• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KETERPAPARAN MEDIA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KETERPAPARAN MEDIA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

5 HUBUNGAN KETERPAPARAN MEDIA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Isnaeni Rofiqoch1*

1*Dosen Program Studi Kebidanan DIII FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email : neni.rofiqoch@gmail.com

Received date: 16/08/2017, Revised date: 13/10/2017, Accepted date: 23/11/2017

ABSTRACT

Adolescents are the next generation who will be the backbone of the nation in the future. Adolescents are particularly vulnerable to the risk Triad Adolescent Reproductive Health (ARH). BKKBN through Resilience Youth Development Sector in providing information on reproductive health using a variety of media including electronic media, print media and car lighting, KB. To determine the relationship media information exposure to knowledge and adolescent attitudes about reproductive health. Observational analytic with cross sectional apporch at the Prodi DIII Midwifery Faculty of Health Sciences (Fikes) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). With a sampling method is purposive sampling that whole second semester student of Midwifery DIII Fikes UMP were present on the day of data collection and who met the inclusion criteria and analyze by Chi Square test. Analysis in this study there was no association between exposure of information media to adolescent knowledge with about reproductive health velue p value 0,704 (p>0,05) and there was no correlation between exposure of information media to attitude about reproductive health velue p value 0,845 (p>0,05).

Keywords : Adolescents, attitude, knowledge, media information, reproductive health ABSTRAK

Remaja merupakan generasi penerus yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa depan. Remaja sangat rentan terhadap resiko Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). BKKBN melalui Bidang Bina Ketahanan Remaja dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi menggunakan berbagai media antara lain media elektronik, media cetak serta mobil penerangan KB. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan keterpaparan media terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain Cross Sectional. Metode pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yaitu seluruh mahasiswa semester II Kebidanan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang hadir pada hari pengambilan data dan yang memenuhi kriteria inklusi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis bivariat pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan media informasi terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan nilai p velue 0,704 (p>0,05) dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan media informasi terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dengan nilai

p velue 0,845 (p>0,05).

Kata kunci : Kesehatan reproduksi, media informasi, pengetahuan, remaja, sikap PENDAHULUAN

Remaja merupakan generasi penerus yang akan menjadi tulang punggung bangsa di masa depan. Remaja yang kuat akan memiliki kecerdasan sprititual, intelektual serta emosional yang kuat sehingga akan menjadikan bangsa yang kuat. Permasalahan remaja yang kompleks dan mengkhawatirkan memerlukan perhatian besar dalam pembinaanya. Remaja sangat rentan terhadap

(2)

6 RI, 2005). Pencarian jati diri remaja, sering memanifestasikan perilaku yang mengundang risiko dan berdampak negatif bagi dirinya. Selain dari itu, remaja berisiko tinggi terhadap terjadinya kasus yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik sangat berpengaruh terhadap perilaku seksula remaja (Depkes RI, 2005).

BKKBN melalui bidang bina ketahanan remaja mempunyai program untuk merespon permasalahan remaja yang bertujuan melaksanakan dan mengembangkan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang diarahkan untuk mencapai Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah remaja diantaranya melalui Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) akan sangat berarti untuk menjawab permasalahan kesehatan reproduksi remaja. PIK KRR merupakan wadah kegiatan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta perencanaan kehidupan berkeluarga (BKKBN, 2002).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo, K (2008) di SMA Negeri 1 Purbalingga menyebutkan bahwa sebagian besar siswa mengakses informasi tentang kesehatan reproduksi melalui internet dan tabloid. Hasil dari penelitian tersebut banyak siswa yang mengakses informasi yang salah. Siswa cenderung mengakses tentang video-video porno dibandingkan informasi kesehatan reproduksi yang benar. Penelitian oleh Suhandjati (2002) juga menyebutkan bahwa kecanduan akan internet menimbulkan kejahatan baru bagi para penggunanya, terutama kejahatan seksual yang dengan mudah dapat diakses melalui internet oleh siapa saja tidak terkecuali remaja yang pada dasarnya masih di bawah umur.

Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Raden Kevin dalam BKKBN (2002) menyebutkan bahwa dari pihak BKKBN melalui Bidang Bina Ketahanan Remaja dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi sudah menggunakan saluran media lini atas dan saluran media lini bawah. Pada media lini atas media yang digunakan adalah iklan dan talkshow baik di televisi maupun di radio. Media lini bawah menggunakan media seperti poster, leaflet, brosur dan mobil penerangan KB (mupen). Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi sudah dilakukan dari berbagai aspek, akan tetapi masih saja ada yang menyalahgunakan sumber informasi tersebut. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui tentang keterpaparan media tentang kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja.

