• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ansar 1 1. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palu. Vol. 1 No. 19 Oktober 2015 (Hal ) e-issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ansar 1 1. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palu. Vol. 1 No. 19 Oktober 2015 (Hal ) e-issn:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

935

Vol. 1 No. 19 | Oktober 2015 (Hal 935 – 944) e-ISSN: 2527-7170

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN TINGKAT SOSIAL

EKONOMI DENGAN STATUS GIZI PENDUDUK DI DAERAH ENDEMIK

MALARIA KABUPATEN MAMUJU

PROPINSI SULAWESI BARAT

Ansar1

1 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palu

Abstrak : Selain faktor infeksi, berbagai macam faktor lain turut berkontribusi terhadap status gizi pada

wilayah endemik malaria seperti pola konsumsi pangan dan tingkat sosial ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan pola konsumsi pangan dan tingkat sosial ekonomi dengan status gizi di daerah

endemik malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik dengan desain cross-sectional yang dilaksanakan di 15 kecamatan di Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat dengan total sampel adalah 4.401 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode multi-stages random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur (data keluarga dan sosek), food frekuensi (pola konsumsi pangan), dan pengukuran antropometri (status gizi). Analisis data dilakukan dengan program SPSS ver.16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi balita pendek sebesar 38,5%, status gizi kurus pada balita, anak sekolah, remaja dan orang dewasa berturut-turut 5,6%, 9,4%, 8,9%, dan 10,1%, status gizi gemuk pada orang dewasa sebesar 44,2% dan wanita usia subur KEK sebesar 17,1%. Pola konsumsi pangan yang tidak bervariasi sebesar 85,4% dan sosek rendah sebesar 41,1%. Hasil uji statistik bivariat(α=0,05) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi pangan dengan status gizi (IMT/U) pada anak usia 6-12 tahun (p=0,002). Sampel usia 13-18 thn dengan tingkat sosial ekonomi rendah ditemukan berstatus gizi kurus sebesar 20,8% lebih besar dibandingkan dengan tingkat sosial ekonomi tinggi (7,0%) dengan nilai p=0,000. Hal yang serupa ditemukan pula pada kelompok dewasa dimana yang berstatus sosial ekonomi rendah, lebih besar (13,9%) yang kurus dibandingkan dengan sampel berstatus sosial ekonomi tinggi (9,1%) dengan nilai p=0,012. Perbaikan status gizi di Kabupaten Mamuju memerlukan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan edukasi mengenai konsumsi makanan yang bervariasi.

Kata Kunci : Status Gizi, Endemik malaria, pola konsumsi pangan, tingkat sosial ekonomi.

Abstract :In addition to the infection, a variety of other factors contributing to nutritional status in malaria-endemic areas such as food consumption patterns and socioeconomic levels. This study was aimed to assess the association of food consumption patterns and socioeconomic level with nutritional status in malaria endemic area, Mamuju, West Sulawesi, Indonesia. This study was an observational analytic with cross-sectional design conducted in 15 subdistricts in Mamuju Regency West Sulawesi Province with total sample were 4401 peoples. Sample was taken by multi-stages random sampling. Collecting data using a structured questionnaire (family data and socio-economic status), food frequency (consumption pattern), and anthropometric measurements (nutritional status). Data analysis was performed using SPSS ver.16. The results showed that the prevalence of stunting of children under five year old was 38.5%, wasting of infants, school-age children, adolescents and adults were5.6%, 9.4%, 8.9%, and 10.1%, respectively .Overweight among adults was 44.2% and CED (chronic energy deficiency) among women of childbearing age was 17.1%. Food consumption patterns were not varied by 85.4% and 41.1% with lower socio-economic. The results of the bivariate statistical test (α = 0.05) showed that there was a significant relationship between food consumption patterns and nutritional status (BMI /A) in children aged of 6-12 years (p = 0.002). Among

(2)

936

Samples of aged 13-18 year old oflower socioeconomic levels wasting was 20.8%,it was greater than in high socioeconomic level (7.0%) with a value of p = 0.000. Similar things wasalso found in the adult group, in a lower socioeconomic status 13.9% were underweight compared tosample of high socioeconomic status (9.1%) with a value of p = 0.012. Improving the nutritional status in Mamuju require efforts to improve welfare and education on various food consumption.

