• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Pendidikan Islam pada Masa Pandemi Covid-19 (Penelitian Yayasan Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Problematika Pendidikan Islam pada Masa Pandemi Covid-19 (Penelitian Yayasan Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Problematika Pendidikan Islam pada Masa Pandemi Covid-19

(Penelitian Yayasan Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya)

Durrotul Hasanah1

Dr. Muhammad Nu’man, M.Ag2

1,2Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrack

Learning carried out online is the only answer to learning during the Covid

-

19 pandemic. This paper wants to hsee how the response and practice of learning at An Nur Surabaya student Islamic boarding schools during the pandemic. The research question was formulated: how is the the development of the teaching and learning procces carried out online and what problems occur in pesantren institutions in the current situation. This writing uses a qualitative research approach, by exploring Islamic boarding schools in organizing Islamic education during the COVID

-

19 pandemic, by sharpening the case chosen was “The Problem of Islamic Education During the Covid

-

19 pandemic” (Research at The An Nur Surabaya Student Boarding School), in this study, it is concluded that the problems that occur from the aspect of education (reciting and intensiv) which are carried out online and also in terms of economic institutions are declining. This has become a major source of problems for the development of pesantren in its current condition. So this research recommends the need for now policies related to problems that occur in the An Nur Surabaya student Islamic boarding school.

Keywords: Islamic Education, Covid

-

19 Pandemic, Islamic Boarding Schools.

Abstrak

Pembelajaran yang dilakukan secara daring menjadi satu satunya jawaban pembelajaran di masa Pandemi Covid-19. Tulisan ini ingin melihat bagaimana respon dan praktek pembelajaran di Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya dalam masa pandemi. Pertanyaan penelitian terhadap persoalan ini dirumuskan dengan bagaimana pengembangan proses belajar mengajar yang dilakukan secara daring, dan problem apa yang terjadi pada lembaga pesantren di situasi saat ini. Penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan mengeksplorasi pesantren dalam menyelenggarakan pendidikan yang berbasis islam di masa pandemic dengan mempertajam pada studi kasus pesantren. Kasus yang dipilih ialah “Problematika Pendidikan Islam pada Masa Pandemi Covid-19” (Penelitian Lembaga Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa problem yang terjadi dari aspek pendidikan islam yang dilakukan secara daring dan juga problem lembaga dari aspek ekonomi yang menurun. Hal ini menjadi sumber masalah utama terhadap perkembangan pesantren, sehingga penelitian ini merekomendasikan perlu adanya kebijakan baru untuk mengatasi probleamatika yang tejadi.

(2)

Pendahuluan

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia lembaga pendidikan islam tertua adalah Pondok Pesantren. Bahkan menurut para cendekiawan dan sejarawan, salah satu warisan terpenting dan monumental sepanjang sejarah adalah pondok pesantren.

Tidak bisa dipungkiri bahwasannya suatu pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam suatu negara yakni sebagai sarana untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas yakni menciptakan output yang dapat bersaing dalam kancah zaman modern seperti saat ini. Tidak terkecuali Pendidikan Islam yang keberadaannya juga memiliki peran yang penting dalam menciptakan output pendidikan. Idealnya lembaga pendidikan islam memiliki pendidikan yang sanat unggul karena dalam proses pendidikannya ditekankan aspek pendidikan umum dan pendidikan agama.

Pada kenyataannya di lapangan, sekolah berciri khas Islam seperti Madrasah dan Pesantren kalah bersaing dengan sekolah sekolah umum. Mayoritas masyarakat lebih mempercayakan sekolah umum dalam mendidik anak anaknya dibandingkan dengan Madrasah atau Pesantren. Asumsi masyarakat terhadap madrasah sering identik dengan lembaga pendidikan second class, tidak maju dibandingkan sekolah sekolah umum (Muhaimin, 2006:45).

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para santri untuk siap dan mampu mandiri. Atau dapat diambil pengertian dasarnya sebagai suatu tempat dimana para santri belajar pada seorang kyai untuk memperdalam atau memperoleh ilmu-ilmu agama yang diharapkan dan nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Sejak pertengahan Juni 2020, Pesantren banyak menghentikan sementara aktivitas pembelajarannya sejak akhir Maret lalu karena Pandemi Covid-19.

