• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh : VERI RERS

121021085

(2)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh VERI RERS NIM. 121021085

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan ternyata pernah terjadi kehamilan tak diinginkan di SMA N 1 Bagan Sinembah sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini diduga karena masih minimnya pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah. Jenis penelitian ini adalah true eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control group design. Populasi adalah seluruh siswa kelas I dan II di SMA N 1 Bagan Sinembah. Sampel sebesar 60 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen I diberi perlakuan penyuluhan dengan media cetak (leaflet) sebanyak20 orang, kelompok eksperimen II diberi perlakuan penyuluhan dengan media elektronik (video) sebanyak 20 orang dan kelompok kontrol tanpa perlakuan sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan sikap pada pre-test dan post-test. Pada variabel pengetahuan, rerata (mean) tertinggi adalah pada kelompok eksperimen II yaitu sebesar 9,2, sedangkan untuk variabel sikap rerata (mean) tertinggi pada kelompok eksperimen I yaitu sebesar 46,83.

Disarankan kepada petugas promosi kesehatan agar menggunakan kombinasi media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi untuk mencapai hasil yang optimal.

(5)

Reproductive health is a state in which a woman is physically, mentally and socially as a whole during the pregnancy, not merely free of disease or infirmity but also in all matters relating to the reproductive system and its functions and processes. Based on the initial survey carried out, there have been unwanted pregnancy occurs in SMA N 1 Bagan Sinembah that the students should be excluded from school. This condition is suspected because they still lack the knowledge of students about reproductive health.

This study aims at analyzing the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health through print media (leaflets) and electronic media (videos) in SMA N 1 Bagan Sinembah. This research is a true experimental research with pretest-posttest control group. The population is all students in grade I and II in SMA N 1 Bagan Sinembah. The sample of 60 people who were divided into 3 groups, namely experimental group I was treated counseling with print media (leaflets) as many as 20 person, group II was treated extension experiments with electronic media (videos) as many as 20 people and the untreated control group of 20 people.

The results showed that there are differences in average between knowledge and attitudes in the pre-test and post-test. In the knowledge variables, the highest mean is in the experimental group II that is equal to 9,2, while the mean for the variable of attitude is in the experimental group I that is equal to 46,83.

It is suggested to the officer of health promotion to use a combination of print media (leaflets) and electronic media (video) to improve the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health to achieve optimal results.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan

Dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Cetak

(Leaflet) Dan Media Elektronik (Video) Di SMA N 1 Bagan Sinembah”.

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW

yang telah membawa umat manusia kealam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tak terlepas dari

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah

sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat

2. Bapak Drs. Heru Santosa,MS.Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan

Dan Biostatistik

3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS.Ph.D dan Bapak Eddy Syahrial, MS selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta

(7)

terbaik

5. Bapak Drs. Heru Santosa,MS. Ph.D selaku dosen pembimbing akademik

6. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan

7. Bapak Drs. Hamdanmas, MM selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Bagan

Sinembah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMA N 1

Bagan Sinembah

8. Berbagai pihak di SMA N 1 Bagan Sinembah yang telah memberikan banyak

bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian

9. Ayahanda Rohmadi dan Ibunda Harsini yang telah mendukung saya dalam do‟a serta memberi semangat disepanjang hidup saya dan seluruh keluarga

yang telah memberikan banyak bantuan baik secara moril dan materi

10. Teman-teman seangkatan yang saling memberikan semangat dan kesan yang

tak terlupakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan

dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, September 2014

Penulis,

(8)

Nama : Veri Rers

Tempat/Tanggal Lahir : Bagan Bhakti, 25 Pebruari 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Nangka, Desa Bagan Bhakti Kecamatan Bagan Sinembah

Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD Negeri 014 Bagan Bhakti, Riau

2. 2002-2005 : SMP Negeri 2 Bagan Sinembah, Riau

3. 2005-2008 : SMA Negeri 1 Bagan Sinembah, Riau

4. 2008-2011 : Akademi Kebidanan Sehat, Medan

(9)

Abstrak... i

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengetahuan ... 7

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 7

2.1.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 8

2.2 Sikap ... 11

2.2.1 Definisi Sikap ... 12

2.2.2 Tingkatan Sikap ... 12

2.2.3 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sikap ... 12

2.3 Remaja ... 14

2.3.1 Ciri-ciri Perkembangan Remaja ... 15

2.3.2 Perubahan Fisik Pada Remaja ... 16

2.3.3 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja . ... 17

2.4 Kesehatan Reproduksi ... 17

2.4.1 Defenisi Kesehatan Reproduksi ... 17

2.4.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 18

2.4.3 Hak-hak Reproduksi . ... 18

2.4.4 Organ, Fungsi dan Proses Reproduksi Laki-laki dan - Perempuan ... 19

2.4.5 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja ... 22

2.4.6 Hubungan Seks Pranikah pada Remaja ... 23

2.5 Promosi Kesehatan ... 27

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 38

(10)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.5 Defenisi Operasional Variabel ... 45

3.6 Aspek Pengukuran ... 46

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

3.7.1 Tekhnik Pengolahan Data ... 48

3.7.2 Analisa Data ... 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

4.2Karakteristik Responden ... 50

4.3Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi - Melalui Media Cetak (Leaflet) di SMA N 1 Bagan Sinembah ... 52

