• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG (Halaman 43-48)

Sebagai gambaran perkembangan sumber daya keuangan daerah yang direpresentasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menunjukkan bahwa selama empat tahun terakhir telah terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan APBD Kabupaten Jepara dari sebesar Rp. 374.385.005.000,- tahun 2003 naik menjadi Rp. 558.129.120.000,- pada tahun 2006 atau mengalami kenaikan sebesar 14,39% dari tahun sebelumnya (2005).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka prospek ekonomi Kabupaten Jepara dalam kurun waktu lima tahun kedepan diprediksi mengalami perkembangan yang cukup cerah dan signifikan, hal tersebut tentu akan berpengaruh juga pada kemampuan pembiayaan pembangunan daerah. Proyeksi APBD Kabupaten Jepara 2007-2012 menunjukkan bahwa APBD Kabupaten Jepara tahun 2012 akan menjadi sebesar Rp. 1,025 trilyun.

Dari proyeksi APBD tersebut, agar pembiayaan pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara optimal maka diperlukan suatu arah kebijakan keuangan yang tepat. Sehingga perlu ditetapkan faktor-faktor yang mendasari dalam menentukan kebijakan keuangan daerah, yaitu:

1.

Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia.

2.

Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah mendesak dan diperlukan oleh masyarakat luas secara langsung, agar tercipta stabilitas ekonomi dan daerah.

3.

Kebijakan yang dapat meningkatkan pemberdayaan

masyarakat.

4.

Kebijakan yang berhubungan dengan tumpuan hajat hidup sebagian besar masyarakat.

5.

Kebijakan yang secara nyata akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

6.

Kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

7.

Kebijakan yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja

setempat.

Kebijakan keuangan daerah untuk RPJMD berlandaskan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang pelaksanaannya berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan regulasi tersebut dokumen RPJMD memuat kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan, serta disertai proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan untuk periode lima tahun kedepan.

5.1 ARAH PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

Dalam struktur anggaran pada pemerintah daerah terdapat tiga pos Pendapatan daerah yang merupakan sumber keuangan daerah, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggungjawab Kabupaten Jepara memiliki kewenangan dan harus mempunyai kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Namun umumnya sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia dari sisi pendapatannya, masih besar ketergantungannya terhadap dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Jepara lima tahun

kedepan akan berupaya untuk menggali potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat. Dengan harapan secara bertahap daerah dapat meningkatkan kemampuan kemandirian keuangan daerah dalam memenuhi pembiayaan pembangunan.

Pelaksanaan pendapatan daerah selama ini diperoleh baik dari kewenangan yang dimiliki daerah sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengelola Pendapatan Asli Daerah maupun kewenangan lain yang bersumber dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah. Perkembangan yang telah dicapai empat tahun terkahir masih didominasi oleh dana perimbangan terhadap total penerimaan. Komponen yang terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU), selanjutnya diikuti oleh Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan Provinsi. Sedangkan komponen terbesar dari PAD diperoleh dari retribusi daerah sebesar Rp. 31,445 milyar.

Tabel 5.1

Realisasi Pendapatan Kabupaten Jepara

2003 2004 2005 2006

1 PENDAPATAN

10 Pendapatan Asli Daerah 53.740.237.824 47.266.545.884 50.745.470.662 54.110.689.680 Pajak Daerah 8.682.152.587 10.239.019.782 11.340.431.063 11.931.316.377 Retribusi Daerah 20.907.579.209 24.649.950.675 27.954.886.741 31.445.499.455 Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah 798.356.710 877.354.558 2.683.450.297 1.659.234.493 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 23.352.149.318 11.500.220.869 8.766.702.561 9.074.639.355

20 Dana Perimbangan 288.964.242.880 308.586.176.967 347.657.705.295 508.391.757.366 Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 21.335.539.265 23.275.222.425 26.391.296.751 37.248.924.589 Dana Alokasi Umum 248.660.000.000 258.973.000.000 276.946.000.000 403.190.000.000 Dana Alokasi Khusus 1.000.000.000 6.500.000.000 14.060.000.000 26.080.000.000 Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi 17.968.703.615 19.837.954.542 30.260.408.544 41.872.832.777

30 Lain-lain Pendapatan Yang Sah 17.167.212.000 16.196.512.000 12.597.000.000 0 Bantuan Dana Kontinjensi / Penyeimbang dari

Pemerintah 17.167.212.000 16.196.512.000 12.597.000.000 0

Dana Darurat 0 0 0 0

JUMLAH PENDAPATAN 359.871.692.704 372.049.234.851 411.000.175.957 562.502.447.046 URAIAN

NO

Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006

Kemampuan kemandirian keuangan daerah merupakan faktor yang esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah pada pelaksanaan otonomi. Salah satu yang dapat dijadikan ciri kemampuan daerah adalah melalui perkembangan PAD dalam struktur APBD. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir dari tahun 2003 hingga tahun 2006 menunjukkan angka yang fluktuatif. Perbandingan tahun 2003 dengan 2004 mengalami penurunan, namun dari 2004 sampai 2006 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,21%.