Dalam hal ini Covid-19 telah membuat wajah dan masa depan pendidikan kita semakin tak menentu. Sekolah mulai dari TK/PAUD, SD, SMP, SMA, Pondok Pesantren hingga Universitas Tinggi tutup. Namun di sisi lain, hal baik yang terus dilakukan adalah tetap melaksanakan aktivitas/proses belajar mengajar dengan segala keterbatasan falisitas dan keberagaman kompetensi personal yang dimiliki dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.

(3)

Fakta ini menunjukkan, bahwa nampaknya Pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memang tidak siap dengan situasi pandemic ini. Akan tetapi dalam medan tempur melawan pandemic Covid-19 ini, Kemdikbud seolah latah, mati akal dan kehabisan daya kreasi untuk mengahadirkan pembelajaran yang tidak hanya inovatif tapi juga memastikan semua Standar Nasional Pendidikan dapat tercapai meski dalam situasi pandemic seperti sekarang.

Bukan hanya Covid-19 yang membuat wajah dan masa depan pendidikan islam di Pondok Pesantren menjadi tidak menentu. Bukan baru hari-hari ini saja, kita mengeluhkan realitas pendidikan kita. Tapi sejatinya sudah sejak lama permasahalan pendidikan kita di Indonesia belum terselesaikan mulai dari permasalahan pendidikan yang muncul dari perspektif sistemnya sampai permasalahan pendidikan yang muncul sebagai suatu sistem yang kompleks.

Oleh karena itu, penulis mendapat kesempatan untuk memperbincangkan masalah pendidikan yang berbasis keislaman di salah satu Yayasan Pesantren Mahasiswa di Surabaya, tepatnya Pesantren Mahasiswa An Nur. Dimana pendidikan selama Pandemi Covid-19 di pondok ini, pembelajaran Kitab Kuning, Intensive Bahasa Inggris dan Bahasa Arab dilaksanakan secara daring dengan fasilitas yang ada.

Kajian Konseptual Pendidikan Islam

Bagi umat Islam agama merupakan dasar (pondasi) utama dari berlangsungnya pendidikan, karena ajaran ajaran Islam yang bersifat universal mengandung aturan aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik yang bersifat ubudiyyah (mengatur hubungan manusia dengan tuhannya), maupun yang bersifat muamalah (hubungan manusia dengan sesama) (Zuhairini, 1993:155).

Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang dalam Bahasa Arab disebut dengan “Tarbiyah” dengan kata kerja “Rabba”. Pendidikan Islam dalam Bahasa Arab disebut dengan “Tarbiyah Islamiyah”. Setiap manusia dari masa ke masa memiliki nilai nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas manusia tersebut dapat tersalurkan hingga tetap terpelihara. Kemudian untuk merealisasikan tujuan tersebut, setiap bangsa memandang perlu adanya sebuah usaha untuk mendidik generasi muda mereka, untuk dipersiapkan bagi kelangsungan sejarah mereka selanjutnya. Pendidikan itu sendiri memiliki definisi beragam. Menurut kamus

(4)

besar Bahasa Indonesia 1989, Pendidikan ialah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pelatihan dan pengajaran (proses, perbuatan, dan cara mendidik). Dalam Undang-undang RI tentang pendidikan nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Beberapa definisi Pendidikan Islam menurut beberapa ahli:

1. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba pendidikan islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran islam.

2. Menurut Musthafa Al Ghulayaini pendidikan islam ialah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwanya. 3. Menurut DR. Ali Ashraf salah seorang pakar pendidikan Islam modern

mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan pemikiran, baik dari segi keterampilan, karakteristik, atau perilaku, yang membuat manusia menyadari prinsip-prinsip yang dianggap yang paling baik bagi seluruh umat manusia, dan tugas pendidikan adalah membantu manusia dalam mencapai tujuan itu (Ashraf, 1989:27).

Dari beberapa definisi tersebut dapat kita lihat titik terang tentang makna dan maksud dari pendidikan itu sendiri, yaitu usaha manusia untuk mempersiapkan penerusnya agar memiliki kemampuan dan kecakapan pribadi, spiritual, dan keterampilan dalam menghadapi segala tantangan hidup secara memadai baik individu maupun masyarakat. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri harus sesuai dengan tujuan hidup manusia (Hasan, 2006:58). Bisa penulis simpulkan bahwa Pendidikan Islam merupakan sebuah usaha untuk menjadikan anak keturunan dapat mewarisi ilmu pengetahuan (berwawasan islam).