BAHAN DAN METODE

Penelitian menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Tempat penelitian di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Prodi Kebidanan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Metode pengambilan sampel adalah Purposive

Sampling yaitu seluruh Mahasiswa semester II Kebidanan DIII FIKES UMP yang hadir pada hari

pengambilan data dan yang memenuhi kriteria inklusi. Data di analisis menggunakan uji Chi Square (Sugiono, 2008).

(3)

7 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karateristik Responden

Tabel 1. Karateristik responden

Variabel N % Umur 14 – 16 tahun 17 - 19 tahun ≥ 20 tahun 0 59 3 0 98,33 1,67 Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan 0 62 0 100

Berdasarkan hasil analisis menunujukkan hasil karateristik responden secara mayoritas adalah remaja berumur 17-19 tahun sebanyak 59 (98,33%). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti, Y., 2009). Sedangkan jenis kelamin responden perempuan sebanyak 62 (100%). Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan di Prodi Kebidanan DIII dengan semua mahasiswa kebidanan adalah seorang perempuan.

2. Deskripsi Sumber Informasi

Tabel 2. Deskripsi sumber informasi dari orang tua, guru/dosen, media cetak dan media elektronik

Variabel Frekuensi Persentase (100%)

Orang Tua Ya Tidak 32 30 48,4 51,6 Guru/Dosen Ya Tidak 51 11 17,7 82,3 Media cetak Ya Tidak 22 40 64,5 35,5 Media elektronik Ya Tidak 45 17 27,4 72,6

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2 di atas didapatkan data dari 62 responden sebagian besar mendapatkan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi dari guru yaitu sebesar 51 (82,3%), orang tua 32 (51,6%), media cetak 22 (64,5%) dan media elektronik 45 (72,6%). Guru/dosen atau pengajar merupakan seseorang yang dianggap bisa atau mampu dalam segala hal. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Menurut Noor Jamaluddin (1978) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggungjawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Oleh karena itu banyak mahasiswa yang mendapakan pengetahuan

(4)

8 kesehatan reproduksi meski belum terlalu dalam karena mereka masih semester II. Akan tetapi pada tingkat SMA mereka juga sudah mendapatkan pelajaran tentang kesehatan reproduksi pada mata pelajaran biologi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden sebagian mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua yaitu sebanyak 32 (51,6%). Menurut Harlock (2005) bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam mengantarkan anak-anaknya ke arah dewasa. Ayah dan ibu menjadi sumber informasi utama. Informasi tentang kesehatan reproduksi secara benar dan terpercaya. Perasaan tabu yang masih dimiliki masyarakat, khususnya orang tua atau pendidik pada saat membicarakan seks sudah saatnya dihilangkan dan ditempatkan dalam keadaan yang sewajarnya. Berbicara tentang seks sangat luas sekali dimensinya, hal ini mencakup tentang dimensi fisik, mental maupun sosial. Oleh karena itu membicarakan seks di lingkungan keluarga sangat wajar untuk dapat dibahas bersama-sama antara orang tua dengan anak dan merupakan bukan hal tabu (Setiawati, 2010).

Hasil penelitian menunjukan mahasiswa mendapatkan sumber informasi dari media cetak sebanyak 22 (64,5%) responden dan media elektronik sebanyak 45 (72,6%) responden. Sumber-sumber yang sering mereka akses yaitu dari internet, TV, Radio, poster, koran, buku bacaan dan majalah. Berdasarkan Kuswantono dan Suryanto (2010) menyatakan bahwa diantara berbagai media yang diakses dianggap paling berpengaruh terhadap konsep diri informan terkait dengan perilaku seksual adalah berturut-turut internet dengan situs porno yang juga sering diakses, film yang berbau seks, majalah, tabloid dan lain-lain.

3. Hubungan Keterpaparan Media/Iklan Layanan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Remaja Tabel 3. Hubungan keterpaparan media/iklan layanan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja

Keterpaparan media

Sikap

Total X2 Nilai p

Baik Cukup Kurang

Terpapar 4 41 1 46 62 0,704

Tidak Terpapar 1 14 1 16

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap kurang dan terpapar dengan media/iklan layanan kesehatan yaitu sebanyak 1 responden, responden yang memiliki sikap cukup dan terpapar dengan media/ilkan layanan kesehatan yaitu sebanyak 41 responden. Pada sikap yang baik dan terpapar dengan media/iklan layanan kesehatan yaitu sebanyak 4 responden. Hasil analisis uji chi kuadrat menghasilkan nilai p value 0,704 (>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan media/iklan layanan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja .

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden sebagian besar memiliki sikap cukup baik yaitu sebanyak 41 (66,1%) responden. Berdasarkan Notoatmojo, S (2010) tentang sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsang lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku seseorang. Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberi tanggapan terhadap suatuobyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik atau tindakan.

