BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1.1.1. Puluhan Sekolah Dasar Ditutup
Seperti dilansir pada news.liputan6.com, sebanyak 64 Sekolah Dasar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditutup pada tahun ajaran 2000/2001 karena kekurangan murid. Hal serupa juga dialami di Sragen. Berdasarkan berita yang dimuat pada krjogja.com pada tahun 2014 sebanyak 13 Sekolah Dasar di Kabupaten Sragen akan ditutup. Sementara di Bantul, pemerintah daerah menargetkan tahun 2015 merampungkan birokrasi mengenai perampingan dinas dan regrouping sekolah, terutama Sekolah Dasar.
Banyaknya Sekolah Dasar yang ditutup atau mengalami penggabungan dengan Sekolah Dasar lain memiliki beberapa alasan. Kurangnya jumlah guru menjadi kendala dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Tak hanya itu, sedikitnya murid yang mendaftar pada setiap tahun ajaran menjadi penyebab utama dilakukannya kebijakan ini. Hal ini berdampak pada pertimbangan efektifitas penggunaan fasilitas sehingga bisa menghemat anggaran operasional. Jika ditelisik lebih dalam, kurangnya murid yang mendaftar bisa disebabkan oleh kurangnya kesadaran pendidikan dan tuntutan ekonomi sehingga seorang anak lebih memilih untuk bekerja daripada sekolah. Selain itu, kualitas pendidikan di sekolah yang rendah sehingga orang tua murid lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah yang lebih baik. Dikutip dari edukasi.kompasiana.com, seorang wali murid mengaku rela membayar lebih untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Hal ini berseberangan dengan kondisi wali murid yang anaknya mengenyam pendidikan di sekolah yang ditutup.
Akibat adanya penutupan atau regrouping sekolah berdampak besar bagi pertumbuhan mental anak. Terlebih, sebagian besar kasus ini terjadi pada jenjang Sekolah Dasar. Masa kanak-kanak yang harusnya mengalami waktu bersenang-senang harus dihadapkan pada dampak birokrasi yang berbelit.
1.1.2. Kondisi Masyarakat Perkotaan di Indonesia
generasi muda. Generasi muda terkungkung dalam kotak yang membatasi dirinya dengan lingkungan sekitar. Bagaimana tidak, keluar dari rumah langsung masuk ke dalam mobil kemudian sesampainya pada tempat tujuan memasuki ke gedung lagi. Kondisi seperti ini menyebabkan sikap acuh terhadap lingkungan sekitar sehingga permasalahan yang ada di dekat mata menjadi terabaikan.
1.1.3. Fenomena Pendidikan di Indonesia
Topik pembahasan mengenai sistem pendidikan di Indonesia tidak pernah ada habisnya. Mulai dari penyelenggaraan Ujian Nasional yang menuai banyak pendapat, proses belajar mengajar yang monoton, hingga kurikulum pendidikan nasional yang sering berganti-ganti. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan pondasi utama dalam menjalankan roda kehidupan dan juga implementasi pada pembangunan nasional.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah mencapai 17.500 pulau. Akan tetapi persebaran penduduk yang terpusat di Pulau Jawa menyebabkan daerah lain terkesan ‘terpinggirkan’. Hal ini diakibatkan pemenuhan fasilitas dan infrastruktur menjadi tidak merata. Terlebih dalam hal pendidikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2013 sebanyak 6,08% penduduk Indonesia menderita buta huruf. Sedangkan angka putus sekolah yang dialami oleh penduduk Indonesia tergolong tinggi. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Program of International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012, Indonesia berada dalam urutan ke 64 dari 65 negara. Hal-hal yang disurvey meliputi kemampuan dalam bida matematika, membaca, dan sains.
Keprihatinan selanjutnya terlihat dari mental masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah. Adanya perebutan kekuasaan, korupsi, pemanfaatan sumber daya alam secara serakah merupakan perilaku yang terpupuk sejak usia dini. Akhir-akhir ini, banyak berita mengenai kasus kekerasan yang dilakukan terhadap anak. Pelakuknya pun berasal dari teman-temannya sendiri. Sebagai contoh, pada kasus bully yang dilakukan oleh murid SD di Bukittinggi terhadap temannya sendiri. Dikutip dari republika.co.id, sebuah video menayangkan sejumlah murid laki-laki memukili dan menendang teman perempuannya beredar di jejaring social. Dalam video tersebut, seorang siswi di pojok ruangan dihujani pukulan dan tendangan oleh sekitar dua siswa dan satu siswi.