Dasar Dasar dari Ilmu Pendidikan Islam

Terdapat kasifikasi tentang dasar dasar ilmu pendidikan islam, diantara klasifikasi tersebut sebagai berikut:

(5)

Menurut pendapat yang kuat, seperti yang telah diungkapkan oleh Subhi Shaleh, pengertian Al-Qur’an berarti bacaan, yang merupakan kata turunan (masdar) dari fi’il madhi, qara’a dengan arti Ism al Maf’ul yaitu maqru’ yang artinya dibaca (Hakim, 2000:69). Seperti apa yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”

Ayat tersebut merupakan gambran suatu perintah kepada manusia untuk belajar dalam rangka untuk meningkatkan ilmu dan bisa mengamalkan ajaran ajaran yang ada dalam Al-Qur’an itu sendiri yang mengandung aspek-aspek kehidupan manusia, maka dari itulah bahwa Al-Qur’an merupakan dasar utama dalam Pendidikan Islam.

b. As-Sunnah

Menurut etimilogi Bahasa Arab, akat As-Sunnah diambil dari kata kata: Sanna Yasinnu Wayasunnu Sannaa Fahuwa Masnuunu Wjam’uhu Sunanu. Wasaanna Al-Amro Aiybayyanah. Yang memiliki arti “Menerangkan”. Menurut Bahasa kata As-Sunnah berarti jalan, atau tuntutan baik yang terpuji maupun tercela sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Hadist Nabi Muhammad Saw:

“Barang siapa yang memberi teladan (contoh) perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahalaoarang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barang siapa yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan tersebut serta dosa orang orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”

Kedua dasar tersebut merupakan sarana penting terhadap pembentukan suatu Pendidikan Islam yang berbasis keagamaan, karenanya keduanya saling mempunyai hubungan yang sangat erat.

(6)

Tujuan-Tujuan Ilmu Pendidikan Islam

Pada dasarnya Ilmu Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang sangat bagus karena Ilmu Pendidikan Islam menciptakan pemimpin pemimpin yang selala amar ma’ruf dan nahi munkar sebagaimana yang telah disebutkan dalam Firman Allah Swt dalam Surah Al-Baqarah ayat 30.

Tujuan Ilmu Pendidikan Islam dapat dilihat dari berbagai segi yang dilihat dari sifatnyaa, ada yang umum dan juga khusus. Menurut Achmadi dalam bukunya membagi tujuan dari pendidikan islam sebaga berikut:

1. Menjadi hamba Allah yang bertakwa

Tujuan ini sangat sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yakni semata mata untuk beribada kepada Allah. Dengan pengertian ibadah yang demikian itu maka implikasinya dalam pendidikan terbagi atas dua macam yaitu. Pertama, Pendidikan memungkinkan manusia mengerti tuhannya secara benar, sehingga semua perbuatan terbingkai ibadah yang penuh dengan penghayatan kepada ke Esaan Nya. Dan Kedua, pendidikan harus menggerakkan seluruh potensi manusia Isumber daya manusia), untuk memahai sunnah Allah di atas bumi.

2. Mengantarkan subjek didik menjadi Khalifatullah Fi-Ard (wakil tuhan di atas di atas bumi)yang mapu memakmurkannya (membudayakan alam sekitarnya). 3. Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan, kebahaiaan hidup di dunia sampai

akhirat.

Dalam hal ini Ilmu Pendidikan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak pihak pihak yang ikut terlibat baik secara langsung atau tidak langsung. Objek Ilmu Pendidikan Islam ialah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pendidikan dan dunia pengalaman. Diantara objek atau segi Ilmu Pendidikan Islam dalam situasi islam sebagai berikut:

1. Perbuatan mendidik sendiri

Sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik untuk menuju ke tujuan dunia pendidikan islam.

2. Anak Didik

Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu ditiadakan atau dilakukan

(7)

hanyalah untuk membawa anak didik ke arah tujuan pendidikan islam yang di cita citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Merupakan landasan yang menjadi fondamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan islam, dalam artian pelaksanaan pendidikan islam mau dibawa kemana anak didik tersebut.

