viii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ... i
SAMPUL DALAM ... ii
PRASYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... ix
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8
1.4 Orisinalitas Penelitian ... 8
1.5 Tujuan Penelitian... 10
1.5.1. Tujuan Penelitian Umum… ... 10
1.5.2. Tujuan Penelitian Khusus ... 10
1.6 Manfaat Penelitian... 10
1.6.1 Manfaat Teoritis ... 10
ix
1.8 Metode Penelitian... 14
1.8.1 Jenis Penelitian ... 14
1.8.2 Jenis Pendekatan ... 14
1.8.3 Bahan Hukum ... 14
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum... 16
1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IZIN USAHA, KENDA- RAAN BERMOTOR DAN GOJEK 2.1. Izin Usaha ... 18
2.1.1 Pengertian Izin Usaha ... 18
2.1.2 Syarat-Syarat Untuk Mendapatkan Izin Usaha ... 23
2.2 Kendaraan Bermotor ... 27
2.2.1 Pengertian Kendaraan Bermotor ... 27
2.2.2 Macam-Macam Kendaraan Bermotor ... 29
2.2.3 Syarat-Syarat Kendaraan Bermotor ... 32
2.3 Gojek ... 34
2.3.1. Pengertian Gojek ... 34
2.3.2. Syarat-syarat Gojek Sebagai Angkutan Kendaraan Bermotor ... 36
BAB III IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA 3.1 Peraturan Tentang Izin Usaha Angkutan Kendaraan Bermotor Umum... 40
x
3.1.1 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ... 40
3.1.2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2014
Tentang Angkutan Jalan ... 45
3.2 Peraturan Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
Dengan Kendaraan Bermotor Berbasis Aplikasi Online... 49
3.2.1 Peraturan Menteri RI Nomor 32 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam
Trayek ... 49
BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL DARI KENDARAAN BERMOTOR GOJEK
4.1. Permasalah Yang Terjadi Pada Gojek ... 53
4.2. Akibat Hukum Yang Timbul Dari Kendaraan
Bermotor Gojek ...59 BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 64 5.2. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66 RINGKASAN SKRIPSI
Tahun 2011 Gojek hadir di Indonesia, keberadaan sepeda motor dianggap bermasalah dalam hal legalitas, karena secara normatif tidak memiliki hukum yang mengatur tentang sepeda motor, Pasal yang dilanggar oleh Gojek adalah Pasal 137 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, yang menetapkan bahwa “kendaraan roda dua atau sepeda motor hanya dapat digunakan untuk angkutan orang dan barang dan tidaklah dapat digunakan sebagai angkutan umum”. Dengan tidak termasuknya Gojek sebagai layanan angkutan umum, maka operasionalnya menjadi ilegal.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, permasalahan yang dibahas adalah : 1.Bagaimanakah pengaturan izin usaha angkutan kendaraan bermotor umum Gojek berdasarkan hukum positif di Indonesia? 2.Bagaimanaka h akibat hukum yang dapat ditimbulkan angkutan kendaraan bermotor umum Gojek?
Pengaturan izin usaha angkutan kendaraan bermotor Gojek belum diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 maupun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014, sedangkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek sudah mengatur layanan transportasi umum yang berbasis aplikasi, Namun dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tidak dijelaskan tentang penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan umum untuk mengangkut orang ataupun barang.
Kata Kunci : Izin Usaha, kendaraan bermotor, Gojek.
In 2011 Gojek present in Indonesia, the existence of motorcycles is considered problematic in terms of legality, because normatively does not have laws governing motorcycles, Articles violated by Gojek is Article 137 paragraph (1) and (2) Law Number 22 Year 2009, stating that "two-wheeled vehicles or motorcycles can only be used for the transport of persons and goods and can not be used as public transport". Excluding Gojek as a public transport service, the operation becomes illegal.
The type of research used in the writing of this research is normative legal research, the issues discussed are: 1.What is the regulation of business permit for public transportation vehicle based on positive law in Indonesia? 2.What is the legal consequences of public transport of Gojek? The regulation of business permit for motor vehicle transportation is not yet stipulated in Law Number 22 Year 2009 and Government Regulation Number 74 Year 2014, whereas in the Regulation of the Minister of Transportation Number 32 Year 2016 About the Implementation of Transportation of People with Public Motor Vehicles Not In Trajectory has arranged transportation service General based application, however in the Regulation of the Minister of Transportation No. 32 of 2016 is not explained about the use of motorcycles as a public vehicle to transport people or goods.