Keywords :Nutritional Status, Malaria-endemic, Food consumption pattern,Socio-economic level. Pendahuluan (Intoduction)

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, di lebih dari 107 negara, yang dihuni oleh sekitar 2,4 milyar penduduk, atau 40% dari total penduduk dunia (Greenwood, 2004). Sebagian besar dari penderita malaria ini bermukim di wilayah yang endemis malaria, yang memungkinkan terjadinya infeksi kronis atau infeksi berulang.Pada beberapa wilayah di Afrika pada waktu tertentu, hampir 100% anak menunjukkan fase

aseksual parasit malaria dalam darah

mereka (Ghosh, 2007).

Berdasarkan Riskesdas Nasional tahun 2007, penyakit malaria menempati urutan ke enam dari mortalitas penyakit menular yaitu sebesar 4,6%, dan menempati urutan ke tiga pada proporsi penyebab kematian kelompok umur 5 – 14 tahun di daerah pedesaan (Litbangkes RI, 2007).

Di luar Jawa-Bali, insiden malaria klinis (Annual Malaria Incidence/AMI) dilaporkan jauh lebih tinggi dibandingkan malaria di Jawa-Bali yaitu 16 per 1.000 penduduk pada tahun 1997 dan cenderung terus meningkat. Pada masa krisis ekonomi tahun 2000, AMI meningkat hampir dua kali lipat yaitu menjadi 31 per 1.000 penduduk, dan kemudian menurun perlahan menjadi 22 per 1.000 penduduk pada tahun 2003 (Depkes RI, 2004).

Umumnya penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah.Di Indonesia, malaria tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah dengan ketinggian sampai 1.800 meter di atas permukaan laut (Soedarmo dkk, 2008).

Lebih dari separuh kematian anak yang terkait dengan penyakit infeksi utamanya disebabkan oleh kekurangan gizi (Caulfieldet al., 2006). Pada kasus malaria, 57,3% kematian yang terjadi disebabkan karena kekurangan gizi (Guinovartet al., 2006; WHO, 2008). Lebih jauh lagi, kekurangan gizi ditemukan memberikan dampak terhadap manifestasi malaria maupun kerentanan terhadap malaria (Caufield, 2004).

Hubungan kausal antara status gizi dan malaria merupakan hal yang rumit. Sebagian hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan gizi meningkatkan kerentanan terhadap malaria (Caufieldet al, 2004). Pada sisi lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa malaria meningkatkan kemungkinan anak-anak mengalamigizi kurang/buruk (Nyakerigaet

al., 2004).

Infeksi malaria tidak selalu memperlihatkan gejala atau penyakit yang jelas. Anak-anak yang mengalami infeksi malaria tetapi tidak memperlihatkan gejala-gejala akut, disebut memiliki

parasitemia asimtomatik (Crookston, 2010). Malaria asimtomatik ini sangat umum ditemukan pada wilayah endemis malaria seperti di Afrika yang beberapa wilayahnya memiliki prevalensi parasitemia malaria sebesar 90%

(Njama-Meyaet al., 2004).Sejauh ini, sebagian besar penelitian mengenai parasitemia

asimtomatik dan kekurangan gizi telah

menandai adanya hubungan antara malaria

asimtomatik dan berbagai indikator kekurangan gizi (Holding and Kitsao-Wekulo, 2004; Friedmanet al., 2005; Mamiro, 2005).

Propinsi Sulawesi Barat termasuk daerah endemik malaria. Di Propinsi Sulawesi Barat ini ada dua kabupaten yang

(3)

937

mempunyai prevalensi malaria klinis di atas angka nasional, yaitu Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara. Prevalensi malaria klinis di Mamuju adalah 3,5 % ,berada di atas angka prevalensi nasional sebesar 2,9% (rentang : 0,2 - 26,1%)(Litbangkes, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menilai pola konsumsi pangan dan tingkat sosial ekonomi dalam kaitannya dengan status gizi di daerah

endemik malaria, Kabupaten Mamuju,

Propinsi Sulawesi Barat, Indonesia.