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi pada Kelompok Perlakuan dengan Media Cetak (Leaflet) ... 52

4.3.2 Gambaran Sikap Responden Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Kelompok Perlakuan dengan Media Cetak (Leaflet) ... 54

4.4Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Elektronik (Video) di SMA N 1 Bagan Sinembah .... 58

4.4.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) ... 58

4.4.2 Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) ... 60

4.5Promosi Kesehatan tanpa Menggunakan Media (Kelompok Kontrol) Terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 65

4.5.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol . 65 4.5.2 Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Kontrol ... 67

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1Gambaran Karakteristik Responden ... 71

5.2Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Cetak (Leaflet) Tentang Kesehatan Reproduksi ... 72

(11)

Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang

Kesehatan Reproduksi Di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 .. 79

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan ... 83 6.2Saran ... 83

(12)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan

Tingkatan Kelas di SMA N 1 Bagan Sinembah ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kesehatan

Reproduksi pada Kelompok Perlakuan dengan Media Cetak

(Leaflet) ... 52

Tabel 4.3 Distribusi Frekwenai Responden berdasarkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi sebelum Intervensi pada kelompok Perlakuan Media Cetak (Leaflet) di SMA N 1 Bagan

Sinembah ... 53

Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan

Media Cetak (Leaflet) ... 53

Tabel 4.5 Distribusi Sikap Responden Sebelum Intervensi Promosi Kesehatan dengan Media Cetak (Leaflet) tentang Kesehatan

Reproduksi ... 54

Tabel 4.6 Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi

Kesehatan dengan Media Leaflet tentang Kesehatan

Reproduksi... 56

Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ...

57

Tabel 4.8 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media

Leaflet... 57

Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) tentang

Kesehatan Reproduksi... 58

Tabel 4.10 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media elektronik (Video) di SMA

N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ... 59

Tabel 4.11 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan

(13)

Tabel 4.13 Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) tentang

Kesehatan Reproduksi ... 62

Tabel 4.14 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ...

64

Tabel 4.15 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) ...

64

Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol (Kelompok diberi promosi kesehatan tanpa menggunakan

media) ... 65

Tabel 4.17 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada kelompok

Kontrol di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ... 66

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Pre-test dan Post-test Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol (Promosi

Kesehatan Tanpa Menggunakan Media) ... 66

Tabel 4.19 Distribusi Sikap Responden sebelum Intervensi Promosi Kesehatan tanpa menggunkan media (Kontrol) tentang

Kesehatan Reproduksi ... 67

Tabel 4.20 Distribusi Sikap Reponden Sesudah Intervensi Promosi Kesehatan tanpa Menggunakan Media (Kontrol) tentang

Kesehatan Reproduksi ... 68

Tabel 4.21 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Promosi Kesehatan Tanpa Menggunakan Media (Kontrol) di SMA N 1

Bagan Sinembah Tahun 2014 ... 70

Tabel 4.22 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap

(14)

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kerucut Edgar Dale ... 29

Tabel 2.2 Alur Proses Informasi ... 29

Tabel 2.3 Kerangka Konsep ... 38

Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian ... 40

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar pernyataan kesediaan menjadi responden

Lampiran 2 Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari FKM USU

Lampiran 4 Surat keterangan selesai melaksanakan penelitian dari SMA N 1 Bagan Sinembah

Lampiran 5 Materi Penyuluhan

Lampiran 6 Master tabel

(16)

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan ternyata pernah terjadi kehamilan tak diinginkan di SMA N 1 Bagan Sinembah sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini diduga karena masih minimnya pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah. Jenis penelitian ini adalah true eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control group design. Populasi adalah seluruh siswa kelas I dan II di SMA N 1 Bagan Sinembah. Sampel sebesar 60 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen I diberi perlakuan penyuluhan dengan media cetak (leaflet) sebanyak20 orang, kelompok eksperimen II diberi perlakuan penyuluhan dengan media elektronik (video) sebanyak 20 orang dan kelompok kontrol tanpa perlakuan sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan sikap pada pre-test dan post-test. Pada variabel pengetahuan, rerata (mean) tertinggi adalah pada kelompok eksperimen II yaitu sebesar 9,2, sedangkan untuk variabel sikap rerata (mean) tertinggi pada kelompok eksperimen I yaitu sebesar 46,83.

Disarankan kepada petugas promosi kesehatan agar menggunakan kombinasi media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi untuk mencapai hasil yang optimal.

(17)

Reproductive health is a state in which a woman is physically, mentally and socially as a whole during the pregnancy, not merely free of disease or infirmity but also in all matters relating to the reproductive system and its functions and processes. Based on the initial survey carried out, there have been unwanted pregnancy occurs in SMA N 1 Bagan Sinembah that the students should be excluded from school. This condition is suspected because they still lack the knowledge of students about reproductive health.

This study aims at analyzing the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health through print media (leaflets) and electronic media (videos) in SMA N 1 Bagan Sinembah. This research is a true experimental research with pretest-posttest control group. The population is all students in grade I and II in SMA N 1 Bagan Sinembah. The sample of 60 people who were divided into 3 groups, namely experimental group I was treated counseling with print media (leaflets) as many as 20 person, group II was treated extension experiments with electronic media (videos) as many as 20 people and the untreated control group of 20 people.