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya
peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu
sistem transportasi nasional secara terpadu jasa transportasi yang sesuai dengan
tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan dan mampu mewujudkan ketersediaan
angkutan yang tertib, nyaman, cepat, lancar dan berbiaya murah.1
Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai banyak kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk kesejahteraan hidupnya. Kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi
dalam satu lokasi, oleh karena itu manusia memerlukan transportasi untuk
melakukan perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ketempat yang
lain dengan menggunakan kendaraan.2 Secara umum, di Indonesia jenis
transportasi ada tiga, yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan tansportasi
udara.3 Dari ketiga jenis transportasi tersebut, transportasi angkutan jalan darat
merupakan media yang paling sering digunakan oleh penumpang bila
dibandingkan dengan transportasi lainnya.
1 Abdulkadir Muhammad, 1998, Huk um Pengangk utan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I), hlm 7.
2 Abbas Salim, 2000, Manajemen Transportasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 45.
3 Hasnil Basri, 2002, Huk um Pengangk utan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan, hlm 22.
2
Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan
sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang
adalah angkutan kota (bus, minibus, dan sebagainya), kereta api, angkutan air dan
angkutan udara.4 Karakteristik transportasi orang dapat dibedakan menjadi
angkutan pribadi dan angkutan umum. Angkutan umum paratransit merupakan
angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroperasi
disepanjang rutenya, sedangkan angkutan umum masstransit merupakan angkutan
yang memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tempat pemberhentian yang jelas.
Sepeda motor termasuk dalam klasifikasi jenis kendaraan pribadi, namun
di Indonesia banyak dijumpai sepeda motor yang juga melakukan fungsi
kendaraan umum yaitu mengangkut orang dan/atau barang dan memungut biaya
yang telah disepakati. Transportasi jenis ini dikenal dengan nama ojek. Definisi
ojek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “sepeda motor
ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang yang menyewa”.5 Ojek
merupakan sarana transportasi darat yang menggunakan kendaraan roda dua
(sepeda motor) dengan berpelat hitam, untuk mengangkut penumpang dari satu
tujuan ke tujuan lainnya kemudian menarik bayaran. Ojek sepeda motor telah
menjadi angkutan umum favorit bagi sebagian masyarakat karena fleksibel dalam
kegiatannya, bisa menjangkau tempat yang tidak dilalui angkutan umum seperti
angkutan kota (angkot), bus, atau jenis angkutan umum beroda empat lain. Ojek
masih dinyatakan sebagai angkutan umum paratransit yang muncul karena
beragam faktor yang melatarbelakanginya. Padahal ojek memiliki potensi
4 Suwardjoko P. Warpani, 2002, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit ITB. Bandung, (selanjutnya disingkat Suwardjoko P. Warpani I), hlm. 2.
5 Alwi Hasan, 2007,Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.79
tersendiri yang dapat menguntungkan banyak pihak apabila memiliki aturan
hukum. Fungsi transportasi yang rasional selalu diorientasikan kepada fungsi
kedekatan dan kemudahan.6
Sepeda motor bisa masuk dan melalui gang-gang sempit, jalan-jalan kecil,
sehingga mampu menyediakan layanan door to door. Bahkan ojek sepeda motor
dinilai cepat, lincah dan efisien untuk melewati maupun menghindari kemacetan
di jalan. Secara de facto, keberadaan sepeda motor dianggap sangat membantu
masyarakat dalam memecahkan kendala terhadap tersedianya angkutan umum
sebagai angkutan alternatif. Namun secara de jure, keberadaan sepeda motor
dianggap bermasalah dalam hal legalitas, karena secara normatif tidak memiliki
hukum yang mengatur sepeda motor secara jelas.
Tahun 2011, Gojek hadir di Indonesia sebagai social enterpreneurship
inovatif untuk mendorong perubahan sektor transportasi informal agar dapat
beroperasi secara profesional. Gojek menawarkan 4 (empat) jasa layanan yang
bisa dimanfaatkan oleh para pelanggannya, yaitu : Instant Courier (Pengantaran
Barang), Transport (Jasa Angkutan), Shopping (Belanja) dan Corporate
(Kerjasama dengan perusahaan untuk jasa kurir) yang menekankan keunggulan
dalam Kecepatan, Inovasi dan Interaksi Sosial. Para pengguna Gojek, harus
mengunduh Gojek Mobile App dari handphone mereka, baru mereka bisa
memesan layanan Gojek. Gojek kemudian merebak menjadi salah satu kata atau
topik yang bermunculan di berbagai media. Keberadaan layanan Gojek. mulai
memicu konflik.