Metode Penelitian (Methods)

Penelitian ini dilaksanakan di Seluruh Kecamatan (15 Kecamatan) di Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat yang merupakan salah satu kabupaten yang endemis malaria.

Penelitian ini merupakan bagian dari baseline penelitian Program Hibah Kompetisi berbasis Institusi (PHKI) Tema D dari DIKTI yang dimenangkan oleh Universitas Hasanuddin. Rancangan penelitian yang digunakan dalam baseline

survey ini adalah observasional analitik

dengan desain cross-sectional.Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah status

gizi, sedangkan variabel independen adalah pola konsumsi pangan keluarga dan tingkat sosial ekonomi.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berada di Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi barat. Sampel pada penelitian ini adalah penduduk yang terpilih pada lokasi desa yang menjadi tempat pengambilan sampel. Perhitungan sampel untuk penelitian ini disesuaikan dengan yang digunakan oleh PHKI-Tema D UNHAS (Astuti N, dkk., 2010) yang berdasarkan pada besaran populasi 285.528 orang, Prevalensi

malaria sebesar 3,5% (Riskesdas, 2007) dengan confidence interval 95%, relative

presisi 15% sehingga diperoleh jumlah

sampel sebesar 4.631 yang dibulatkan menjadi 4.700 responden. Responden ini dipilih pada 47 desa yang tersebar pada 15

kecamatan, dimana pada setiap desa akan diambil 100 responden. Setelah dilakukan restriksi data, jumlah sampel yang memenuhi kriteria untuk penelitian ini adalah 4.401 sampel.

Pengumpulan data

Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer menggunakan kuesioner terstruktur, formulir Food Frekuensi dan pengukuran

antropometrik, sedangkan data sekunder

bersumber dari Dinas kesehatan dan puskesmas. Uraian pengumpulan data primer sebagai berikut:

a. Kuesioner terstruktur, meliputi kuesioner Rumah Tanggadan Individu melalui wawancara. Termasuk di dalamnya data tingkat sosial ekonomi. b. Formulir Food Frekuensi untuk

memperoleh informasi pola konsumsi pangan keluarga.

c. Pengukuran antropometrik untuk status gizi yang mencakup pengukuran berat badan, tinggi badan / panjang badan, dan Lingkar lengan atas (LLA) berdasarkan prosedur WHO.

Analisis data

Analisis data dimulai dari pemeriksaan data isian pada instrumen, kemudian dilanjutkan dengan pemberian kode, entry data, dan cleaning data. Data yang telah diolah dengan benar selanjutnya dilakukan analisis yang meliputi analisis

univariat dan bivariat. Analisis bivariat

menggunakan uji chi-square dengan nilai α=0,05.

Hasil dan Pembahasan (Result and Discuss)

Karakteristik sampel

Sebagian besar sampel dalam penelitian ini adalah wanita (56,3%) dengan kelompok umur terbanyak adalah dewasa muda (39,3%). Tingkat pendidikan responden

(4)

938

tergolong rendah, hanya 2,1% yang menamatkan perguruan tinggi. Cukup tinggi angka pengangguran yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu

sebesar 20,9%. Untuk responden yang bekerja, sebagian besar sebagai petani/buruh (63,9%)(Tabel 1).

Tabel 1. Distribusi karakteristik umum responden di daerah endemik malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi

Sulawesi Barat Variabel n % Jenis Kelamin (n=4.401) Laki-laki Perempuan Kelompok Umur (n=4.401) ≤ 5 tahun 6 – 12 tahun 13 – 18 tahun 19 – 45 tahun 46 – 60 tahun > 60 tahun

Status Pendidikan Tertinggi (n=4.401)

Tidak pernah sekolah

Tidak/Belum tamat SD dan belum sekolah Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

Status Bekerja (n=4.401) Bekerja Belum bekerja Tidak bekerja IRT Jenis Pekerjaan/Profesi (n=1.220) PNS / TNI / POLRI BUMN / Pegawai Swasta Wiraswasta / Pedagang / Jasa Petani/buruh Lainnya 1.925 2.476 533 986 554 1.729 396 203 626 1.409 1.183 611 478 94 1.220 1.404 921 856 88 27 198 779 128 43,7 56,3 12,1 22,4 12,6 39,3 9,0 4,6 14,2 32,0 26,9 13,9 10,9 2,1 27,7 31,9 20,9 19,5 7,2 2,2 16,2 63,9 10,5