The results showed that there are differences in average between knowledge and attitudes in the pre-test and post-test. In the knowledge variables, the highest mean is in the experimental group II that is equal to 9,2, while the mean for the variable of attitude is in the experimental group I that is equal to 46,83.

It is suggested to the officer of health promotion to use a combination of print media (leaflets) and electronic media (video) to improve the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health to achieve optimal results.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesepakatan ICPD (International Conference on Population and Development) pada tahun 1994, kesehatan reproduksi di tingkat internasional disepakati sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,

tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. ( Sibagariang,

2010 )

Masa remaja dalam terminologi berarti mendekati kematangan secara

fisik, akal dan jiwa serta sosial. Masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa. (Pudiastuti, 2012).

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut

Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN

adalah 10 sampai 19 tahun. (Widyastuti, 2009)

Pada umumnya remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang

kesehatan reproduksi. Hal inilah yang menyebabkan remaja perempuan rentan

terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, penyakit

menular seksual, kekerasan / pelecehan seksual, narkoba serta menderita

HIV/AIDS. (Sallika, 2010)

Berdasarkan Sensus Penduduk dari BPS pada tahun 2010, jumlah remaja

usia 10 - 24 tahun sekitar 64 juta atau 27.6% dari jumlah penduduk sebanyak

237.6 juta jiwa. BKKBN (2009) mengumumkan hasil survey yang dilakukan oleh

(19)

tahun 2008 sebanyak 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah

berhubungan sex, 21% diantaranya melakukan aborsi. Angka ini naik

dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya, berdasarkan penelitian 2005 –

2006 di kota – kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya dan

Makassar ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja mengaku melakukan

hubungan sex sebelum menikah. Data dari Depkes RI ( 2008 ) sebagaimana

disampaikan oleh BKKBN (2009) juga menyebutkan bahwa dari 15.210 penderita

AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS 54% remaja.

Remaja Indonesia masih minim mendapatkan pengetahuan tentang

seksualitas dan kesehatan reproduksi, karena untuk penyampaian informasi

mengenai hal itu masih dianggap tabu. Selain itu, lebih dari 80% remaja merasa

lebih nyaman membicarakan masalah seksual dengan teman. Sehingga tidak

menutup kemungkinan informasi yang mereka terima masih simpangsiur. (Az

Zahra, 2010)

Dalam penyuluhan kesehatan dikenal beberapa alat bantu peraga yang

sering digunakan atau disebut juga AVA (Audio Visual Aids). Ada beberapa

media yang dapat digunakan dalam melakukan penyuluhan antara lain media

cetak (booklet, leaflet, flyer, flipchart, rubrik, poster) dan media elektronik

(televisi, radio, video, slide, film strip), disini media yang dipilih sebagai

alternatif yaitu media cetak (leaflet) dan media elektronik (video). Media leaflet

dapat disimpan lama, kalau lupa bias dilihat kembali dan dapat dipakai sebagai

bahan bacaan rujukan. Sedangkan video memiliki kelebihan yaitu salah satunya

(20)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Feby, dkk (2004),

menunjukkan pada post-test terjadi peningkatan rerata pengetahuan kelompok intervensi dibantu dengan media VCD dan Leaflet lebih tinggi (21,61)

dibandingkan dengan kelompok kontrol (20,35). Promosi kesehatan melalui

penyuluhan dengan ceramah dibantu media VCD dan leaflet ternyata lebih

meningkatkan pengetahuan guru penjaskes tentang GAKI dibandingkan kelompok

yang hanya mendapatkan promosi melalui ceramah dibantu media VCD.

Kemudian Sulistyanto (2006), meneliti tentang pengaruh pelatihan kader dengan

media audio visual terhadap pengetahuan, sikap serta perilaku kader posyandu di

Kecamatan Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa

pelatihan dengan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku kader Posyandu. Wijaya (2008), ada pengaruh yang signifikan antara

ceramah dengan penggunaan media bantu VCD dan modul terhadap peningkatan

pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum di bangsal

anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito.

Menurut Mahfoedz, dkk (2005) melalui penyuluhan dengan alat bantu

peraga dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan

dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sementara menurut Lucie

(2005), intervensi penyuluhan dengan media audio visual dapat dilakukan sebagai

upaya untuk merangsang masyarakat terutama kelurga (ibu rumah tangga) agar

mampu menjadi inisiator dalam rumah tangganya. Sama halnya menurut Sadiman

(2003) dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim

(21)

bahwa media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan

dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh penulis pada siswa

SMA N 1 Bagan Sinembah, hasil wawancara singkat dengan guru dibagian

kesiswaan, pernah terjadi kehamilan sebelum menikah terhadap 5 orang siswanya,

sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini mencerminkan bahwa

permasalahan seksual sudah terjadi di kalangan siswa - siswi di SMA N 1 Bagan

Sinembah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh lemahnya pemantauan dan

pendidikan kesehatan di keluarga dan khususnya di sekolah.

Menurut informasi yang penulis dapatkan dari guru yang betugas

dibagian kesiswaan ternyata di SMA N 1 Bagan Sinembah juga belum pernah

dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang ” Pengetahuan dan sikap remaja tentang

kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video)

terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah.”

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “ bagaimana pengetahuan dan

sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan

(22)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengetahuan

dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan

media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan

media leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah

2. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan

media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah

3. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan

reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet

di SMA N 1 Bagan Sinembah

4. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan

reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan dengan media

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menambah

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA N 1 Bagan

Sinembah

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Rokan Hilir dan kepada Kepala

Puskesmas Bagan Batu dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan

terutama dalam pemilihan media yang efektif pada kegiatan penyuluhan

tentang kesehatan reproduksi remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan

ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba yang sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui

mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Karena perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain menurut Notoatmodjo, 2003:129)

mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan ini mengingat kembali (kecuali)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

(25)

yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpan, meramalkan terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4. Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini barkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu stimulus atau objek, misalnya dapat membandingkan antara

yang cukup gizi dengan yang tidak.

2.1.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara

(26)

yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi

karena adanya pemahaman -pemahaman baru.

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu :

1. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan

sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan

non formal. Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan pendidikan non formal

yang dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam

pelaksanaan kegiatan penyuluhan memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan pengetahuan sasaran penyuluhan.

2. Mass media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

(27)

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia bermacam – macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan - pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang

juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi iniakan memengaruhi pengetahuan

seseorang.

4. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang

(28)

5. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Umur.

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia

madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan

banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2.2 Sikap

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap yaitu suatu tingkatan afeksi yang baik yang bersifat positif maupun

(29)

kecendrungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek

psikologi.

2.2.2. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan :

a. Menerima (Receiving) : bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diperhatikan (objek).

b. Merespon (Responding) : memberikan jawaban apabila ditanya, mengajarkan

menyelesaikan tugas yang diberikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting) : mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah yang merupakan suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible) : bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(Notoatmodjo, 2003)

2.2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi

pembentukan sikap pada manusia, antara lain :

1. Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang

(30)

yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat

kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti

khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan.

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran

(31)

7. Umur dan Jenis Kelamin

BKKBN (2008) mengidentifikasi adanya perbedaan yang bermakna sikap

remaja tentang kesehatan reproduksi ditinjau berdasarkan umur dan jenis

kelamin dari hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)

2002-2003.

8. Pola Asuh orang tua

Menurut Koentjaraningrat (1997) dalam Tarmizi (2010), bentuk-bentuk pola

asuh orangtua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan

sikap anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan

unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih -

benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia

masih kanak-kanak.

2.3 Remaja

Remaja atau “ adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin “

adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan

psikologis. (widyastuti, 2009)

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 – 14 tahun. Menurut Depkes

RI adalah antara 10 – 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 -

19 tahun. (Widyastuti, 2009)

Masa remaja (10 – 19 tahun) merupakan masa peralihan dari masa kanak –

(32)

yang cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya.

(Sibagariang, 2010)

2.3.1 Ciri – ciri Perkembangan Remaja

Menurut ciri perkembangannnya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu:

1. Masa remaja awal ( 10 – 12 tahun)

2. Masa remaja tengah (13 – 15 tahun)

3. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun)

(Depkes RI, 2008)

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja

ada tiga tahap, yaitu:

1. Masa remaja awal ( 10 – 12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

2. Masa remaja tengah ( 13 – 15 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

e. Berkhayal mengenai hal – hal yang berkaitan dengan seksual

3. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun )

(33)

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

(widyastuti , 2009)

2.3.2 Perubahan Fisik Pada Remaja

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ – organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga

mampu melangsungkan fungsi reproduksi.

Perubahan ini ditandai dengan munculnya :

1. Tanda – tanda seks primer

Berhubungan langsung dengan organ seks (terjadinya haid pada remaja

puteri/menarche dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki laki )

2. Tanda – tanda seks sekunder

a. Pada remaja laki – laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis

dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada

lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut di

sekitar kemaluan dan ketiak

b. Pada remaja puteri: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,

payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan

(pubis)

(34)

2.3.3 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Perubahan – perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja

adalah :

1. Perubahan emosi

a. Sensitif, seperti mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa

tertawa tanpa alasan yang jelas

b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar

yang mempengaruhinya

c. Ada kecendrungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih suka pergi

bersama dengan temannya daripada tinggal dirumah

2. Perkembangan intelegensia

a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan

kritik

b. Cenderung ingin mengetahui hal –hal baru, sehingga muncul perilaku

ingin mencoba – coba . (Widyastuti, 2009)

2.4 Kesehatan Reproduksi

2.4.1 Defenisi Kesehatan Reproduksi

Kesepakatan ICPD pada tahun 1994, kesehatan reproduksi di tingkat

internasional disepakati sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya.

(35)

2.4.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Sebenarnya sangat luas , sesuai dengan defenisi yang tertera diatas, karena

mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam uraian

tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan

pendekatan siklus hidup, sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan

dapat dilaksanakan.