6 Hariadi, 2010, Permasalahan Moda Transportasi Perk otaan di Provinsi Sulteng, Ditlantas Polda Sulteng , hlm.1
4
Persaingan antara pengemudi Gojek dengan pengemudi ojek pangkalan
memang tidak dapat dihindari. Pro kontra yang terjadi di antara tukang ojek
pangkalan dan Gojek diakibatkan oleh masalah persaingan. Ojek pangkalan
merasa tersaingi oleh eksistensi Gojek. Sampai saat ini, masih belum ada solusi
atas konflik antara tukang ojek pangkalan dengan Gojek. Solusi untuk mengatasi
konflik antara Gojek dengan para ojek pangkalan adalah dengan adanya aturan
hukum yang jelas. Sejauh ini, belum ada aturan yang jelas soal Gojek.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui kegiatan
gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan; kegiatan yang
menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
namun Gojek yang hadir sebagai sarana transportasi angkutan umum bermotor
roda dua telah melanggar peraturan perundang-undangan yang ada. Berikut ini
peraturan-peraturan yang dinilai telah dilanggar oleh Gojek dalam
penyelenggaraan usaha pengangkutan kendaraan umum bermotor adalah sebagai
berikut :
1. Pasal 1 angka 10 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa “ kendaraan bermotor umum
adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang
2. Pasal 47 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 menyebutkan :
(1) Kendaraan terdiri atas: a. Kendaraan Bermotor b. Kendaraan Tidak Bermotor
(2) Kendaraan Bermotor sebagai dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelompokkan berdasarkan jenis:
a. Sepeda Motor b. Mobil Penumpang c. Mobil Bus
d. Mobil Barang e. Kendaraan Khusus
(3) Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, c dan d dikelompokkan berdasarkan fungsi:
a. Kendaraan Bermotor Perseorangan b. Kendaraan Bermotor Umum
3. Pasal 138 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan :
(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan
angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau;
(2) Angkutan umum dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan
Bermotor Umum
4. Pasal 139 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan :
(1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota, antarprovinsi serta lintas batas negara;
(2) Penyedia jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Pasal 173 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan :
(1) Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan dan/atau barang wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan.
a. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek; b. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.
6. Pasal 141 Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa “Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang
6
meliput keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan
keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan “
7. Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 43 ayat (2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 74
Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan menyatakan bahwa “Angkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum menggunakan Mobil Penumpang Umum & Mobil Bus Umum”.
8. Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 28 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
Tidak dalam Trayek;
9. Pasal 39 ayat (3) Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 menyatakan bahwa “ Tanda nomor kendaraan bermotor umum
adalah dasar kuning, tulisan hitam”.
Tidak adanya peraturan pelaksanaan sebagaimana diperintahkan oleh
Undang-Undang, terkadang diatasi dengan mengeluarkan peraturan yang
lebih rendah daripada yang diatur di dalam Undang-Undang.7 Saat ini
Angkutan berbasis aplikasi internet memiliki payung hukum karena
Kementerian Perhubungan menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan
Kendaraan Bermotor Umum ini mengatur tentang jenis pelayanan,
perusahaan, penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis
7 Soerjono Soekanto, 2012, Fak tor-fak tor yang Mempengaruhi Penegak an Huk um, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 16
teknologi informasi, pengawasan angkutan umum dan peran serta masyarakat
dan sanksi administratif.
Pasal 40 Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum
Tidak Dalam Trayek menyatakan bahwa :
(1) Untuk meningkatkan kemudahan pemesanan pelayanan jasa angkutan orang tidak dalam trayek, Perusahaan Angkutan Umum dapat menggunakan aplikasi berbasis Teknologi Informasi.
(2) Untuk meningkatkan kemudahan pembayaran pelayanan jasa angkutan orang tidak dalam trayek, Perusahaan Angkutan Umum dapat melakukan pembayaran secara tunai atau menggunakan aplikasi berbasis Teknologi Informasi.
(3) Penggunaan aplikasi berbasis Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan secara mandiri atau bekerjasama dengan perusahaan/lembaga penyedia aplikasi berbasis Teknologi Informasi yang berbadan hukum Indonesia.