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan hasil p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan media/iklan layanan kesehatan terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Hal ini sesuai dengan teori dari Azwar (2011) yang menjelaskan bahwa sikap seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh media akan tetapi juga didukung oleh faktor emosional, pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama, pengaruh dari orang lain yang dianggap penting dan kebudayaan. Selain itu, perubahan emosi pada usia ini cenderung labil, sehingga sikap yang muncul bisa saja berupa pengalihan dari bentuk

(5)

9 mekanisme perubahan ego. Sehingga mahasiswa yang sudah pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi baik dari media cetak maupun elektronik belum tentu memiliki sikap positif terhadap hal tersebut.

4. Hubungan Keterpaparan Media/Iklan Layanan Kesehatan Reproduksi dengan Pengetahuan Remaja Tabel 4. Hubungan media/iklan layanan kesehatan reproduksi dengan pengetahuan

Pengetahuan Media/ Iklan Total X2 Nilai p

Tidak terpapar Terpapar

Kurang 2 7 9

62

0,845

Cukup 9 22 31

Tinggi 5 17 22

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4 menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan terpapar dengan media/iklan layanan kesehatan reproduksi sebanyak 7 responden, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup dan terpapar dengan media/iklan layanan kesehatan reproduksi sebanyak 22 responden. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan terpapar dengan media/iklan layanan kesehatan reproduksi sebanyak 17 responden. Analisis uji chi kuadrat menghasilkan nilai p value 0,845 (p>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan antara keterpaparan media/iklan layanan kesehatan reproduksi dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 22 responden yang terpapar media/iklan layanan kesehatan reproduksi sedangkan yang berpengatahuan tinggi yaitu sebanyak 17 responden. Hal ini dikarenakan responden pada penelitian ini sudah pernah mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi baik di bangku SMA maupun di bangku kuliah, sehingga mereka cukup menguasai tentang pengetahuan kesehatan reproduksi. Selain mendapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi di bangku sekolah maupun kuliah responden juga mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari berbagai sumber diantaranya media cetak, media elektronik, orang tua dan teman sebaya. Hal ini selaras dengan hasil pada penelitian Susanti (2013) yaitu sebagian besar responden mendapatkan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi dari guru dan media elektronik.

Pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja diberikan dengan tujuan agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai sistem dan proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Informasi yang benar dan tepat dari orang yang tepat diharapkan remaja dapat bersikap dan berperilaku yang bertanggungjawab mengenai proses reproduksinya (Sarwono, 2012). Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini menunjukan hasil p value 0,845(p>0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara keterpaparan media/iklan layanan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh media massa saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, pola asuh orang tua, sikap serta kebudayaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi bersumber pada Guru/dosen yaitu sebesar 51 (82,3%), Media Elektronik 45 (72,6%), Orang Tua 32 (51,6%) dan Media Cetak 22 (64,5%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan media terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi pada Mahasiswa Semester II Prodi Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

10 Cahyo, K. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA

Negeri 1 Purbalingga Kabupaten Purbalingga.

Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Direktorat Kesehatan Keluarga Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Harlock, E. 2008. Psikologi Perkembangan. Erlangga, Jakarta. Jamaluddin, Noor. 1978. Pengertian guru. Jakarta

Kuswanto dan Suryanto. 2010. Model Pembinaan Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah. Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Notoatmojo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Sarwono. 2012. Perkembangan Remaja: EDISI 2. Sagung Seto, Bandung.

Setiawati D. 2010. Persepsi Remaja Mengenai Pendidikan Seks (Studi Deskriptif Kualitatif pada

Pelajar SMA Negeri 4 Magelang). Universitas Sebelas Maret Solo.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta, Bandung.

Suhandjati (Ed.). 2002. Bias Jender dalam Pemahaman Islam. Gama Media. Cet.I, Yogyakarta.

Susanti. 2013. Persepsi Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Surabaya terhadap perilaku seksual dan Kesehatan Reproduksi. Makara Kesehatan. 10 (1): 29-4.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui empirik hubungan antara D ominance dan Influence pada hasil tes DISC dengan minat wirausaha pada mahasiswa fakultas

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi, Kompensasi, Iklim Organisasi dan Penempatan Pegawai secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan

Hanya saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi

i) Sekiranya baki pembayaran tidak di jelaskan dalam tempoh 30 hari sebelum tarikh penerbangan, pihak syarikat berhak membatalkan pakej yang di tempah dan caj RM400 seorang akan

Ha diterima artinya ada hubungan antara nyeri lutut osteoarthritis dengan aktivitas fisik lanjut usia di posyandu lansia Nedyo Waras dan Ngudi Waras

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Manajemen dalam Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Ashshirathal Mustaqim Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan strategi pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan seksama dan penuh