dilihat dari sisi keluarga berencana, kondisi Kabupaten Jepara menunjukkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tahun 2001 sebanyak 181.846 PUS sedangkan tahun 2005 sebanyak 198.354 PUS. Kondisi ini tidak sejalan dengan peningkatan jumlah peserta KB Aktif yang cenderung menurun. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2001 persentase peserta KB mencapai 73,09% tetapi sebaliknya pada tahun 2005 mengalami penurunan hingga 74,96%. Pada tahun 2001 peserta KB Aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) mencapai 20,31% dari PUS tetapi pada tahun 2005 mengalami penurunan yang cukup besar karena hanya mencapai 18,42% dari PUS. Hal ini berarti akan meningkatkan potensi fertilitas. Permasalahan pokok Keluarga Berencana adalah makin menurunnya persentase cakupan peserta KB aktif dan menurunnya pencapaian peserta KB MKJP.

2.3 PEREKONOMIAN DAERAH

Dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan jangka menengah Kabupaten Jepara dibutuhkan analisis indikator ekonomi berbagai sektor pembangunan. Hasil analisis tersebut merupakan pijakan, dalam rangka merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Jepara kurun waktu lima tahun kedepan. Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Dalam pengertian tersebut, analisis indikator ekonomi diarahkan untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah kabupaten. Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi wilayah.

Sedangkan hal yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi

Kabupaten Jepara lima tahun kedepan adalah adanya rencana pembangunan pembangkit listrik energi alternatif dan pembangunan Jepara The World Carving Centre, dimana pembangunan kedua hal tersebut akan membawa dampak yang sangat luas baik dalam ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Pada bidang ekonomi pembangunan pembangkit listrik energi alternatif akan meningkatkan perputaran roda perekonomian daerah, hal tersebut berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja, berkembangnya usaha kecil dan besar, sarana prasarana (transportasi dan pelabuhan batubara), serta meningkatnya pendapatan daerah.

Berdasarkan gambaran sepintas tentang perekonomian daerah di atas berikut akan diuraikan tentang struktur perekonomian daerah terkait kontribusinya terhadap wilayah dan ciri-ciri ekonomi wilayah, berdasar basis ekonomi dan sektor-sektor unggulan.

2.3.1 Struktur Perekonomian

Untuk melihat pertumbuhan perekonomian Kabupaten Jepara secara umum, maka berikut akan disajikan melalui indikator perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang selanjutnya disingkat PDRB. Berikut akan diuraikan pertumbuhan PDRB dan kontribusi sektor PDRB selama empat tahun terakhir (2002-2005), serta proporsi PDRB Kabupaten Jepara pada PDRB Provinsi Jawa Tengah berdasarkan harga berlaku dan harga konstan tahun 2000.

Hasil perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat menjelaskan besamya peran masing-masing sektor ekonomi. Apabila diurutkan, maka sektor unggulan pertama adalah industri pengolahan. Kemudian sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran hampir menduduki urutan berikutnya. Berdasar hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa ketiga sektor yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan andalan utama Kabupaten Jepara saat ini karena kontribusinya cukup besar.

(15)

Tabel 2.14

PDRB Menurut Atas Dasar Harga Berlaku

No Lapangan Usaha Tahun (dalam jutaan)

2003 2004 2005 2006*

1. Pertanian 979.335,58 1.032.658,97 1.167.223,12 1.233.726,48 2. Pertambangan dan Penggalian 21.436,69 24.949,29 30.023,79 33.008,59 3. Industri Pengolahan 1.091.711,33 1.182.686,82 1.324.324,87 1.405.710,36 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 47.435,02 57.738,79 63.453,56 74.984,04 5. Bangunan 158.733,00 195.003,46 256.357,25 293.969,89 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran 871.196,19 939.789,87 1.057.925,67 1.124.316,20 7. Pengangkutan dan Komunikasi 236.001,79 254.434,37 320.410,83 337.348,30 8. Keu, Persewa Bang, Jasa Prsh 241.547,92 292.396,58 336.151,97 380.563,27 9. Jasa-Jasa 363.084,17 404.058,32 462.293,07 498.867,05

PDRB 4.010.481,69 4.383.716,47 5.018.164,13 5.382.494,15

Pertumbuhan PDRB (%) 0,097242 0,093065 0,144728 0,128991

Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.039.827 1.059.638 1.078.037 1.118.344

Pdpt Per Kapita (Juta Rp) 3,856 4,136 4,654 4,87

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Secara rinci kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB selama empat tahun ditunjukkan pada tabel berikut. Ketiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran kontribusinya selama empat tahun menunjukkan angka yang relatif besar atau diatas 20% dari PDRB.