Dari kasus-kasus yang terjadi, pendidikan memegang peranan penting dalam pembentukan mental dan peningkatan kapasitas masyarakat. Sistem pendidikan dianggap gagal untuk membentuk generasi-generasi yang tangguh dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu terobosan dalam bidang pendidikan yang mampu mencetak insan-insan muda berbakat.
1.1.4. Hubungan Pendidikan dan Alam
Pada dasarnya, manusia adalah bagian dari alam. Tercipta dari saripati tanah, manusia memiliki kedekatan yang erat dengan lingkungan alam. Lingkungan alam sekitar berupa keanekaragaman hayati, beragam jenis fauna, serta berbagai peristiwa alam merupakan anugerah Tuhan yang diberi secara cuma-cuma. Di Indonesia terdapat 80% jenis flora dan fauna dunia, dengan 20% yang teridentifikasi. Tidak hanya itu, interaksi sosial yang terjadi antar sesama makhluk hidup merupakan salah satu kekayaan alam.
Dewasa ini, pengertian alam telah mengalami perluasan makna. Alam yang hanya bermakna pepohonan dan hewan kini menjadi deretan gedung-gedung, pemukiman juga disebut alam. Alam adalah lingkungan sekitar yang bersentuhan langsung dengan manusia. Interaksi langsung antara manusia dan alam bukan berarti kepedulian menjadi terbangun. Batas-batas imajiner menjadi dinding antara alam dan manusia sehingga hubungan tidak sehat.
Oleh karena itu, diperlukan adanya perubahan pola perilaku manusia agar tidak hanya mendekatkan diri pada alam tetapi juga turut menjaga kelestarian alam.
Menumbuhkan pola pikir untuk menjaga lingkungan dapat dimulai dari masa kanak-kanak dengan mengenalkannya pada lingkungan alam sekitar. Pendidikan berbasis alam yang memfokuskan anak mengalami langsung suat peristiwa akan dengan mudah menerima ilmu pengetahuan. Tidak hanya bermanfaat bagi anak, kesadaran yang ditumbuhkan melalui pendidikan alam dapat menunjang kesadaran anak akan kelestarian alam.
1.1.5. Pamulang sebagai Representasi Perkotaan
Pamulang adalah salah satu kecamatan di kota Tangerang Selatan, Banten. Pamulang merupakan daerah pemekaran dari kecamatan Ciputat lalu mengalami penambahan luas area Depok dan kota Tangerang. Berdasarkan Badan Pusat
Statistika tahun 2010, Pamulang memiliki luas wilayah 26.82 km2 dengan kepadatan penduduk tertinggi se-Tangerang Selatan.
Pamulang merupakan daerah padat pemukiman yang tersebar di 8 kelurahan. Tipe pemukiman berupa perkampungan yang dimiliki oleh penduduk pribumi, kontrakan bagi para pendatang. Tak hanya itu, menjamurnya perumahan menambah kepadatan Pamulang. Tak hanya itu, kemacetan di jalan sering terjadi terutama pada pagi dan sore hari.
1.2.Permasalahan
1.2.1. Permasalahan Umum
a. Proses kegiatan belajar mengajar di sektor pendidikan formal yang masih terbatas pada dinding-dinding kelas. Siswa menerima materi dari guru yang menerangkan. Mengerjakan soal-soal latihan merupakan makanan sehari-hari. Sehingga aplikasi terhadap ilmu yang sudah didapat menjadi kurang.
b. Kurangnya kepekaan masyarakat pada lingkungan karena pada usia kanak-kanak tidak diperkenalkan secara langsung pada alam.
1.2.2. Permasalahan Khusus
a. Menghadirkan sekolah di tengah-tengah kecamatan Pamulang dengan mengedepankan prinsip-prinsip dari sekolah alam.
b. Mengedepankan kualitas pendidikan melalui sarana dan prasarana sekolah tanpa memberikan dampak signifikan pada biaya operasional sekolah.