(4) Tata cara Penggunaan aplikasi berbasis Teknologi Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib mengikuti ketentuan di bidang informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Berdasarkan ketentuan Peraturan diatas maka Perusahaan Angkutan
Umum dapat menggunakan aplikasi berbasis Teknologi Informasi. Namun dalam
Peraturan Menteri Nomor Perhubungan 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor yang berbasis aplikasi online ini
tidak disebutkan dengan jelas tentang penggunaan sepeda motor sebagai
kendaraan umum untuk mengangkut orang ataupun barang, hal tersebut
mengakibatkan ketidakpastian hukum terkait dengan kedudukan Gojek sebagai
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka penulis membuat penelitian ilmiah yang berjudul “Pengaturan
Izin Usaha Angkutan Kendaraan Bermotor Gojek Dalam Lalu Lintas Angkutan Umum”.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaturan ijin usaha angkutan kendaraan bermotor umum
Gojek berdasarkan hukum positif di Indonesia?
2. Apakah akibat hukum terhadap angkutan kendaraan bermotor umum Gojek ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Agar suatu masalah tidak keluar dari pokok permasalahan, maka dalam
penulisan skripsi ini ruang lingkup masalahnya hanya dibatasi pada :
1. Untuk rumusan masalah yang pertama akan dibahas tentang pengaturan izin
usaha angkutan kendaraan bermotor umum Gojek berdasarkan hukum positif
di Indonesia.
2. Untuk rumusan masalah yang kedua akan dibahas tentang akibat hukum yang
ditimbulkan terhadap angkutan kendaraan bermotor Gojek.
1.4 Originalitas Penelitian
“Pengaturan Ijin Usaha Angkutan Kendaraan Bermotor Gojek Dalam Lalu
Lintas Angkutan Umum” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah
ditulis di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Namun terdapat penelitian
terdahulu dengan jenis yang sama ada dalam perpustakaan skripsi dan internet
No. Penulis Dan Tahun Judul Penelitian Rumusan Masalah
1. Andi Moh. Era W.
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Tahun 2014 Pengaturan Ojek di Daerah Sebagai Angkutan Umum Dalam Undang-Undang
1. Apa alasan urgensi
pengaturan ojek di dalam
Undang-Undang?
2. Apa alasan hukum dan
rasionalitas untuk dibuatnya
aturan mengenai ojek
sebagai angkutan umum?
2. Winda Budiarti Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Tahun 2016 Tinjauan Hukum Pelaksanaan Pengangkutan Barang Melalui Layanan Go-Send Go-Jek Indonesia 1. Apakah pelaksanaan
layanan Go-Send Go-Jek
Indonesia termasuk dalam
kegiatan pengangkutan
barang berdasarkan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia?
2. Bagaimanakah kedudukan
hukum PT. Go-Jek
Indonesia dalam
pelaksanaan layanan
10
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini akan dikemukakan tujuan umum dan tujuan
khusus. Kedua tujuan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1.5.1 Tujuan Umum
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pembelajaran, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Untuk dapat mengembangkan diri pribadi ke dalam kehidupan bermasyarakat.
1.5.2 Tujuan Khusus
Disamping tujuan umum tersebut diatas, penelitian ini secara spesifik
diharapkan agar :
1. Agar mengetahui tentang bagaimanakah pengaturan izin usaha perusahaan
dalam bisnis angkutan penumpang umum dengan kendaraan bermotor Gojek
berdasarkan hukum positif di Indonesia.
2. Agar mengetahui tentang akibat hukum yang ditimbulkan angkutan kendaraan
bermotor umum Gojek .
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran
di bidang keilmuan, khususnya bidang ilmu hukum yang menyangkut pengaturan
berdasarkan hukum positif di Indonesia serta akibat hukum yang dapat
ditimbulkan angkutan kendaraan bermotor Gojek.
1.6.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai referensi oleh
mahasiswa fakultas hukum maupun masyarakat luas dalam pengaturan ijin usaha
kendaraan bermotor Gojek dalam lalu lintas angkutan umum berdasarkan hukum
positif di Indonesia serta akibat hukum yang dapat ditimbulkan terhadap angkutan
kendaraan bermotor Gojek.
1.7 Landasan Teoritis
Gojek dalam penyelenggaraan usaha pengangkutan kendaraan umum
bermotor dinilai telah melanggar peraturan perundang-undangan seperti : Pasal 1
Angka 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa “ kendaraan bermotor umum adalah setiap
kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran”, Pasal 141 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
menyatakan bahwa “Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar
pelayanan minimal yang meliput keamanan, keselamatan, kenyamanan,
keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan “
Pasal 173 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan :
1. Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan dan/atau barang
wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan.
12
b) izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek;
c) Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang
Angkutan Jalan tidak disebutkan dengan jelas mengenai penggunaan sepeda
motor sebagai kendaraan umum untuk mengangkut orang. Pasal 10 ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 hanya menjelaskan teknis sepeda
motor sebagai angkutan barang. Jadi, belum ada peraturan yang mengatur secara
jelas mengenai keberadaan Ojek, khususnya Gojek yang dianggap melanggar
peraturan angkutan orang.