Untuk kepentingan Indonesia saat ini, secara nasional telah disepakati ada empat

komponen prioritas kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan ibu dan bayi baru lahir,

keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, dan pencegahan penyakit

menular seksual, termasuk HIV/AIDS. (Depkes, 2008)

2.4.3 Hak –hak Reproduksi

Hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi Intenasional

Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi

individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi :

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi

2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi

3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi

4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan

reproduksinya

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk

perlindungan dari perkosaan, kekerasan , penyiksaan, dan pelecehan

(36)

8. Hak untuk mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya

10.Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11.Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan

berkeluarga dan kehidupan reproduksi

12.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi

2.4.4 Organ, Fungsi dan Proses Reproduksi Perempuan dan Laki-laki

a. Organ Reproduksi Perempuan

1. Ovarium (indung telur)

Yaitu organ di kiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbrae

(umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel

telur (ovum) satu bulan satu kali dan hormon-hormon (estrogen dan progesteron).

2. Tuba Falopi (saluran telur)

Yaitu saluran di kiri dan kanan rahim yang dilalui oleh sel telur (ovum)

setelah keluar dari ovarium (proses ovulasi) dan tempat pembuahan (konsepsi).

3. Fimbrae (umbai-umbai)

Yaitu ujung dari tuba falopi yang dapat dianalogikan dengan jari-jari

tangan. Umbai -umbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang dikeluarkan

(37)

4. Uterus (rahim)

Yaitu tempat calon bayi dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat

gepeng dan berat normalnya antara 30 – 50 gram. Ukurannya kurang lebih sebesar

telur ayam kampung.

5. Cervix Uteri (leher rahim)

Yaitu bagian bawah rahim dan mempunyai saluran yang berfungsi sebagai

tempat untuk keluarnya darah menstruasi dan akan terbuka pada saat persalinan

sebagai jalan keluarnya janin.

6. Vagina (lubang senggama)

Yaitu sebuah saluran berbentuk silinder bersifat elastis dan bergelombang

yang berfungsi sebagai jalan keluarnya darah menstruasi maupun bayi serta

sebagai lubang senggama.

b. Organ Reproduksi Laki-Laki

1. Penis

Yaitu suatu organ yang berbentuk silindris berfungsi sebagai alat

senggama dan sebagai saluran untuk mengeluarkan sperma dan air seni. Pada

keadaan biasa, panjang penis adalah ± 6-8 cm. Ketika terangsang secara seksual

darah banyak dipompakan ke penis sehingga panjangnya menjadi sekitar dua kali

dari panjang sebelumnya. Keadaan ini disebut ereksi.

2. Glans

Adalah bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung

pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi bagian glans disebut foreskin

(38)

3. Uretra (saluran kencing)

Yaitu saluran yang terdapat dalam penis yang berfungsi untuk

mengeluarkan air seni dan air mani.

4. Vas Deferens (saluran sperma)

Adalah saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke prostat.

Panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 mm.

5. Epididimis

Adalah saluran-saluran yang lebih besar dari vas deferens. Bentuknya

berkelok - kelok dan membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan

oleh testis akan berkumpul di epididimis.

6. Testis (pelir)

Adalah organ yang berfungsi memproduksi hormon testosteron dan

sperma setiap hari. Berbentuk bulat telur (avoid) yang berjumlah dua buah.

7. Skrotum (kantung pelir)

Adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan

berlipat-lipat, sebagai tempat bergantungnya testis.

8. Kelenjar Prostat

Terletak di bawah kandung kencing, bentuknya seperti buah kenari.

Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa dan berfungsi untuk

mempertahankan hidup sperma. Cairan tersebut merupakan bagian dari semen (air

(39)

9. Vesikula Seminalis

Yaitu kelenjar yang berupa kantung, berbentuk seperti huruf S

berkelok-kelok (sambung menyambung) berfungsi menghasilkan sekaligus menampung

cairan mani sebagai media pengantar sperma.

c. Proses Reproduksi

Kehamilan merupakan proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan

sel telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel

(embrio) dimana merupakan cikal bakal janin, dan berkembang didalam rahim

sampai akhirnya dilahirkan sebagai bayi.

2.4.5 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga

dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan

kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.

Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang

tidak aman dan komplikasinya

2. Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan

kematian ibu dan bayi

3. Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS

4. Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan

(40)

Keadaan merisaukan lainnya yang sulit dipisahkan dari kesehatan

reproduksi remaja adalah meningkatnya masalah kertergantungan napza

(narkotika, pshikotropika, dan zat adiktif lainnya, termasuk merokok) pada

remaja. Ketergantungan napza ini sering diikuti dengan hubungan seksual di

luar nikah, dengan berganti – ganti pasangan , sehingga meningkatkan risiko

penularan PMS , termasuk HIV/AIDS, sementara pemakaian alat suntik secara

bergantian juga menimbulkan resiko tersebut. (Depkes, 2008)

2.4.6 Hubungan Seks Pranikah pada Remaja

Hubungan seks pranikah pada remaja bukan hanya berpengaruh bagi

pasangan, khususnya remaja perempuan, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan

masyarakat.

1. Akibat bagi remaja

a. Menambah resiko tertular penyakit menular seksual ( PMS) ,antara lain:

1. Gonore / GO (Kencing Nanah), disebabkan bakteri Neisseria

Gonnoreae dengan masa inkubasi antara 2 – 10 hari setelah masuk

kedalam tubuh.