Sedangkan dilihat dari kontribusinya terhadap APBD selama empat tahun terakhir, maka ratio kemandirian keuangan daerah masih rendah atau rerata per tahun baru menyumbang 12,05%. Oleh karena itu perlu adanya upaya penggalian pendapatan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin, yang mana untuk menggali potensi pendapatan harus dilakukan secara sistematis dan terarah.

Tabel 5.2

Persentase PAD terhadap APBD

No. Tahun APBD PAD % PAD/APBD

1. 2003 Rp. 374.785.025.000 Rp. 53.740.237.824 14,34%

2. 2004 Rp. 392.594.936.000 Rp. 47.266.545.884 12,04%

3. 2005 Rp. 410.061.649.000 Rp. 50.745.470.662 12,37%

4. 2006 Rp. 558.129.120.000 Rp. 54.110.689.680 9,69%

Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006

Perkembangan keseluruhan sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten Jepara pada tahun 2006 sebesar Rp. 558,129 milyar dan diprediksi tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 1,021 trilyun. Untuk dapat merealisasikan penerimaan daerah tersebut dalam rangka kemandirian keuangan daerah, maka kedepan harus direncanakan dengan akurat model intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah serta lain-lain pendapatan yang sah sesuai dengan potensi pungutan.

Tabel 5.3

Proyeksi Pendapatan Kabupaten Jepara

Tahun Proyeksi 2007 Rp. 657.115.940.000 2008 Rp. 707.990.100.000 2009 Rp. 786.484.200.000 2010 Rp. 864.978.300.000 2011 Rp. 943.472.400.000 2012 Rp. 1.021.966.500.000

Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006, Diolah

5.2 ARAH PENGELOLAAN BELANJA DAERAH

Belanja daerah merupakan pengeluaran untuk kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah, sehingga alokasinya diarahkan guna meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan proporsionalitas, berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan. Belanja daerah terdiri dari belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa setiap jenis belanja yang dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang dianggarkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

Tabel 5.4

Realisasi Belanja Kabupaten Jepara

2003 2004 2005 2006 2 BELANJA

APARATUR DAERAH 100.847.679.759 118.988.369.793 123.874.106.990 157.536.372.262,00 01 Belanja Administrasi Umum 65.692.126.353 76.499.398.354 80.522.269.041 93.943.605.494 Belanja Pegawai / Personalia 47.181.767.893 55.114.134.001 57.324.471.387 68.738.076.278 Belanja Barang dan Jasa 11.733.256.539 14.818.611.260 16.375.981.548 17.734.195.825 Belanja Perjalanan 3.819.233.570 3.010.125.580 3.047.269.100 2.805.646.000 Belanja Pemeliharaan 2.957.868.351 3.556.527.513 3.774.547.006 4.665.687.391

02 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 27.830.880.530 25.458.354.397 23.747.855.149 25.888.122.770 Belanja Pegawai / Personalia 14.070.069.859 13.600.106.310 9.553.423.283 5.938.522.735 Belanja Barang / jasa 10.514.648.370 6.811.458.784 9.196.222.595 11.150.370.070 Belanja Perjalanan 1.368.947.763 3.408.896.465 2.765.844.570 5.681.982.050 Belanja Pemeliharaan 1.877.214.538 1.637.892.838 2.232.364.701 3.117.247.915

03 Belanja modal 7.079.872.876 7.127.062.042 7.068.933.300 16.277.866.965

04 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 244.800.000 9.903.555.000 12.535.049.500 19.782.850.233

05 Belanja Tak Tersangka 0 0 0 1.643.926.800

PELAYANAN PUBLIK 269.496.351.071 266.539.006.977 277.266.456.529 382.183.841.060 01 Belanja Administrasi Umum 134.847.179.642 149.720.102.923 147.344.536.349 175.970.365.816 Belanja Pegawai / Personalia 132.935.877.194 146.925.071.259 145.887.280.210 172.258.096.611 Belanja Barang / Jasa 1.589.211.198 2.297.906.664 892.484.955 3.011.208.015 Belanja Perjalanan 21.000.000 34.091.400 42.920.468 47.544.500 Belanja Pemeliharaan 301.091.250 463.033.600 521.850.716 653.516.690

02 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 30.266.052.282 32.975.379.348 39.079.082.200 55.619.247.447 Belanja Pegawai / Personalia 4.198.051.575 4.611.042.720 7.895.987.405 10.166.703.393 Belanja Barang / Jasa 16.974.617.590 19.425.785.699 21.685.220.999 26.846.416.728 Belanja Perjalanan 1.469.769.077 1.547.842.335 1.737.715.320 2.149.158.849 Belanja Pemeliharaan 7.623.614.040 7.390.708.594 7.760.158.476 16.456.968.477

03 Belanja Modal 69.601.722.598 47.327.720.586 49.581.436.416 104.805.265.548

04 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 34.182.768.109 35.453.546.010 40.765.950.564 45.788.962.249

05 Belanja Tak Tersangka 598.628.440 1.062.258.110 495.451.000 0,00 JUMLAH BELANJA 370.344.030.830 385.527.376.770 401.140.563.519 539.720.213.322

NO URAIAN

Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006

Anggaran Belanja Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir yaitu tahun 2003 hingga 2006 mengalami kenaikan, dimana dari sisi Belanja Daerah telah menunjukkan peranan yang cukup

berarti terhadap pembiayaan pembangunan. Pada tahun 2003 total belanja daerah Kabupaten Jepara sebesar Rp. 370,344 milyar naik menjadi Rp. 539,720 milyar pada tahun 2006.

Belanja daerah Kabupaten Jepara selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata 14,23%. Namun kenaikan belanja daerah pada tahun terakhir naik sangat besar yaitu sekitar 30,47%. Berdasarkan realisasi belanja, diperkirakan belanja daerah pada tahun 2011 akan meningkat dari Rp. 539,720 milyar (tahun 2006) menjadi Rp. 1,015 trilyun pada tahun 2012.

Tabel 5.6

Proyeksi Belanja Kabupaten Jepara

Tahun Proyeksi 2007 Rp.679.278.387.000 2008 Rp.706.820.300.000 2009 Rp.784.026.400.000 2010 Rp.861.232.500.000 2011 Rp.938.438.600.000 2012 Rp.1.015.644.700.000

Sumber: APBD Kabupaten Jepara 2003-2006, Diolah

5.3 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Berdasar pendapatan daerah dan belanja daerah selama empat tahun terakhir (2003-2006), menunjukan bahwa belanja daerah lebih besar dari pendapatan daerah. Untuk menutup defisit anggaran yaitu selisih antara pendapatan dan belanja yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran, maka diakumulasikan dalam pembiayaan. Pembiayaan terdiri dari pembiayaan penerimaan dan pembiayaan pengeluaran. Pembiayaan penerimaan merupakan alokasi anggaran yang dilakukan untuk menguatkan struktur pendapatan, sedangkan pembiayaan pengeluaran dilakukan sebagai konsekuensi kebutuhan

yang mendesak. Dimana kebijakan umum anggaran yang diambil tetap mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Tabel 5.7

Belanja dan Pendapatan Kabupaten Jepara

No Tahun Belanja Pendapatan

1. 2002 Rp.290.306.771.335 Rp.328.357.330.408 2. 2003 Rp.370.334.030.830 Rp.359.871.692.704 3. 2004 Rp.385.527.376.770 Rp.372.049.234.851 4. 2005 Rp.401.140.563.519 Rp.411.000.175.957 5. 2006 Rp.539.720.213.322 Rp.562.502.447.046

Sumber: Dispenda Kabupaten Jepara Tahun 2006

Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk meningkatkan sumber penerimaan daerah, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan daerah berikut:

1. Mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan daerah – khususnya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah – melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan restribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2. Meningkatkan penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah.

3. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pemungut penerimaan daerah yang bersifat mobilitas maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola

penerimaan daerah.

5. Penataan performance budget melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisiensi, efektif dan berkesinambungan. Sehingga memberikan hasil yang baik dan biaya rendah.

6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Jepara, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah.

Selain melalui optimalisasi penerimaan pendapatan, maka untuk meningkatkan penerimaan daerah dapat dilakukan dengan meningkatkan dana perimbangan. Berlakunya Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, membawa perubahan yang mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Undang-undang tersebut pada prinsipnya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Seiring dengan peningkatan pembangunan tersebut, maka pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan yang diatur dengan sistem perimbangan keuangan antara pusat dan daerah mendapatkan pembagian dana perimbangan. Untuk itu kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan dana perimbangan antara lain melalui:

1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik.

2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang

bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.

BAB VI

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG (Halaman 43-48)