Tabel 2.15

Kontribusi Sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

No. Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006*

1. Pertanian 0,2442 0,2356 0,2326 0,2274

2. Pertambangan dan Penggalian 0,0053 0,0057 0,0060 0,0063

3. Industri Pengolahan 0,2722 0,2698 0,2639 0,2593

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0118 0,0132 0,0126 0,0145

5. Bangunan 0,0396 0,0445 0,0511 0,0570

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 0,2172 0,2144 0,2108 0,2076

7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,0588 0,0580 0,0639 0,0628

8. Keu, Persewa, Bangunan, Jasa Persh 0,0602 0,0667 0,0670 0,0725

9. Jasa-Jasa 0,0905 0,0922 0,0921 0,0930

PDRB 1,00 1,00 1,00 1,00

Sumber: PDRB Kab. JEPARA (BPS Kab. JEPARA) (diolah)

Untuk mengetahui kondisi terkahir, maka berikut akan digambarkan masing-masing Kontribusi PDRB menurut lapangan usaha pada tahun 2006. Dengan demikian dapat terlihat dengan jelas sektor-sektor yang merupakan andalan utama saat ini, karena kontribusinya yang besar.

Gambar 2.5

Kontribusi PDRB Menurut Dasar Harga Berlaku Tahun 2006*

23% 1% 26% 1% 6% 21% 6% 7% 9%

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewa, Bangunan, Jasa Persh

Jasa-Jasa

Sedangkan berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, sumbangan tertinggi terhadap pembentukan PDRB empat tahun

(16)

terakhir juga pada sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Secara rinci PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.15

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No. Lapangan Usaha Tahun (dalam Jutaan)

2003 2004 2005 2006* 1 2 3 4 5 6 1. Pertanian 792.332,95 809.671,47 844.812,04 868.239,19 2. Pertambangan dan Penggalian 15.247,48 16.507,63 17.844,75 19.003,29 3. Industri Pengolahan 873.110,09 901.598,32 931.381,96 952.214,90

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 18.887,87 21.687,24 23.328,22 24.904,52

5. Bangunan 126.399,76 141.938,91 157.836,02 178.631,39

6. Perdagangan, Hotel dan

Resto 700.875,22 721.304,63 748.785,34 766.533,55

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 173.894,49 179.625,72 186.349,48 191.654,10

8. Keu, Persewa Bang Jasa

Prsh 172.080,99 189.182,63 199.311,83 214.703,22 9. Jasa-Jasa 274.009,73 291.192,17 301.509,83 315.226,53 PDRB 3.146.838,58 3.272.708,72 3.411.159,47 3.531.110,66 Pertumbuhan PDRB (%) 0,037600 0,039999 0,042305 0,042254 Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.039.827 1.059.638 1.078.037 1118343,5 Pdpt Per Kapita (Juta

Rp) 3,026 3,088 3,164 3,159

Sumber : PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Dilihat dari kontribusi terbesar dari PDRB Kabupaten Jepara atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Namun ketiga sektor utama pembentuk PDRB tersebut, pada tahun 2005 dibanding empat tahun sebelumnya tahun 2002 kontribusinya turun. Sedangan kontribusi terendah terhadap PDRB adalah sektor Pertambangan dan Penggalian.

Tabel 2.16

Kontribusi Sektor PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

No. Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006*

1. Pertanian 0,2518 0,2474 0,2477 0,2457

2. Pertambangan dan Penggalian 0,0048 0,0050 0,0052 0,0054

3. Industri Pengolahan 0,2775 0,2755 0,2730 0,2690

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0060 0,0066 0,0068 0,0071

5. Bangunan 0,0402 0,0434 0,0463 0,0515

6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 0,2227 0,2204 0,2195 0,2167

7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,0553 0,0549 0,0546 0,0542

8. Keu, Persewa Bangunan, Jasa Persh. 0,0547 0,0578 0,0584 0,0612

9. Jasa-Jasa 0,0871 0,0890 0,0884 0,0894

PDRB 1,00 1,00 1,00 1,00

Sumber : PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Untuk mengetahui proporsi tiap sektor pembentuk PDRB berdasar harga konstans pada tahun 2000, berikut akan digambarkan masing-masing sektor seperti pada gambar berikut ini. Dengan demikian dapat diketahui besarnya proposi sektor-sektor pada tahun 2006 (angka sementara) yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Jepara.