Gejala pada wanita: keputihan berwarna kekuningan, rasa nyeri di

rongga panggul, dan dapat juga terjadi tanpa gejala.

Gejala pada laki – laki : rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah

kental kuning kehijauan, dan ujung penis agak merah dan agak

bengkak.

Komplikasi yang dapat timbul antara lain : radang panggul,

kemandulan, infeksi mata pada bayi yang baru dilahirkan dan dapat

(41)

2. Sifilis (Raja Singa)

Penyebabnya kuman Treponema Pallidum dengan masa tanpa gejala

antara 3 – 4 minggu bahkan terkadang sampai 3 bulan sesudah kuman

masuk dalam tubuh.

Gejala antara lain: luka pada kemaluan tanpa nyeri, bintil, bercak

merah pada tubuh, kelainan syaraf, jantung dan pembuluh darah /

kulit.

Komplikasi jika tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan berat

pada otak dan jantung, bayi dalam kandungan dapat tertular,

keguguran atau lahir cacat, dan memudahkan penularan HIV.

3. Herpes Genitalis

Penyebabnya berupa virus Herpes simplex dengan masa inkubasi

antara 4 – 7 hari setelah virus berada dalam tubuh.

Gejala antara lain: bintil berair dan nyeri pada kemaluan, luka akibat

pecahnya bintil – bintil.

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: rasa nyeri pada syaraf,

dapat menular pada bayi dan terlihat saat lahir berupa bintil berair,

infeksi berat, abortus, kematian janin, dan memudahkan penularan

HIV.

4. Trikomonas Vaginalis

Penyebabnya protozoa thricomonas vaginalis yang ditularkan melalui

hubungan seksual. Gejalanya antara lain : keputihan encer, berwarna

kekuningan, berbusa dan bau busuk, vulva membengkak kemerahan

(42)

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : lecet pada kulit sekitar

vulva, kelahiran prematur, dan dapat menularkan HIV

5. HIV / AIDS

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya

daya tahan tubuh. Pada awalnya penderita HIV positip sering

menampakkan gejala sampai bertahun – tahun ( 5 – 10).

Hal yang perlu diketahui tentang HIV / AIDS :

1. Sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut akan

menetap dalam tubuh untuk selamanya

2. Virus HIV hidup dalam darah, air mani, cairan dalam jalan

lahir

3. Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalui hubungan

seksual, disamping penularan melalui jarum suntik dan

transfusi darah serta penularan dari ibu kepada janinnya

4. Perempuan 5 kali lebih mudah tetular HIV/AIDS karena

bentuk alat kelamin perempuan lebih luas sehingga mudah

terpapar oleh cairan mani yang tinggal dalam tubuh

5. Hubungan seks melalui anus lebih berisiko dalam penularan

HIV karena jaringan anus lebih lembut

Pencegahan penularan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan pencegahan

IMS , yaitu:

A : Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko

(43)

B : Be faithful – saling setia dengan pasangannya

C : Condom – Menggunakan kondom secara konsisten dan benar

D : Drugs – tolak penggunaan NAPZA

E : Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama (Muadz, 2008)

b. Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan,

pengguguran kandungan (aborsi ) yang tidak aman yang dapat

mengakibatkan perdarahan hingga kematian, kemandulan, infeksi organ

reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau

keracunan kehamilan

c. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa

depan), remaja laki – laki jadi tidak perjaka, remaja perempuan tidak

perawan

d. Melahirkan bayi yang kurang / tidak sehat

1. Akibat bagi keluarga

a. Menimbulkan aib keluarga

b. Menambah beban ekonomi keluarga

c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan (ejekan)

masyarakat di lingkungannya

2. Akibat bagi masyarakat

a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat

menurun

b. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan

(44)

c. Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan

masyarakat menurun. ( Depkes RI, 2008)

2.5 Promosi Kesehatan

Menurut (green dan Ottoson,98) promosi kesehatan adalah kombinsai

berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan

perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan

kesehatan.

Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatannya.(Syafrudin, 2009)

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan menurut

(Notoatmodjo, 2002b) adalah :

1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide,

pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh

informasi tentang kesehatan.

2. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah

dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran)

dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap

anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh

masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–pendapat tadi dilakukan

kemudian.

4. Metode Panel, adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung

atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan

(45)

5. Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia

dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai

sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan

prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk

memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan

alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar

jumlahnya.

7. Metode Simposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 -5 orang

dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk

membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai

bidangnya.

Media berasal dari kata mediu yang berarti tengah, pengantar, perantara. Media juga diartikan sebagai wahana penyalur pesan. Media menurut Heinich

(1982) mengemukakan bahwa media adalah perantara yang mengantar informasi

antara sumber ke penerima. Gagne dan Briggs (1975) mengatakan bahwa media

pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi

materi pengajaran. (Setiawati, S. 2008)

Menurut Machfoedz, dkk., (2005), alat bantu pendidikan adalah alat-alat

yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini disebut “alat peraga” karena berfungsi untuk membantu dan

memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Semakin banyak

(46)

tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas

tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut pada gambar 5 berikut yaitu :

Gambar 2.1 : Kerucut Edgar Dale

Gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar

adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa

dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi

untuk mempersepsikan bahan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan

penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau

intensitasnya paling rendah.