Status sosial ekonomi keluarga

Berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) Propinsi Sulawesi Barat, ditemukan sebagian besar responden (71,9%) memiliki pendapatan perbulan yang kurang dari UMR (Rp.1.270.000). Status kemiskinan yang diukur dari pengeluaran rumah tangga untuk pangan ditemukan responden yang tergolong miskin sebesar 15,8%. Sedangkan status sosial ekonomi yang dinilai dari pendapatan, pengeluaran dan tingkat pendidikan responden ditemukan sebagian

besar (41,1%) responden tergolong sosial ekonomi rendah, dan hanya 19,7% yang termasuk sosial ekonomi tinggi (Tabel 2).

Pola konsumsi pangan keluarga

Walaupun umumnya di Indonesia setiap keluarga makan rata-rata 3 kali sehari, namun dalam penelitian ini ditemukan sebesar 23,2% keluarga responden yang makanan utama kurang dari tiga kali sehari. Terdapat 20,2% keluarga responden yang tidak terbiasa makan pagi namun 40,8 keluarga responden biasa menyajikan makanan selingan. Masih ada 5,2%

(5)

939

keluarga yang tidak menggunakan garam beryodium. Berdasarkan penilaian komponen kelengkapan kelompok makanan yang dikonsumsi responden,

ditemukan sebagian besar (85,4%) responden memiliki mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi (Tabel 3).

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan status sosial ekonomi keluarga di daerah endemik malaria, Kabupaten

Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Variabel n % Pendapatan Keluarga < UMR ≥ UMR Pengeluaran Keluarga ≥ 80% untuk pangan < 80% untuk pangan

Tingkat Sosial Ekonomi

Rendah Menengah Tinggi 3.161 1.238 695 3.706 1.811 1.723 867 71,9 28,1 15,8 84,2 41,1 39,2 19,7 * :UMR Prop.Sulbar = Rp. 1.270.000

Tabel 3. Gambaran pola konsumsi panganpenduduk di daerah endemik malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi

Sulawesi Barat

Variabel n %

Makanan Utama

< 3 kali sehari ≥ 3 kali sehari

Kebiasaan makan pagi

Tidak Ya

Konsumsi makanan selingan

Tidak Ya

Yodium Garam

Tidak mengandung yodium Tidak cukup

Cukup

Pola konsumsi pangan

Kurang Bervariasi Bervariasi 1.019 3.382 889 3.512 2.607 1.794 230 1.368 2.803 3.760 641 23,2 76,8 20,2 79,8 59,2 40,8 5,2 31,1 63,7 85,4 14,6 Status Gizi

Masalah status gizi utama yang dihadapi oleh balita di lokasi penelitian adalah pendek dan BB kurang. Prevalensi kedua masalah ini terlihat cukup tinggi terutama masalah pendek yang ditemukan ada yang mencapai angka 40%. Untuk kelompok anak dan remaja ditemukan pula masalah yang sama yaitu masalah stunting

(pendek), namun prevalensi pendek ini terlihat semakin meningkat seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan untuk kelompok dewasa ditemukan masalah yang sekarang ini menjadi masalah global yaitu kegemukan. Prevalensi gemuk dalam penelitian ini ditemukan cukup tinggi dengan rentang 27% sampai 55%. Masalah KEK (kekurangan energi kronis)

(6)

940

ditemukan cukup tinggi pula, hampir pada semua kecamatan, namun masih jauh

dibawah stuntingdan kegemukan (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi status gizi antropometri pendudukberdasarkan kelompok umur di daerah endemik malaria,

Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Indikator Status Gizi n %

Balita (0-5 th) (n=533) BB kurang (BB/U) Pendek (TB/U) Kurus (BB/TB) Anak (6-12 th) (n=986) Pendek (TB/U) Kurus (IMT/U) Remaja (13-18 th) (n=554) Pendek (TB/U) Kurus (IMT/U) Dewasa (≥19 th) (IMT) (n=2328) Kurus Gemuk WUS (15-45 thn) (n=1309) KEK 130 205 30 434 93 293 49 235 1.029 224 24,4 38,5 5,6 44,0 9,4 52,9 8,9 10,1 44,2 17,1