(17)

Gambar 2.6

Kontribusi PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan Angka Dasar Harga Konstan Tahun 2006*

2457% 54% 2690% 71% 515% 2167% 542% 612% 894%

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi Keu, Persewa Bangunan, Jasa Persh. Jasa-Jasa

Dalam melihat perkembangan struktur ekonomi daerah dalam konstalasi regional Provinsi Jawa Tengah, maka proporsi PDRB Kabupaten Jepara dibandingkan dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah. Sehingga akan dapat diketahui besarnya proporsi PDRB Kabupaten dalam membentuk PDRB Provinsi Jawa Tengah yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.17

Perbandingan PDRB Harga Berlaku Jepara-Jateng

Tahun Jepara PDRB (Dalam Juta Rupiah) Jateng % PDRB Jepara thd Jateng

2002 3.655.056,45 151.968.825,74 2,41%

2003 4.010.481,69 171.881.877,04 2,33%

2004 4.383.716,47 193.435.263,05 2,27%

2005 5.018.164,13 234.435.323,31 2,14%

2006* 5.382.494,14 255.168.542,00 2,11%

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Dari data tersebut di atas tampak bahwa PDRB Kabupaten Jepara mengalami peningkatan rata-rata 11,16%, namun apabila dibandingkan dengan PDRB Jawa Tengah selama empat tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Jepara tumbuh di bawah nilai PDRB Jawa Tengah.

2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Kondisi ekonomi di Kabupaten Jepara selama ini didukung oleh kebesaran industri mebelair sehingga Jepara dikenal sebagai kota ukir, dimana terdapat sentra kerajinan ukiran kayu (Pusat kerajinan ini di Kecamatan Tahunan dan Jepara) yang ketenarannya hingga ke luar negeri. Banyaknya usaha mebelair ternyata mampu mendongkrak sektor industri pengolahan, sehingga menjadi leading sector dalam perekonomian. Sektor ini dibanding delapan sektor lainnya memberikan kontribusi paling besar bagi produk domestik regional bruto (PDRB). Selain itu, di Kabupaten Jepara juga banyak terdapat tempat pariwisata yang sangat memikat wisatawan, sehingga sektor ini juga selama ini memberikan kontribusi yang cukup baik bagi pendapatan daerah.

Pertumbuhan sektor ekonomi menurut lapangan usaha tidak semuanya menunjukan pertumbuhan yang positif, namun sebagian besar mengalami pertumbuhan diantaranya adalah sektor pertanian tumbuh sebesar 6,08%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,48%, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 8,56%, sedangkan sektor konstruksi sudah mulai tumbuh sebesar 1,63%. Dengan performa pertumbuhan tersebut, kontribusi terbesar didominasi oleh sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 10,54%.

(18)

Tabel. 2.18

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Menurut Harga Konstan 2000

No. Sektor 2003 2004 2005 2006*

1. Pertanian 0,09 0,05 0,13 0,085

2. Pertambangan dan Penggalian 0,13 0,16 0,20 0,185

3. Industri Pengolahan 0,07 0,08 0,12 0,115

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,37 0,22 0,10 0,115

5. Bangunan 0,33 0,23 0,31 0,35

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,08 0,08 0,13 0,12

7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,07 0,08 0,26 0,215

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Prsh 0,19 0,21 0,15 0,165

9. Jasa-jasa 0,10 0,11 0,14 0,125

PDRB Total 0,0401 0,0376 0,0399 0,0423

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Untuk mengetahui sektor ekonomi basis dilakukan penghitungan nilai LQ (Location Quotient) dengan mempertimbangkan kondisi PDRB Kabupaten Jepara terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Melalui perhitungan nilai LQ, dapat diketahui sektor basis Kabupaten Jepara.

Tabel 2.19

Nilai LQ Menurut Harga Konstan Tahun 2000

No. Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005

1. Pertanian 1,12 1,20 1,17 1,18

2. Pertambangan dan Penggalian 0,47 0,48 0,51 0,51

3. Industri Pengolahan 0,89 0,87 0,85 0,85

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,77 0,79 0,84 0,83

5. Bangunan 0,67 0,75 0,79 0,83

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,06 1,04 1,05 1,04

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,17 1,15 1,14 1,12

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Prsh 1,42 1,52 1,64 1,65

9. Jasa-jasa 0,96 0,87 0,88 0,88

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005, Diolah

Berdasar nilai LQ dapat diketahui bahwa beberapa sektor basis dapat atau berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Jepara. Sesuai data PDRB tahun 2005 sektor yang paling utama adalah Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, karena sektor tersebut memiliki nilai LQ tertinggi. Disusul kemudian oleh sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restauran. Sedangkan beberapa sektor basis lainnya nilainya dibawah satu.

Hasil dari penghitungan LQ menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan walaupun memberikan sumbangan terbesar pada PDRB Kabupaten Jepara, ternyata untuk tingkat Jawa Tengah sektor ini bersaing dengan daerah lain. Bahkan nilai LQ tidak lebih dari satu. 2.3.3 Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita

Perkembangan pembangunan ekonomi Kabupaten Jepara tidak hanya dilihat dari PDRB sektoral, tetapi juga harus diperhatikan perkembangan PDRB per kapita dan pendapatan per kapita dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Gambaran mengenai PDRB per kapita merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat suatu daerah.

Selama empat tahun perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata sebesar 11,17%, kenaikan PDRB tersebut sejalan dengan kenaikan Pendapatan Perkapita setiap tahun rata-rata naik sebesar 7,70%.

(19)

Tabel 2.20

PDRB, Penduduk dan PDRB Perkapita Menurut Harga Berlaku

No. Tahun PDRB Berlaku Penduduk Jumlah PDRB Per Kapita

1. 2002 3.655.056,44 979.025 3.733.363.745

2. 2003 4.010.481,69 1.039.827 3.856.873.970

3. 2004 4.383.716,47 1.059.638 4.136.994.398

4. 2005 5.018.164,13 1.078.037 4.654.908.997

5. 2006* 5.382.494,15 1.118.344 4.856.724.324

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005 dan Jepara Dalam Angka 2002-2005

Sedangkan perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga konstan selama empat tahun tidak selalu naik. Pada tahun 2003 PDRB perkapita mengalami penurunan 2,31%. Walaupun demikian ternyata selama empat tahun terakhir secara rata-rata PDRB per kapita Kabupaten Jepara menunjukkan kenaikan sebesar 2,27%, dan kenaikan PDRB Perkapita atas dasar harga konstan selama empat tahun naik rata-rata sebesar 3,99%.

Tabel 2.21

PDRB, Penduduk dan PDRB Perkapita Menurut Harga Konstan

No. Tahun PDRB Berlaku Jumlah Penduduk PDRB Per Kapita

1. 2002 3.032.806,34 979.025 3.097.782.324

2. 2003 3.146.838,58 1.039.827 3.026.309.742

3. 2004 3.272.708,72 1.059.638 3.088.515.814

4. 2005 3.411.159,47 1.078.037 3.164.232.276

5. 2006* 3.531.110,66 1.118.344 3.159.599.021

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005 dan Jepara Dalam Angka 2002-2005

2.3.4 Pertumbuhan Ekonomi Secara Agregat Tabel 2.22

Pertumbuhan Ekonomi

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

1. 2002 4,01

2. 2003 3,76 -0,07

3. 2004 4,00 0,42

4. 2005 4,23 0,19

5. 2006 4,28 0,05

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2006

Berdasarkan tabel di atas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara setiap tahun mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2003 yang mengalami penurunan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2004.

Tabel 2.23

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(%) 1. 2007 4,39 2. 2008 4,51 3. 2009 4,62 4. 2010 4,74 5. 2011 4,85 6. 2012 4,97

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005, Diolah

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan pada Tahun 2012 dengan skenario optimis sebesar 4,97%, maka optimalisasi kebijakan pembangunan Kabupaten Jepara diarahkan pada pilihan alternatif kebijakan di bidang ekonomi yang dapat menciptakan multiplier effect dan peningkatan sumber pembiayaan pembangunan daerah. Oleh karena itu dibutuhkan dorongan investasi pada berbagai sektor yang potensial untuk mendorong peciptaan

(20)

PDRB yang diikuti dengan peningkatan efisiensi terhadap pembiayaan investasi.

2.3.5 Inflasi

Selama empat tahun terakhir (2002-2005) laju perkembangan inflasi Kabupaten Jepara menunjukan angka yang fluktuatif tiap tahunnya. Nilai inflasi terendah pada tahun 2004 sebesar 5,65% sedangkan inflasi tertinggi sebesar 14,36% terjadi pada tahun 2006. Rata-rata laju perkembangan inflasi selama empat tahun adalah sebesar 10,34%.

Tabel 2.24 Laju Inflasi

Tahun Laju Inflasi (%)

2002 9,51

2003 5,88

2004 5,65

2005 16,29

2006* 14,36

Sumber: PDRB Kabupaten Jepara 2002-2005

Berdasarkan data diatas perkembangan inflasi Kabupaten Jepara secara grafis selama lima tahun (2002-2006) terlihat sebagai berikut.

Gambar 2.7

Grafik Laju Perkembangan Inflasi

0 5 10 15 20 Series1 Series1 9,51 5,88 5,65 16,29 14,36 2002 2003 2004 2005 2006 2.3.6 Investasi

Proses investasi di Kabupaten Jepara lima tahun terakhir berlangsung cukup baik, yang mana investasi tersebut mendukung perekonomian tumbuh dengan baik. Hal ini diperkuat dengan Kabupaten Jepara berhasil meraih prestasi sebagai Juara I Pro Investasi Tahun 2006, menyusul prestasi yang pernah diraih pada tahun 2005 sebagai Juara II yang pro investasi dari 35 kota atau kabupaten di Jawa Tengah. Investasi yang ada di Kabupaten Jepara terdiri atas investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA), serta investasi Non PMA dan PMDN.

Kondisi PMA dan PMDN jumlahnya selalu naik empat tahun terakhir. PMA tahun 2003 sejumlah 84 buah bertambah menjadi 99 buah pada tahun 2006, sedangkan PMD pada tahun 2002 sebanyak 5 buah dan tahun 2006 menjadi 8 buah. Nilai persetujuan penerimaan modal bersih PMDN diperkirakan akan semakin meningkat pada

(21)

tahun 2011 sebesar 2 kali dari jumlah sebelumnya. Perkembangan investasi PMA dan PMDN tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.25

Jumlah Nilai PMDN dan PMA

Jenis 2003 2004 2005 2006*

PMDN 60.174,6 139.574,6 139.574,6 139.574,60 PMA 7.999.517,373 8.019.652,873 8.044.233,4 8.070.104,40

Sumber: Dinas Indagkoppm Kab. Jepara Tahun 2005

Untuk pembiayaan investasi Non PMDN atau PMA ini, diharapkan pada tahun 2011 akan mengalami peningkatan, baik jumlah kegiatan yang akan dibiayai maupun nilai investasinya, selengkapnya ada dalam tabel berikut.

Tabel 2.26

Proyeksi PMA dan PMDN

Tahun PMDN PMA 2007 211.034,6 8.088.691,0 2008 242.794,6 8.111.230,0 2009 274.554,6 8.133.769,0 2010 306.314,6 8.156.307,0 2011 338.074,6 8.178.846,0 2012 369.834,6 8.201.385,0

Sumber: Dinas Indagkoppm Kab. Jepara Tahun 2005, Diolah

Secara umum baik investasi PMA dan PMDN maupun Non PMA dan PMDN, diharapkan mengalami kenaikan secara signifikan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Selain itu didukung oleh keadaan daerah yang kondusif, peningkatan program-program promosi investasi, serta membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai dunia usaha maupun instansi pemerintah pusat, propinsi maupun daerah lainnya. Sehingga diharapkan Kabupaten Jepara dalam lima tahun ke depan dapat mengalami perkembangan investasi yang signifikan.

2.3.7 Perdagangan

Prospek perdagangan di Kabupaten Jepara cukup baik, sehingga mampu menjadi penopang ekonomi kerakyatan. Jumlah pengusaha kecil pada tahun 2006 sebanyak 9.608 orang meningkat tajam selama empat tahun terakhir. Seperti halnya pengusaha kecil, jumlah pengusaha menengah juga meningkat empat tahun terakhir menjadi 613 orang.

Perdagangan yang mendukung perekonomian daerah dibedakan dalam perdagangan di dalam negeri dan ke luar negeri. Dimana jenis produk yang diperdagangkan terdiri dari berbagai macam produk. Produk Kabupaten Jepara yang diperdagangkan pada tingkat lokal maupun regional yang menonjol berupa tenun ikat troso dari sutra dan katun (sarung, sprei, korden, bahan baju), produk kerajinan daerah (mebel, ukiran, monel), industri pertambangan (batu gamping, pasir dan marmer). Beberapa jenis perdagangan juga keluar masuk pelabuhan Jepara antara lain kayu, kelapa, ikan, beras dan sapi.

Sedangkan produk Kabupaten Jepara yang diekspor terdiri dari mebel, ukiran, kayu, kerajinan emas putih (monel) dan kerajinan anyaman (rotan dan bambu). Bahkan industri mebel ukir yang kini berkembang menjadi industri furniture merupakan industri andalan Jepara, dan sudah menjadi produk unggulan Jawa tengah dan Nasional serta mampu menerobos pangsa pasar di 58 negara. Di samping itu yang tak kalah membanggakan adalah keberadaan logam monel dalam bentuk kerajinan emas putih, juga telah merambah pasar ekspor, yaitu Timur Tengah dan Eropa.

2.3.8 Perindustrian

Kontribusi sub sektor industri terhadap PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan grafik peningkatan sejak krisis ekonomi tahun 1998, namun selama lima tahun terakhir menunjukkan kondisi penurunan. Pada tahun 2003 jumlah usaha industri kecil menengah

(22)

sebanyak 14.513 unit, tahun 2006 meningkat menjadi 15.895 unit. Luas kawasan industri selama empat tahun terakhir (2003-2006) tidak berubah yaitu seluas 832,608 Ha. Namun jumlah perusahaan industri sedang atau besar meningkat dari 24 unit (2004) naik menjadi 35 unit (2006).

Kabupaten Jepara memiliki beberapa keunggulan komparatif antara lain jumlah tenaga kerja sektor industri mebel sangat besar, sedangkan keunggulan kompetitifnya antara lain kualitas produk industri yang sudah dikenal di manca negara. Jenis industri yang berkembang dan merupakan komoditi unggulan, antara lain kerajinan mebel, tenun ikat troso, konveksi, keramik/gerabah.

2.3.9 Pariwisata

Kepariwisataan yang ada di Kabupaten Jepara merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang ada di Jawa Tengah hal tersebut sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah. Kabupaten Jepara mempunyai potensi kepariwisataan yang sangat lengkap apabila dibandingkan dengan daerah lain, potensi tersebut apabila ditangani secara maksimal akan mampu menjadi salah satu andalan yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan Pendapatan Asli Daerah, karena sektor pariwisata mempunyai sifat multi player effect terhadap sektor lain seperti industri, kerajinan, penyerapan tenaga kerja dan sektor-sektor lainnya. Sektor pariwisata di Kabupaten Jepara perlu mendapatkan penanganan secara serius dan terpadu, hal tersebut perlu ditekankan karena sektor pariwisata bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah.

Dalam menunjang keberadaan obyek wisata diperlukan fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana yang memadai, karena fasilitas-fasilitas tersebut akan meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung. Lengkapnya fasilitas obyek wisata akan membuat wisatawan menjadi semakin nyaman dan lama tinggal di

lokasi, sehingga para wisatawan diharapkan semakin banyak membelanjakan uangnya, yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi PAD.

Sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan yang ada belum maksimal, baik diobyek wisata yang ada di Jepara terutama di Taman Nasional Laut Karimunjawa, Taman Nasional Laut Karimunjawa sekarang telah menjadi icon kepariwisataan unggulan di Jawa Tengah. Penyediaan sarana prasarana dan fasilitas penunjang diharapkan akan memperbesar peluang investor untuk menanamkan modalnya di Karimunjawa.

Tabel 2.27

Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Pendapatan Sektor Pariwisata

Tahun Kunjungan Wisatawan (orang) Pendapatan Pariwisata (Rp.)

2002 599.673 354.628.000

2003 776.446 340.927.000

2004 790.323 394.229.000

2005 831.682 355.159.000

2006 873.984 381.416.200

Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah 2006

Secara umum arus kunjungan wisatawan baik domestik maupun manca negara setiap tahun mengalami kenaikan, terutama wisatawan manca negara yang berkunjung ke Karimunjawa. Untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan di masa datang ke Jepara diperlukan langkah-langkah strategis terutama dalam bidang promosi pariwisata, baik melalui media cetak, elektronik, dan pameran-pameran wisata baik lokal maupun internasional, karena icon pariwisata Jepara terutama Karimunjawa telah menjadi tujuan wisata bahari yang telah dikenal masyarakat internasional.

Berbagai obyek wisata yang ada di Kabupaten Jepara yang menjadi daerah tujuan wisata diantaranya berupa :

(23)

• Wisata Alam (pantai dan pegunungan), terdiri dari: Air Terjun Songgo Langit, Pantai Kartini, Pantai Tirto Samodro, Pulau Panjang, dan Hutan Sreni Indah.

• Wisata Sejarah, terdiri dari: Pendopo Kabupaten, Museum Kartini, Masjid dan Makam Ratu Kalinyamat/Sultan Hadirin, Benteng Portugis, Makam Syeh Abu Bakar (Pulau Panjang), dan Klenteng Hian Thian Siang Tee (Welahan).

• Wisata Budaya, terdiri dari: Pesta Lomban (Syawalan), Obor-oboran Tegalsambi, Jambul Tulakan, Tayub dan Emprak, Sentra Kerajinan Ukir, Kerajinan Kain Troso, Kerajinan Monel, Kerajinan Keramik, Kerajinan Gerabah, Kerajinan Rotan, Sentra Kerajinan Patung Mulyoharjo, dan Sentra Kerajinan Relief Desa Senenan. • Wisata Bahari terdiri dari Taman Laut Nasional Karimun Jawa,

Pantai Tirto Samudro, Pantai Kartini, Pulau Panjang, dan Pulau Mandalika.

• Wisata Bahari Terpadu (Obyek Wisata Taman Laut Nasional Laut Karimunjawa), terdiri dari: Pantai Pasir Putih, Terumbu Karfang dan Boiota Laut, Hutan Manggrove, dan Snorkling, Diving, Boating, Memancing, Sun Bathing, Tracking, Glass Bottom Board, Wisata Sejarah (Makam Syeh Amir Hasan/Sunan Nyamplungan).

2.3.10 Koperasi dan UKM

Jumlah Koperasi dan UKM tahun 2004 jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) 17 unit, Koperasi Primer Non KUD 471 unit dan sampai Desember 2006 jumlah Koperasi menjadi 539 unit dengan KUD 17 unit, Koperasi Non KUD 518 unit, Pusat Koperasi 4 unit, UKM 31.691 unit. Jumlah anggota KUD 20.123 orang dan anggota Koperasi Non KUD 34.106 orang. Volume usaha KUD sampai Desember 2006 sebesar Rp. 18.470.000 juta sedangkan untuk Koperasi Non KUD sebesar Rp. 56.910.000 juta. Permasalahan koperasi dan UKM adalah rendahnya struktur permodalan, daya inovasi dan kreatifitas serta etos kerja dan profesionalisme, terbatasnya akses terhadap sarana

dan prasarana teknologi informasi, peluang pasar serta kurangnya kemitraan antar UKM.

2.3.11 Pertanian dan Peternakan

Kontribusi sektor pertanian tanaman bahan makanan dan peternakan terhadap PDRB atas dasar harga konstan cenderung mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2001 hingga 2005. Khusus untuk tanaman padi, dari tahun 2004 hingga tahun 2006 jumlah konsumsi meningkat dari 120.640 ton menjadi 122.735 ton. Namun hal ini tidak dimbangi luas areal produksi yang menurun dari 38.306 Ha (2004) menjadi hanya 35.582 Ha (2006). Hal ini menyebabkan jumlah produksi berkurang, dari 193.845 ton (2004) menjadi 158.189 ton (2006).

Pada sektor peternakan dilihat dari jumlah populasi untuk ternak besar (sapi potong dan perah) mengalami kenaikan, pada tahun 2003 sebanyak 24.223 ekor bertambah menjadi 24.896 ekor pada tahun 2006. Untuk ternak kecil (kambing dan domba) populasi tahun 2003 sejumlah 61.270 ekor dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 78.207 ekor. Sedangkan untuk jenis unggas pada ayam buras dan ayam pedaging mengalami penurunan populasi, dan ayam petelur serta itik mengalami kenaikan populasi. Pada tahun 2003 populasi ayam buras 565.483 ekor, ayam petelur 55.820 ekor, ayam pedaging 216.165 ekor dan itik 59.465 ekor. Kemudian pada tahun 2006 populasi menurun untuk ayam buras 508.429 ekor, ayam petelur 54.091 ekor, ayam pedaging 114.670 ekor dan itik 67.536 ekor.

Pada sektor pertanian jenis komoditi potensial tanaman bahan makanan unggulan Kabupaten Jepara yang dapat dikembangkan adalah buah-buahan, padi, sayur-sayuran, kacang tanah, dan ketela pohon. Sedangkan komoditi potensial peternakan yang memiliki nilai produksi cukup besar adalah: ayam, kambing, sapi, dan kerbau. Dalam pengembangan sektor pertanian dirasakan masih kurang

(24)

investasi di bidang agro industri. Permasalahan umum pertanian dan peternakan adalah secara ekonomis, peranan sub sektor ini cenderung meningkat walaupun tidak terlalu signifikan, namun sektor ini tetap merupakan lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja cukup besar.

2.3.12 Kehutanan

Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB atas dasar harga konstan cenderung mengalami peningikatan selama lima tahun terakhir. Jenis komoditi kehutanan yang memiliki nilai produksi terbesar adalah kayu bakar rakyat, bambu, kayu hutan rakyat, dan arang rakyat. Sedangkan untuk perkebunan, komoditi unggulannya adalah kapuk randu, berturut-turut kemudian kelapa, tebu, karet, jambu mete dan coklat. Permasalahan pokok sub sektor kehutanan dan perkebunan adalah khusus untuk sub sektor kehutanan cenderung semakin menurun kontribusinya terhadap PDRB selama 5 tahun. Hal tersebut dapat disebakan oleh menurunnya Hasil hutan non Hak Pemilikan Hutan (HPH) untuk kayu bulat dari 1.658,59 m³ (2003) menjadi 1.300 m³ (2005), namun ternyata jumlah kayu olahan naik dari 1.021,71 m³ (2003) menjadi 9.862,55 m³ (2006). Hal ini menunjukan bahwa pasokan kayu yang berasal dari luar daerah Jepara cukup besar untuk memenuhi kebutuhan kayu olahan tersebut. Sampai tahun 2006 industri pengolahan kayu di Jepara sebanyak 3.811 buah, untuk itu lahan penghijauan untuk penanaman pohon bahan kayu olahan perlu ditingkatkan.

2.3.13 Perikanan dan Kelautan

Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan grafik peningkatan. Produksi perikanan baik perikanan laut maupun darat meningkat tiga tahun terakhir. Jumlah tangkapan ikan laut pada tahun 2003 sebanyak 3.729,776 ton naik menjadi 5.740,8 ton pada tahun 2006, produksi penangkapan di perairan umum pada tahun 2003 sebesar 1.442,6 ton meningkat

menjadi 1.537,8 ton pada tahun 2006. Sedangkan untuk produksi perikanan darat/budidaya dari 1.879,49 ton tahun 2003 naik menjadi 2.003,36 ton pada tahun 2006. Untuk hasil laut non ikan meningkat dari tahun 2003 sebesar 413,50 ton menjadi 2.081,75 ton tahun 2006.

Komoditas andalan sektor perikanan dan kelautan dari hasil tangkapan ikan di laut adalah ikan tongkol, ikan kembung, dan ikan teri. Sedang untuk produksi budidaya perikanan darat adalah ikan bandeng dan udang. Permasalahan yang masih dihadapi pada sektor perikanan dan kelautan adalah kondisi fluktuatif dalam grafik kontribusi terhadap PDRB dan nilai produksi dalam lima tahun terakhir, hal ini dapat disebabkan antara lain karena Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dan sudah terjadi gejala overfishing pada jalur I daerah penangkapan ikan di laut.

2.4 SOSIAL BUDAYA DAERAH

Sejarah Jepara menunjukkan bahwa pada tahun 1470 Jepara merupakan kota pantai yang baru dihuni oleh 90-100 orang serta dipimpin oleh Aryo Timur. Dengan ketekunan, keuletan, ketabahan dan kegigihannya, Aryo Timur berhasil mengembangkan kota pantai kecil yang dikelilingi benteng berupa kayu dan bambu ini, menjadi sebuah bandar yang cukup besar. Di Kabupaten Jepara saat ini terdapat empat situs bersejarah. Kebesaran Kabupaten Jepara pada masa lalu serta potensi sosial budaya dan ekonomi yang dimiliki, saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi yang lain, menuntut adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk menempatkan Kabupaten Jepara tetap menjadi Kabupaten yang terkemuka. Terkait hal tersebut berikut akan diuraikan kondisi sosial budaya daerah, antara lain pada aspek

Gambar

Gambar 2.2  Peta Kabupaten Jepara
Tabel II.13
Tabel 2.24  Laju Inflasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari laporan akhir ini adalah pelaksanaan Tabungan Mudharabah yang dilakukan BMT Al-ittihad cabang Panam kota Pekanbaru sudah maksimal dan tinjauan terhadap

Laporan Khusus dari PBB mengenai “Kekerasan terhadap Wanita” telah mendefinisikan KDRT dalam bingkai gender sebagai “kekerasan yang dilakukan di dalam lingkup rumah tangga

Tujuan 3 : Mengetahui pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja perusahaan pada PDAM Tirta Mayang Kota Jambi H 0 : Budaya organisasi dan gaya

Bila tegangan baterai sama dengan atau lebih dari 9,6 V berarti baterai masih baik, bila tegangan baterai 6,5V – 9,6 V baterai perlu diisi beberapa saat, bila tegangan kurang dari 6,5

(2) Penyusunan rancangan rencana pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan tata cara penyusunan sebagaimana tercantum

HAM dan Islam  Kontestasi: Universalitas dan Relativitas  Kelompok Konservatif-ideologis: Universalitas HAM adalah imperialisme nilai-nilai Barat yang bertentangan dengan

Di tahun ini bertaburan dengan berbagai film animasi diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang,Satria Nusantara yang kala itu masih menggunakan kamera film

Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga Domestik terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (Studi pada Saham Syariah yang