1.3. Tujuan dan Sasaran Tujuan
a. Memberikan alternatif sistem pendidikan khususnya sekolah dasar dengan cara mendekatkan pengguna pada alam dengan kolaborasi pada lingkungan sekitar.
Sasaran
a. Melakukan analisis potensi dan permasalah site yang mampu dijadikan bahan ajar dan keunikan desain
1.4. Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan pada penulisan ini terdiri dari analisis aktifitas pembelajaran pada sekolah alam yang dilaksanakan oleh guru, siswa, maupun pengelola. Adanya unsur social budaya serta lingkungan dapat memberikan pengaruh pada proses perancangan. Diskusi dan wawancara kepada pengguna untuk merumuskan dan memecahkan masalah. Kondisi site dijadikan bahan pertimbangan sehingga permasalahan fasilitas bangunan dan lingkungan dapat terpenuhi melalui konsep perancangan.
1.5.Metode Pengumpulan Data Observasi
Pengamatan dilakukan dengan mengunjungi sekolah alam yang telah berdiri. Dengan melihat secara langsung, peneliti mencari tahu proses belajar mengajar, system yang diterapkan, serta fungsi bangunan yang dibutuhkan di sekolah alam. Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan menganalisis kelebihan dan kekurangan sekolah alam berdasarkan kondisi nyata.
Wawancara
Wawancara membantu memperdalam analisis kebutuhan pengelola sekolah alam dan juga siswa. Hal ini dilakukan agar aspirasi dari pengguna dapat menajdi bahan pertimbangan desain.
Studi Literatur
Pengumpulan data dilakukan melalui artikel, buku, maupun website yang berkaitan dengan topic pembahasan. Mendapatkan sumber informasi yang valid akan membantu memperkuat data.
1.6.Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang mengenai fenomena pendidikan di Indonesia, perumusan masalah umum dan khusus, tujuan dan sasara penulisan, lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
BAB II Tijauan Pustaka
Bab ini membahas tentang kurikulum 2013 yang diterapkan pada pada sector pendidikan formal, tinjauan psikologi dan kebutuhan anak usia SD sebagai pengguna, Selain itu, terdapat kajian teori mengenai definisi dan karakteristik sekolah alam serta pendidikan
BAB III Tinjauan Lokasi dan Analisis Site
Bab ini dijelaskan mengenai lokasi yang dijadikan lahan perancangan. Penjabaran alasan pemilihan lokasi dan analisis site dilakukan untuk memperkuat konsep perancangan. BAB IV Pendekatan Konsep
Uraian mengenai prinsip-prinsip yang digunakan untuk merumuskan konsep perancangan melalui pendekatan yang dipilih.
BAB V Konsep Perencanaan dan Perancangan
Membahas mengenai konsep perencanaan dan perancangan untuk memenuhi kebutuhan fungsi sekolah alam dengan penerapan pendekatan flexibilitas ruang. Konsep berupa perancangan kawasan, bangunan, maupun lansekap.
1.7.Keaslian Kepenulisan
Referansi yang digunakan dalam proses penulisan digunakan untuk pengambilan data, acuan penulisan antara lain:
Supercamp, Sekolah Alternatif, Ruang sebagai Tantangan Oleh: Kurnia Widyastuti
Dosen: Ir. Ra. Wondoamiseno
Sanggar Anak Alam, Sekolah Alternatif Berbasis Alam dengan Pendekatan Integrasi Ruang Luar dan Ruang Dalam
Oleh: Intan Qurrotul Aini
Dosen: Ir. Slamet Sudibyo, M.T.
Pengembangan Sanggar Tari Tradisional degan Citra Budaya Banyuwangi sebagai Fasilitas Pendidikan Non Formal di Kota Tangerang Selatan
Oleh: Synthia Widya Wimala Dosen: Dr. Ing. Ir. E. Pradipto
Sekolah Alam Anak Jalanan di Cirebon dengan Pendekatan Edukasi Rekreatif Oleh: Muanisya Sanjaya