(7)

941

Tabel 5. Distribusi status gizi antropometri responden usia 0 – 5 tahun di daerah endemik malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Variabel BB/U P valu e TB/U P valu e BB/TB P valu e B B s an gat k u ran g B B k u ran g Nor m al B B lebi h Ob es it as P en d ek Nor m al S an gat k u ru s Ku ru s Nor m al Gem u k Ob es it as Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Pola konsumsi pangan

Kurang bervariasi Bervariasi

Tingkat sosial ekonomi

Rendah Menengah Tinggi 4,8 4,6 4,8 3,8 5,4 1,2 0,0 18,8 20,6 19,6 20,3 20,5 14,3 100,0 74,5 73,3 73,8 74,7 72.5 82,1 0,0 1,5 0,8 1,1 1,3 0,9 0,0 0,0 0,4 0,8 0,7 0,0 0,7 0,0 0,0 0,873 0,949 0,205 39,1 37,8 39,4 32,9 39,3 33,3 100,0 60,9 62,2 60,0 67,1 60,7 66,7 0,0 0,051 0,272 0,264 1,5 2,7 2,2 1,3 2,5 0,0 0,0 8,5 2,7 5,9 3,8 6,0 3,6 0,0 86,0 92,4 88,1 94,9 88,2 94,0 100,0 1,8 1,5 2,0 0,0 1,8 1,2 0,0 2,2 0,8 1,8 0,0 1,6 1,2 0,0 0,022 0,386 0,904 * : Chi Square

Tabel 6. Distribusi status gizi antropometri responden usia 6 – 12 tahundi daerah endemic malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Variabel

TB/U IMT/U

Pendek Normal P value Sangat

kurus Kurus Normal Gemuk Gemuk P value Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Pola konsumsi pangan

Kurang bervariasi Bervariasi

Tingkat sosial ekonomi

Rendah Menengah Tinggi 43,2 44,8 44,8 39,5 45,1 42,6 30,0 56,8 55,2 55,2 60,5 54,9 57,4 70,0 0,657* 0,227* 0,228* 4,0 3,1 3,7 2,7 3,4 3,6 6,7 6,1 5,7 5,6 7,5 5,9 6,0 3,3 88,7 90,6 90,2 86,4 90,0 89,2 86,7 0,6 0,4 0,4 1,4 0,4 0,4 3,3 0,6 0,2 0,1 2,0 0,3 0,8 0,0 0,726* 0,004* 0,485*

(8)

942

Variabel

TB/U IMT/U

Pendek Normal P value Sangat

kurus Kurus Normal Gemuk Gemuk P value Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Pola konsumsi pangan

Kurang bervariasi Kurang

Tingkat sosial ekonomi

Rendah Menengah Tinggi 51,2 54,1 54,3 44,2 66,7 51,5 47,1 48,8 45,9 45,7 55,8 33,3 48,5 52,9 0,499* 0,098* 0,008* 4,2 2,2 3,1 2,6 6,3 2,0 3,2 7,5 4,5 5,0 10,4 14,6 4,0 3,8 87,5 91,4 90,1 87,0 79,2 91,7 92,4 0,4 1,9 1,5 0,0 0,0 2,3 0,0 0,4 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,6 0,100* 0,317* 0,000* * :Chi Square

Tabel 8. Distribusi status gizi antropometri responden usia ≥ 19 tahundi daerah endemic malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Variabel

IMT

P value Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Pola kons. pangan

Kurang bervariasi Bervariasi Tingkat sosek Rendah Menengah Tinggi 4,5 3,7 4,2 3,3 6,1 3,4 3,4 7,3 5,3 6,2 5,6 7,9 5,4 5,8 56,1 38,7 46,2 42,9 45,2 46,6 44,7 15,2 17,0 16,2 16,9 14,3 17,3 16,4 17,0 35,2 27,3 31,4 26,6 27,4 29,8 0,000* 0,523* 0,059* * :Chi Square

(9)

943

Untuk variabel status gizi KEK pola konsumsi pangan dan tingkat sosial ekonomi tidak bermakna terhadap kejadian KEK. Akan tetapi, dapat dilihat adanya

kecenderungan bahwa WUS (wanita usia subur) yang pola konsumsi pangannya kurang bervariasi lebih tinggi yang mengalami KEK (Tabel 9).