Menurut Santrock model dasar dari proses informasi berjalan dari Proses

yang akan dijelaskan secara umum sebagai berikut.

Gambar 2.2 . Alur Proses Informasi

KEJADIAN PERHATIAN MEMORI PROSES

BERPIKIR

(47)

Alur informasi di awali dengan kejadian-kejadian yang diperoleh dari

lingkungan maupun media. Kejadian ini biasanya terklasifikasi menjadi dua

bentuk-bentuk dasar dari informasi yaitu kata-kata dan gambar. Bentuk-bentuk

dasar informasi tersebut akan diterima oleh sensory memory melalui indra penglihatan dan pendengaran. Indra-indra tersebut akan memilah kata yang

berbentuk suara maupun cetak dan gambar yang berbentuk cetak. Keberadaan

indra mempunyai implikasi pendidikan penting. Pertama, orang harus

memberikan perhatian pada informasi kalau mereka ingin mengingatnya. Kedua,

diperlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu

singkat ke dalam kesadaran.

Pemilahan pada sensory memory akan diteruskan ke memori kerja. Proses perpindahan dari sensori memori inilah terjadinya persepsi. Persepsi merupakan

penafsiran seseorang tentang rangsangan.

Pada memori kerja informasi akan dipilah menjadi yang berbentuk suara dan

gambar. Informasi yang berbentuk suara mengorganisir kata menjadi model

verbal sedangkan informasi yang berbentuk gambar langsung diorganisir menjadi

model pictorial. Kedua model ini akan berintegrasi. Dilakukan penyimpanan jika

diperlukan pada memori jangka panjang.

Keberhasilan proses penerimaan informasi dilakukan dengan pengujian

terhadap respon dari penerimaan informasi. Proses penerimaan informasi

merupakan domain kognitif, Bloom dalam taksonominya menyatakan bahwa

kognitif, meliputi pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual yang

terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Dari

(48)

memahami. Aspek pengetahuan merupakan pengingatan kembali atas data atau

informasi. Aspek ini terdiri dari pengurutan dan penghubungan. Sedangkan aspek

pemahaman merupakan pemahaman tentang makna terjemahan, dan penafsiran

dari perintah dan masalah. Pemahaman terdiri dari mengklasifikasikan, dan

menunjukkan.

Manfaat media dalam pembelajaran menurut Levie & Lentz antara lain:

1. Fungsi atensi yaitu bahwa media memiliki kekuatan untuk menarik perhatian

peserta didik.

2. Fungsi afektif yaitu bahwa media mempengaruhi sikap dan emosi peserta

didik.

3. Fungsi kognitif yaitu bahwa gambar atau simbol-simbol lain yang digunakan

dalam sebuh media akan mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran,

mengingat lambang yang jelas akan mempermudah proses pikir penerima

pesan.

4. Fungsi kompesatori yaitu sebagai pelengkap dalam konteks pemberi

informasi. Media pembelajaran berfungsi mengakomodasikan peserta didik

yang lemah dan lambat menerima isi pesan yang disajikan melalui teks atau

disajikan verbal.

(Setiawati, S. 2008)

Dalam penyuluhan kesehatan dikenal beberapa alat bantu peraga yang

sering digunakan atau disebut juga AVA (Audio Visual Aids). Alat peraga ini

kegunaannya adalah untuk lebih memudahkan kedua belah pihak dalam kegiatan

(49)

Dilihat dari jenisnya media dibagi menjadi:

1. Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dengan pendengaran.

2. Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.

Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip , slides, foto

gambar atau lukisan, cetakan. ada pula media visual yang menampilkan

gambar atau simbol - simbol bergerak seperti film bisu, film kartun.

3. Media audio visual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar, media ini dibagi menjadi audiovisual diam dan audiovisual gerak.

Dilihat daya liputnya, media dibagi dalam:

1. Media dengan daya liput luas dan serentak, penggunaan media ini tidak

terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik

yang banyak dalam waktu yang sama

2. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, media ini

dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti

film, sound slide, dan lain-lain

3. Media untuk pengajaran individual, media ini penggunaannya hanya untuk

seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran

melalui computer

Berdasarkan bahan pembuatannya, media dibagi dalam:

1. Media sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya

(50)

2. Media komplek, media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya

sulit diperoleh serta mahal harganya , sulit pembuatannya, dan

penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai. (Mubarak, W.

2007)

Berdasarkan perkembangan teknologi media dikelompokkan ke dalam

beberapa bagian, yaitu:

1. Teknologi cetak, media ini dihasilkan melalui proses percetakan mekanis dan

fotografis. Media cetak diantaranya:

- Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan dalam bentuk

buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

- Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk gambar

atau kalimat maupun kombinasi.

- Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.

- Flif chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk kertas dengan ukuran kira-kira 25x30 cm yang

berisi suatu program tertentu. Biasanya tulisan terletak di lembar balik

dan gambar yang ada pada lembar depan.

- Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu

masalah kesehatan

- Poster ialah pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan untuk

mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada obyek materi

yang diinformasikan atau untuk mempengaruhi seseorang untuk

(51)

Cara penggunaan :

- Poster-poster tersebut sebaiknya ditempel diruang tunggu Puskesmas,

atau ruang periksa secara menarik

- Dapat digunakan untuk alat bantu peragaan saat melakukan ceramah

penyuluhan yang dilakukan

- Poster bisa digunakan untuk bahan diskusi kelompok dalam suatu

kesempatan tertentu

- Biasa ditempel ditempat-tempat umum dimana orang sering

berkumpul

2. Teknologi Audio Visual, yaitu media dihasilkan melalui proses mekanik dan

elektronik dengan menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual.

Media ini antara lain:

- Televisi, penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media

televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato, dan

sebagainya.

Kelebihan televisi antara lain yaitu sifatnya langsung dan nyata, merupakan

medium yang menarik, dapat perhatian penonton. Sedangkan kelemahan

televisi antara lain: harga televisi relativ mahal, sifat komunikasinya hanya

satu arah, jadwal siaran dan jadwal pelajaran sekolah sulit disesuaikan,

program diluar kontrol guru, dan besarnya gambar relativ kecil.

- Radio , penyampaian informasi atau pesan kesehatan melaui radio juga

dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan, sandiwara radio,

(52)

Kelebihan media radio antara lain harga relativ murah, mudah

dipindahkan, program dapat direkam dan diputar lagi sesuka kita,

mengembangkan daya imaginasi, merangsang partisipasi aktif pendengar.

Sedangkan kelemahan radio antara lain komunikasi satu arah, penjadwalan

pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah.

- Video, penyampaian informasi atau pesan kesehatan dapat melalui video.

Merupakan media audio visual yang semakin popular dalam masyarakat.

Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa bersifat

informativ, edukatif maupun instruksional.

- Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi kesehatan

- Film strip, dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

a. Media Cetak (Leaflet)

Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu

masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu.

Bentuk leaflet:

1. Tulisannya terdiri dari 200 – 400 huruf dengan tulisan cetak, biasanya

juga diselingi gambar – gambar.

2. Isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang

3. Ukuran biasanya 20 x 30 cm

Penggunaan leaflet:

1. Untuk mengingatkan kembali tentang hal-hal yang pernah diajarkan/

(53)

2. Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai

pelajaran/ceramah, atau dapat juga diberikan sewaktu kampanye

untuk memperkuat ide yang disampaikan.

Keuntungan leaflet :

1. Dapat disimpan lama, kalau lupa bisa dilihat kembali. Dapat dipakai

sebagai bahan bacaan rujukan

2. Isi dipercaya karena dicetak atau dikeluarkan oleh instansi resmi

3. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain

4. Jika perlu dicetak ulang

5. Dapat dipakai untuk bahan diskusi, pada kesempatan berbeda

Kerugian leaflet:

1. Bila cetakannya tidak menarik, orang enggan menyimpannya

2. Kebanyakan orang enggan membacanya, apalagi bila hurufnya terlalu

kecil dan susunannya tidak menarik

3. Leaflet tidak bisa digunakan oleh individu yang kurang lancar

membaca atau buta huruf. (syafrudin,2009)

b. Media Elektronik (Video)

Video merupakan media penyampaian informasi atau pesan kesehatan

yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa bersifat informatif,

edukatif maupun instruksional.

Kelebihan video :

1. Dapat menarik perhatian untuk periode – periode yang singkat dari

(54)

2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh

informasi dari ahli – ahli / spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga

pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya

4. Kontrol sepenuhnya ditangan guru

5. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang – ulang

6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi

komentar yang akan didengar

Kelemahan video :

1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan

2. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain

3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara

sempurna

(55)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

PRE TEST

Pengetahuan dan Sikap Remaja

tentang Kesehatan Reproduksi

Kelompok

Eksperimen II

Intervensi

Penyuluhan dengan

Media Elektronik (Video) Kelompok

Eksperimen I

Intervensi

Penyuluhan dengan

Media Cetak (leaflet)

Kelompok

Kontrol

POST TEST

(56)

2.7 Hipotesis Penelitian

5. Adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet

di SMA N 1 Bagan Sinembah

6. Adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media

elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah

7. Adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan reproduksi

sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet di SMA N 1

Bagan Sinembah

8. Adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan reproduksi

sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan dengan media elektronik

Gambar

Gambar 2.1 : Kerucut Edgar Dale
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 skema rancangan penelitian
Gambar 3.2 Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan mengenai penelitian pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi melalui media elektronik video di SMP Negeri 9 Surakarta, maka

Pengetahuan remaja sesudah diberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dengan menggunakan media cetak di lingkungan sekolah diketahui yang mempunyai tingkat

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi dengan metode ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di MA YAPIM Ngeluk

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA TENTANG PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DENGAN MENGGUNAKAN VIDEO DAN LEAFLET DI SURAKARTA..

menggunakan media video dan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap pencegahan HIV dan AIDS. Metode ceramah yaitu penuturan secara lisan oleh

Pengujian hipotesis penelitian untuk perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan dengan Media Video dibandingkan Media Leaflet pada perubahan perilaku remaja tentang SADARI

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien hubungan Chi Square antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap Pernikahan Dini pada Remaja di

4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh media cetak leaflet dengan pengetahuan remaja putri kelas VIII tentang penanganan dismenorea di SMPN I Padang Bolak Kecamatan