Saat ini Angkutan berbasis aplikasi internet memiliki payung hukum
karena Kementerian Perhubungan menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 32
Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum ini mengatur tentang jenis pelayanan, perusahaan,
penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi informasi,
pengawasan angkutan umum dan peran serta masyarakat dan sanksi administratif.
Namun dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 maupun Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan serta dalam Peraturan
Menteri Nomor 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
Dengan Kendaraan Bermotor yang berbasis aplikasi online ini tidak disebutkan
dengan jelas tentang penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan umum untuk
mengangkut orang ataupun barang. Tidak adanya pengaturan yang mengkhusus
dengan kedudukan sepeda motor sebagai angkutan orang dengan kendaraan
bermotor umum.
Gojek ini memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat
adapun dampak positif dari Gojek adalah sebagai berikut :
1. Menghemat waktu
Dikatakan menghemat waktu karena pelanggan tidak harus mencari atau
menghampiri pangkalan ojek seperti biasanya.
2. Biaya transportasi yang murah
Tarif Gojek relatif murah dan terjangkau untuk semua masyarakat.
3. Menciptakan lapangan pekerjaan
Gojek ini dapat digunakan untuk mencari biaya kehidupan sehari-hari.
4. Membantu mengurangi kepadatan lalu lintas
Gojek membantu mengurangi kepadatan lalu lintas karena lebih mudah dan
cepat daripada mobil.
Namun dari setiap aplikasi yang memiliki perkembangan yang sangat
cepat dan menguntungkan bagi manusia ada juga hal negatif yang di miliki dari
aplikasi ini yaitu sebagai berikut :
1. Menambah tingkat Kriminalitas
Kriminalitas adalah salah satu hal yang tidak dapat di lepaskan dalam hal
kemajuan dunia teknologi.
2. Terjadinya penipuan
penipuan juga merupakan salah satu jenis kriminalitas yang sering terjadi di
14
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Skripsi adalah suatu karya tulis yang bersifat ilmiah, oleh karena itu dalam
pembahasan atau penyelesaiannya harus didukung atas bahan hukum atau hasil
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penulisan hukum normatif, dimana
dalam menyelesaikan setiap permasalahan dilihat dari aspek hukum yang
berlaku.8
1.8.2 Jenis Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian nomatif adalah Pendekatan
Perundang-undangan (Statute approach). Pendekatan Perundang-undangan
(Statute approach) yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi. Dalam penelitian ini pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan mengkaji
peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan yang diteliti.9
1.8.3 Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum dalam penelitian ini berasal dari penelitian
kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah menggunakan
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan
hukum primer adalah bahan yang isinya mengikat karena dikeluarkan oleh
pemerintah, contohnya berbagai Peraturan Perundang-Undangan, putusan
Pengadilan, traktat. Dan sumber bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang
8 Bambang Suggono, 2007, Metodelogi Penelitian Huk um, PT Raja Grafindo, Jakarta, hlm.17.
isinya membahas bahan hukum primer, contohnya buku, artikel, serta bahan
hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, contohnya kamus, buku pegangan.10
Dalam penelitian ini sumber bahan hukum yang dimaksudkan adalah
sebagai berikut :
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang memiliki kekuatan mengikat
karena dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan
c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2014 tetang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam trayek;
d. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 98 Tahun 2013 tetang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek.
e. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam trayek
10. Ashshofa Burhan, 1996, Metode Penelitian Huk um, PT. Reneka Cipta, Jakarta, hlm.103.
16
f. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor
Umum Tidak Dalam Trayek
g. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yang meliputi antara lain : buku-buku hukum
(literatur), artikel, makalah, thesis, skripsi, dan bahan-bahan hukum seperti
dokumen dan surat-surat perjanjian yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu
berupa kamus hukum dan kamus Bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan
sebagainya.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara penelitian
kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder. Penelusuran terhadap bahan-bahan hukum tersebut dilakukan dengan
membaca, melihat, mencatat, dan melakukan penelusuran melalui media internet
dan media cetak. Pemilihan bahan hukum dilakukan secara selektif dengan
1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum
Bahan hukum yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara
kualitatif, yaitu menekankan pada kualitas yang berbentuk pernyataan, maksudnya
bahan yang diperoleh diolah menurut pernyataan yang didapat dari
sumber-sumber hukum yang kemudian akan disusun secara sistematis. Dan disini penulis
menggunakan metode deduktif, yaitu penulisan yang bertitik tolak pada