Tabel 9. Distribusi status gizi KEK (kurang energi kronis) responden wanita usia subur (15-45

tahun)di daerah endemik malaria, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat

Variabel

KEK

P value Ya Tidak

Pola konsumsi pangan

Kurang bervariasi Bervariasi

Tingkat sosial ekonomi

Rendah Menengah Tinggi 17,7 13,9 17,6 16,7 17,6 82,3 86,1 82,4 83,3 82,4 0,205* 0,910* * :Chi - Square

Hasil penelitian ini menunjukkan tingginya kejadian stunting (pendek) di lokasi penelitian. Kejadian stunting ini menunjukkann bahwa di kabupaten mamuju telah terjadi masalah gizi kronis yang telah berlangsung lama.Selain diduga karena faktor infeksi malaria, peranan status sosial ekonomi dan pola konsumsi pangan juga sangat dipertimbangkan.

Berdasarkan hasil tabulasi silang diperoleh bahwa pada kelompok anak usia 0-5 tahun ditemukan kejadian stunting (pendek) dan kurus lebih besar pada kelompok yang mengkonsumsi makanan kurang bervariasi. Sedangkan untuk status gizi gemuk ditemukan bahwa semakin tinggi status sosial ekonominya maka semakin tinggi pula proporsi yang gemuk.

Untuk status gizi IMT/U pada kelompok anak usia 6-12 tahun ditemukan bahwa anak yang gemuk semakin besar proporsinya seiring dengan peningkatan sosialekonomi. Ditemukan hubungan yang signifikan antara pola konsumsi pangan keluarga dengan status gizi IMT/U pada anak usia 6-12 tahun (p<0,05). Sedangkan untuk kelompok remaja (usia 13-18 tahun) hubungan yang signifikan hanya ditemukan antara tingkat sosial ekonomi dengan status gizi IMT/U (p<0,05).

Pada kelompok dewasa, terlihat hasil yang cukup mengejutkan dimana

prevalensi gemuk ditemukan sangat tinggi.Untuk variabel pola konsumsi pangan nampaknya tidak berkorelasi kuat dengan gemuk melainkan dengan kurus dimana pada kelompok yang konsumsi pangannya kurang bervariasi lebih besar yang berstatus gizi kurus. Sedangkan untuk tingkat sosial ekonomi tergambar bahwa semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, maka proporsi orang gemuk semakin tinggi pula (p<0,05).

Beban gemuk pada orang dewasa di Indonesia pada umumnya memang telah menjadi sebuah trend masalah dalam bidang gizi dan kesehatan. Keberadaan double burden gizi di Indonesia ini membuat penanganan masalah gizi di Indonesia menjadi cukup rumit untuk diselesaikan. Pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas, gemuk sangat terkait dengan pola hidup yang kurang sehat.

Kesimpulan dan Saran (Conclusion and Suggestion)

Ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi pangan dengan status gizi pada anak usia 6-12 tahun di kabupaten mamuju. Ada hubungan yang

(10)

944

signifikan antara tingkat sosial ekonomi dengan status gizi pada remaja usia 13-18 tahun dan orang dewasa usia ≥ 19 tahun di Kabupaten Mamuju. Perbaikan status gizi di Kabupaten Mamuju memerlukan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan edukasi mengenai konsumsi makanan yang bervariasi berdasarkan pedoman umum gizi seimbang.

Ucapan Terima kasih

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada peneliti PHKI-D UNHAS, Dinkes Propinsi Sulbar dan Dinkes Kabupaten Mamuju

Daftar Pustaka

Astuti N, dkk. 2010.Penanggulangan

malaria berbasis fakta : Studi kasus di Kab. Mamuju, Sulawesi Barat. Laporan Penelitian, Universitas Hasanuddin.