4. Pendidikan

Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan islam. Pendidik ini mempunyai peran penting karena berpengaruh kepada hal baik atau tidaknya hasil pendidikan islam.

5. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan bahan atau pengalaman pengalaman belajar ilmu agama islam yang disusun sedemikian rupa untuk dikontribusikan kepada anak didik dimanapun. 6. Metode Pendidikan Islam

Merupakan cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam, agar meteri tersebut dapat diterima dengan mudah oleh anak didik.

7. Evaluasi Pendidikan

Memuat cara cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.

8. Alat Alat Pendidikan Islam

Merupakan alat alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan islam agar tujuan pendidikan islam tersebut lebih berhasil.

9. Lingkungan Sekitar

Ialah keadaan keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan islam.

Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata “Pondok” dan kata “Pesantren”. Kata pondok sendiri diabil dari Bahasa Arab yaitu Funduuq yang memiliki arti: Hotel atau Asrama, dalam Bahasa Jawa, pondok berarti madrasah atau asrama yang digunakan untuk mengaji dan belajar pendidikan agama islam.

(8)

Sedangkan kata “Pesantren” sendiri berasal dari kata santri yang mana kata ini mendapat awalan “Pe” dan akhiran “an”. Kata santri sendiri berasal dari istilah shastri yang diambil dari Bahasa Sanskerta dan memiliki makna: orang orang yang mengetahui kitab suci agama hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci hindu.

Secara istilah, Pondok Pesantren adalah tempat pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran agama islam bagi santri, yang mana santri tersebut diasuh oleh Kiai yang tinggal atau mukim Bersama sama dala satu lokasi.

Sementara itu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memaknai pesantren sebagai sebuah tempat tinggal santri. Sedangkan menurut Mukhtar Bukhari, Pondok Pesantren merupakan sebuah bentuk pendidikan islam di Indonesia yang diselenggarakan secara tradisional. Sedangkan menurut M.Syarif, Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan islam yang dilaksanakan dengan system asrama (Pondok), dengan Kiai sebagai sentral utama dan Masjid sebagai pusat lembaganya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli dari Indonesia dan merupakan model pendidikan tertua yang khas. Dengan hal inilah Pondok Pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga dakwah, pengkaderan ulama, pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian kepada masyarakat. Adapun 5 elemen dasar yang membentuk Pondok Pesantren, yaitu sebagai berikut:

1. Pondok

Pondok merupakan suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat pembelajaran secara berlangsung. Dala hal ini biasanya pondok dibangun dengan fasilitas yang sangat sederhana dan dibangun dengan bentuk kamar kamar yang digunakan sebagai tempat tinggal santri. Pondok juga merupakan ruang dimana nilai nilai keagamaan islam dipelajari dan sekaligus diterapkan (Wahid, 2010:9).

Menurut Dhofier terdapat tiga alasan kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi santri:

a) Kemasyhuran seorang Kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri santri dari jauh untuk dapat menggali ilmu secara teratur dan dalam waktu yang Panjang.

b) Hampir semua pesantren ada di desa desa dimana tidak tersedia perumahan (akomodasi)yang cukup untuk menampung santri santri dengan demikian perlulah adanya suatu asrama khusus bai santri.

(9)

c) Terdapat sikap timbal balik antara pengasuh dan santri, dimana para santri menganggap pengasuhnya sebagai orang tuanya (bapak) sendiri, sedangkan Kiai menganggap santrinya seolah olah tittipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi. Dari sikap timbal balik tersebutlah menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekataran secara terus menerus.

2. Masjid

Sejak zaman Nabi Muhammad Saw masjid telah menjadi pusat Pendidikan Islam, yang mana tempat ini memiliki fungsi sebagai tempat pengajian, pusat upacara keagamaan dan tempat sembahyang. Jika ditelusuri kata masjid berasal dari Bahasa Arab “Masjidun” yang memiliki arti tempat sujud.

a) Masjid merupakan bangunan yang menjadi symbol sacral bagi umat Islam dimana tempat ini memilik sebutan dengan nama “Rumah Allah” yang digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus menjadi komponen yang tidak bisa dipisahkan dari Pondok Pesantren, karena Masjid merupakan tempat yang tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik shalat jamaah, khutbah, pengajaran kitab kitab klasik atau kitab kuning dan pembinaan moral tentang keagamaan (Nizar, 2001:23).

3. Santri

Santri merupakan sebutan bagi peserta didik yang belajar di Pondok Pesantren. Santri dituntut tidak hanya belajar tentang ilmu agama saja, teapi sekaligus menjadikan ilmu yang dipelajari menjadi cara berpikir dan cara hidup dimanapun dan kapanpun ia tinggal.

Menurut Ghozali “istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan (Ghozali, 2002:41). Awal kata santri menurut CC Berg berasal dari Bahasa India yaitu, Sashtri yang memiliki arti: orang yang tahu buku buku suci Agama Hindu. Ada dua tipologi santri yang belajar di pesantren, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Dahfier sebagai berikut:

a) Santri Mukim

Santri mukin yakni murid murid yang berasal dari jauh dan menetap dalam Pondok Pesantren.

(10)

Santri murni adalah santri yang hanya mondok dan mengaji di Pondok Pesantren dan tidak mengikuti pendidikan formal serta tidak memiliki tugas baik dari Kiai atau Pondok.

c) Santri Pelajar/Mahasiswa

Merupakan santri yang menetap dan mengaji di pondok pesantren, akan tetapi juga memiliki kegiatan diluar pondok pesantren.

d) Santri Pengabdi

Santri pengabdi adalah santri yang menetap dan kesehariannya mengabdikan diri untuk berkhidmad (membantu).

e) Santri Kalong

Merupakan murid murid yang berasal dari desa desa sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap di dalam pesantren.

4. Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik

Menurut Azra kitab kitab klasik biasnya dikenal dengan istilah kitab kuning yang tepengaruh oleh warna kertas (Azra, 2019:111). Istilah kitab merupakan istilah khusus yang digunakan untuk menyebut karya tulis berbahasa Arab untuk membedakan dengan karya tulis yang bukan berbahasa Arab atau yang disebut dengan buku.

Kitab-kitab klasik, turats kitab kuning dan sebagainya merupakan sinonim dengan kitab Mu’tabarah dan kitab mu’tabarah merupakan perlawanan dari Muas’shirah atau kontemporer.

Kitab ini merupakan kitab yang harus dipelajari oleh seorang santri yang ingin menjadi ulama, dengan pengembangan pengajian yang menggunakan system sorongan. Dengan mengaji kitab kuning selain para santri bisa memahmi isi kitabnya, mereka secara tidak langsung juga mempelajari Bahasa Arab.

Dengan semakin berkembangnya zaman, kehadiran kitab kuning mengalai transformasi bentuk, dari yang awalnya berupa kitab kurasan (lembaran tanpa jilid), kini kehadirannya melai berbentuk jilid sebagaimana buku-buku dari percetakan. Demikian warnanya yang tidak selalu identic dengan warna kuning meski penyebutannya tetap disebut kitab kuning. Bahkan seiring kemajuan teknologi, kehadiran kitab kuning ini sudah dimanifestasikan dalam bentuk kitab digital seperti termaksud dalam aplikasi Assyamilah, e book, kitab online dan lain sebagainya.

(11)

5. Kiai (Pengasuh)

Kiai merupakan elemen yang sangat esensial dalam sebuah pesantren, kerena peranannya sebagai pendiri dan pengasih dari sebuah pesantren. Maka dari situlah kemandirian dan pengembangan pesantren sangat ditentukan oleh kepribadian seorang Kiainya (Ghozali, 2002:53).

Menurut Ghazali suatu lembaga Pendidikan Islam disebut Pesantren jika memiliki Kiai sebagai tokoh sentral, sebagaimana dikatakan Wahid:

‘’Seorang Kiai dengan para pembantunya merupakan hierarki kekuasaan satu satunya yang secara eksplisit diakui dalam lingkungan pesantren. Di tegakkan di atas kewibawaan moral sang Kiai sebagai penyelamat para santrinya dari kemungkinan melangkah kea rah kesesatan, kekuasaan ini memiliki perwatakan yang absolut”(Wahid, 2002:63).

Keistimewaan ini bukan hanya terjadi di dalam dunia pesantren bahkan keberadaan Kiai sebagai elit social dan agama menempati posisi dan peran sentral dalam struktur social masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi karena mereka percaya pada konsep berkah atau barokah yang didasarkan atas doktrin keistimewaan status seorang alim dan wali.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif dengan mengeksplorasi pesantren yang banyak merespon masalah pendidikan dalam suasana pandemi ini dengan tetap melaksanakan kegiatan pesantren secara daring. Kasus yang dipilih ialah Problematika Pendidikan Islam pada Masa Pandemi Covid-19 Wonocolo Gang Modin No 10-A. Alasan dalam pemilihan kasus ini pertama: pesantren ini merupakan pesantren nahdliyin yang selama ini dalam pembelajaran pesantren menekankan kemapuan mebaca kitab kuning. Kedua: pesantren ini juga mengembangkan pendidikan formal.

Hasil dan Pembahasan

Problematika Pendidikan Islam pada Lembaga Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya di Masa Pandemi Covid-19.

Lembaga Pesantren Mahasiswa An Nur merupakan lembaga pesantren informal yang dikhususkan kepada santri sekaligus mahasiswa Perguruan Tinggi yang tinggal

(12)

dipesantren ini, dengan pendalaman Bahasa Asing (Arab dan Inggris), pendalam kajian tentang study keislaman, Muraja’ah hafalan al-Qur’an dan study hadist.

Lembaga Pesantren ini terletak di daerah Wonocolo Gang Modin No 10-A Surabaya, yang terdiri dari dua Gedung. Gedung I didirikan pada tahun 1994 sedangkan Gedung II didirikan pada tahun 1999. Lembaga pesantren ini merupakan lembaga pendidikan yang berpengalaman lebih dari satu dasa warsa dalam mengembangkan potensi santri mahasiswa dalam berbahasa asing, memahami kitab-kitab klasik dan modern, serta menggali khazanah islam secara komprehensif dan terus menerus. Program pendidikan di Pesantren ini disesuaikan dengan kebutuhan para santrinya sebagai mahasiswa, yang ditunjang dengan fasilitas yang memadai, serta didukung oleh para pembimbing dan asatidz yang professional, sehingga mampu menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dan diminati oleh mahasiwa. Banyak karya ilmiah maupun buku/kitab yang telah diterbitkan dan ditulis oleh para santri dan alumni.

Pada kondisi Pandemi Covid-19 ini, Lembaga Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur mengalami suatu perubahan dimana Pesantren mengikuti opsi pemerintah dalam menghadapi bahaya pandemic ini dengan melakukan Social Distanching. Mengambil jarak social dengan cara mengembalikkan para santri kepada orang tua masing masing, tehitung mulai minggu pertama bulan Maret 2020 hingga waktu yang belum dtentukan.

Permasalahan utama pesantren dalam situasi Pandemic Covid-19 yaitu: mentradisikan pembelajaran secara online. Dalam perguruan tinggi, mahasiswa bisa lebih banyak diarahkan untuk siap belajar mandiri dan terbiasa menggunakan teknologi daring. Dalam hal ini tentunya banyak sekali problem yang mucul saat menjalankan kreatifitas dan inovasi dala kegiatan akdemis ini. Terutama kendala beban kuota intenet bagi santri mahasiwa yang sudah terbebani secara ekomomi karena terdampak covid 19. Untuk itu pihak Lembaga Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya menjalankan suatu kebijakan untuk memberikan keringanan (SPP) kepada santri mahasiswa, baik dengan penundaan, cicilan atau pengurangan pembayaran SPP.

Selain itu, dalam rangka peduli terhadap santri , pengasuh dan juga pengurus pesantren dihimbau untuk membuat buku (kitab) secara e-book, baik buku ajar atau referensi, yang bisa dibagikan secara gratis kepada santri. Di kalangan Pesantren, bagian penting dari kegiatan belajar mengajar, bagi snatri bukan lagi masalah transfer ilmu

(13)

pengetahuan, melainkan penanaman nilai nilai kehidupan yang bersendikan akhlaqul karimah (perilaku terpuji).

Meskipun dalam hal ini, pembelajaran yang dilakukan secara daring kurang optimal dan belum dikemas dengan baik. Dikarenakan tidak semua santri memiliki gawai atau terganggunya sinyal internet yang menyebabkan kurang menyentuhnya aspek efektif dan psikomotorik. Dan orang tua santri yang juga belum siap menggantikan peran pendidik.

Indonesia di hadapkan dengan banyak persoalan dalam aspek ekonomi akibat dari Pandemi Covid-19. Kondisi ekonomi di Indonesia Nampak meprihatinkan sekali. Seperti halnya permasalahan yang tejadi pada salah satu lembaga Pondok Pesantren, dimana Lembaga Pesantren Mahasiswa An-Nur ini mengharuskan adanya pengurangan biaya SPP seabagaimana yang telah dianjurkan pemerintah. Dalam hal ini Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur telah melakukannya, meskipun pengurangan biaya tersebut hanya dikurangi 25% . dengan system pembayaran fia transfer dan boleh dibayar secara nyiicil.

Pengurangan biaya SPP tersebut tidak sedikit dan tidak banyak, karena dalam hal ini seluruh pengeluaran di Pondok Pesantren Mahasiswa tetap berjalan, dimana Pesantren mengahruskan bayar listrik, PDAM, Telepon kantor, Bayar Sampah, Iuran keamanan RT, Foto copy kitab2 dan Bisyarah Guru.

Dalam menghadapi pelemahan terhadap ekonomi dan pendidikan, diperlukan Langkah antisipasi ke depan dengan adanya beberapa kebijakan dari pemerintah, untuk memberikan bantuan tehadap masyarakat dan juga Lembaga Pondok Pesantren.

Kesimpulan

Dapat penulis simpulkan bahwa problematika yang terjadi di Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya ialah dari segi pembelajaran yang dilakukan secara daring, dimana santri Mahasiswa ini harus mengikuti kegiatan belajar mengajar (mengaji kitab kuning dan intensif Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) secara online, dengan keterbatasan jaringan internet yang ada, sedangkan problematika yang kedua ialah dari segi ekonomi, dimana lembaga pondok pesantren mengahruskan adanya pengurangan terhadap biaya SPP santri, sedangakn pesantren masih tetap membayar pengeluaran perbulannya. Hal ini disebabkan karena, banyaknya pekerja pekerja yang di

(14)

berhentikan. Dalam hal ini perlu adanaya asumsi atau sumbangan dari pemerintah terhadap masyarakat dan juga lembaga.

Daftar Pustaka

Agustin, R. (2006). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Sebajaya.

Ashraf, A. (1989). Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Sori Siregar. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Atang, A. H. (2000). Metodologi Studi Islam. Bandung: Reamaja Rosda Karya.

Azra, A. (2012). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ghozali, B. (2002). Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV Prasasti. Hasan, T. (2006). Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Lantabora Press. Muhaimin. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nizar, S (2001). Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara: Metode Akar Pertumbuhan Surau Sebagai Lembaga Pendidikan di Minangkabau Sampai Kebangkitan Perang Padri. Jakarta: Grasindo

Wahid, A. (2010). Menggerakkan Tradisi Yogtakarta: LKIS

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan menggunakan telepon seluler adalah kuat dan variabel yang paling dominan dalam

Apabila diperlukan, kepala unit pelaksana penelitian keberatan atas nama Direktur Jenderal Pajak dapat menugaskan Tim Peneliti Keberatan untuk meninjau tempat Wajib

Semakin efektif dalam menahan atau membatasi jangkauan kesulitan, maka seseorang akan lebih berdaya dan perasaan putus asa atau kurang mampu membedakan hal-hal

Referendum adalah kegiatan untuk meminta pendapat rakyat secara langsung yang menyatakan setuju atau tidak setuju untuk meminjam bantuan ekonomi.. Tanam paksa yang

Akuntansi adalah proses dari transaksi yang dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur, kemudian akan menghasilkan informasi

jendela atau layar Visual Basic. Pada control menu ini dapat dilakukan perubahan ukuran, pemindahan jendela yang aktif. Untuk mengaktifkan control menu klik tombol mouse

Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Framing Citra Polisi Pada Surat Kabar & Media Online Pos Kota dan Warta Kota dalam Periode November 2017 sampai Mei 2018”

Pengawasan dan Penanganan Barang Berbahaya. dengan Metode