Caulfield L, Richard SA, Black RE: Undernutrition as an underlying cause of malaria morbidity and mortality in children less than five years old. Am J Trop Med Hyg 2004, 71(Suppl 2):55-63. Caulfield L, Richard S, Rivera J, Musgrove P,

Black R. Stunting, Wasting, and Micronutrients deficiency disorder. Disease Control Priorities in Developing Countries.Washington, DC: Oxford University Press. 2006, 551-567.

Crookston B, et.al. Exploring the relationship between chronic undernutrition and asymptomatic malaria in Ghanaian children.Malaria Journal 2010, 9:39. Depkes RI, 2004. Profil PPM-PL Tahun 2004.

Dit jend PPM-PL, Jakarta.

Friedman JF, Kwena AM, Mirel LB, Kariuki SK, Terlouw DJ, Philips-Howard PA, Hawley WA, Nahlen BL, Shi YP, Ter Kuile FO. Malaria and Nutritional Status among Pre-School Children: Results from Cross-Sectional Surveys in Western Kenya. Am J Trop Med Hyg 2005, 73:698-704.

Ghosh, Kanjaksha & Ghosh

Kinjalka.Pathogenesis of anemia in malaria: a concise review. Parasitol Res (2007) 101:1463-1469.

Greenwood. "Editorial: Treating Malaria in Africa," British Medical Journal - BMJ

2004;328:534-535 (6 March),

doi:10.1136/bmj.328.7439.534.

Guinovart C, Navia MM, Tanner M, Alonso PL. Malaria: burden of disease. Curr Mol Med 2006, 6:137-140.

Holding PA, Kitsao-Wekulo PK: Describing the burden of malaria on child development: what should we be measuring and how should we be measuring it?. Am J Trop Med Hyg 2004, 71:71-79.

Litbangkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Kemenkes RI ; Jakarta.

Mamiro PS, Kolsteren P, Roberfroid D, Tatala S, Opsomer AS, Van Camp JH: Feeding practices and factors contributing to wasting, Stunting, and iron-deficiency anemia among 3-23 month old children in Kilosa district, rural Tanzania. J Health Popul Nutr 2005, 23:222-230. Njama-Meya D, Kamya MR, Dorsey G:

Asymptomatic parasitaemia as a risk factor for symptomatic malaria in a cohort of Ugandan children. Trop Med Int Health 2004, 9:862-868.

Nyakeriga AM, Troye-Blomberg M, Chemtai AK, Marsh K, Williams TN:Malaria and nutritional status in children living on the coast of Kenya. Am J Clin Nutr 2004, 80:1604-1610.

Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI.Malaria. Dalam:Buku ajar infeksi & pediatric tropis. Edisi ke-2. Jakarta: IDAI; 2008. H.408-37.

World Health Organization.World Malaria Report 2008. Geneva: WHO 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen asli yang dibawa pada pembuktian kualifikasi adalah (1) Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli dari yang menghadiri pembuktian kualifikasi, KTP asli pengurus perusahaan,

Misi dakwah dalam hal ini adalah menyadarkan manusia sebagai makhluk individual yang harus meningkatkan diri pada khaliknya dan mengintegrasikan dirinya dengan masyarakat..

Upaya memperbaiki kualitas dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah sangat ditentukan oleh kepemimpinan Kepala Sekolah dalam manajemen yang efektif. Maju mundurnya suatu

LEGAL PLURALISM : VOLUME 5 NOMOR 2, JULI 2015 290 yang menyebabkan retaknya hubungan antara pihak nelayan pemilik kapal dengan pihak nelayan penggarap Pada perjanjian ini juga

Maka dari itu, peluang investasi yang ditawarkan dari Kabupaten Merauke adalah pengembangan pertanian tanaman padi.. Hal ini sejalan dengan besarnya kontribusi dari

Burhanuddin Harahap (Masyumi) sebagai formatur kabinet. Kejadian ini baru pertama kali di Indonesia, formatur kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat

Terjadinya penurunan jumlah tangkapan imago betina PBKo pada hari ke-5 hingga hari ke-7 di setiap waktu pengamatan disebabkan karena jumlah senyawa volatil air hasil

· Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah